Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang dan tidak lupa puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Adapun makalah yang berjudul tentang PENDIDIKAN ISLAM DI
KERAJAAN TURKI USMANI (II), ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan berbagai sumber, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih kepada sumber yang telah membantu penulis dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka penulis membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Ilmu Allah ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap
pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Pendidikan Islam..............................................................................2
B. Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Usmani II.....................................2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa Sultan Usman orang Turki telah menguasai daerah yang sangat luas
antara Kaukasus dan kota Cina menguasai daerah daerah sekitar laut tengah dan
berabad-abad lamanya ܃urki merupakan faktor penting dalam perhitungan ahli ahli
politik di Eropa Barat. Masa Pertengahan dalam Periodesasi Sejarah Islam merujuk
pada masa eksistensi tiga kerajaan besar yakni Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan
Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India. Tiga kerajaan pada masa pertengahan
ini memberikan gambaran adanya pergeseran dominasi non arab pasca dominasi arab
pada masa klasik. Masa Pertengahan memiliki ciri yang berbeda dengan masa klasik.
Pada masa ini umat Islam tidak berada dalam satu kesatuan politik. Umat islam
terpecah belah dengan banyaknya penguasa dinasti yang mulai eksis sejak
kemunduran Kekhalifahan Abbasiyah. Kerajaan Usmani, Kerajaan Safawi dan
Kerajaan Mughal, merupakan kekuasaan dinasti yang terbesar pada masa
pertengahan. Ciri yang lain dari masa pertengahan dapat dilihat melalui
perkembangan ilmu pengetahuan. pada masa pertengahan perkembangan ilmu
pengetahuan dinilai tidak sebanding dengan kemajuan ilmu pengetahuan pada masa
klasik. Umat Islam masa pertengahan lebih banyak taklid kepada ulama-ulama masa
klasik.
Pada zaman pertengahan yang diawali dengan runtuhnya Abbasiyah di Bagdad,
akibat serangan tentara Mongol yang di pimpin oleh Hulagu Khan, pada tahun 1258
hingga akhirnya kekuatan politik islam mengalami kemunduran yang sangat drastis.
Wilayah kekuasaan tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil, shingga antara
yang satu sama lainnya saling memerangi, beberapa peninggalan budaya dan
peradaban islam banyak yang hancur. Namun kemalangan tidak cukup sampai disitu,
kemudian Timur Lenk menghancurkan pusat-pusat kekuasaan islam yang lain.
Namun tidak harus menunggu dengan waktu yang cukup lama, kemudian keadaan
politik islam secara keseluruhan berangsur membaik dan pulih bersamaan dengan
munculnya tiga kerajaan besar yaitu: Kerajaan Turki Usmani di Turki (1300-1922),
Kerajaan Safawi di Persia (1501-1732) dan Kerajaan Moghul di India (1526-1857).
Dari tiga kerajaan yang telah disebutkan di atas yang paling lama berdirinya adalah
kerajaan Turki Usmani. Jatuhnya Abbasiyah Ibu Kota Bani Umayyah ke tangan
bangsa Mongol pada tahun 1258 M, telah membawa perubahan besar dalam sejarah
dunia Islam. Perubahan itu tidak hanya dari aspek politik, namun juga dari aspek
sosial dan pendidikan. Kondisi ini berjalan terus hingga munculnya tiga kerajaan
besar dalamn periode pertengahan dunia Islam yang mulai memasuki masa
kejayaannya pada tahun 1500-1700 M. ketiga kerajaan itu adalah kerajaan itu adalah
kerajaan Usmani di Turki, safawiah di Persia dan Mughal di India. Ketiga kerajaan
ini mampu memainkan peranan dalam melanjutkan Imperium Islam terus berlanjut
dari Bagdad keluar jazirah Arab. Perjalaan, sejarah ini pula mengantarkan dunia
Islam mengalami transformasi ilmu jazirah arab ke wilayah nnon Arab seperti turki,
Persia badan india. Namun demikian kegiatan pendidikan di masa ini tidaklah
sebanding dengan apa yang telah dihasilkan di masa Abbasiyah. Akan tetapi tapak-
tapak perjalanan itu tentunya turut membawa dinamika perjalanan sejarah pendidikan
Islam.
