Di Susun Oleh :
Husnul Khotimah – 2022010057
Indahwati Azzahra – 2022010060
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, serta seluruh masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa untuk
kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi maklaah ini agar menjadi
lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
masih kurang. Oleh karena itu kami harapkan bagi para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
a. Latar Belakang...............................................................................................................1
b. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
a. Kesimpulan..............................................................................................................11
b. Saran........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12
iii
BAB I PENDAHULUAN
Sejarah pendidikan Islam pada dasarnya tidak bisa lepas dari sejarah Islam. Kehancuran total
yang dialami kota Bagdad dan Granada sebagai pusat-pusat pendidikan dan kebudayaan
Islam menimbulkan kekacauan dalam pendidikan Islam, terutama dalam bidang intelektual
dan material. Hancurnya Bagdad oleh Mongol memusnahkan lembaga-lembaga pendidikan
dan buku-buku ilmu pengetahuan.
Dengan hancurnya pusat-pusat pendidikan Islam khususnya bidang intelektual dan material
mengakibatkan rasa lemah dan putus asa di kalangan masyarakat muslim. Hal tersebut
menjadikan aliran-aliran tasawuf berkembang pesat dan lebih diminati oleh masyarakat
muslim.
Selain faktor-faktor tersebut di atas terdapat juga faktor lain yang lebih mengarah pada situasi
sosio politik pada masa itu. Sehingga dengan semakin ditinggalkannya pendidikan intelektual
maka semakin statis perkembangan kebudayaan Islam, karena generasi-generasi muda tidak
mampu menghasilkan kreasi-kreasi baru bahkan menjawab persoalan-persoalan yang
berkembang. Hal ini di perparah juga dengan infansi bangsa Barat ke daerah Islam.
Dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai tindakan para pemikir-pemikir Islam untuk
mengembalikan kejayaan kebudayaan dan pendidikan Islam dan dikenal dengan masa
pembaharuan pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
iv
BAB II PEMBAHASAN
Dengan demikian, kalau kita kaitkan dengan pembaharuan pendidikan Islam akan
memberi pengertian bahwa pembaharuan pendidikan Islam sebagai suatu upaya melakukan
proses perubahan kurikulum, cara, metodologi, situasi dan pendidikan Islam dari yang
tradisional (ortodox) ke arah yang lebih rasional, dan professional sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat itu.
Untuk mendapatkan kesadaran tentang kelemahan dan keterbelakangan umat Islam, ekspedisi
Napoleon tersebut bukan hanya menunjukan akan kelemahan umat Islam, tetapi juga
sekaligus menunjukkan kebodohan mereka. Ekspedisi Napoleon tersebut disamping
membawa pasukan tentara yang kuat, juga membawa seperangkat peralatan ilmiah untuk
mengadakan penelitian di Mesir. Inilah yang membuka mata kaum muslimin akan kelemahan
dan keterbelakangannya. Sehingga akhirnya timbul berbagai macam usaha pembaharuan
dalam segala bidang kehidupan untuk mengejar ketertinggalan dan keterbelakangan mereka
termasuk usaha-usaha di bidang pendidikan.
v
C.Pola-Pola Pembaharuan Pendidikan Islam
Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan kemunduran umat islam
sebagaimana Nampak pada masa sebelumnya, dan dengan memperhatikan sebab-sebab
kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh bangsa-bangsa Eropa, maka pada garis besarnya
terjadi tiga pola pemikiran pembaharuan Pendidikan islam. Ketiga pola tersebut adalah :
Pada dasarnya mereka berpandangan bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup
yang dialami oleh barat adalah sebagai hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern yang mereka capai. Mereka juga berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh
bangsa-bangsa barat sekarang, tidak lain adalah merupakan pengembangan dari ilmu
pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di dunia islam. Atas dasar demikian,
maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat islam, sumber kekuatan dan
kesejahteraan tersebut harus dikuasai kembali.
Penguasaan tersebut, harus di capai melalui proses Pendidikan untuk itu harus meniru pola
Pendidikan yang dikembangkan oleh dunia barat, sebagaimana dulu dunia barat pernah
meniru dan mengembangkan system Pendidikan dunia islam. Dalam hal ini, usaha
pembaharuan Pendidikan islam adalah dengan jalan mendirikan sekolah-sekolah dengan pola
sekolah barat, baik sistem maupun isi pendidikannya. Di samping itu, pengiriman pelajar-
pelajar ke dunia barat terutama prancis untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
modern tersebut banyak dilakukan oleh penguasa-penguasa di berbagai negeri islam.
