Anda di halaman 1dari 18

Perkembangan Studi Islam dan Kearifan Lokal

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pengantar Studi Islam dan Kearifan Lokal

Dosen Pembimbing : MAKMUR S.PD.I.,M.PD.I`


NIP 198401152019031006

Disusun oleh : Kelompok 4


Nurul 2103030072
Asqari Narpan 2103030089
Anisa Putri 2103030075

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PALOPO
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah -Nya, sehingga kita masih dalam keadaan sehat. Dan
khususnya, kami (penyusun) bisa menyelesaikan Makalah ini.

Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi penulis tentunya
bertujuan untuk menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai
dengan pengetahuan yang saya peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber
yang lain. Semoga semuanya memberikan manfaat bagi kita. Bila ada kesalahan
tulisan atau kata-kata di dalam makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Palopo, 28 September 2021

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................ 4

B. Rumusan Masalah .................................................................. 5

C. Tujuan Penulisan .................................................................... 6

BAB II : PEMBAHASAN

A. Sejarah Awal Studi Islam ........................................................ 8

B. Perkembanagan Lemabaga Pendidikan Islam ........................... 6

C. Perkembanagn Studi Islam di Barat ........................... ..........11

D. Perkembangan Studi Islam di Imdonesia...................................13

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 16

B. Saran................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah perkembangan studi Islam dikalangan ilmuan muslim dari masa keemasan

ada banyak sekali kisah atau hal yang dapat dipelajari, bahkan pendekatan-

pendekatan dan metode-metodenya bisa juga diterapkan dalam era modern

seperti di zaman sekarang ini. Sejarah perkembangan studi Islam ini merupakan

bidang studi yang banyak menarik perhatian para peneliti, baik dari kalangan

sarjana muslim maupun nonmuslim. Karena dari penelitian itu banyak manfaat

yang dapat dapat diperoleh dari penelitian perkembangan studi tersebut. Seperti

halnya perkembangan, pendekatan, cara, ataupun hal-hal yang lain dalam studi

islam.

Disadari atau tidak, selama ini informasi mengenai sejarah perkembangan studi

Islam banyak berasal dari hasil penelitian sarjana barat. Hal ini terjadi karena

selain masyarakat barat memiliki etos keilmuan yang tinggi, juga didukung oleh

dana dan kemauan politik yang kuat dari para pemimpinnya. Sedangkan para

peneliti muslim tampak disamping etos keilmuannya rendah, juga belum

didukung oleh keahlian di bidang penelitian yang memadai, serta dana dan

dukungan politik dari pemerintah yang kondusif.

Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan

berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di bumi. Proses

pewarisan dan pengembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman

4
pada ajaran Islam sebagaimana termaktub dalam Al-Qur`an dan terjabar dalam

Sunnah Rasul bermula sejak Nabi Muhmmad SAW menyampaikan ajaran

tersebut pada umatnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam

makalah ini adalah:

1. Bagaimana sejarah awal studi Islam?

2. Bagaimana perkembangan lembaga pendidikan Islam?

3. Bagaimana perkembangan studi Islam di Barat?

4. Bagaimana perkembangan studi Islam di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan ditulisnya makalah ini adalah:

1. Mengetahui sejarah awal studi Islam.

2. Mengetahui perkembangan lembaga pendidikan Islam.

3. Mengetahui perkembangan studi Islam di Barat.

4. Mengetahui perkembangan studi Islam di Indonesia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Awal Studi Islam

Masa kejayaan pendidikan Islam merupakan satu periode dimana

pendidikan Islam berkembang pesat yang ditandai dengan berkembangnya

lembaga pendidikan Islam dan madrasah (sekolah-sekolah) formal serta

universitas-universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam. Lembaga-

lembaga pendidikan sangat dominan pengaruhnya dalam membentuk pola

kehidupan dan pola budaya umat Islam. berbagai ilmu pengetahuan yang

berkembang melalui lembaga pendidikan itu menghasilkan pembentukan dan

pengembangan berbagai macam aspek budaya umat Islam.

Pada masa kejayaan ini, pendidikan Islam merupakan jawaban terhadap

tantangan perkembangan dan kemajuan kebudayaan Islam. kebudayaan Islam

telah berkembang dengan cepat sehingga mengungguli dan bahkan menjadi

puncak budaya umat manusia pada masa itu. Dalam perkembangan kebudayaan

Islam, ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor intern atau pembawaan

dari ajaran Islam itu sendiri dan faktor ekstern yaitu berupa tantangan dan

rangsangan dari luar.

Pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan pada masa dinasti

Abbasiyah, yaitu pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (170-193 H). Karena

beliau adalah ahli ilmu pengetahuan dan mempunyai kecerdasan serta didukung

6
negara dalam kondisi aman, tenang dan dalam masa pembangunan sehingga dunia

Islam pada saat itu diwarnai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Pada masa kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum sekolah tingkat

rendah adalah Al-Qur`an, agama, membaca, menulis, dan syair. Di istana-istana

biasanya ditegaskan pentingnya pengajaran khittabah, ilmu sejarah, cerita perang,

cara-cara pergaulan, ilmu-ilmu pokok seperti Al-Qur`an, syair dan fiqh.

Di lembaga-lembaga pendidikan formal, seperti masjid, kurikulumnya adalah

ilmu agama dengan Al-Qur`an sebagai intinya. Selain itu hadits dan tafsir. Hadits

merupakan materi penting di masjid-masjid, karena kedudukannya sebagai

sumber agama Islam yang kedua, setelah Al-Qur`an. Sedangkan tafsir adalah ilmu

yang membahas kandungan Al-Qur`an dengan penafsirannya.

Pelajaran fiqh, merupakan materi kurikulum yang paling populer karena

bagi mereka yang ingin mencapai jabatan-jabatan dalam pengadilan harus

mendalami bidang studi tersebut. Banyaknya muslim yang tertarik pada ilmu fiqh

karena besarnya penghasilan yang diperoleh ahli-ahli fiqh dalam memecahkan

masalah fiqhiyah seperti masalah warisan menyebabkan berkembangnya

kebiasaan buruk sebagaimana yang dikritik oleh Al- Ghazali yaitu munculnya ahli

fiqh yang memberikan fatwa-fatwa demi mengharap imbalan harta.

Seni berdakwah (retorika) juga membentuk bagian penting dalam

pengajaran ilmu-ilmu agama, karena kemampuan menyampaikan dakwah dengan

meyakinkan dan pelajaran yang ilmiah serta memainkan peranan penting dalam

kehidupan keagamaan dan pendidikan Islam di kalangan masyarakat muslim.

Mata pelajaran retorika teridiri dari tiga cabang yaitu Al- Ma`ani yang membahas

7
perbedaan kalimat dan bagaimana melafalkannya dengan jelas, Al- Bayan, yang

mengajarkan seni mengekspresikan ide-ide dengan fasih dan tidak mengandung

arti ganda, dan Al- Badi yang membahas kata-kata indah dan hiasan kata dalam

pidato.

B. Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam

1. Lembaga Pendidikan Islam Nonformal

a. Kutab sebagai Lembaga Pendidikan Dasar

Kutab atau maktab, berasal dari kata dasra kattaba yang berarti menulis atau

tempat menulis. Pada mulanya dilaksanakan di rumah guru-guru yang

bersangkutan, yang diajarkan adalah menulis dan membaca. Kemudian pada akhir

abad pertama hijriyah, kutab tidak hanya mengajarkan menulis dan membaca,

tetapi juga mengajarkan membaca Al-Qur`an dan pokok-pokok ajaran Islam.

b. Pendidikan Rendah di Istana

Pendidikan anak di istana berbeda dengan pendidikan di kutab pada

umumnya. Di istana orang tua murid membuat rencana pelajaran yang selaras

dengan anaknya. Guru yang mengajar disebut Mu`addib, karena berfungsi

mendidik budi pekerti dan mewariskan kecerdasan serta pengetahuan.

c. Toko-Toko Kitab

Toko-toko kitab bukan hanya sebagai tempat berjual beli saja, tetapi juga

sebagi tempat berkumpulnya para ulama, pujangga, dan ahli-ahli ilmu

pengetahuan untuk berdiskusi, berdebat, bertukar pikiran dalam berbagai masalah

ilmiah atau sekaligus sebagai lembaga pendidikan dalam rangka pengembangan

berbagai macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam.