Umat islam mengalami puncak keemasan pada pemerintahan abbasiyah. Pada
masa itu bermunculan para pemikir islam kenamaan yang sampai sekarang
pemikirannya masih diperbincangkan dan dijadikan dasar pijakan bagi pemikiran di
masa mendatang,baik dalam bidang keagamaan maupun umum. Pengajuan islam ini
1
tercipta berkat usaha dari berbagai komponen masyarakat, baik ilmuwan, birokrat,
agamawan, militer, dan ekonom maupun masyarakat umum. Keadaan politik umat
islam secara keseluruhan baru mengalami pengajuan kembali setelah muncul dan
berkembangnya tiga kerajaan besar, yaitu utsmani di turki, mughal di india, dan
safawi di Persia. Selain pembelajaran umum, pendidikan agama Islam juga menjadi
hal penting dalam pendidikan sekarang. Perkembangan pendidikan yang terjadi pada
masa Turki Usmani, menjadi suatu perkembangan yang mempengaruhi pendidikan
dunia, bahkan perkembangan yang sudah dikatakan modern berdampak pada
masyarakat dan menjadi hal penting serta dirasa penting untuk dibahas. Oleh karena
itu penulis akan membahas dalam artikelnya yang berjudul “Turki: Menuju Sistem
Pendidikan Modern dalam sebuah Masyarakat Demokrasi”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi lebih dalam Pendidikan Islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
ke-20, Masa pertama dan kedua dapat disebut fase kemajuan Turki Usmani, fase
ketiga dan Keempat adalah fase turki Usmani mengalami masa kemunduran dan fase
kelima masa pembaharuandunia Islam. Menurut Mahmud Yunus, Setelah Mesir jauh
dibawah kekuasaan Usmani turki Sultan Salim memerintahkan supaya kitab-kitab
diperpustakaan mesir dipindahkan ke istambul. Menurut penulis hal ini menandakan
bahwa sumber-sumber rujukan pendidikan Islam diTurki Usmani adalah Sultan
Orkhan (W. 1359 M) Dimasa ini banyak perpustakaan yang berisi kitab-kitab ilmu
agama. Tiap-tiap orang bebas membaca dan mempelajarinya, Bahkan banyak ulama
dan ahli sejarah serta ahli syair yang muncul dimasa ini. Namun mereka tidak
terpengaruh oleh dunia Islam pada masa Harun al-Rasyid dan Al Makmun Dinasti
Abbasiyah) di Bagdad. Sehingga pengaruh pendidikan Islam yang ada dimasa
Abbasiyah tidak begitu kuat, demikan pula kegiatan ilmiah eropa (Andalusia), Kedua
zama kemajuan Islam era Harun Al Rasyid dan Al makun, kegiatan ilmiah
berkembang pada filsafat, sementara Mesir banyak mengkaji ilmuilmu fiqh, dan
Turki Usmani lebih banyak dipengaruhi oleh pendidikan yang ada di Mesir. Setelah
sultan salim yang menjadi pelopor usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan
pendidikan Islam wafat, ia digantikan oleh Sultan Sulaiman al-Qanuny (1520-1566
M). Dimasa Sultan Sulaiman al-Qanuny dibangun beberapa Masalah. Dimasa ini
muncul beberapa ulama seperti Abdul Baqi seorang penulis sastra terkenal, Fazuli,
nedim dan Syaikh Ghalik. Dari catatan sejarah di atas menunjukkan bahwa
pendidikan Islam sehingga Islam berjalan dengan baik, ditandai dengan munculnya
ulama-ulama dimasa itu. Namun kajian ilmu fighi, ilmu kalam, tafsir dan hadist tidak
mengalami perkembangan yang berarti.3 Menurut Fayyad Mahmud, para penguasa
lebih cenderung untuk menegakkan satu paham atau taqlid pada mashab tertentu dan
menjauhi mashab yang lain. Ulama dimasa ini umumnya hanya menulis buku dalam
bentuk syarah (penjelasan) dan hasyiyah (semacam catatan) terhadap karya-karya
sebelumnya. Beberapa ulama fiqh juga muncul pada masa kerajaan usmani seperti
syaikh hasan bin Ali ahud al syaba’I (W. 1756 M), Iman Syamsuddin Ramli (W.
