Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEJARAH PENDIDIKAN

Tentang

Lembaga-lembaga pendidikan dan tokoh-tokoh pendidikan


pada masa penyebaran islam

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5

Selpia Anggraini (2014090040)

Elvi Novita (2014090046)

Farozi Putra Firdaus (2014090060)

DOSEN PEMBIMBING :

Drs. Zainimal M.Ag. M.Pd. M.SI.

JURUSAN TADRIS IPS KONSENTRASI SEJARAH (TIPS) B

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN IMAM BONJOL PADANG

1443 H/ 2021 M

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang. “Lembaga-lembaga pendidikan dan tokoh-tokoh
pendidikan pada masa penyebaran islam ”

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rashulullah Muhammad saw.
Sebagai sosok yang sangat kita muliakan karena akhlaknya dan kepribadiannya yang dapat
kita pelajari dari berbagai hadis yang telah diriwayatkan oleh banyak sahabat, sehingga
Rashulullah SAW dikatakan Suri Tauladan bagu Umat Islam.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Sejarah Pendidikan. Selain
itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi yang membaca
nya. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Drs. Zainimal
M.Ag. M.Pd. M.SI. selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Materi tentang
Lembaga-lembaga pendidikan dan tokoh-tokoh pendidikan pada masa penyebaran islam ini
sangat banyak mamfaatnya, yaitu kita bisa mengetahui bagaimana pengertian dan lain
sebagainya tentang riba itu sendiri.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Padang, Selasa 28 September 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ iii

A. Latar Belakang ..................................................................................... iii


B. Rumusan Masalah ................................................................................ iii
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. iv

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 1

A. Lembaga-lembaga Pendidikan pada Masa Penyebaran Islam ............. 1


B. Tokoh-tokoh Pendidikan pada Masa Penyebaran Islam ...................... 4

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 10

A. Kesimpulan .......................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................... 10

DAFATAR PSUTAKA ................................................................................... 11

ii
BAB I
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk bisa berproses dan
berinteraksi di dunia luar dengan semua masyarakat sekitarnya. Pendidikan juga menjadi salah
satu bekal terpenting di masa depan. Pendidikan itu sudah kita kenal sejak zaman sebelum
Negara Indonesia merdeka hingga saat ini. Pendidikan menjadi salah satu hal pokok yang harus
dipehatikan karena pendidikan mampu membentuk karakter pribadi setiap orang apabila
sungguh-sungguh dalam menekuninya.

Pendidikan Islam adalah Pendidikan yang sangat ideal, Pendidikan islam tumbuh dan
berkembang sejalan dengan adanya dakwah islam yang telah dilakukan Nabi Muhammad
SAW. Berkaitan dengan itu pula pendidikan islam memiliki corak dan karakteristik yang
berbeda sejalan dengan upaya pembaharuan yang dilakukan terus menerus pasca generasi
Nabi, sehingga dalam perjalanan selanjutnya, pendidikan islam terus mengalami perubahan
baik dari segi kurikulum maupun dari segi lembaga pendidikan islam yang dimaksud.

Mengenal tokoh-tokoh pendidikan islam di Indonesia, maka kita akan mengenal


beberapa nama tokoh yang terkenal. Diantara para tokoh tersebut, sangat andil besar dalam
memperbaharui konsep dan sistem pendidikan di Indonesia khususnya mengenai pendidikan
Islam. Diantara mereka, ada yang merubah atau mengabungkan konsep pendidikan Kolonial
Belanda (modern) dengan konsep pendidikan pesantren (tradisional), dimana menambahkan
mata pelajaran yang tidak hanya pelajaran agama saja, tetapi juga mata pelajaran umum.

B. Rumusan Masalah
Pokok-pokok permasalahan didalam makalah ini diantaranya sebagai berikut :
a. Apa sajakah lembaga-lembaga pendidikan pada masa penyebaran islam?
b. Siapakah tokoh-tokoh pendidikan pada masa peneyebaran islam?

