Anda di halaman 1dari 16

iii

  KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah kami ucapkan selain puji syukur kehadirat
Allah SWT. atas berkat rahmat, dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan. Makalah ini disusun sebagai acuan dan pembelajaran kami sebagai
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Buton.
Berdasarkan dalam mata kuliah Kapasita Selekta Pendidikan Islam yang di
ajarkan oleh Bapak dosen Pembimbing Drs. Madi, MA dengan judul tugas
“Model – Model Pendidikan Islam Dan Orientasinya”. kami banyak
mendapatkan bantuan, saran, bimbingan dari semua pihak, serta telah memberikan
motivasi dan bantuan serta arahan. Oleh sebab itu, atas nama Mahasiswa UMB
Kampus B Pasarwajo yang dominan berdomisili di kabupaten Buton kami banyak
berterima kasih.
Semoga dalam materi makalah kami sangat banyak bermanfaat bagi orang
lain, pembaca, dan begitu pula bagi kami. Amiin.

Pasarwajo, Mei 2016


Penyusun,

Kelompok III

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A.    Latar Belakang................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah........................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 2
A. Pengertian Model-Model Pendidikan Islam Dan Orientasinya....... 2
B.     Model-Model Pendidikan Islam ..................................................... 2
C.     Pandangan Para Ahli Tentang Model Model Pendidikan
IslamDan Orientasinya..................................................................... 8
D.    Model Pendidikan Islam Yang Berorientasi Pada Pandangan
Falsafah............................................................................................ 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan di zaman sekarang ini sangat penting karena dengan mengikuti
pendidikan, kita mengetahui ilmu baru yang belum kita ketahui sebelumnya.
Dalam pendidikan/pembelajaran itu banyak sekali model-model pembelajaran
yang mana dengan adanya model-model pembelajaran tersebut kita bias
menjadikan pendidikan menjadi mudah untuk dipahami dan dimengerti khususnya
bagi pelajar yang sedang mengikuti pelajaran dikelas. Dari latar belakang diatas,
maka penulis menyusun makalah yang berjudul “Model-Model Pendidikan Islam
dan Orientasinya” yang sudah kami rangkum secara singkat dan jelas untuk
dipelajari dan mudah untuk dimengerti bagi pembaca.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Model-Model Pendidikan Islam Dan Orientasinya ?
2. Bagaimana Model-Model Pendidikan Islam ?
3. Bagaimana Pandangan Para Ahli Tentang Model Model Pendidikan Islam
Dan Orientasinya ?
4. Bagaimana Model Pendidikan Islam Yang Berorientasi Pada Pandangan
Falsafah ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui arti dari Model-Model Pendidikan Islam Dan Orientasinya
2. Untuk mengetahui Model-Model Pendidikan Islam
3. Untuk mengetahui Pandangan Para Ahli Tentang Model Model Pendidikan
Islam Dan Orientasinya
4. Untuk mengetahui Model Pendidikan Islam Yang Berorientasi Pada
Pandangan Falsafah

iii
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Model-Model Pendidikan Islam Dan Orientasinya


Pendidikan islam yang bertugas menggali,menganalisis, dan mengembangkan
serta mengamalkan ajaran islam yang bersumberkan Al quran dan hadis . sumber
ajaran islam itu benar benar lentur dan kenyal serta responsive tanggap terhadap
tuntunan hidup manusia yang makin maju dan modern, maju dalam segala bidang.
Dorongan dan rangsangan ajaran alquran terhadap pengembangan untuk
penenapan iman dan taqwa diperkokoh melalui ilmu pengetahuan manusia. Maka
dari itu al quran menegaskan 300 kali perintah untuk memfungsikan rasio
manusia, dan 780 kali mengukuhkan pentingnya ilmu pengetahuan serta
pemantapan keimanan yang dilakukan dengan perintah tidak kurang dari 810 kali
ayat ayatnya. Ayat ayat yang mendorong dan merasang akal pikiran untuk berilmu
pengetahuan dan teknologi itu seperti tersebut dalam surah AR Rahman ayat 1>33
tentang kelautan dan ruang angkasa luar; Surah al an ..aam ayat 79 tentang
eksplorasi benda benda ruang angkasa dengan akal pikiran oleh nabi Ibrahim
untuk menentukan Tuhan yang hak, serta pengolahan dan pemanfaatn besi
tembaga sebgai bahan tekhnologi.
B.     Model-Model Pendidikan Islam
Realita perubahan sosiokultural yang melanda seluruh bangsa di atas bumi,
termasuk bangsa Indonesia, menuntut kepada adanya konsepsi baru yang tanggap
dan sanggup memecahkan problema-problema kehidupan umat manusia melalui
pusat-pusat gerakan paling strategis dalam masyarakat. Salah satu pusat strategis
tersebut adalah gerakan kependidikan yang mempunyai landasan ideal dan
operasional yang kokoh berdasarkan nila-nilai yang pasti dan antisipatif kepada
kemajuan hidup masa mendatang.
Pendidikan Islam yang bertugas pokok menggali, menganalisis, dan
mengembangkan serta mengamalkan ajaran Islam bersumberkan Alqur’an dan Al-
Hadits, cukup memperoleh bimbingan dan arahan dari kandungan makna yang
terungkap dari kedua sumber tuntutan tersebut. Makna yang komprehensif dari