Pembaharuan Pendidikan dengan pola barat ini, mulanya timbul di Turki Usmani pada
akhir abad ke 11 H/17 M setelah mengalami yang merupakan benih bagi timbulmya usaha
sekularisasi Turki Mahmud II (yang memerintah di Turki Usmani 1807-1839), adalah
pelopor pembaharuan Pendidikan di Turki.
vi
~ Usaha pembaharuan Pendidikan islam yang dilaksanakan oleh Sultan Mahmud II,
tersebut diuraikan oleh Harun sebagai berikut :
Perubahan penting yang diadakan oleh Sultan Mahmud II dan kemudian mempunyai
pengaruh besar pada perkembangan pembaharuan di kerajaan Usmani ialah perubahan dalam
bidang Pendidikan. Sebagaimana di dunia islam lain di zaman itu, madrasah merupakan satu-
satunya Lembaga Pendidikan yang ada di kerajaan Usmani. Di madrasah hanya diajarkan
agama. Pengetahuan umum tidak diajarkan. Sultan Mahmud II sadar bahwa Pendidikan
madrasah tradisional ini tidak sesuai lagi dengan tuntunan zaman abad ke Sembilan belas.
Di masa pemerintahannya orang juga telah kurang giat memasukkan anak-anak mereka ke
madrasah dan mengutamakan mereka belajar keterampilan secara praktis di perusahaan-
perusahaan industry tangan. Kebiasaan Usmani. Untuk mengatasi problema ini. Sultan
Mahmud II mengeluarkan perintah supaya anak sampai umur dewasa jangan dihalangi masuk
madrasah.
Mekteb-i Ulum (sekolah pengetahuan umum) dan Mekteb-i Ulum-i Edebiye (sekolah
sastra). Siswa untuk kedua sekolah itu dipilih dari lulusan madrasah yang bermutu tinggi.
Di dua sekolah itu diajarkan Bahasa Perancis, Ilmu Bumi, Ilmu Ukur, Sejarah dan Ilmu
Politik di samping Bahasa arab . Sekolah pengetahuan umum mendidik siswa untuk menjadi
pegawai-pegawai administrasi, sedang sekolah yang kedua menyediakan penerjemah-
penerjemah untuk keperluan pemerintah.
vii
D.Tokoh Pembaharuan Keluaran Dari Kedua Sekolah
Tidak lama setelah itu, Sultan Mahmud II mendirikan pula sekolah militer, sekolah tehnik,
sekolah kedokteran dan sekolah pembedahan. Lulusan madrasah banyak meneruskan
pelajaran di sekolah-sekolah yang baru didirikan ini.
Ia di lahirkan di mesir tahun 1839 dan meninggal di Istanbul tahun 1897. Ketika berusia 20
tahun ia telah menjadi pembantu pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Tahun
1864 ia menjadi penasehat Sher Ali Khan, kemudian ia diangkat menjadi perdana Menteri
oleh Muhammad Azam Khan. Dalam hal itu, Inggris telah mulai mencampuri urusan politik
Afghanistan dan dalam pergolakan yang terjadi Al-Afghani memilih pihak yang melawan
golongan yang disokong Inggris. Pihak pertama kalah, dan Al-Afghan memilih meninggalkan
tanah tempat lahirnya dan pergi ke India tahun 1869. Di Inggris ia juga tidak merasa bebas
bergerak, karena negara itu telah jatuh ke pihak Inggris, dan ia pindah ke mesir tahun 1871.
Ia menetap di Cairo mulanya menjauhi persoalan politik Mesir dan pemusatkan perhatian
pada bidang ilmiah dan sastra Arab. Di tempat ia tinggal kemudian menjadi tempat
pertemuan murid-muridnya. Disanalah ia memberikan kuliah dan mengadakan diskusi.
Muridnya berasal dari berbagai golongan, seperti orang pemerintahan, pengadilan, dosen dan
mahasiswa Al-Azhar serta perguruan tinggi lain.
