Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

GAGASAN PEMBAHARUAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM


Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam
Dosen Pengampuh Akbar Tanjung, M.Pd

DiSusun Oleh:
Kelompok 9
Aliful Azizah ( 2211040157 )
Ipon Nopiansah ( 2211040053 )

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG
2022/2023

KATA PENGANGTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “GAGASAN PEMBAHARUAN
DALAM PENDIDIKAN ISLAM” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penyusun
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang
pelanggaran atau kesalahan apa saja yang biasa terjadi dalam bahasa keseharian. Begitu pula
atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga
makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun
melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pembimbing
kami, Bapak Akbar Tanjung, M.Pd dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang
membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan
Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau
pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf.
Tim penyusun menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat
karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Bandar Lampung, Minggu, 7 Mei 2023


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................1
A.Latar Belakang....................................................................................1
B.Rumusan Masalah................................................................................2
C.Tujuan Makalah...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................3
A.Konsep Khalifah dalam Islam.............................................................3
B. Khulafaur Rasyidin............................................................................ 4
C. Kemajuan Peradaban pada Masa Khulafaur Rasyidin.......................15
BAB III PENUTUP...............................................................................22
A.Kesimpulan..........................................................................................22
B.Saran....................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA...................................................................24

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adalah Islam sebagai agama yang telah menuntun umatnya ke arah pencerahan afektif,
kognitif dan psikomotorik. Sejak kelahirannya, Islam telah menempuh jalur pendidikan,
maupun dalam bentuknya yang non-formal. Maka berkembanglah pusat-pusat pengajaran
1
Islam di rumah, kuttab dan masjid. Kondisi ini berkembang seiring dengan perkembangan
zaman. Keberadaan lembaga-lembaga pengajaran non formal ini senantiasa mengalami
kemajuan baik kualitas maupun kuantitasnya sampai pada periode formatif, dimana ajaran
Islam mengalami proses kristalisasi yang akhirnya sampai pada puncak peradaban dan
kejayaannya setelah para ilmuwan Islam berhasil mengadakan islamisasi berbagai tradisi
keilmuan. Ilmu dan pengetahuan Islam memiliki ciri yang khas walaupunnuansa Yunani turut
mempengaruhinya. Lahirnya tokoh-tokoh ilmuwan Islam yang menekuni berbagai bidang
keilmuan merupakan indikator bahwa proses pendidikan pada saat itu tidak mengabaikan
intelektual, hal ini sejalan dengan theologi Mu‟tazilah yang berkembang saat itu sebagai
sebuah aliran theologi yang berpola rasional.
Kejayaan Islam dalam ilmu pengetahuan berjalan perlahan sejak rasio tidak lagi
ditempatkan pada posisi yang semestinya bahkan yang cahayanya kian redup. Sejak
Baghdaddihancurkan tentra Mongol tahun 1258, maka diawalilah zaman pengetahuan sampai
pada tahun 1800 M. Kemunduran tersebut pada umumnya disebabkan oleh faktor-faktor
perpecahan internal karena Islam dan kesan perang Salib yang berkepanjangan sehingga
pencerahan pada masa ini lebih mengambil bentuk afektif (spritual) yang mengakibatkan
berkembangnya ajaran-ajaran tasawuf dan tarekat di seluruh negeri Islam. Sementara itu
hasil-hasil ijtihad yang mengkristal semakin ketat dipegang kaku dan tidak dinamis sehingga
manakala umat Islam dihadapkan pada kekauatan baru (peradaban Barat/Eropa), kelemahan
dan kemunduran peradaban yang dimiliki umat Islam menjadi tampak kontrak.
Kontak hubungan antara Islam dan Barat terjadi akhir abad XVIII atau awal abad XIX
ditandai dengan pendudukan Napoleon terhadap Mesir pada tanggal 2 Juni 1798. Namun
kesadaran untuk melakukan kontak hubungan tersebut telah dirasakan sejak abad sebelum
kedatangan Napoleon di Mesir yang dibuktikan dengan kekalahan perang Turki Usmani
terhadap negara-negara Eropa akibat minimnya teknologi militer Turki Usmani.
Kenyataan di atas telah membangkitkan kesadaran umat Islam bahwa mereka kini bukan
lagi bangsa superior di atas bangsa-bangsa dunia melainkan telah muncul kekuatan baru yang
mampu menandingi bahkan melebihi mereka. Persinggungan ini membawa dampak terhadap
pemahaman keislaman dengan masuknya term-term baru seperti nasionalisme, demokratisasi,
persamaan hak, patriotisme dan lain-lain. Dengan demikian para pemikir Islam berusaha
mencari solusinya serta merumuskan sebuah formulasi Islam baru yang mampu menjawab
tantangan zaman. Pembaharuan pemahaman terhadapIslam kemudian menjadi tema sentral
pemikiran Islam abad XIX dan XX. Para pemikir Islam berupaya mengadakan kajian
terhadap konsep dan pemahaman umat Islam terhadap agamanya dari sudut pandang berbagai
aspek seperti politik, sosial, intelektual, hukum dan pendidikan. Pembaharuan pendidikan
Islam essensinya adalah pembaharuan pemikiran pada prespektif intelektual muslim.
Pembaharuan pemikiran dalam Islam sangat berkaitan dengan pendidikan merupakan sarana
paling penting bukan saja sebagai wahana konservasi dalam arti tempat pemeliharaan,
pelestarian, penanaman dan pewarisan nilai-nilai dan tradisi suatu masyarakat, tetapi juga
sebagai sarana kreasi yang dapat menciptakan, mengembangkan dan mentransformasikan
masyarakat ke arah pemebentukan budaya baru.Itulah sebabnya mengapa pembaharuan,
Islam banyak menggunakan wahana pendidikan sebagai proyek percobaan pembaharuannya
seperti yang dilakukan Muhammad Abduh dan lain-lain. Penulisan ini akan menjelaskan
sekilas tentang pemabaharuan pendidikan yang terjadi dalam dunia pendidikan Islam dan
latar belakang diadakannya pembaharuan tersebut.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Latar Belakang Lahirnya Gagasan Pembaharuan?
2. Bagaimana Konsep – konsep Inti Dalam Gagasan Pembaharuan Pendidikan Islam?
3. Bagaimana pengaruh gagasan pembaharuan pendidikan Terhadap Pendidikan Islam
Umumnya?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Latar Belakang Lahirnya Gagasan Pembaharuan.
2. Mengetahui konsep – konsep Inti Dalam Gagasan Pembaharuan Pendidikan.
3. Mengetahui Pengaruh Gagasan Pembaharuan Pendidikan Terhadap Pendidikan Islam
umumnya

BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Lahirnya Gagasan Pembaharuan


Latar belakang munculnya pembaruan dalam bidang pendidikan Islam antara lain adanya
situasi sosial keagamaan masyarakat mesir saat itu yang penuh dengan taqlid, bid’ah dan
khurafat serta pemikiran yang statis. Sepertihalnya Al-Afghani, Abduh melihat bahwa salah
satu penyebab keterbelakangan umat Islam yang amat memperihatinkan adalah hilangnya
tradisi intelektual yang pada intinya ialah kebebasan berpikir.4Setelah bangsa Eropa
mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan dari ilmuan Islam, dan mereka mengembangkan
ilmu-ilmu tersebut. Semenjak itu pula umat Islam tidak lagi memperhatikan ilmu-ilmu
tersebut dan sebagai umat Islam mengalami kemunduran dalam segala aspek kehidupan. 1
Dengan semangat I’adatul Islam dan memerhatikan beberapa faktor yang menjadi sebab
lahirnya pembaruan pendidikan Isla, maka pada garis besarnya telah terjadi dua pemikiran
pembaruan pendidikan Islam, kedua pola tersebut adalah (1) pola pembaruan pendidikan
Islam yang berorientasi pada pola pendidikan modern di Barat, yang kemudian dikenal
dengan gerakan modernis dan (2) pembaruan pendidikan Islam yang berorientasi pada tujuan
1
Fauzi, Jurnal Studi Islam dan Budaya, Pembaruan Islam (Memahami Makna, Landasan,
dan Substansi Metode), Ibda, Vol 2 No. 1 Jan-Jun 2004, h. 3
4Nikmatul Maskuroh, Gerakan Pembaruan dalam Islam, (Jakarta: Teras, 2017), h. 29