iii
sumber tersebut menjangkau dan melingkupi segala aspek kehidupan manusia
modern.
Secara embrionik, dorongan, dan rangsangan ajaran Alqur’an terhadap
perkembangan rasio untuk pemantapan iman dan takwa diperkokoh melalui ilmu
pengetahuan manusia merupakan ciri khas islami, yang tidak terdapat di dalam
kitab-kitab suci agama lain. Alquran sebagai sumber pedoman hidup umat
manusia telah menggelarkan wawasan dasar terhadap masa depan hidup manusia
dengan rentangan akal pikirannya yang mendalam dan meluas sampai pada
penemuan ilmu dan teknologi yang canggih.
Pandangan objektif dari salah seorang dokter bedah berkebangsaan Prancis,
Dr. Maurice Bucaille, yang telah melakukan studi perbandingan mengenai Bibel
dan Alquran serta sains modern sungguh mengejutkan umat Islam sendiri yang
setiap hari memegang dan membaca kitab suci Alquran. Pendapat beliau
berdasarkan standar ilmiah modern melalui analisis komparatif dan akademik
terhadap kebenaran Alquran sebagai wahyu murni, secara tekstual dan materiil,
menunjukkan bahwa “Alquran diwahyukan sesudah kitab suci sebelumnya, buka
saja bebas dari kontradiksi dalam riwayat-riawayatnya.
Kontradiksi yang menjadi ciri Injil karena disusun oleh manusia tetapi juga
menyajikan kepada orang yang mempelajarinya secara objektif dengan
mengambil petunjuk dari sains madern, suatu sifat yang khusus yakni persesuaian
yang sempurna dengan hasil sains modern. Lebih dari itu semua sebagaimana
telah kita buktikan, Alquran mengandung pernyataan ilmiah yang sangat modern
yang tidak masuk akal, jika dikatakan bahwa orang yang hidup pada waktu
Alquran itu diwahyukan adalah pencetus-pensetusnya. Dengan begitu, maka
pengetahuan ilmiah modern memungkinkan kita memahami ayat-ayat tertentu
dalam Alquran yang sampai sekarang tidak dapat di tafsirkan.
Pendidikan Islam dapat kita kembangkan menjadi suatu agent of
technologically and culturally motivating resources dalam berbagai model yang
mampu mendobrak pola pikir tradisional yang pada dasarnya dogmatis, kurang
dinamis, dan berkembang secara bebas. Pada prinsipnya nilai-nilai Islam tidak
mengekang atau membelenggu pola pikir manusia dalam proses pengembangan