Dari mesir ia pergi ke paris dan disanalah ia mendirikan perkuliahan Al-Urwatul Al-Wusqa
yang anggotanya terdiri dari orang mesir, india, suria, afrika utara dan lain-lain. Diantara
tujuan yang hendak dicapai adalah memperkuat rasa persaudaraan, membela islam, dan
membawa umat islam kepada kemajuan kemudian, pada tahun 1892 ia pergi ke Istanbul atas
undangan Sultan Abdul Hamid, namun kemudian ia terjebak dan tidak bisa keluar dari
Istanbul karena dijadikan tahanan hingga ia wafat pada tahun 1897.
viii
2.Rasyid Ridha (Suriah 1865-1935)
Rasyid Ridha adalah murid dari Muhammad Abduh (yang merupakan murid dari
Jamaludin Al-Afghani). Ia lahir pada 1865 Suria. Semasa kecil ia dimasukkan ke sekolah
madrasah tradisional, kemudian ia meneruskan sekolah ke sekolah Nasional Islam. Setelah
selesai ia meneruskan ke sekolah agama yang ada di Tripoli, dan banyak belajar dari Al-
urawatul wusqa jamaludin dan Muhammad abduh. Ia banyak belajar dengan Muhammad
abduh ketika Muhammad abduh sedang dalam buangan di Beirut. Ia mulai mencoba
menjalankan ide-ide pembaharuan ketika masih berada di suria dan mendapat tantangan dari
pihak Turki Usmani, lalu ia memutuskan pindah ke mesir dan berada di dekat gurunya
Muhammad abduh pada tahun 1898. Beberapa bulan setelah itu, ia menerbitkan majalah Al-
manar,yangjuga terkenal
Rasyid Ridha merasa perlu diadakan pembaharuan dibidang Pendidikan, dan melihat perlu
ditambahkannya kedalam kurikulum mata pelajaran berikut : teologi, Pendidikan moral,
sosiologi, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, ilmu hitung, kesehatan, Bahasa asing, disamping
fiqih, tafsir, hadist dan lain-lain.
Muhammad Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah di Punjab dan lahir di Sialkot
tahun 1867. Untuk meneruskan studi ia kemudian pergi ke Lahore dan belajar disana sampai
memperoleh gelar kesarjanaan MA. Di tahun 1905 ia pergi ke negara inggris dan belajar
filsafat di Universitas Cambridge. Dua tahun kemudian ia pindah ke Munich Jerman, dan
memperoleh gelar Ph D dalam bidang tasawuf.
Sir Muhammad Iqbal yang merupakan salah seorang muslim pertama di anak benua india
yang sempat mendalami pemikiran barat modern dan mempunyai latar belakang Pendidikan
yang bercorak tradisional islam. Kedua hal ini muncul dari karya utamanya di tahun 1930
yang berjudul The Reconstruction of Religious Thought in islam (pembangun kembali
pemikiran keagamaan dalam islam). Melalui penggunaan istilah reconstruction ia
mengungkapkan kembali pemikiran keagamaan islam dalam Bahasa modern untuk
dikonsumsi generasi baru muslim yang telah berkenalan dengan perkembangan mtakhir ilmu
pengetahuan dan filsafat barat abad ke-20
ix
Sama dengan pembaharuan lainnya, ia berpendapat bahwa kemunduran umat islam selama
500 tahun dikarenakan kebekuan dalam pemikiran. Hukum dalam islam telah sampai pada
keadaan statis. Untuk memperbaharui islam di segala bidang (termasuk Pendidikan), maka
diperlukan sebuah institusi penegak. Hukum islam yang menaungi seluruh umat islam dalam
sebuah naungan negara ynag dinamakan khilafah Islamiyah.
Sir Sayid Ahmad Khan adalah pemikir yang menyerukan saintifikasi masyarakat
muslim. Seperti halnya A-afghani, ia merupakan kaum muslim untuk meraih ilmu
pengetahuan modern. Akan tetapi, berbeda dengan Al-afghani ia melihat adanya kekuatan
yang membebaskan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Kekuatan pembebas itu
antara lain meliputi penjelasan mengenai suatu peristiwa dengan sebab-sebabnya yang
bersifat fisik materiil. Di barat, nilai-nilai telah membebaskan orang dari tahayul dan
cengkeraman kekuasaan gereja. Kini, dengan semangat yang sama, Ahmad Khan merasa
wajib membebaskan kaum muslim dengan melenyapkan unsur yang tidak ilmiah dari
pemahaman terhadap al-qur’an. Hasilnya adalah teologi yang memiliki karakter atau sifat
ilmiah dalam tafsir al-qir’an.