3
pemurnian kembali ajaran Islam.Golongan pertama, adalah golongan yang berorientasi pada
pola pendidikan modern di Barat berpandangan bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan
hidup yang diakui oleh Bart adalah dengan jalan mendirikan sekolah-sekolah ala Barat, baik
sistem maupun isi pendidikanya. Dalam rangka memajukan sistem pendidikan Islam, banyak
juga pelajar yang dikirim ke Eropa terutama Perancis, untuk mengausasi ilmu-ilmu sains dan
teknologi modern. Kelompok ini telah menyadari bahwa kondisi pendidikan Islam telah
mengalami kemunduran yang sangat laur biasa.5Kedua, golongan yang berorientasi pada
pembaruan pendidikan Islam yang berdasarkan sumber Islam yang murni. Bagi mereka,
terjadinya kemunduran umat Islam lebih disebakan oleh ketidaktaatan kaum muslimin dalam
menjalankan ajaran Islam sebagaimana mestinya. Pola ini berpandangan bahwa
sesungguhnya Islam sendiri merupakan sumber bagi2 kemajuan dan perkambangan peradaban
serta ilmu pengetahuan modern, dalam hal ini Islam telah membuktikanya pada masa
kejayaan di masa silam. Menurut Fauzan, secara garis besar, ada beberapa faktor yang
mendorong terjadinya proses pembaruan pendidikan Islam yaitu (1) faktor
internal dan (2) eksternal
a. Faktor internal
1.) Kebutuhan pragmatis umat Islam yang sangat memerlukan satu sistem pendidikan
Islam yang betul-betul bisa dijadikan rujukan dalam rangka mencetak manusia-
manusia muslim yang berkualitas, bertakwa dan beriman kepada Allah
.
2.) Agama Islam melalui ayat suci Alquran banyak menyuruh atau menganjurkan umat
Islam untuk selalu berfikir dan bermetaform, membaca dan menganalisis sesuatu
untuk kemudian bisa diterapkan atau bahkan bisa menciptakan hal yang baru dari apa
yang kita lihat.

3.) Adanya kesadaran sebagian para ulam/tokoh umat Islam akan ketertinggalannya dari
orang Barat, dan mereka ingin memperbaiki kembali nasibnya

b. Faktor Eksternal
Adanya kontak Islam dengan Barat, terutama setelah penaklukan Napoleon terhadap
Mesir, telah menyadarkan dan mengugah umat Islam untuk melakukan perubahan perubahan
pragmatis umat Islam untuk belajar secara terus kepada Barat, sehingga ketertinggalan-
ketertinggalan yang selama ini dirasakan akan bisa terminimalisir. Secara mendasar,
pembaruan pendidikan Islam, menurut Rahman dapat dilakukan dengan menerima
pendidikan sekuler modern, kemudian berusaha memasukinya dengan konsep-konsep Islam.
Secara detail, menurutnya pembaruan pendidikan Islam dapat dilakukan dengan cara:
1.) Membangkitkan ideologi umat Islam tentang pentingnya belajar dan
Mengembangkan ilmu pengetahuan.

2.) Mengintegrasikan ilmu (antara ilmu agama dan ilmu umum) kedalam pendidikan
tinggi Islam di Indonesia untuk kemaslahatan umat manusia.

2
Andik Wahyun Muqoyyidin, Jurnal, Pembaruan Pendidikan Islam Menurut Muhammad
Abduh, (Vol. XXXVIII No. 2. 2013/1434), h. 298

4
3.) Menyadari betapa pentingnya bahasa, kemudian mengembangkanya sebagai alat
komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.

4.) Pembaruan dibidang metode pendidikan Islam, yaitu berlaih dari metode
mengulang-ulang dan menghafal ke metode memahami dan menganalisis.3

Untuk melihat makna pembaruan, setidaknya dapat kita lihat dari dua kondisi yang
melatarbelakanginya. Pertama, gerakan yang terjadi pada abad XIV M sebagai respon
terhadap keadaan umat Islam sehingga terjadi aktivitas pembaruan Islam seperti yang
dilakukan Ibnu Taimiyah,Muhammad Ibn Abdul Whab, Syaikh Ahmad Syirkindi Wliyullah,
gerakan pembaruan mereka memiliki kesamaan-kesamaan dasar, yaitu:
1. Gerakan ini datang dari umat Islam sendiri yang merupakan respon terhadap kondisi
keberagamaan kaum muslim bukan akibat persentuhan dengan Barat.

2. Kritik pembaruan pada umumnya merupakan respon terhadap praktek sufisme yang
dinilainya telah banyak keluar dari ajaran Islam.

3. Pembaruan menekankan perlunya rekontruksi sosial moral dan sosio etis masyarakat
agar sesuai atau setidaknya mendekati Islam yang ideal.

4. Menyerukan untuk membuka kembali pintu ijtihad sesuai dengan Alquran dan Hadist.

Pembaruan dalam konteks ini dapat dilakukan sebagai istilah, pemurnian atau reformasi,
karena merupakan respon kondisi keberagamaan umat Islam sendiri. Ketika terjadi kontak
hubungan antara Islam dengan Barat, terdapat setidaknya dua bentuk respon umat Islam.
1. Gerakan yang mencoba melakukan pembaruan melalui pegadopsian ilmu
pengetahuan dan teknologi serta nilai-nilai Barat ke dalam dunia Islam, sebagai jalan
untuk membangkitikan kembali Islam ke pentas dunia, gerakan ini lebih tepat disebut
sebagai gerakan modernisasi Islam.