iii
ilmu pengetahuan. Relevan dengan hal tersebut adalah kemampuan berijtihad
dalam segala bidang ilmu pengetahuan perlu dikembangkan terus-menerus. Yang
menjadi permasalahan adalah tentang bagaimana kita membudidayakan ide-ide
dan konsep-konsep keilmiahan yang bersumberkan kitab suci Alquran ke dalam
educational engineering yang operasional dan fungsional sehingga dapat mengacu
ke dalam perkembangan masyarakat yang makin dinamis.
Proses dialogis antara agama dan iptek harus dilangsungkan terus-menerus
untuk membangun struktur dan kultur kehidupan stabil dan damai yang
bersendikan iman dan takwa kepada Tuhan seru sekalian alam.
Peranan maksilmalnya mendasari dan memotivasi perkembangan iptek
dengan iman, Islam, dan ihsan sehingga ia mengabdikan kepada kepentingan
hidup manusia buka sebaliknya, manusia mengabdi kepada iptek.
Orientasi dasar pendidikan Islam, yang diletakkan oleh Rasulullah pada
awal risalahnya ialah menumbuhkembangkan sistem kehidupan sosial yang penuh
kebajikan dan kemakmuran (dengan amal saleh), meratakan kehidupan ekonomi
yang bertumpu pada nilai-nilai moral tinggi; dan berorientasi kepada kebutuhan
pendidikan yang mengembangkan daya kreativitas dan pola pikir intelektual bagi
terbinanya tekno-sosial yang berkeadilan dan berkemakmuran. Ketiga dimensi
oerientasi dasar tersebut menjadi modal pokok untuk mendinamisasikan umat
manusia pada kurun waktu permulaan sejarah pendidikan Islam, yaitu pada zaman
Nabi dan sahabat besar Nabi (khulafa’ ar-rasyidun). Pendidikan Islam benar-benar
menggugah potensi alami manusia yang suci bersih sehingga mengacu kepada
tuntutan aspiratif yang bercitra Ilahiah dan insaniah. Pendidikan Islam pada masa
itu mampu menjadikan kaum muslimin sebagai pelaku positif terhadpa
pembangunan diri pribadi dan masyarakatnya sehingga self-propelling dalam
proses mencapai  baldatun thoyibatun wa rabbun ghafur.
Sendi-sendi yang mendasari kehidupan psikologis manusia, yaitu iman
tauhid yang berdimensi ketakwaan yang monoloyal kepada Allah, berhasil
mendorong dan di pacu untuk berperan nyata dalam segala bidang kehidupan
yang melahirkan sikap hidup  fastabiqul khairat.

iii
Menurut al-Ghazali, secara potensial pengetahuan itu telah eksis dalam jiwa
manusia bagaikan benih yang ada di dalam tanah. Ia memandang bahwa sistem
perkembangan kemampuan rasionalitas itu berdasarkan pola keseimbangan
dengan kekuasaan Tuhan dan keseimbangan penalaran dengan pengalaman mistik
yang memberikan ruang bagi bekerjanya rasio, serta keseimbangan antara berpikir
edukatif dengan pengalaman empiris manusia.
Ibnu Khaldun berpandangan serupa dengan al-Ghazali. Menurutnya akal
pikiran (rasio) merupakan kekuatan menciptakan kehidupan dan kerja sama
dengan anggota-anggota masyarakat serta untuk menerima wahyu Tuhan melalui
Rasul-Nya. Akal pikiran itulah yang menjadi dasar bagi kegiatan belajarnya. Ibnu
Sina yang berpandangan idealistis dalam pendidikan lebih menekankan
pembinaan akhlak atau moralitas. Namun dalam operasionalisasi kependidikan ia
berpaham empiris.
Lebih lanjut Muhammad Abduh lebih mengedepankan kemampuan rasional
dalam proses pemahaman ajaran Islam melalui pendidikan. Ia memandang bahwa
peranan sistem pendidikan besar sekali bagi proses modernisasi kehidupan umat
Islam. Pendidikan harus didasari dengan moral dan agama. Pendidikan agama
diintegrasikan ke dalam ilmu pendidikan agama. Pendidikan dipandang sebagai
alat yang paling efektif untuk mengadakan pembaruan atau perubahan.
Pokoknya semua ilmu duniawi dan ukhrawi diintegrasikan menjadi satu
ilmu pengetahuan yang bulat, karena ilmu pengetahuan pada hakekatnya berasal
dari Tuhan.
    “ dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha
mengetahui”. (QS. Yusuf: 76)

       


           
           
     

iii
Artinya : “Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka
sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan
piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami tunjukkan jalan keluar
kepada Yusuf. Yusuf tidak mungkin dapat mengambil saudaranya menurut
undang-undang raja (Mesir), kecuali Allah menghendakinya. Kami tinggikan
derajat orang yang Kami kehendaki, dan di atas tiap-tiap orang yang
berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui”

     


Artinya “ Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”(QS. Al-
Alaq: 5)
     