8
d. Rumah-Rumah Para Ulama (Ahli Ilmu Pengetahuan)

Pada masa kejayaan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam,

rumah-rumah para ulama dan ahli ilmu pengetahuan menjadi tempat belajar dalam

pengembangan ilmu pengetahuan. Di antaranya, rumah Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ali

Ibnu Muhammad Al-Fashihi, Ya`qub Ibnu Killis, Wazir Khalifah, dan Al-Aziz

Billah Al-Fathimy.

e. Majelis Kesusasteraan

Yaitu majelis khusus yang diadakan oleh khalifah untuk membahas berbagai

macam ilmu pengetahuan.

f. Badiah (Padang Pasir, Dusun Tempat Tinggal Badwi)

Badiah digunakan sebagai tempat untuk mempelajari bahasa Arab yang fasih

dan murni serta mempelajari syair-syair dan sastra Arab. Rumah Sakit

(Bimaristan)

Pada masa dinasti Abbasiyah yang mendirikan rumah sakit adalah Harun al

Rasyid, yang memerintahkan kepada dokter Jibrail bin Buhtaisu untuk mendirikan

rumah sakit di Baghdad. Di sebelah rumah sakit ada perpustakaan dan bilik untuk

mengajarkan ilmu kedokteran dan ilmu obat-obatan.

g. Perpustakaan

Perpustakaan menjadi aspek budaya yang penting dan sebagai tempat belajar

serta sumber pengembangan ilmu pengetahuan. Perpustakaan ada 3 macam, yaitu:

 Perpustakaan baitul hikmah di Baghdad, didirikan oleh Khalifah Harun

Al-Rasyid. Perpustakaan ini berisi ilmu-ilmu agama Islam dan bahasa

9
Arab dan ilmu umum yang diterjemahkan dari bahasa Yunani, Persia,

India, Qibty, dan Arami.

 Perpustakaan Al-Haidariyah di Najaf (Irak) di sebelah makam Ali bin Abi

Thalib.

 Perpustakaan Ibnu Suwar di Basrah, didirikan oleh Abu Ali bin Suwar.

Dalam perpustakaan ini diadakan khalakah pelajaran.

 Perpustakaan Sabur didirikan pada tahun 383 H oleh Abu Nasr sabur bin

Ardasyir. Dalam perpustakaan ini kurang lebih ada 10.400 jilid buku.

 Darul Hikmah di Kairo (Mesir), didrikan oleh Al-Hakim Biamrillah Al-

Fathimy tahun 395 H.

 Perpustakaan khusus, yaitu perpustakaan Al-Fath bin Khagan Wazir Al-

Mutawakkil Al-Abbasy (247 H), Perpustakaan Hunain bin Ishaq (264 H),

dan Perpustakaan Ibnu Al-Khassyah (567 H).

 Perpustakaan di Andalusia, perpustakaan yang besar adalah perpustakaan

di Kurtubah (Cordova). Didirikan oleh Al-Hakam bin an Nashir yang

menjadi khalifah di Andalusia tahun 350 H.

h. Ribath (Khaniqah)

Ribath adalah kamp, tempat tentara yang dibangun di perbatasan negeri untuk

mempertahankan negara dari serangan musuh. Ribath yang terbesar adalah di

sebelah utara negeri Syam (Syiria) dan utara Afriqiah (Tunisia). Ribath digunakan

sebagai tempat tinggal orang-orang sufi dan tempat penginapan alim ulama dan

pelajar yang datang dari luar negeri untuk belajar hadits, ilmu agama, dan bahasa

Arab.

10
2. Lembaga Pendidikan Formal

Akhir periode Madinah sampai dengan 4 H, fase pertama pendidikan

Islam sekolah masih di masjid-masjid dan rumah-rumah dengan ciri hafalan

namun sudah dikenalkan logika. Selama abad ke 5 H, selama periode khalifah

Abbasiyah sekolah-sekolah didirikan di kota-kota dan mulai menempati gedung-

gedung besar dan mulai bergeser dari matakuliah yang bersifat spiritual ke

matakuliah yang bersifat intelektual, ilmu alam dan ilmu sosial.

Berdirinya sistem madrasah justru menjadi titik balik kejayaan. Sebab

madrasah dibiayai dan diprakarsai negara. Kemudian madrasah menjadi alat

penguasa untuk mempertahankan doktrin-doktrin terutama oleh kerajaan Fatimah

di Kairo.

Pengaruh Al-Ghazali (1085-1111 M) disebut sebagai awal terjadi

pemisahan ilmu agama dengan ilmu umum. Ada beberapa kota yang menjadi

pusat kajian Islam di zamannya, yakni Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damaskus, dan

Jerussalem. Ada empat perguruan tinggi tertua di dunia Muslim yakni: (1)

Nizhamiyah di Baghdad, (2) Al-Azhar di Kairo Mesir, (3) Cordova, dan (4)

Kairwan Amir Nizam Al-Muluk di Maroko.