2. Gerakan yang melihat kemunduran Islam lebih disebabkan karena ketidaksetiaan


umat Islam terhadap dasar ajaran Islam yang sesungguhnya.

Oleh karena itu mereka berpendapat bahwa untuk memajukan Islam adalah dengan cara
kembali kepada ajaran murni Islam kelompok ini disebut kelompok tradisional. Respon Islam
terhadap arus intelektual Islam Barat memang berebda dengan ketika Islam berhadapan
denmgan arus intelektualisme hellenis yang dapat diselesaikanm dengan baik. Namun pada
kasus Barat terdapat hambatan psikolos dalam menerima ide-idenya. Dimana Barat adalah
identic dengan Kristen yang menjadi musuh Islam dalam perang salib. Nurcholis Majid

3
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Radarjaya Ofset: 2011), h. 163-16

5
memberikan pengertian modernisasi dalam Islam sebagai rasioanlisasi yang berarti proses
perombakan pola pikir dari tata lama yang tidak akhliyah kepada pola fikir dan tata kerja baru
yang akhliyah4

B. Konsep – konsep Inti Dalam Gagasan Pembaharuan Pendidikan Islam


Konsep pembaharuan sistem Pendidikan Islam adalah upaya-upaya untuk menyesuaikan
paham keagamaan Islam dengan dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi madern. Dalam bahasa Arab, gerakan konsep sistem Islam
disebut tajdîd, secara harfiah tajdîd berarti konsep sistem dan pelakunya disebut mujaddid.
Istilah konsep pembaharuan sistem pendidikan ini baru terkenal dan populer pada awal abad
ke-18. tepatnya setelah munculnya gaung pemikiran dan gerakan konsep sistem Islam,
menyusul kontak politik dan intelektual dengan Barat. Pada waktu itu, baik secara politis
maupun secara intelektual, Islam telah mengalami kemunduran, sedangkan Barat dianggap
telah maju dan modern. Kondisi sosiologis seperti itu menyebabkan kaum elit muslim merasa
perlu untuk melakukan konsep sistem.
Sepanjang perjalanan sejarah, umat Islam telah melakukan beberapa konsep konsep sistem
Pendidikan Islam. Antara lain: Pertama, konsep modernisasi Islam, yaitu langkah-langkah
konsep sistem dalam memahami penafsiran, dan perumusan masalah-masalah keislaman
dengan sebuah rekonstruksi historis dalam mengaktualisasikan Islam dalam kehidupan
modern. Isu yang paling santer disosialisasikan adalah membuka pintu ijtihad dalam
menggunakan akal sebesar-besarnya. Gerakan ini berdasar atas cita-cita tentang idealisasi
kemajuan Islam yang pernah dialami oleh umat Islam, dan gerakan ini juga mencapai zaman
keemasan tersebut dengan metodologis yang sama dengan zaman itu yakni kebebasan
intelektual.Kedua, konsep Westernisasi (Tarbiyah al fikrah at Taghribi), konsep konsep
sistem Pendidikan Islam model ini menghendaki penyesuaian Islam dengan pemikiran dan
peradaban yang berkiblat pada paradigma Barat. Konsep ini adalah upaya memajukan Islam
yang terasa stagnatif dan statis, sangat ketinggalan yang dialami oleh kalangan umat Islam.
Sebagian umat Islam memiliki asumsi bahwa, jika umat Islam ingin maju dengan progresif
harus mengaplikasikan ide-ide Barat, sehingga untuk mencapai idealisasi- idealisasi ilmu
pengetahuan seperti yang dicapai Barat bukanlah cita-cita hampa. Gerakan ini juga disebut
dengan gerakan periode modernisme klasik yang muncul pada akhir abad 19 dan awal abad
20. Dimana ide-ide Barat mendominasi gerakan ini.
Ketiga, konsep Reformis (tarbiyah al fikrah at tajdidi), konsep ini adalah usaha konsep
sistem atau konsep sistem sosial melalui Islam. Gerakan ini juga disebut denga periode non-
revivalisme yang mana gerakan ini mendukung gagasan demokrasi, namun tetap
membedakan dirinya dengan Barat. Selama ini, upaya konsep sistem Pendidikan Islam secara
mendasar, selalu dihambat oleh berbagai masalah, dari segi apa saja terlihat goyah terutama
karena orientasi yang semakin tidak jelas. Berdasarkan uraian ini, ada dua alasan pokok
mengapa konsep konsep sistem Pendidikan Islam di Indonesia sangat mendesak, yaitu:

4
Mahmud Syafi’I, Pembaruan Pendidikan Islam Faktor dan Latar Belakang, (Bandung:
Tinta pers, 2016), h. 66

6
1. Konsep dan praktik Pendidikan Islam dirasakan terlalu sempit, artinya terlalu
menekankan pada kepentingan akhirat, sedangkan ajaran Islam menekankan pada
keseimbangan antara kepentingan dunia dan akhirat. Maka perlu pemikiran kembali
konsep Pendidikan Islam yang betul- betul didasarkan pada asumsi dasar tentang
manusia yang akan diproses menuju masyarakat madani.
2. Lembaga-lembaga Pendidikan Islam yang dimiliki sekarang ini, belum atau kurang
mampu memenuhi kebutuhan umat Islam dalam menghadapi tantangan dunia modern
dan tantangan masyarakat dan bangsa Indonesia disegala bidang.5

C. Pengaruh Gagasan Pembaharuan Pendidikan Terhadap Pendidikan Islam


umumnya
Dampak positif:
1. Semakin semaraknya syiar Islam dalam berbagai bidang di berbagai negara.
2. Masyarakat muslim semakin sadar akan berbagai peninggalan kebudayaan Islam. yang
menjadi sumbangan besar bagi kebudayaan dunia secara umum.
3. Masyarakat muslim secara khusus dan masyarakat lainnya secara umum semakin
mempertimbangkan syariat Islam sebagai solusi atas berbagai permasalahan yang ada di
dunia yang belum ditemukan. solusinya.
4. Adanya penyegaran kehidupan keislaman secara merata dalam masyarakat muslim yang
sebelumnya hanya terpaku padal aspek ibadah saja.
5. Adanya penyegaran dan banyaknya ijtihad yang dilakukan para ulama modern untuk
menjawab berbagai tantangan zaman.
6. Umat Islam terlepas dari taklid buta dan asal ikut saja dalam bidang agama sehingga
mereka mampu berpikir sebelum memutuskan mengikuti sesuatu.
Dampak negatif:
1. Adanya percampuran pemahaman yang keliru yang kemudian diikuti oleh masyarakat
muslim.
2. Lebih maraknya orang-orang yang berkedok agama untuk memenuhi ambisi. pribadinya.
3. Tersebar luasnya fatwa yang hanya cocok untuk daerah tertentu saja namun diambil dan
diikuti tanpa melihat kondisi khusus yang ada di daerah lainnya.
Pembaharuan dalam bidang apa pun pasti akan membawa dampak positif dan negatif
karena memang yang membawa pembaharuan tersebut adalah manusia biasa yang tidak luput
dari kesalahan. Pembaharuan Islam adalah sesuatu yang wajar dan tidak perlu kita hindari,
akan tetapi yang harus kita lakukan adalah mengambil dan mempertahankan apa yang baik
serta membuang dan menghindari apa yang tidak baik. Kalau kita kaji perjalanan sejarah
umat Islam paling tidak dapat kita ketengahkan dua faktor dan latar belakang diadakannya
Pembaharuan Pendidikan Islam pada abad modern.

5
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam (Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan
Milenium III), (Jakarta: Kencana, 2012), hlm 16.

7
a. Kondisi internal dunia Pendidikan Islam pada zaman pertengahan Islam,
termasuk kondisi Muslim pada umumnya.
b. Terjadinya kontak antara Islam dengan Barat. Faktor Pertama: Dapat dikaji
dari sejarah intelektual dan pendidikan Islam masa awal sampai zaman
pertengahan Islam. Keberadaan institusi Pendidikan Islam sejalan dengan
kemunculan Islam itu sendiri. Institusi ini berkembang mulai dari bentuk yang
informal seperti rumah (Daar al-arqam), kuttab dan Masjid sampai kepada
bentuk yang formal yakni Madrasah.