1559 M) dan Syaikh Ibnu Hajar al Haitamy (W. 1567 M). Dimasa kekuasaan turki
usmani dan pertentangan tajam antara pendidikan sistem madrasah dan sistem
khalaqa turki masa itu terdapat beberapa tempat khusus pengejaran tasawuf yang
disebut methehikhana kurikulum pendidikan sistem khalaqa hampir seluruhnya
mengajarkan buku-buku tentang sufi seperti maksanawinya rumi, dimana menurut
lembagalembaga pendidikan ortodoks isinya banyak dikuasai oleh ajaran pantheisme
yang jauh berbeda dengan ajaran lembaga pendidikan ortodoks banyak mengajarkan
dualisme spiritual yang berlarut-larut lembaga pendidikan ortodoks banyak
mengajarkan kajian-kajian hukum Islam (syariat), sementara sistem khalaqa banyk
mengajarkan jalan mendekatkan diri kepada Allah swt dengan mencontoh hidup
seorang sufi. Sistem pengajaran yang dikembangkan pada Turki usmani adalah
menghapal matang-matang meskipun murid-murid tidak mengerti maksudnya seperti
menghapal matan al jarmiah, matan ragrib, matan alfiah, matan sultan dll. Murid-
murid setelah menghapal matan-matan itu barulah mempelajari syarah dan
hasiahnya, olah karena itu pelajarannya bertambah berat dan bertambah sulit untuk
dihapalkan. Metode hafalan yang diterapkan pada usmani menunjukkan bahwa
tujuan pembelajaran khusus pendidikan Islam pada masa itu diarahkan pada
pembentukan, penguasaan kognitif, sehingga ulama-ulama yang mendukung bukan
ulama yang mengeluarkan ijtihad, tetapi ulama yang mendukung satu mashab, yaitu
mashab syafi’i dalam fiqhi seperti Syaiq ibnu Hajar al haitami dan imam ramli.4
Kerajaan Turki Usmani ini berdiri 1929 Masehi berdirinya Kerajaan Turki
Usmani ini atas prakarsa bangsa Turki dari kabilah Agus suku nomanik di Asia kecil
yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara kerajinan. Pendidikan Islam pada
3
Juwari, “Sejarah Pendidikan Islam dari Klasik, Pertengahan, dan Modern.”
4
Badwi, “Sejarah Pendidikan Islam Di Kerjaan Turki Usmani.”