Toha Husein adalah seorang sejarawan dan filsuf yang amat mendukung gagasan
Muhammad Ali Pasya. Ia merupakan pendukung modemisme yang gigih. Pengadopsian
terhadap ilmu pengetahuan modern tidak hanya penting dari sudut nilai praktis kegunaannya
saja, tetapi juga sebagai perwujudan suatu kebudayaan yang amat tinggi. Pandangannya
dianggap sekularis karena mengunggulkan ilmu pengetahuan.
x
mempelajari sejarah dan filsafat ilmu pengetahuan, gagasan seperti ini tidak cukup
memuaskan mereka.
Muhammad Ali Pasha adalah seorang keturunan Turki dari etnis Albania yang lahir di
kawalla, sebuah kota pelabuhan di kota Macedonia yang sekarang menjadi bagian dari
wilayah Yunani, pada tahun 1765, dan meninggal di mesir pada tahun 1849.
Perlu di ketahui bahwasanya nama “Pasha” merupakan sebuah sebutan pangkat mulia di
turki usmani yang di sandang M Ali ini mulai disematkan ke nama belakangnya ketika beliau
sudah berkuasa di mesir.
Semenjak dewasa beliau ditinggal mati oleh ayahnya, Ibrahim Aga (seorang komandan
militer lokasi). Muhammad Ali Pasha sempat bekerja sebagai pemungut pajak dan juga
pedagang tembakau karena beliau rajin dalam pekerjaanya jadilah beliau disenangi Gubernur
dan akhirnya menjadi menantu Gubernur. Setelah menikah beliau diterima menjadi anggota
militer, karena keberanian dan kecakapan menjalankan tugas, beliau diangkat menjadi
perwira.
Salah satu bidang yang menjadi sentral pembaruannya adalah bidang-bidang militer dan
bidang-bidang yang bersangkutan dengan bidang militer, termasuk Pendidikan. Kemajuan di
bidang ini tidak mungkin dicapai tanpa dukungan ilmu pengetahuan modern. Atas dasar
inilah sehingga perhatian di bidang Pendidikan mendapat prioritas utama.
Sesungguhnya Muhammad Ali Pasha tidak perlu pandai baca tulis, tetapi ia memahami
betapa pentingnya arti Pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk kemajuan suatu negara ini
terbukti dengan dibnetuknya kementerian Pendidikan untuk pertama kalinya di Mesir, dibuka
oleh sekolah militer (1815), sekolah Teknik (1816), sekolah ketabibaban (1836), dan sekolah
penerjemahan (1836).
Berlanjut ke bidang Pendidikan, cara modernisasi yang beliau lakukan adalah dengan
menerjemahkan buku-buku terbitan Eropa dalam skala yang besar. Menurut catatan sejarah
beliau mengirim 311 pelajar Mesir ke italia, prancis, inggris, dan Australia dengan
mengambil displin keilmuan yang beragam seperti kemiliteran, ilmu admistrasi, arsitek,
kedokteran dan oabat-obatan. Di samping mendelegasikan pelajar mesir ke eropa beliau juga
mendatangkan guru-guru agung eropa yang mengajar di sekolah-sekolah yang telah beliau
xi
bangun, misalnya sekolah militer (1815), sekolah Teknik (1816), sekolah kedokteran (1927),
farmasi (1829). Muhammad Ali juga menerbitkan majalah berbahasa arab pertama kalinya
yang diterbitkan tahun 1828 M, beliau menamainya dengan majalah “al waqa’I al mishriyah”
(berita mesir) majalah ini digunakan rezim Muhammmad Ali sebagai organ resmi
pemerintah.
Rasa nasionalisme timbul bersamaan dengan berkembangnya pola kehidupan modern, dan
mulai dari barat. Bangsa-bangsa barat mengalami kemajuan rasa nasionalisme yang
kemudian menimbulkan kekuatan-kekuatan politik yang berdiri sendiri. Keadaan tersebut
mendorong pada umumnya bangsa-bangsa Timur dan bangsa terjajah lainnya untuk
mengembangkan nasionalisme masing-masing.