Hal ini merupakan konsekwensi logis dari diskursus keilmuan yang berkembang yang
mengadakan pembedaan-pembedaan pengetahuan tertentu, misalnya antara ilmu teoritis dan
praktis, ilmu yang universal (kully). Dan pembedaan yang paling penting antara ilmu agama
(Al-Ilmu al-Syar‟iyah) atau ilmu –ilmu tradisional (Al „Ulum Al Aqliyah) dengan ilmu-ilmu
rasional atau sekuler (Al-„Ulum Al-„Aqliyah atau ghair Syar‟iyah). (Rahman: 1985).Dalam
Islam sesungguhnya tidak diketahui pembedaan-pembedaan antara “Ilmu Agama” dan “Ilmu
Profan” seperti tersebut di atas. Semua pengetahuan dalam Islam pada akhirnya bermuara
pada Allah SWT. Namun pada prakteknya, kelompok pokok pengetahuan agama lebih
mendominasi dibanding dengan kelompok Al-„Ulum Ghair Syar‟iyah.Perkembangan tradisi
pemikiran terutama prespektif umat Islam terhadap permulaan ilmu pengetahuan tersebut,
membawa dampak bagi dunia pendidikan Islam pada umumnya. Sehingga institusi-institusi
pendidikan Islam pada akhirnya hanya berfungsi sebagai wadah konservasi yang tentu saja
kehilangan kreasi pengembangannya.Sebelum kehancuran Theologi Mu‟tazilah pada masa
khalifah Abbasiyah al-Makmun (198- 218/813-833 ) Mempelajari ilmu-ilmu umum yang
bertitik tolak dari nalar dan kajian-kajian empiris bukan sesuatu yang tidak ada dalam
kurikulum Madrasah tetapi dengan “pemakruhan” untuk tidak menyebut “pengharaman”.
Penggunaan nalar setelah runtuhnya Mu‟tazilah. Ilmu-ilmu umum yang sangat dicurigai itu
dihapuskan dari kurikulum Madrasah mereka yang cenderung dan masih berminat kepada
ilmu-ilmu umum itu, terpaksa mempelajari secara sendiri-sendiri atau bahkan di bawah tanah,
karena mereka dipandang sebagai ilmu-ilmu “subversif” yang dapat dan akan
menggugatmengganggu stabilitas doktrin sunni. Pada waktu yang sama, sain mengalami
transmisi ke dunia Barat (Eropa) yang kemudian melahirkan revolusi industri dan membawa
mereka kepada kemajuan.Dengan demikian dapat digambarkanbahwa akar keterbelakangan
dunia Islam dalam bidang Islam. sains dan teknologi dapat dilacak dari hilangnya sains dari
tradisi intelektual dan pendidikan Kondisi semacam itu tidak lepas dari kondisi sosial
keagamaan masyarakat muslim secara keseluruhan pada abad pertengahan, hilangnya
pemikiran rasional dan digantikan dengan pemikiran statis, taklid, bid‟ah dan khurafat
menjadi ciri dunia Islam saat itu.Pemikiran jumud itu selalu merambat dalam berbagai bidang
bahasa, syri‟ah, aqidah dan sistem masyarakat. Kejumudan dalam hal-hal di atas tampaknya
terkait antara satu dengan lainnya dan dalam kejumudan dalam satu bidang , terutama bidang
aqidah mempengaruhi bidang-bidang lainnya. Dalam hal ini Muhammad Abduh berasumsi
bahwa akidah Jabariyah yang menjadi salah satu penyebab timbulnya kejumudan itu (Tarikh
II: tt).
Ajarannya yang cenderung pada sikap pasif kepercayaan terhadap kasih sayang Tuhan
mempermudah manusia melanggar perintah Tuhan. Konsekwensinya, moral umat Islam
semakin jauh menyimpang dari tuntunan Islam.Faktor kedua: Latar belakang pembaharuan
Pendidikan Islam, seperti telah disebutkan merupakan titik kulminasi dari gejolak intelektual
yang selama ini terpendam. Pada zaman pertengahan, sesungguhnya telah muncul beberapa