4
masa kerajaan Turki Usmani perlu kita ketahui bahwa pendidikan pada masa
kerajaan Turki Usmani tidak lepas dari halnya kebudayaan serta politik pada masa itu
kebudayaan pada masa kerajaan Turki Usmani dikenal sangat bervariasi karena
menggabungkan dari kebudayaan tiga negara yaitu Persia, Bizantium dan Arab
adapun kebudayaan yang diambil dari budaya Persia yaitu terdiri dari ajaran etika
serta tata krama dalam istana raja-raja. Kemudian dari budaya Bizantium ajaran yang
diambil yaitu terdiri dari organisasi pemerintahan dan kemiliteran, dan yang ketiga
yaitu dari budaya Arab ajaran yang diambil berupa prinsip ekonomi, sosial,
kemasyarakatan, serta keilmuan kemudian dalam bidang politik Turki Usmani di
dalamnya mencakup tentang kemiliteran serta pemerintahan. Pada awal kekuasaan
Turki Usmani para pemimpin dikenal sebagai orang-orang yang kuat sehingga
Kerajaan Turki Usmani dapat melakukan ekspansi secara cepat dan luas, namun
menurut penulis bagian dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam beliau mengatakan
bahwa kemajuan Turki Usmani bukan semata-mata karena keunggulan pemimpinnya
saja namun juga dari hal lain yaitu kemiliteran. Kekuatan militer Turki Usmani ini
mulai terorganisir dengan baik dan tidak terjadi konflik dengan Eropa di bawah
kekuasaan Sultan Orkan. Selanjutnya yaitu mengenai kurikulum dan metode, dalam
pendidikan Turki Usmani pada zaman pertengahan kurikulum yang digunakan di
Sekolah Madrasah tidak menggunakan kurikulum resmi akan tetapi pembelajaran di
Madrasah hanya di titikberatkan pada pendidikan agama saja. Kemudian pada tahun
1864 Turki Usmani membentuk komisi Sekolah Dasar Muslim, kurikulum mulai
disusun lebih baik pada masa itu. Pada jenjang Sekolah Dasar mulai diajarkan
beberapa tambahan mata pelajaran seperti Kaligrafi, Kewarganegaraan, Geografi dan
Aritmatika, selanjutnya pada pendidikan Madrasah dan pendidikan tinggi yang terdiri
dari Sekolah Pengetahuan Umum dan Sekolah Sastra disitu pun juga terdapat
beberapa tambahan mata pelajaran umum yaitu seperti bahasa Prancis, Ilmu Bumi,
Ilmu Ukur, Sejarah, Ilmu Politik, serta Bahasa Arab. Sekolah Pengetahuan Umum
mendidik siswa untuk menjadi pegawai administrasi, sedangkan pada Sekolah Sastra
sebagai persiapan penerjemah-penerjemah untuk kepentingan pemerintah.
Selanjutnya mengenai metode pendidikan Islam, adapun metode pendidikan Islam
pada masa awal Turki Usmani yaitu dengan menghafal Matan seperti menghafal
Matan Al-Jurumiyah dan lain-lain kemudian pada masa pembaharuan terdapat
perubahan metode pengajaran yaitu para siswa diberikan kebebasan dalam berpikir
serta berdiskusi dan pada masa itu banyak siswa pergi ke luar negeri untuk menuntut
ilmu dan sekembalinya mereka membawa banyak perubahan serta ide-ide.
Sultan Mahmud II ini beliau berkuasa di sekitar akhir abad ke-18 dan masuk di
awal-awal abad ke-19 beliau ini merupakan Sultan ke-33 Usmani dan beliau dijuluki
oleh sebagian rakyatnya orang-orang Turki sebagai Sultan kafir karena sejak masa
dahulu mereka itu membentuk suatu pasukan yang bernama Inkisyari (Jenissari),
Inkisyari ini kebanyakan dari mereka itu didominasi oleh budak-budak perang yang
kemudian diasuh oleh Sultan kemudian dilatih perang sampai mereka nanti berjuang
untuk Kerajaan Usmani, maka setelah kerajaan semakin dipimpin oleh Mahmud II,
Inkisyari Ini akhirnya dibubarkan, tentu saja pembubarannya membuat masyarakat
bingung menapa dibubarkan padahal dengan pasukan Inkisyari ini bagian Turki bisa
berkembang sedemikian besar, ternyata pasukan Inkisyari ini mulai masuk ke dalam
unsur-unsur yang buruk kemudian mulai ingin memiliki nafsu untuk berkuasa
bahkan dia juga melakukan pemberontakan dan bahkan ingin membunuh Sultan
maka akhirnya hal ini membuat Mahmud II berinisiatif untuk menghapus sistem
Inkisyari kemudian Mahmud II membuat pasukan baru yang lebih baik sistem ini
adalah sistem wajib militer yang pelatih-pelatihnya dan guru-gurunya diambil dari
negara sekitar Eropa Prancis dan lain sebagainya dan kemudian Selain itu Mahmud 2
bekerja sama dengan Muhammad Ali Pasha yang sudah membuat lebih dahulu
pasukan militer maka sebagian guru-guru dan tenaga pengajar diambil dari Mesir.