Umat islam mendapati kenyataan bahwa mereka terdiri dari berbagai bangsa yang berbeda
latar belakang dan sejarah perkembangan kebudayaan. Merekapun hidup Bersama dengan
orang-orang yang beragama lain tapi sebamgsa. Inilah yang juga mendorong
perkembangannya rasa nasionalisme di dunia islam.
Golongan nasionalis ini, berusaha untuk memperbaiki kehidupan umat islam dengan
memperhatikan situasi dan kondisi obyektif umat islam yang bersangkutan. Dalam usaha
tersebut, bukan semata-mata mengambil unsur-unsur budaya barat yang sudah maju, tetapi
juga mengambil unsur-unsur yang berasal dari budaya warisan bangsa yang bersangkutan.
Ide kebangsaan atau nasionalisme inilah yang pada tahap perkembangan berikutnya
mendorong timbulnya usaha-usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan
sendiri di kalanagan bangsa-bangsa pemeluk islam. Dalam bidang Pendidikan umat islam
yang telah membentuk pemerintshsn nasional tersebut, mengembangkan system dan pola
Pendidikan nasionalnya sendiri-sendiri.
xii
F.Dualisme Sistem Pendidikan Islam
Sebagai akibat dari usaha-usaha pembaharuan Pendidikan islam yang dilaksanakan dalam
rangka untuk mengejar kekurangan dan ketinggalan dari dunia barat dalam segala aspek
kehidupan, maka terdapat kecenderungan adanya dualisme dalam sistem Pendidikan umat
islam. Usaha Pendidikan modern yang sebagaimana telah diuraikan yang berorientasi pada
tiga pola pemikiran (Islam murni, Barat dan nasinalisme), membentuk suatu sistem atau pola
Pendidikan modern, yang mengambil pola sistem Pendidikan barat dengan penyesuaian-
penyesuaian dengan islam dan kepentingan nasional. Di lain pihak sistem Pendidikan
tradisional yang ada di kalangan umat islam tetap dipertahankan.
Sistem Pendidikan modern, pada umunya dilaksanakan oleh pemerintah, yang pada
mulanya adalah dalam rangka memenuhi tenaga-tenaga ahli untuk kepentingan pemerintah,
dengan menggunakan kurikulum dan mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan modern.
Sedangkan sistem Pendidikan tradisional yang merupakan sisa-sisa dan pengembangan
sistem zawiyah, ribat atau pondok pesantren dan madrasah yang telah ada di kalangan
masyarakat, pada umunya tetap mempertahankan kurikulum tradisional yang hanya
memberikan Pendidikan dan pengajaran keagamaan. Dualisme sistem dan pola Pendidikan
inilah yang selanjutnya mewarnai Pendidikan islam di semua negara dan masyarakat islam, di
zaman modern. Dualisme ini pula yang merupakan problema pokok yang dihadapi oleh usaha
pembaharuan Pendidikan islam.
Pada umumnya usaha Pendidikan untuk memadukan antara kedua sistem tersebut telah
diadakan, dengan jalan memasukkan kurikulum ilmu pengetahuan modern ke dalam sistem
Pendidikan tradisional, dan memasukkan Pendidikan agama ke dalam kurikulum sekolah-
sekolah modern. Dengan demikian diharapkan sistem Pendidikan tradisional akan
berkembang secara berangsur-angsur mengarah ke sistem Pendidikan modern. Dan inilah
sebenarnya yang dikehendaki oleh para pemikir pembaharuan Pendidikan islam, yang
berorientasi pada ajaran islam yang murni, sebagaimana dipelopori oleh Al-Afghani.
xiii
Muhanmmad Abduh, dan lain-lain. Sampai sekarang proses pemaduan antara kedua sistem
dan pola Pendidikan islam ini, tampak masih berlangsung di seluruh negara dan masyarakat
islam.
A.Kesimpulan
B.Saran
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Asrahah, Hanun. 1999. Sejarah pendidikan islam. Jakarta: PT LOGOS Wacana Ilmu
Zuhairini, dkk 2006. Sejarah pendidikan islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Nata, Abudin, 2011. Sejarah pendidikan islam. Jakarta: Prenada Media Group
xv