8
pemikir Muslim yang dengan jeli melihat krisis keilmuan dunia Islam, tetapi mereka
tenggelam di bawah arus utama yang tetap menghendaki kemapanan, dianataranya ialah Ibn
Taimiyah. Ia mengadakan reformasi pada abad XIV M. Kritik-kritik tajam yang
dilontarkannya bukan hanya diarahkan pada sufisme dan para filosofis yang mendewakan
nasionalisme, melainkan juga ke arah thologi Asy‟ari.Periode modern (1800 M) merupakan
zaman kebangkitan Islam, ekspedisi Napoleon di Mesir terakhir di tahun 1801, membuka
mata dunia Islam terutama Turki dan Mesir akan kemunduran dan kelemahan umat Islam di
samping kemajuan dan kekuatan Barat. Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berpikir dan
mencari jalan untuk mengembalikan keseimbangan kekuatan yang telah pincang sejak abad
pertengahan (Nasution: 1985).Kemudian respon terhadap keadaan ini bermunculan, ada yang
menjawab secara „apologetic‟ dengan mengatakan bahwa itu bukan kesalahan Islam, tetapi
kesalahan penganutnya yang tidak setia terhadap Islam. Sementara sebagian lain dengan jujur
mengakui bahwa Barat memang telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan yang
diadopsi dari umat Islam hingga perlu dipelajari langkah - langkah yang dijalankan Barat
hingga mencapai kemajuan (Espasito, (ed): 1987). Kelompok yang terakhir yang dikenal
sebagai kelompok modernis Islam, kemudian melakukan gerakan pembaharuan dengan cara
mentransmisikan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi Barat ke dalam
Islam. Para pembaharu ini pada umumnya sepakat bahwa pendidikan menjadi salah satu
jalan, bahkan mungkin satu-satunya jalan yang sangat esensial bagi program pembaharuan.
Untuk itulah banyak ditemui apakah dia seorang cendekiawan atau penguasa, terjun langsung
dalam dunia pendidikan praktis (Mursi: 1977). Pada umumnya dapat dianalisa bahwa
pembaharuan Islam setelah munculnya usaha-usaha dari tokoh-tokoh pembaharuan Islam.
1. Pembaharuan Pendidikan Islam yang berorientasi kepada pola pendidikan modern di
Eropa.
2. Pembaharuan Pendidikan Islam yang berorientasi kepada kemurnian kembali ajaran Islam.
3. Pembaharuan Pendidikan Islam yang berorientasi pada kekayaan dan sumber budaya
masing masing dan bersifat nasionalisme.
Golongan pertama berpendapat bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup yang
dialami Barat itu adalah hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern
yang pernah mereka capai. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan Barat pernah berkembang di
dunia Islam. Atas dasar itu, untuk mengembalikan kekuatan dan kemajuan umat Islam harus
menguasai sumbernya yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi dan jalan untuk memperoleh itu
semua adalah melalui proses pendidikan dengan meniru pola pendidikan yang dikembangkan
di dunia Barat, yaitu dengan mendirikan sekolah-sekolah cara Barat baik sistem maupun isi
pendidikannya. Di samping melakukan pengiriman pelajar ke dunia Barat terutama ke prancis
untuk menguasai sains dan teknologi modern. Uasaha yang dilakukan Muhammad Ali Pasya
(1805) di Mesir dan Sultan Mahmud II di Turki, bahkan beliau juga mendatangkan guru-guru
dari Barat (terutama Mesir) untuk mengajar di sekolah-sekolah militer dan teknik di Mesir.
Pada masa yang sama diusahakan pula penerjemahan buku-buku Barat ke Bahasa Arab
(Zuhairimi: 1995).
Golongan kedua adalah gerakan pembaharuan Pendidikan Islam yang berorientasi pada
sumber ajaran Islam yang murni. Menurut analisa mereka, bahwa sebab-sebab kemunduran
umat Islam adalah karena mereka sendiri tidak melaksanakan ajaran Islam sebagaimana
mestinya. Pola ini berpandangan bawa sesungguhnya Islam sendiri merupakan sumber
kemajuan dan peradaban dan ilmu pengetahuan modern, hal itu telah terbukti dalam masa