5
Salah satu hal menarik dari beliau Mahmud II ini, beliau dijuluki Sultan kafir karena
beliau sedikit-sedikit mulai mengikuti penampilan orang-orang Eropa, Selain itu
beliau juga membuat perpustakaan dan juga tempat penerjemahan di wilayah Turki
Usmani. Beliau juga membentuk diplomat-diplomat atau kedutaan besar di wilayah
Eropa, beliau juga melakukan perjanjian damai dengan beberapa negara antara lain
dengan Inggris kemudian dengan Rusia meskipun tadinya Rusia tidak mau tetapi
akhirnya Rusia menerima karena Rusia saat itu sedang ada konflik dengan Prancis
sehingga mereka memutuskan untuk melakukan perjanjian damai yang akhirnya
hubungan Turki dan Rusia menjadi baik. Kemudian Sultan Mahmud II terlibat
konflik dengan Muhammad Ali Pasha karena Muhammad Ali Pasha sudah
melakukan pembaharuan keadaan politik dan juga militer di Mesir, hal ini sangat
kuat sehingga nantinya bisa menjadi Kerajaan Turki Usmani maka yang terjadi
selanjutnya terjadi pemberontakan, yaitu pemberontakan Wahabi di hijaz yang
dipelopori oleh Muhammad Kyai Abdul Wahab yang kemudian membuat gerakan
keagamaan yang menyebar di wilayah Hijaz dan semakin luas dan kuat dan sudah
tidak mampu lagi dikontrol oleh kerajaan Turki Usmani, maka dari itu kemudian
Sultan Mahmud II mengirim Muhammad Ali Pasha untuk menyerang kekuatan
Wahabi dan akhirnya setelah perjuangan sekian puluh tahun orang-orang Wahabi
berhasil dikalahkan kemudian terjadi juga pemberontakan di wilayah Yunani.
Pendidikann Islam umumnya belum diarahkan pada pengembangan ilmu-ilmu
alam sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan islan pada masa usmani ini berbeda
dengan masa abbasiya bagdah dan Andalusia. Modernisasi pendidikan pada masa
pemerintahan Sultan Mahmud II membangunan Kurikulum di Madrasah yang ada di
Turki dengan diberlakukannya kurikulum pengetahuan umum yang menurutnya
madrasah tradisional sudah tidak sesuai lagi di berlakukan yang menganut kurikulum
agama melihat perkembangan zaman dan kemajuan ilmu-ilmu di Barat. Daulah Turki
Usmani sebagaimana juga halnya dengan dunia Islam di zaman itu, madrasah adalah
satu-satunya lembaga pendidikan umum yang ada. Madrasah hanya mengajarkan
pengetahuan agama, pengetahuan umum tidak diajarkan. Pada sisi lain, orang tua
kurang minat memasukkan anak-anak mereka ke madrasah, lebih mengutamakan
mengirim anak-anak mereka belajar keterampilan secara praktis di perusahaan-
perusahaan insdustri tangan. Kebiasaan tersebut menambah jumlah buta huruf di
daulah Turki Usmani. Untuk menanggulangi masalah tersebut, Sultan Mahmud II
mengeluarkan perintah supaya anak umur dewasa jangan dihalangi masuk madrasah,
ia melakukan perubahan kurikulum di madrasah dengan menambah pengetahuan