Artinya “Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.”
            Umat Islam harus mengubah sikap pandangannya  yang lama, yaitu
dari pandangan terhadap lembaga pendidikan Islam hanya sebagai gudang ilmu
atau transfer dan transmisi cultural menjadi sentra pengolahan ilmu yang
alamiah dan ilmiah  yang mengacu kepada tuntutan masyarakat yang  thoyibah
warabbun ghafur dapat terwujud.
Oleh karena itu, berbagai model pendidikan Islam yang berorientasi
perspektif ke masa depan merupakan jawaban yang tepat guna.
Model-model pendidikan yang terbukti tidak memuaskan tuntutan umat
terlihat pada praksisasinya sebagai berikut.

1. Model pendidikan Islam yang berorientasi kepada pola pikir bahwa nilai-
nilai yang konservatif dan asketis harus  dilestarikan dalam sosok pribadi
muslim yang resisten terhadap pukulan gelombang zaman.
2. Jika pendidikan Islam berorientasi kepada pola pikir bahwa nilai-nilai
islami yang mengandung potensi mengubah nasib masa lampau ke masa
kini yang dijadikan inti kurikulum pendidikan, maka model pendidikan
Islam menjadi bercorak perenialistik di man nilai-nilai yang terbukti tahan
lama saja yang diinternalisasikan ke dalam pribadi anak didik. Sedang
nilai-nilai yang potensial bagi semangat pembaruan ditinggalkan.

iii
3. Bila pendidikan Islam hanya lebih berorientasi pada personalisasi
kebutuhan pendidikan dalam segala aspeknya, maka ia bercorak
individualistis, di mana potensi aloplastik (bersifat mengubah dan
membangun) masyarakat dan alam sekitar kurang mengacu kepada
kebutuhan sosiokultural.
4. Jika pendidikan Islam berorientasi kepada masa depan sosio, masa depan
tekno, dan masa depan bio, di mana ilmu dan teknologi menjadi pelaku
perubahan dan pembaruan kehidupan sosial, maka pendidikan Islam
bercorak teknologis, di mana nilai-nilai samawi ditinggalkan diganti
dengan nilia-nilai pragmatik-realivistik kultural.
5. Akan tetapi, jika pendidikan Islam yang berorientasi kepada
perkembangan masyarakat berdasarkan proses dialogis di mana manusia di
tempatkan sebagai geiger-counter, pendeteksi sinar radioaktif elemen-
elemen sosial yang berpotensi kontroversial ganda, yaitu membahagiakan
dan menyejahterakan. Maka mekanisme reaksi dalam perkembangan
manusia menjadi gersang dari nilai-nilai Ilahi yang mendasari fitrah.

Dengan memperhatikan potensi psikologis dan pedagogis manusia anugerah


Allah, model pendidikan Islam seharusnya berorientasi kepada pandangan
falsafah sebagai berikut.

1. Filosofis, memandang manusia didik adalah hamba Tuhan yang diberi


kemampuan fitrah, dinamis, dan sosial-religius serta yang psiko-fisik.
2. Etimologis, potensi berilmu pengetahuan yang berpijak pada iman dan
berilmu pengetahuan untuk menegakkan iman yang bertauhid, yang
basyariyah dharuriah, manjadi shibghah  manusia muslim sejati
berderajat mulia.
3. Pedagogis, manusia adalah makhluk belajar sejak dari ayunan sampai
liang lahat yang proses perkembangannya didasari nilai-nilai islami yang
dialogis terhadap tuntutan Tuhan dan tuntutan perubahan sosial, lebih
cenderung kepada pola hidup yang harmonis antara kepentingan duniawi

iii
dan ukhrawi, serta kemampuan belajarnya disemangati oleh misi
kekhalifahan di muka bumi.

Secara kurikuler model pendidikan tersebut didesain menjadi:

1. Content: lebih di fokuskan pada permasalahan sosiokultural masa kini


untuk diproyeksikan ke masa depan, dengan kemampuan anak didik
mengungkapkan tujuan dan nilai-nilai yang inheren dengan tuntutan
Tuhan.
2. Pendidik: bertanggung jawab terhadap penciptaan situasi komunitas yang
dialogis interdependen dan terpercaya.
3. Anak didik: dalam proses belajar mengajar melakukan hubungan dialogis
dengan yang lain.