C. Perkembangan Studi Islam di Barat

Kontak Islam dengan Barat (Eropa) dapat dikelompokkan menjadi dua fase,

yakni: (1) di masa kejayaan Islam (abad ke 8 M) kalau melihat Spanyol adalah

11
abad 13 M, dan (2) di masa renaissance/ runtuhnya muslim, dimana Barat yang

berjaya (selama abad ke 16 M) sampai sekarang.

1. Fase Kejayaan Muslim

Kontak pertama antara dunia Barat dengan dunia muslim adalah lewat kontak

perguruan tinggi. Bahwa sejumlah ilmuan dan tokoh-tokoh barat datang di

perguruan tinggi muslim untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Di

dunia Islam belahan timur, perguruan tinggi tersebut berkedudukan di Baghdad

dan di Kairo, sementara di belahan barat ada di Cordova. Bentuk lain dari kontak

dunia muslim dengan dunia barat pada fase pertama adalah penyalinan

manuskrip-manuskrip ke dalam bahasa latin sejak abad ke-13 M hingga

bangkitnya zaman kebangunan (renaissance) di Eropa pada abad ke-14.

Berkat penyalinan karya-karya ilmiah dari manuskrip-manuskrip Arab itu,

terbukalah jalan bagi perkembangan cabang-cabang ilmiah tersebut di Barat.

Apalagi sesudah aliran empirisme yang dikumandangkan oleh Francis Bacon

menguasai alam pikiran di Barat dan berkembangnya observasi dan eksperimen.

Setelah ilmu-ilmu yang dahulunya dikembangkan muslim masuk ke Eropa dan

dikembangkan oleh sarjana-sarjana Barat, dirasakan banyak tidak sejalan dengan

Islam. Misalkan dirasakan dirasuki oleh paham sekuler dan sejenisnya. Karena

itu, beberapa ilmuan melakukan usaha pembersihan.

2. Fase Renaissance/ Runtuhnya Muslim

Selama abad renaissance Eropa menguasai dunia untuk mencari mata

dagangan, komersial, dan penyebaran agama. Kedatangan muslim fase kedua ke

dunia barat, khususnya Eropa Barat dilatar belakangi oleh dua alasan pokok,

12
yakni: (1) alasan politik dan (2) alasan ekonomi. Alasan politik adalah

kesepakatan kedua negara, yang satu sebagai bekas penjajah, sementara yang

satunya sebagai bekas jajahan. Misalnya Perancis mempunyai kesepakatan

dengan negara bekas jajahannya, bahwa penduduk bekas jajahannya boleh masuk

ke Perancis tanpa pembatasan. Maka berdatanglah muslim dari Afrika Barat dan

Afrika Utara, khususnya dari Algeria ke Perancis. Adapun alasan ekonomi adalah

untuk mencukupi tenaga buruh yang dibutuhkan negara-negara Eropa Barat.

Untuk menutupi kebutuhan itu Belgia, Jerman, Belanda merekrut buruh dari

Turki, Maroko, dan beberapa negara Timur Tengah lainnya. Sementara Inggris

mendatangkan dari negara-negara bekas jajahannya. Adapun kategori Muslim

yang ada di Eropa Barat ada dua, yakni pendatangg (migran) dan penduduk asli.

D. Perkembangan Studi Islam di Indonesia

Perkembangan studi Islam di Indonesia dapat digambarkan bahwa lembaga/

sistem pendidikan Islam di Indonesia mulai dari sistem pendidikan langgar,

kemudian sistem pesantren, kemudian berlanjut dengan sistem pendidikan di

kerajaan-kerajaan Islam, akhirnya muncul sistem kelas.

Maksud pendidikan dengan sistem langgar adalah pendidikan yang dijalankan

di langgar, surau, masjid atau di rumah guru. Kurikulumnya pun bersifat

elementer, yakni mempelajari abjad huruf arab. Dengan sistem ini dikelola oleh

‘alim, mudin, lebai. Mereka ini umumnya berfungsi sebagai guru agama atau

sekaligus menjadi tukang baca do’a. Pengajaran dengan sistem langgar ini

dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan sorongan, yakni seorang murid

13
berhadapan secara langsung dengan guru dan bersifat perorangan. Kedua, adalah

dengan cara halaqah, yakni guru dikelilingi oleh murid-murid.