C. Tujuan Penulis
Adapun tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Pendidikan oleh dosen pembimbing bapak Drs. Zainimal M.Ag. M.Pd. M.SI.
sebagai dosen mata kuliah tersebut. Dan juga untuk mengetahui dan menambah

iii
wawasan penulis dan pembacanya mengenai materi tentang Lembaga-lembaga
pendidikan dan tokoh-tokoh pendidikan pada masa penyebaran islam.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lembaga-lembaga Pendidikan pada Masa Penyebaran Islam

lembaga pendidikan adalah suatu institusi atau tempat dimana proses pendidikan atau
belajar-mengajar berlangsung, diantaranya pendidikan di dalam keluarga, sekolah, dan
masyarakat.

Lembaga pendidkan adalah suatu wadah untuk membina manusia, membawa ke arah
masa depan yang lebih baik. Setiap orang yang berada pada wadah tersebut akan mengalami
perubahan dan perkembangan menurut warna dan corak institusi tersebut.

Lembaga pendidikan menurut para ahli :

1. Prof. Dr. Umar Tirtarahardja dan Drs. La Sula

Menurut Prof. Dr. Umar Tirtarahardja dan Drs. La Sula, pengertian lembaga pendidikan
adalah tempat berlangsungnya pendidikan, khususnya pada tiga lingkungan utama
pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

2. Enung K. Rukiyati dan Fenti Himawati

Menurut Enung K. Rukiyati dan Fenti Himawati, pengertian lembaga pendidikan adalah
wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan yang bersamaan dengan proses
pembudayaan.

3. Drs. H. Abu Ahmadi dan Dra. Nur Uhbiyati

Menurut Drs. H. Abu Ahmadi dan Dra. Nur Uhbiyati, pengertian lembaga Pendidikan
adalah badan usaha yang bergerak dan bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan
terhadap peserta didik.

4. Hasbullah

Menurut Hasbullah, pengertian lembaga Pendidikan adalah tempat berlangsungnya proses


pendidikan yang meliputi pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Lembaga Pendidikan adalah tempat berlangsungnya proses pendidikan yang meliputi


pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat. Sebelum berkembangnya sekolah dan

1
universitas yang kemudian dikenal sebagai lembaga pendidikan formal sekarang ini, dalam
dunia Islam sebenarnya telah berkembang lembaga-lembaga pendidikan Islam yang bersifat
non formal. Lembaga-lembaga ini berkembang terus dan bahkan bersamaan dengan tumbuh
dan berkembangnya bentuk-bentuk lembaga pendidikan non-formal yang semakin luas.

Diantara lembaga-lembaga pendidikan Islam yang bercorak non-formal tersebut adalah :

1) Kuttab sebagai lembaga pendidikan dasar

2) Badiah (padang pasir, dusun tempat tinggal Badwi)

3) Masjid

Lembaga-lembaga pendidikan Islam sebelum kebangkitan Madrasah yaitu

1) Maktab/Kuttab

2) Halaqah

3) Majlis

4) Masjid

5) Khan

6) Ribath

Selain hal-hal di atas, rumah-rumah ulama juga memainkan peranan penting dalam
mentransmisikan ilmu agama dan pengetahuan umum. Sebagai tempat transmisi keilmuan,
rumah muncul lebih awal daripada masjid. Sebelum masjid dibangun, ketika di Makah
Rasulullah menggunakan rumah al-Arqam sebagai tempat memberikan pelajaran bagi kaum
muslimin. Selain itu, Beliau pun menggunakan rumah Beliau sebagai tempat untuk belajar
Islam. Untuk mencapai tujuan dalam menyampaikan risalah tauhid sangat diperlukan suatu
wadah atau lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan merupakan suatu wadah berprosesnya
seluruh komponen pendidikan secara berkesinambungan dalam pencapaian tujuan pen-didikan
yang sempurna. Adakalanya kelembagaan dalam masyarakat secara eksplisit membuktikan
bahwa kuat-nya tanggung jawab kultural dan edukatif masyarakat dalam mempraktikkan
majaran Islam.