umum (Harun Nasution, 1996: 94). Sultan Mahmud II dengan serius memodifikasi
kurikulum dengan memasukkan Bahasa Perancis, Arab, pada setiap kelas hingga
pendidikan tinggi sekalipun disamping histori Nabi, dan para sahabat serta ulama
terkenal dan pelajaran akhlak dibentuk secara khusus (Benjamin C. Fortna, 2002:
209). Pada tahun 1876 sekolah yang paling terkenal yang diadakan oleh sultan adalah
Galatasaray. Institusi ini banyak menghasilkan tokoh yang memberi pengaruh besar
terhadap nasib bangsa Turki. Kurikulumnya terdiri dari bahasa Latin, sejarah
geografi, matematika, sains, menggambar, dan kaligrafi serta bahasa Turki, Persia
dan Arab. Pimpinan sekolah dan hampir semua gurunya adalah orang Prancis, dan
bahasa pengantar dalam proses belajar mengajarnya sebagian besar adalah bahasa
Prancis. Pada sekolah ini juga diberikan bea siswa (Szyliowies, 178) Pada Masa
Attartuk kurikulum yang semula memasukkan ilmuilmu modern, kemudian digabung
ilmu pengetahuan modern dengan ilmu pengetahuan agama, namun pada tahapan
Turki Modern Kurikulum Agama pernah di hapuskan dari sekolah-sekolah, sehingga
ilmu pengetahuan agama hanya ada di Madrasah. Disamping itu, Sultan Mahmud II
mendirikan dua sekolah pengetahuan umum, yakni Mekteb-i Ulum-u Edebiye
(sekolah sastra) dan Mekteb-i Ma’arif (sekolah pengetahuan umum). Siswa yang
diterima di sekolah tersebut adalah tamatan madrasah yang mempunyai prestasi
6
tinggi (Harun Nasution, 1996: 94). Pada masa modern, Pendidikan Turki sebelum
Attartuk mengambil bentuk pada pembangunan infrastruktur pada sekolah-sekolah
secara besar-besaran, yang mana sekolah-sekolah umum dan madrasah mengalami
pemisahan diantara keduanya. Pendirian sekolah umum mengalami peningkatan.
Sedang pada pendirian Madrasah berjalan tidak selejit perkembangan pada sekolah
umum. Sekolah-sekolah yang berdiri diantaranya: Sekolah Tinggi Hukum (1878),
Sekolah Tinggi Keuangan (1878), Sekolah Tinggi Kesenian (1879), Sekolah Tinggi
Dagang (1882), Sekolah Tinggi Tekhnik (1888), Sekolah Dokter Hewan (1889),
Sekolah Tinggi Polisi (1891), Universitas Istambul juga didirikan tahun 1900. Pada
masa modern ini sekolah mengambil tiga bentuk yaitu sekolah modern yaitu ilmu-
ilmu pengetahuan umum, sekolah asing yaitu ilmu-ilmu yang menggunakan bahasa
pengantar asing dan Madrasah yaitu ilmu-ilmu yang mengantarkan pada ilmu
pengetahuan agama. Sayangnya masa ini pembaharuan pendidikan terhadap ketiga
bentuk ini mempunyai daya meniru apa adanya yang datang dari luar dan tidak
mempunyai daya kreatif, karena ilmu pengetahuan modern yang diterapkan di Turki
hanya meniru barat dan ilmu pengetahuan agamapun berjalan apa adanya (Solihah