Adapun sistem pendidikan di pesantren, dimana seorang kyai mengajari santri

dengan sarana masjid sebagai tempat pengajaran/ pendidikan dan didukung oleh

pondok sebagai tempat tinggal santri. Di pesantren juga berjalan dua cara yakni

sorongan dan halaqah. Hanya saja sorongan di pesantren biasanya dengan cara si

santri yang membaca kitab sementara kyai mendengar sekaligus mengoreksi jika

ada kesalahan.

Sistem pengajaran berikutnya adalah pendidikan dikerajaan-kerajaan Islam,

yang dimulai dari kerajaan Samudera Pasai di Aceh. Adapun materi yang

diajarkan di majlis ta’lim dan halaqah di kerajaan pasai adalah fiqh mazhab Al-

Syafi’i.

Pada akhir abad ke 19 perkembangan pendidikan Islam di Indonesia mulai

lahir sekolah model Belanda: sekolah Eropa, sekolah Vernahuler. Sekolah khusus

bagi ningrat Belanda, sekolah Vernahuler khusus bagi warga negara Belanda. Di

samping itu ada sekolah pribumi yang mempunyai sistem yang sama dengan

sekolah-sekolah Belanda tersebut, seperti sekolah Taman Siswa. Kemudian

dasawarsa kedua abad ke 20 muncul madrasah-madrasah dan sekolah-sekolah

model Belanda oleh organisasi Islam seperti Muhammadiyah, NU, dan Jama’at

Al-Khair.

Pada level perguruan tinggi dapat digambarkan bahwa berdirinya perguruan tinggi

Islam tidak dapat dilepaskan dari adanya keinginan umat Islam Indonesia untuk

memiliki lembaga pendidikan tinggi Islam sejak zaman kolonial. Pada bulan April

14
1945 diadakan pertemuan antara berbagai tokoh organisasi Islam, ulama, dan

cendekiawan. Setelah persiaapan cukup, pada tanggal 8 Juli 1945 atau tanggal 27

Rajab 1364 H bertepatan dengan Isra’ dan Mi’raj diadakan acara pembukaan

resmi Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta. Dari sinilah sekarang kita mengenal

UII, IAIN, UIN, dan STAIN.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan Islam yang dimulai dari akhir periode madinah sampai 4 H, yang pada

puncak kemajuan ilmu dan kebudayaan Islam adalah terjadi pada masa Daulah

bani Abbasiyah.

Dimulai dari masa para cendekiawan klasik, modern dan kontemporer. Serta

perkembangan studi di era modern yaitu Masa kebangkitan Islam atau disebut

dengan masa pembaharuan yang terjadi pada abad ke-18M. Dan juga mengikut

sertakan pendekatan-pendekatan kontemporer yang meliputi pendekatan sosial,

sosiologi dan antropologi.

Demikianlah pendidikan Islam pada masa kemajuan Islam, kemajuan yang tidak

ada tandingannya di kala itu. Pada masa ini kemajuan politik sejalan seiring

dengan kemajuan pendidikan, peradaban, dan kebudayaan. Sehingga Islam

mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilanan. Masa keemasan ini

mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama.

B. Saran

Kami menyarankan bahwa studi Islam tidak hanya kita dapat dari membaca dari

makalah ini ataupun dari buku-buku tentang studi Islam saja, tetapi kita harus

mencari kebenaran-kebenaran dan pembuktian-pembuktian dari banyak hal yang

menyangkut studi Islam.

16
Demikianlah makalah ini kami buat, dalam makalah ini tentunya masih jauh dari

kata sempurna, oleh karena itu kritik dan juga saran yang komunikatif senantiasa

kami harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya, dan semoga makalah ini bisa

bermanfaat. Amiiin........

17
DAFTAR PUSTAKA

Naim, Ngainun. 2009. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: Penerbit Teras.

Mudzhar, Dr. H. M. Atho. 2004. Pendekatan Studi Islam Dalam Toeri dan

Praktek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yusuf, Dr. H. Ali Anwar. 2003. Studi Agama Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia

Nanji, Prof. Dr. Azim. 2003. Peta Studi Islam Orientalisme dan Arah Baru Kajian

Islam di Barat. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

Darmarastri, Hayu Adi. 2010. Sejarah dan Peradaban Dunia. Yogyakarta: Empat

Pilar.

18

Anda mungkin juga menyukai