Lembaga Islam adalah sistem norma yang didasarkan pada ajaran Islam, yang sengaja
diadakan untuk memenuhi kebutuhan umat Islam yang sangat beragam mengikuti

2
perkembangan zaman. Kebutuhan tersebut diantaranya adalah kebutuhan keluarga, kebutuhan
pendidikan, kebutuhan hukum, kebutuhan ekonomi, politik, sosial, dan budaya.

Pendidikan sebagai salah satu usaha untuk membina dan mengembangkan seluruh aspek
kepribadian harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena itu, banyak pakar yang pendidikan
memberikan arti pendidikan sebagai suatu proses dan berlangsung seumur hidup, karenanya
pula, pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi juga diluar kelas.

Pendidikan tidak hanya terbatas pada usaha mengembangkan intelektualitas manusia,


melainkan juga mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia untuk mencapai
kehidupan yang sempurna. M.J. Adler mengartikanpendidikan adalah suatu proses dimana
semua kemampuan manusia dalam bakat dan kemampuan yang diperoleh dapat dipengaruhi
oleh pembiasaan dan disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melaui sarana
yang artistik serta dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya
sendiri dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dengan kebiasaan yang baik ( A. Syalabi, 1973
: 36).

Pendidikan merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan untuk mengembangkan


totalitas kepribadian manusia. Pengembangan keperibadian ini diarahkan bagi terbentuknya
keseimbangan antara dimensi spritualitas dan intelektualitas pada individu-individu muslim,
yang bermuara pada pencapaian tujuan pendidikan Islam”'insan al¬kamil”, yaitu mengabdi
kepada Tuhan dan mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap lingkungannya (Ali Ashraf, 1989:
1-2).

Lembaga memiliki 3 pengertian yaitu Pranata (Norma atau Aturan-aturan), Institusi


(Tempat atau wadah) dan Assosiasi (Perkumpulan atau Organisasi). Sehingga Lembaga
merupakan Subuah wadah atau tempat yang berisi perkumpulan orang-orang dengan memiliki
aturan-aturan atau norma-norma untuk mencapai tujuan yang sama. Kemudian untuk
pembahasan yang lebih khusus lagi tentang lembaga Islam, bahwa pengertian Lembaga Islam
adalah sistem norma yang didasarkan pada ajaran Islam, yang sengaja diadakan untuk
memenuhi kebutuhan umat Islam yang sangat beragam mengikuti perkembangan zaman.
Kebutuhan tersebut diantaranya adalah kebutuhan keluarga, kebutuhan pendidikan, kebutuhan
hukum, kebutuhan ekonomi, politik, sosial, dan budaya

Fungsi Lembaga Islam

Secara umum, lembaga Islam memiliki beberapa fungsi pokok, diantaranya adalah :

3
a. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat muslim tentang bagaimana mereka
harus bersikap dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul dan berkembang di
masyarakat, terutama kebutuhan yang menyangkut kebutuhan pokok.
b. Memberikan pegangan kepada masyarakat bersangkutan dalam melakukan
pengendalian sosial menurut sistem tertentu yaitu sistem pengawasan tingkah laku
para anggotanya.
c. Menjaga keutuhan masyarakat.

Islam juga memiliki ciri-ciri, antara lain sebagai berikut:


1. Lembaga islam adalah suatu organisasi dari pola-pola pemikiran dan pola-pola
perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas islam.
2. Lembaga islam memiliki satu atau beberapa tujuan tertentu.
3. Lembaga islam memiliki alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai
tujuannya, seperti bangunan, peralatan, dan sebagainya.
4. Lembaga islam memiliki lambing-lambang.
5. Lembaga islam mempunyai tradisi baik yang terltulis maupun tidak tertulis yang
merumuskan tujuannya, tata tertibnya, dan sebagainya.