Titin Sumanti, 2016: 117). Kondisi pendidikan di era Turki Modern setelah Attartuk
mengambil bentuk tentang pemberdayaan kelembagaan, Dari segi kelembagaan,
pembangunan Sekolah umum digalakkan sedang Madrasah diposisi tempat, bahkan
sekolah-sekolah asing juga berkembang dengan pengantar bahasa Asing yang
diutamakan untuk bagian penerjemahan (Solihah Titin Sumanti, 2016: 117).5
Kemajuan ilmu pengetahuan bukan hanya pada bidang sastra dan seni saja juga
berkembang, meminjam istilah Ibnu Rusyd, Ilmuilmu Naqli dan Ilmu Aqli. Ilmu-
ilmu Naqli seperti Tafsir, Teologi, Hadis, Fiqih, Ushul Fiqh dan lain-lain dan juga
berkembang ilmu-ilmu Aqli seperti Astronomi, Matematika, Kimia, Bahasa, Sejarah,
Ilmu Alam, Geografi, Kedokteran dan lain sebagainya. Perkembangan ini
memunculkan tokoh-tokoh besar dalam sejarah ilmu pengetahuan, dalam ilmu
bahasa muncul antara lain Ibnu Malik At-Thai seorang pengarang buku nahwu yang
sangat terkenal Alfiyah Ibnu malik, dalam bidang sejarah muncul sejarawan besar
Ibnu Khaldun serta tokoh-tokoh besar lainnya yang memiliki pengaruh yang besar
bagi perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya (Saryadi Al-Faqier. Masa Bani
Abbasiyah II (Masa Jaya/ Khalifah Harun Al- Rasyid).6
Sejak awal Turki Utsmani berdaulat, tahun 1300 M, umat Islam sedang dalam
kondisi terpuruk fisik maupun mental diatas puing-puing peradaban yang telah
dibangun sejak masa Rasulullah. Masa kejayaan baru saja usai berlalu, dalam
keadaan ‘lemah’ umat menemukan ‘pencerahan’ dan jalan kembali dengan menekuni
sufisme yang subur pada masa itu. Sultan mengutamakan pendidikan militer sebagai
langkah strategis dalam menjunjang misiekspansi kekuasaan dan penyebaran Islam.
Sementara madrasah-madrasah yang telah ada lebih banyak diisi dengan kegiatan
tarekat-tarekat. Pelajaran pun terbatas materi agama dengan sistem studi tekstual dan
hafalan, bukan pemahaman apalagi telaah kritis. Hal ini telah mengurung umat Islam
dalam suasana jumud, tidak mengoptimalkan potensi akal dan tertinggal jauh dari
Eropa, yang justru bangkit dengan mengembangkan curiousity-nya, hingga
menghasilkan berbagai penemuan dan inovasi baru. Kesadaran akan pentingnya
pembaruan muncul kemudian pada masa Sultan Mahmud II, 1808.
Zaman pemerintahan Awrangzeb muncul seorang sejarawan bernama Abu Fadl
dengan karyawanya Akhbar Nama dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah
kerajaan Mughal berdasarkan figure pemimpinnya, ketenangan ini
menunjukkanbahwa kegiatan pengetahuan tidak hanya diarahkan pada studi
5
Adam dan Syukur, “Sejarah Perkembangan dan Kemunduran 3 Kerajaan Islam di Abad Modern
(1700-1800an).”
6
Lazim, “Sistem Pendidikan Islam Pada Masa Kejayaan.”