9
keemasan Islam. Tokoh-tokoh pembaharuan golongan ini adalah Muhammad Abdul Wahab,
kemudian dikokohkan oleh Jamaluddin Al-Afghani dan dilanjutkan oleh Muhammad Abduh,
meraka membawa satu paradigma pembaharuan yang membrantas taklid buta dan berusaha
membuka pintu ijtihad. Dengan kondisi yang dibawa oleh perubahan zaman, penyesuaian
dapat diambil dengan interpretasi baru terhadap ajaran Islam. Gerakan itu selanjutnya
direalisasikan oleh gerakan Ikhwanul Muslimin dengan mengembalikan umat Islam pada
faham Salafiyah disamping dapat menerima pembaharuan yang datang dari Barat yang
memberi manfaat kepada umat Islam.
Golongan ketiga membawa pembaharuan pendidikan yang berorientasi pada nasionalisme
bersama dengan berkembangnya pada kehidupan modern meniru bangsa Barat yang sudah
mencapai kemajuan karena adanya semangat nasionalisme mereka. Kesadaran nasional dan
cinta tanah air inilah yang menjadikan negara Barat maju dalam berbagai bidang terutama
dukungan terhadap kekuatan-kekuatan politik mereka. Kesadaran nasionalisme pada
umumnya mendorong bangsa-bangsa Timur dan negara-negara terjajah untuk
mengembangkan jiwa dan semangat nasioanlismenya.Gerakan ini selanjutnya membentuk
usaha-usaha merebut kemerdekaan dan mengadakan pemerintahan sendiri. Salah seorang
tokoh dalam golongan ini adalah Mustafa kamal yang membentuk gerakan melawan
infrialisme Inggris di Mesir dengan tujuan membentuk kesadaran nasional dan kesadaran
beragama. Ia berpendapat bahwa Pendidikan Tinggi khususnya pendidikan di universitas
merupakan sarana membentuk kesadaran nasional, sedangkan pers untuk membangkitkan
kesadaran keberagamaan dan hubungan dunia Mesir dengan dunia lainnya (Al-Bahy: 1986).
Dapat dipahami bahwa di dalam bidang pendidikan,mereka berhasil menciptakan Sistem
Pendidikan Nasional sendiri. Di samping Mustafa Kamal tokoh lainnya adalah Toha Husen
yang kemudian diteruskan oleh Jamal Abdul Naser.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Latar belakang munculnya pembaruan dalam bidang pendidikan Islam antara lain adanya
situasi sosial keagamaan masyarakat mesir saat itu yang penuh dengan taqlid, bid’ah dan
khurafat serta pemikiran yang statis. Sepertihalnya Al-Afghani, Abduh melihat bahwa salah
satu penyebab keterbelakangan umat Islam yang amat memperihatinkan adalah hilangnya
tradisi intelektual yang pada intinya ialah kebebasan berpikir.4Setelah bangsa Eropa
mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan dari ilmuan Islam, dan mereka mengembangkan
ilmu-ilmu tersebut. Semenjak itu pula umat Islam tidak lagi memperhatikan ilmu-ilmu
tersebut dan sebagai umat Islam mengalami kemunduran dalam segala aspek kehidupan.
Dengan semangat I’adatul Islam dan memerhatikan beberapa faktor yang menjadi sebab
lahirnya pembaruan pendidikan Isla, maka pada garis besarnya telah terjadi dua pemikiran
pembaruan pendidikan Islam, kedua pola tersebut adalah
(1) pola pembaruan pendidikan Islam yang berorientasi pada pola pendidikan modern di
Barat, yang kemudian dikenal dengan gerakan modernis dan
(2) pembaruan pendidikan Islam yang berorientasi pada tujuan pemurnian kembali ajaran
Islam.
Golongan pertama, adalah golongan yang berorientasi pada pola pendidikan modern di
Barat berpandangan bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup yang diakui oleh Bart
adalah dengan jalan mendirikan sekolah-sekolah ala Barat, baik sistem maupun isi
pendidikanya. Dalam rangka memajukan sistem pendidikan Islam, banyak juga pelajar yang
dikirim ke Eropa terutama Perancis, untuk mengausasi ilmu-ilmu sains dan teknologi
modern. Kelompok ini telah menyadari bahwa kondisi pendidikan Islam telah mengalami
kemunduran yang sangat laur biasa. Kedua, golongan yang berorientasi pada pembaruan
pendidikan Islam yang berdasarkan sumber Islam yang murni. Bagi mereka, terjadinya
kemunduran umat Islam lebih disebakan oleh ketidaktaatan kaum muslimin dalam
menjalankan ajaran Islam sebagaimana mestinya. Pola ini berpandangan bahwa
sesungguhnya Islam sendiri merupakan sumber bagi kemajuan dan perkambangan peradaban
serta ilmu pengetahuan modern, dalam hal ini Islam telah membuktikanya pada masa
kejayaan di masa silam. Menurut Fauzan, secara garis besar, ada beberapa faktor yang
mendorong terjadinya proses pembaruan pendidikan Islam yaitu

11
(1) faktor internal
(2) eksternal

DAFTAR PUSTAKA

Andik Wahyun Muqoyyidin. 2013/2014. Jurnal, Pembaruan Pendidikan Islam Menurut


Muhammad
Abduh. Vol. XXXVIII No. 2

Fauzi, Jurnal Studi Islam dan Budaya 2004. Pembaruan Islam Memahami Makna, Landasan,
dan Substansi Metode, Ibda, Vol 2 No. 1

Nikmatul Maskuroh. 2017. Gerakan Pembaruan dalam Islam, Jakarta: Teras

Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam. 2011 Jakarta: Radarjaya Ofset h.

Mahmud Syafi’I, Pembaruan Pendidikan Islam Faktor dan Latar Belakang. 2016. Bandung:
Tinta pers

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam. Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan


Milenium III. 2012 Jakarta: Kencana,

12

Anda mungkin juga menyukai