Dalam pendidikan Islam, dikenal banyak sekali institusi dan pusat pendidikan dengan
jenis, tingkatan, dan sifatnya yang khas, antara lain sebagai berikut: Kuttab, Qushur, Hawanit
al-Warraqain, Zawiyah, Khandaq (Ribat), Manazil al-„Ulama, Salunat al-Adabiyah, Halaqah,
Maktabat, Bimaristan wa alMustasyfayat, Masjid wa al-Jami‟, dan Madrasah.

Lemabaga-lemabaga pendidkan islam pada masa penyebaran islam yaitu Lembaga-


lembaga pendikan islam Selain berlangsung di dalam keluarga, pendidikan berlangsung di
lembaga-lembaga pendidikan lainnya, seperti: di langgar-langgar, mesjid, dan pesantren.
Lembaga perguruan atau pesantren yang sudah ada sejak zaman Hindu Budha dilanjutkan oleh
para wali, ustadz, dan atau ulama Islam.

B. Tokoh-tokoh Pendidikan pada Masa Penyebaran Islam

Pendidikan Islam adalah Pendidikan yang sangat ideal, Pendidikan islam tumbuh dan
berkembang sejalan dengan adanya dakwah islam yang telah dilakukan Nabi Muhammad
SAW. Berkaitan dengan itu pula pendidikan islam memiliki corak dan karakteristik yang

4
berbeda sejalan dengan upaya pembaharuan yang dilakukan terus menerus pasca generasi
Nabi, sehingga dalam perjalanan selanjutnya, pendidikan islam terus mengalami perubahan
baik dari segi kurikulum maupun dari segi lembaga pendidikan islam yang dimaksud.

1). Tokoh-Tokoh Pendidikan Generasi klasik

a. Imam Ghazali : Tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali harus mengarah kepada


realisasi tujuan keagamaan dan akhlak, dengan titik penekanannya pada perolehan
keutamaan dan taqarrub kepada Allah dan bukan untuk mencari kedudukan yang tinggi
atau mendapatkan kemegahan dunia. Imam Ghazali berpendapat bahwa “sesungguhnya
tujuan dari pendidikan ialah mendekatkan diri kepada Allah Azza Wa Jalla.”
Al-Ghazali tidak membedakan antara ilmu dengan Ma’rifah seperti tradisi
umum kaum sufi. Memeng ia pernah menyebutkan bahwa secara etimologi, ada sedikit
perbedaan antara keduanya, dan ia tidak keberatan atas pemakaian terma Ma’rifah
untuk konsep (tasawuf), dan ‘ilm untuk assent (tasqiq). Akan tetapi dalam berbagai
kitabnya, ia sering memakai dua terma itu sebagaiu arti yang sama.
b. Ibn Sina : Tujuan pendidikan menurut Ibn Sina, yaitu diarahkan kepada pengembangan
seluruh potensi yang dimiliki seseorang menuju perkembangan yang sempurna baik
perkembangan fisik, intelektual maupun budi pekerti, diarahkan pada upaya dalam
rangka mempersiapkan seseorang agar dapat hidup bersama-sama di masyarakat
dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya disesuaikan' dengan bakat,
kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya, dan tujuan pendidikan yang
bersifat keterampilan, yang artinya mencetak tenaga pekerja yang profesional.
Ibnu Sina banyak kaitannya dengan pendidikan, barangkali menyangkut
pemikirannya tentang falsafat ilmu. Menurut Ibnu Sina terbagi menjadi 2, yaitu:
1. ilmu yang tak kekal
2. ilmu yang kekal
Ilmu yang kekal dari peranannya sebagai alat dapat disebut logika. Tapi
berdasarkan tujuannya, maka ilmu dapat dibagi menjadi ilmu yang praktis dan ilmu
yang teoritis.
Tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina, yaitu :
1. Diarahkan kepada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang menuju
perkembangan yang sempurna baik perkembangan fisik, intelektual maupun budi
pekerti.