7
keIslaman tetapi juga studi sejarah dan sastra , walaupun ini terjadi pada masa-masa
tertentu. Menarik pula untuk diketahui di masa pemerintahan Mughal ini, ajaran
tasawuf juga dikembangkan dalam dunia pendidikan. Di Madrasah-madrasah yang
bergabung pada khalaqah-khalaqah dan zawiyah-zawiyah sufi, karya-karya sufi
dimasukkan kedalam kurikulim formal, karya-karya al-Suhrawardi (pendiri ordo
Suhrawadiyah), ibn al Arabi dan kemudian juga karya-karya jami’ ajarkan. Dari
keterangan diatas maka dapat diketahui bahwa pada masa kerajan Mughal kegitiatan
pendidikan tidk hanya difokuskan pada ilmu fiqh, hadist, tafsir, tasawuf atau ilmu
naqli yang lainnya, namun juga ada uapnya mengembangkan ilmu sejarah sastra, seni
dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
8
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat ditarik kesimpulan
bahwa pendidikan pada masa kerajaan Turki Usmani kurang mendapatkan
perhatian dibandingkan dengan kekuatan politik kekuasaan salah satunya yang
banyak mendapatkan perrhatian adalah kemajuan di bidang sufi tetapi itupun
hanya dijadikan sebagai kompensasi bagi para penguasa Turki Usmani untuk
sekedar keluar dari kerumitan permasalahan kenegaraan yang tidak dapat
diselesaikan. Puncak kemajuan Islam dalam bidang pendidikan ilmu pengetahuan
terjadi pada masa Abbasiyah. Ketika dinasti Abbasiyah hancur oleh tentara
Mongol yang idpimpin Hulughul Khan, pendidikan dan ilmu pengetahuan
sebagai sarana pengembangan sumber daya manusia pun mengalami
kemunduran. Bahkan kondisi ini tidak bisa diatasi oleh tiga kerajaan besar Islam
pascca Baghdad, yaitu kerajaan Utsmani di Turki, Kerajaan Safawi di Persia dan
Kerajaan Mughal di India. Kerajaan Utsmani sebagai kerajaan yang mampu
bertahan lama dari dua kerajaan besar lainnya hanya mampu mengembangkan
sistem kemiliternya, sehingga konsentrasi mereka lebih banyak pada masalah
kemiliteran dan perluasan wilayah. Sementara untuk pendidikan dan ilmu
pengetahuan kurang mendapat perhatian serius. Namun demikian, ulama-ulama,
buku-buku dan perpustakaan yang dihasilkan pada masa tidak sedikit. Tercatat
tidak kurang dari 16 ulama kenamaan yang muncul kepermukaan 26
perpustakaan dan 29.844 buah buku yang dihasilkan pada zaman Turki Utsmani.
Sejak awal Turki Utsmani berdaulat, tahun 1300 M, umat Islam sedang
dalam kondisi terpuruk fisik maupun mental diatas puing-puing peradaban yang
telah dibangun sejak masa Rasulullah. Masa kejayaan baru saja usai berlalu,
dalam keadaan ‘lemah’ umat menemukan ‘pencerahan’ dan jalan kembali dengan
menekuni sufisme yang subur pada masa itu. Sultan mengutamakan pendidikan
militer sebagai langkah strategis dalam menjunjang misiekspansi kekuasaan dan
penyebaran Islam. Sementara madrasah-madrasah yang telah ada lebih banyak
diisi dengan kegiatan tarekat-tarekat. Pelajaran pun terbatas materi agama dengan
sistem studi tekstual dan hafalan, bukan pemahaman apalagi telaah kritis. Hal ini
telah mengurung umat Islam dalam suasana jumud, tidak mengoptimalkan
potensi akal dan tertinggal jauh dari Eropa, yang justru bangkit dengan
mengembangkan curiousity-nya, hingga menghasilkan berbagai penemuan dan
inovasi baru. Kesadaran akan pentingnya pembaruan muncul kemudian pada
masa Sultan Mahmud II, 1808. Dan sepanjang sejarah Ottoman merupakan
konstribusi nilai historis yang bisa diambil hikmahnya dari berbagai sudut
pandang. Mulai dari pendidikan agama diasingkan dari sistem perundangan
pemerintahan, kemudian pendidikan Islam itu hilang dengan maraknya model
pendidikan Barat bahkan pendidikan Islam bersama dengan syariat Islam yang
umum muncul di masyarakat Muslim dihapuskan. Tampak terlihat bahwa Turki
mengikuti Barat secara menyeluruh. Kemoderenan Turki juga berdampak ke luar
negeri Turki merupakan penggagas awal dari modernisasi pendidikan Islam itu
sendiri yang kemudian mendapat sambutan dari Mesir dan India, hingga
kemudian berdampak ke beberapa negara Islam lainnya seperti Indonesia.
9
DAFTAR PUSTAKA
10