C.     Pandangan Para Ahli Tentang Model Model Pendidikan Islam Dan
Orientasinya
Pandangan dari salah satu dokter bedah bekebangsaan Prancis,Dr. Maurice
Bucaille ,yang telah melakukan study perbandingan mengenai beibel dan al quran
serta sains modern sungguh mengejutkan umat islam. Pendapat berdasarkann
standar ilmiah modern melalui analisis komperatif dan akademik terhadap
kebenaran al quran sebagai wahyu murni menunjukkan bahwa al quran sesudah
kitab suci sebelumnya.
Dengan demikian pendidikan islam dapat kita kembangkan menjadi suatu
agent of technologically and culturally motivating resources dalam bebagai model
yang mampu mendobrak pola pikir tradisonal , kita perlu bersikap dan
berkeyakinan bahwa agama dan iptek dapat berperan konstruktif besama sama
yang saling mempengaruhi justru karna nilai nilai agama kita kondusip terhadap
iptek dan sebaliknya nilai nilai ajaran agama kita kondusif terhadap iptek dan
sebaliknya nilai nilai iptek akan memperkuat agama kita. Disinilah tampak
peranan minimal agama dalam pengembangan iptek yaitu memberikan makna
kemanusiawian yang menuntut kebersamaan tanggung jawab dalam mengelola
planet bumi agar lestari dan tahan lama.

iii
Peranan maksimalnya medasari dan memotifasi perkembangan iptk dan
iman ,islam ,dan ihsan sehingga sehingga ia mengabaikan kepada kepentingan
hidup manusia bukan sebaliknya, manusia mengabdi kepada iptek. Orientasi dasar
pendidikan islam yang telah diletakkan oleh Rosullah pada pada awal risalahnya
ialah menumbuhkembangkan system kehidupan social yang penuh kebajikan dan
kemakmuran, meratakan kehidupan ekonomi yang berkeadilan social berpolakan
dunia dan akherat yang bertumpu pada nilai nilai moral yang tinggi dan
berorientasi kepada kebutuhan pendidikan yang mengembangkan daya kreatifitas
dan pola pkir intelektual bagi terbinanya teknologi sosal yang berkeadilan dan
berkemakmuran.
Ketiga dimensi orientasi dasar tersebut menjadi modal pokok untuk
mendinamisasikan umat manusia pada kurun waktu permulaan sejarah pendidikan
islam sejak jaman Nabi dan khlafaurosydin. Pendidikan pada waktu itu mampu
menjadikan kaum muslimin sebagai pelaku positif terhadap pembangunan diri
pribadi.
Pendidikan islam sejak semula berkembangnya senan tiasa meletakkan
pandangan filosofisnya yaitu manusia didik, sebagai makhluk tuhan yang
memiliki potensi dasar fitrah dimana religiulitas menjadi intinya. Sendi sendi
yang mendasari kehidupan psikologis manusia yaitu iman tauhid , Ibnu sina
(985m), AL ghozali (1058 M),dan Ibnu khaldun (1332m) telah meletakkan
konsep pendidikan islam yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak
didik. Orientasi Al ghozali bersifat empiris seperti keharusan seorang pendidik
memperbaiki sikap dan prilaku pendidik pada waktu bertugas mengajar,
Iamemandang kemampuan rasional manusia lebih penting dari kemampuan
kejiwaan lainnya. Ibnu Khaldun berpendapat sama dengan Al Ghozali
menurutnya akal pikiran mrupakan kekuatan menciptakan kehidupan dan kerja
sama dengan anggota masyarakat serta untuk menerima wahyu tuhan melalui
Rosul nya. Sedangkan Ibnu Sina berpandangan bahwa pendidikan lebih
menekankan pembinaan akhlak .
Muhammad Abduh salah seorang cendikiawan , ulama maharu universitas al
azhar ia memandang bahwa peranan sistem pendidikan besar sekali bagi proses