5
2. Diarahkan pada upaya dalam rangka mempersiapkan seseorang agar dapat hidup
bersama-sama di masyarakat dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang
dipilihnya disesuaikan dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi yang
dimilikinya.
3. Tujuan pendidikan yang bersifat keterampilan, yang artinya mencetak tenaga
pekerja yang profesional.
c. Ibn Khaldun : Ia berkata bahwa “Barang siapa tidak terdidik oleh orang tuanya, maka
akan terdidik oleh zaman. Maksudnya barang siapa yang tidak memperoleh tata krama
yang dibutuhkan sehubungan pergaulan bersama melalui orang tua mereka yang
mencakup guru-guru dan para sesepuh, dan tidak mempelajari hal itu dari mereka, maka
ia akan mempelajarinya dengan bantuan alam, dari peristiwa-peristiwa yang terjadi
sepanjang zaman, zaman akan mangajarkannya.”
Dari rumusan yang ingin dicapai Ibnu Khaldun menganut priunsip
keseimbangan. Dia inginanak didik mencapai kebahagiaan duniawi dan sekaligus
ukhrowinya kelak. Berangkat dari pengamatan terhadap rumusan tujuan pendidikan
yang ingin dicapai Ibnu Khaldun, secara jelas kita dapat melihat bahwa ciri khas
pendidikan islam yaitu sifat moral religius nampak jelas dalam tujuan pendidikannya,
dengan tanpa mengabaikan masalah-masalah duniawi. Sehingga secara umum dapat
kita katakan bahwa pendapat Ibnu Khaldun tentang pendidikan telah sesuai dengan
perinsip-perinsip pendidikan Islam yakni aspirasi yang bernafaskan agama dan moral.
Ibnu Khaldun memandang bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah memberikan
kesempatan kepada aqal untuk lebih giat dan melakukan aktivitas.
d. Ikhwan as-Shafa : Dalam mempelajari ilmu pengetahuan, Ikhwan al-Shafa mencoba
meng integrasikan antara ilmu agama dan umum.
Pemikiran Pendidikan :
Ikhwan al-Shafa juga berpendapat bahwa semua ilmu harus diusahakan
(muktasabah), bukan pemberian tanpa usaha. Ilmu yang demikian didapat dengan
panca indera. Ikhwan al-Shafa menolak pendapat yang mengatakan bahwa pengetahuan
adalah markuzah (harta tersembunyi) sebagaimana pendapat Plato yang beraliran
idealisme.
Dalam mempelajari ilmu pengetahuan, Ikhwan al-Shafa mencoba meng-
integrasikan antara ilmu agama dan umum. Mereka mengatakan bahwa kebutuhan jiwa
manusia terhadap ilmu pengetahuan tidak memiliki keterbatasan pada ilmu agama
(naqliyah) semata. Manusia juga memerlukan ilmu umum (aqliyah). Dalam hal ini,
6
ilmu agama tidak bisa berdiri sendiri melainkan perlu bekerja sama dengan ilmu-ilmu
aqliyah, terutama ilmu-ilmu kealaman dan filsafat.

2). Tokoh-tokoh Pendidikan Generasi modern

a. K.H. Ahmad Dahlan : Menurutnya, upaya strategis untuk menyelamatkan umat islam
dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui
pendidikan. Pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam
proses pembangunan ummat. Menurut KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk
menyelamatkan umat islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang
dinamis adalah melalui pendidikan. Pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala
prioritas utama dalam proses pembangunan ummat.
Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan islam hendaknya diarahkan pada
usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas
pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk
kemajuan masyarakatnya.
Berangkat dari tujuan pendidikan tersebut KH. Ahmad Dahlan berpendapat
bahwa kurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi :
1) Pendidikan moral, akhalq yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang
baik berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2) Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu
yang utuh yang berkesinambungan antara perkembangan mental dan gagasan, antara
keyakinan dan intelek serta antara dunia dengan akhirat.
3) Pendidikan kemasyarakatan yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan
keinginan hidup bermasyarakat.
b. K.H. Hasyim Asy’ari : Konsep pendidikannya dalam kitab Adab Alim Wa Muta’allim
mengikuti logika induktif, di mana beliau mengawali penjelasannya langsung dengan
mengutip ayat-ayat Al-Qur’an, hadits, pendapat para ulama, serta syair-syair yang
mengadung hikmah.
Pola pemaparan konsep pendidikan K.H. Hasyim Asy’ari dalam kitab Adab
Alim Wa Muta’allim mengikuti logika induktif, di mana beliau mengwali
penjelasannya langsung dengan mengutip ayat-ayat al-qur’an. Hadits, pendapat para
ulama, syair-syair yang mengadung hikamah.dengan cara ini. K.H. Hasyim Asy’ari
memberi pembaca agar menangkap ma’na tanpa harus dijelaskan dengan bahasa beliau

7
sendiri. Namun demikaian, ide-ide pemikirannya dapat dilihat dari bagaimana beliau
memaparkan isi kitab karangan beliau.
Tujuan pendidikan yang ideal menurut K.H. Hasyim Asy’ari adalah untuk
membentuk masyarakat yang beretika tinggi (akhlaqul karimah). rumusan ini secara
implisit dapat terbaca dari beberapa hadits dan pendapat ulama yang dikutipnya. Beliau
menyetir sebuah hadits yang berbunyi: “diriwayatkan dari Aisyah r.a. dari Rasulullah
SAW bersabda : kewajiban orang tua terhadapnya adalah membaguskan namanya,
membaguskan ibu susuannya dan membaguskan etikanya.
c. K.H. Imam Zarkasyi : Ia mengatakan bahwa tujuan pendidikan yang ingin menjadikan
anak didik bukan hanya memahami pelajaran, tapi lebih dari itu, mengamalkan dan
mendakwahkannya.
d. Buya Hamka : Pendidikan dalam pandangan Hamka terbagi dua bagian, yaitu :
1. Pendidikan jasmani,pendidikan untuk pertumbuhan & kesempurnaan jasmani serta,
2. Pendidikan ruhani,pendidikan untuk kesempurnaan fitrah manusia dengan ilmu
pengetahuan & pengalaman yang didasarkan pada agama.
Keduanya memiliki kecenderungan untuk berkembang dengan melalui
pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang paling tepat dalam menentukan
perkembangan secara optimal kedua unsur tersebut. Dalam pandangan Islam kedua
unsur tersebut dikenal dengan istilah fitrah.Titik sentral pemikiran Hamka dalam
pendidikan Islam adalah “fitrah pendidikan tidak saja pada penalaran semata, tetapi
juga akhlakulkarimah”.
Fitrah setiap manusia pada dasarnya menuntun untuk senantiasa berbuat
kebajikan& tunduk mengabdi sebagai kholifah fi al-ardh maupun ‘abdulloh. Ketiga
unsur tersebut adalah akal, hati, & pancaindra yang terdapat pada jasad
manusia.Perpaduan ketiga unsur tersebut membantu manusia untuk memperoleh ilmu
pengetahuan dan membangun peradabannya, memahami fungsi kekhalifahannya, serta
menangkap tanda-tanda kebesaran Allah.
Tujuan Pendidikan dalam Pandangan HAMKA adalah “mengenal dan mencari
keridhoan Allah, membangun budi pekerti untuk beraklhlaq mulia” serta
“mempersiapkan peserta didik untuk hidupsecara layak dan berguna di tengah-tengah
komunitas sosialnya”
e. Mahmud Yunus : Menurutnya, menurut Mahmud Yunus, pendidikan adalah suatu
bentuk pengaruh yang terdiri dari ragam pengaruh yang terpilih berdasarkan tujuan
yang dapat membantu anak-anak agar berkembang secara jasmani, akal dan
8
pikiran.dalam prosesnya ada upaya yang harus dicapai agar diperoleh hasil yang
maksimal dan sempurna, tercapai kehidupan harmoni secara personal dan sosial.segala
bentuk kegiatan yang dilakukan menjadi lebih sempurna, kokoh, dan lebih bagus bagi
masyarakat.
Dari aspek tujuan pendidikan islam. Berkaitan dengan tujuan pokok pendidikan
Islam, Mahmud Yunus merumuskan dua hal, yaitu untuk kecerdasan perseorangan dan
kecerdasan mengerjakan pekerjaan. Ada yang berpendapat bahwa tujuanpendidikan
Islam ialah mempelajari serta mengetahui ilmu-ilmu agama Islam dan
mengamalkannya, seperti ilmu tafsir, hadis, fikih, dan lain sebagainya. Tujuan inilah
yang dipaka ioleh madrasah-madrasah di seluruhdunia. Bahkan ada ulama yang
mengharamka nmempelajari ilmu pengetahuan umum seperti Fisika dan Kimia. Tujuan
seperti inilah menurut Mahmud Yunus yang membuat Islam lemah dan tidak bisa
mempertahanan kemerdekaannya.
Tujuan pendidikan islam menurut Mahmud Yunus ialah menyiapkan anak-anak
didik agar dewasa kelak mereka sanggup dan cakap melakukan pekerjaan dan amalan
akhirat , sehingga tercipta kebahagiaan dunia dan akhirat.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
lembaga pendidikan adalah suatu institusi atau tempat dimana proses
pendidikan atau belajar-mengajar berlangsung, diantaranya pendidikan di dalam
keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Lembaga Islam adalah sistem norma yang didasarkan pada ajaran Islam, yang
sengaja diadakan untuk memenuhi kebutuhan umat Islam yang sangat beragam
mengikuti perkembangan zaman. Kebutuhan tersebut diantaranya adalah kebutuhan
keluarga, kebutuhan pendidikan, kebutuhan hukum, kebutuhan ekonomi, politik, sosial,
dan budaya.