iii
modernisasi kehidupan umat islam. Pendidikan agama di intregasikan kedalam
ilmu pendidikan agama, pendidikan dipandang sebagai alat yang paling efektif
untuk mengadakan pembaharuan. DR. Fadhil Al djamly menjabarkan tuntunan
kehidupan masyrakat erhadap pengembangan kurikulum pendidikan islam yaitu
suatu jenis ilmu pengethuan yang di kehendaki oleh AL quran dan diajarkan
kepada anak didik.
Ilmu pengetahuan itu mencakup ilmu agama, sejalah, ilmu falak, ilmu bumi ,
ilmu hitung, imu hokum,jiwa, kedokteran, pertanian, biologi, sosiologi,
ekonomi,imu balaghoh, adab dll. Sejalan dengan pandangan diatas umat islam
harus mengubah sifat pandangannya yang lama yaitu pandangan terhadap
lembaga pendidikan islam yang hanya sebagai gudang ilmu, bank transfer,menjadi
pengolahan ilmu yang yang alamiah dan ilmiah yang mengacu pada tuntunan
masyarakat.
Oleh karna itu berbagai model pendidikan islam yang terbukti tidak
memuaskan tuntunan umat terlihat pada:
1. Model pendidikan ialam yang berorientasi kepada pola piker bahwa nilai nilai
yang yang konservatif harus dilestarikan dalam sosok pribadi muslim.
2. Jika pendidikan islam berorientasi kpd pola piker bahwa nilai nilai islami
yang mengandng potensi mengubah nasib masa lampau ke masa kini yang di
jadi kan kurikulum pendidikan, maka model pendidikan islam bercorak
perenialistik, dimana nilai nilai yang terbukti tahan lama saja yang di
internalisasi kan kedalm pribadi anak didik,sedan nilai nilai yang potensial
bagi semangat pembaharuan ditinggalkan.
3. Bila penddikan islam hanya lebih berorientasi pada prsonalisasi kebutuhan
pendidikan dalam segala aspeknya, maka ia bercorak idividualistik.
4. Jika pendidikan islam berorientasi pada masa depan sosio dimana technology
menjadi pelaku perubahan maka pendidikan islam ini bercorak teknologis.
5. Jika pendidikan islam berorientsi pada perkembangan masyrakat brdasarkan
proses dialogis yaitu membahagiakan dan menyejahterakan, maka reaksi
dalam perkembangan mnusia mnjadi gersang dari nilai nilai ilahi.
D.    Model Pendidikan Islam Yang Berorientasi Pada Pandangan Falsafah

iii
Dengan memperhatikan poteni psikologis anugrah allah model pendidikan
islam berorientasi pada pandangan falsafah sebagi berikut:
1. Filosofis: memandang manusia didik adalah hamba tuhan yang diberi
kemampuan fitrah cenderung kpada kennyerahan diri secara total kpda sang
pencipta.
2. Etimologis : potensi ilmu pengetahuan yan berpijak pada iman dan berilmu
pengetahuan untuk menegakkan iman.
3. Pedagogis :manusia adalah makhluk belajar sejak dari ayunan sampai liang
lahat yang perkembangannya didasai nilai nilai islami.
Secara kurikuler model-model tersebut di diatas, desain menjadi beberapa
macam diantaranya adalah:
1. Content: lebih difokuskan kepada masalah sosio cultural masa kini untuk
diproyeksasikan ke masa depan.dengan kemampuan anak didik untuk
mengungkap kan tujuan dengan nilai nilai yang sesuai tuntunan tuhan.
2. Pendidik: bertanggung jawab terhadap penciptaan situasi komunitas yang
terpercaya.
3. Anak didik: dalam proses belajar mengajar bersama sama menghayati persepsi
terhadap realitas kehidupan dan memperhatikan persepsi orang lain.

BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan

iii
Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Model
pendidikan islam berorientasi pada pandangan falasafah yaitu:
1. Filosofis yaitu memandang manusia didik adalah hamba tuhan yang di beri
kemampuan fitrah dinamis dan social religious serta yg psiko fisik cenderung
pada penyerahan diri secara total kepada sang pencipta.
2. Etimologis yaitu potensi berilmu pengetahuan yang berpijak pada iman dan
ilmu.
3. Pedagogis yaitu manusia adalah makhluk yang belajar sjak lahir dari ayunan
sampai liang lahatyang proses perkembangannya didasari nilai nilai islami.
B.     Saran
Penulis menyadari banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah ini,
maka penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang membangun dari para
pembaca  demi kesempurnaan  makalah ini. Atas masukan kritikan dan sarannya,
penulis ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

iii
Muzayyin Arifin, A.Syafii. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam.
Jakarta: PT Bumi

iii

Anda mungkin juga menyukai