Lemabaga-lemabaga pendidkan islam pada masa penyebaran islam yaitu


Lembaga-lembaga pendikan islam Selain berlangsung di dalam keluarga, pendidikan
berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan lainnya, seperti: di langgar-langgar,
mesjid, dan pesantren. Lembaga perguruan atau pesantren yang sudah ada sejak zaman
Hindu Budha dilanjutkan oleh para wali, ustadz, dan atau ulama Islam.

Para tokoh diatas, sangat andil besar dalam memperbaharui konsep dan sistem
pendidikan di Indonesia khususnya mengenai pendidikan Islam. Diantara mereka, ada
yang merubah atau mengabungkan konsep pendidikan Kolonial Belanda (modern)
dengan konsep pendidikan pesantren (tradisional), dimana menambahkan mata
pelajaran yang tidak hanya pelajaran agama saja, tetapi juga mata pelajaran umum.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari tentunya makalah ini tak
lepas dari kesalahan-kesalahan, baik itu kesalahan tulisan maupun materi. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari segenap pembaca dan dosen pengampu
senantiasa kami harapkan, demi kesempurnaan makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1987), 177.
Al-Abrasyi. Muhammad ‘Athiyyah, 2003. At-Tarbiyyah Al-Islamiyyah (terjemah
Abdullah Zaki Al-Kaaf: Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam). Bandung : Pustaka Setia.

Mohammad. Herry, 2006. Tokoh-Tokoh Islam yang berpengaruh di Abad


20. Jakarta: Gema Insani Press.

Hizah. Samsul, 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta. Ciputat Pers.

11

Anda mungkin juga menyukai