MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas perkuliahan
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
MUHAMMAD HADI
NIM 2020090002
DOSEN PEMBIMBING:
Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang telah memberi
kita rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan tepat
pada waktunya.
Makalah ini disusun dengan telaah kritis mengenai “Hakikat Pendidikan
Islam: Dasar, Tujuan, Kurikulum Pendidikan Islam, dan Implementasinya dalam
Lembaga Pendidikan Islam”. Dalam penyajiannya penulis berusaha untuk
mengkajinya secara sistematis dan terurut serta dalam kajian pustaka. Hal ini
penulis maksudkan agar makalah ini tetap relevan dengan perkuliahan Filsafat
Pendidikan Islam. Pemenuhan tugas ini, sangat penting artinya mengingat
pendidikan merupakan jalan utama bagi pengembangan pendidikan Islam yang
berkualitas.
Namun demikian, penulis sadar bahwa dalam makalah ini mungkin akan
banyak ditemukan kesalahan dan kekurangan di sana-sini setelah dibahas dalam
diskusi. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis nantikan demi
perbaikan makalah penulis pada masa-masa yang akan datang.
Besar harapan penulis, makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian
terutama bagi sendiri penulis. Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah filsafat pendidikan Islam ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dasar pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan Islam.
3. Untuk mengetahui kurikulum pendidikan Islam.
4. Untuk mengetahui implementasi dasar, tujuan, dan kurikulum pendidikan
Islam dalam lembaga pendidikan Islam.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 122.
2
Muhammad Fadhil Jamali, dalam Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan
Islam: telaah sistem pendidikan dan pemikiran para tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h.
108.
4
3
Maurice Bucaille, Bibel, Al-Quran dan Sains, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1979), h. 375
4
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), h. 48.
5
Majid Khon, dkk., Ulumul Hadis, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Jakarta, 2005), h. 4.
5
من سلك طريقا يلتبس فيه علما سهل اهلل له به طريقا إىل اجلنة (رواه
)مسلم
Artinya:
“Barangsiapa melewati suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah
memudahkan untuknya jalan ke surga” (H.R Muslim)
6
Soleha dan Rada, Ilmu Pendidikan Islam, (Bnadung: Alfabeta, 2011), h. 29-30.
7
Ibid., h. 30.
8
Abdurrahman bin Kamaluddin Abu Bakr bin Muhammad bin Sabiquddin Suyuthi,
Jalaluddin Al-Misri, Al-Jami’ A-lShaghir, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1996), h. 243.
6
9
Amir Mu’allim Yusdani, Ijtihad dan Legislasi, (Yogyakarta: UII PRESS, 2004), h. 12.
7
10
Sholeha dan Rada, Op.cit., h. 33.
11
Ibid., h. 35.
8
12
Ibid., h. 36.
13
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2, (Jakarta: Bina Ilmu, 2010), h. 144.
14
Ibid., h. 152
15
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), cet. Ke-
1, h. 41.
9
16
Ibid., h. 41.
17
Muhaimin, Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakkir, Kawasan dan Wawasan Studi
Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 201-202.
18
Franz Magnis Suseno, Berfilsafat dari Konteks, (Jakarta: Gramedia, 1991), h. 86-87.
10
19
Masjfuk Zuhdi, Pengantar Hukum Islam, (Jakarta: Haji Masagung, 1990), h. 124.
20
Hasan Langgulung, Asas-asasPendidikan Islam, (Jakarta: Al-Husna, 1988), h. 6-7.
11
21
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), cet. Ke-
1, h. 44-46
12
22
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 2009),
h. 118.
23
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 30.
14
24
The 2nd Conference on Muslim Education, International Seminar on Islamic Concepts
and Curricula, Recommendation, 15-20, March 1980, Islamabad.
25
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2005), h. 20.
15
26
Ramayulis dan Syamsul Nizar, Op.cit., h. 129.
16
27
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), h.
17
28
Ibid., h. 135.
29
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suat Analisa psikologi dan
Pendididkan, (Jakarta: Pustaka al-Husna,1989), h. 67.
30
Zakiah Daradjat, Op.cit., h. 31.
18
b. Tujuan Umum
Jika tujuan akhir tadi mengandung makna filosofis, berbeda
dengan tujuan umum ini. Pada tujuan umum lebih bersifat empirik dan
realistik. Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapainnya
dapat diukur, karena mencakup perubahan sikap, perilaku, dan
kepribadian subjek didik. Tujuan umum harus dikaitkan pula dengan
tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan Islam itu
diaksanakan dan harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional
lembaga yang menyelanggarakan pendidikan.31 Tujuan umum meliputi
aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan,
kebiasaan dan pandangan.
Dikatakan umum karena berlaku bagi siapa saja tanpa batas
ruang dan waktu, dan menyangkut diri peserta didik secara total 32.
Rumusan tujuan pendidikan yang bersifat universal dapat dirujuk pada
hasil kongres sedunia tentang pendidikan islam sebagai berikut:33
Education should aim at the balanced growth of total personality
of man through the training of man”s spirit,intellect the rational
self,felling and bodily sense. Education should therefore cater
for the growth of man in all its aspect, spiritual, intellectual,
imaginative, physical, scientific, linguistic, both individual and
collectively, and motivate all aspects toward goodness and
attainment of perfection. The ultimate aim of education lies in
the realization of complete submission to Allah on the level
individual the community and humanity at large.
31
Ibid., h. 30.
32
Ramayulis, Op.cit., h. 137
33
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, tth), h. 63
34
Hasan Langgulung, Op.cit., h. 51.
19
35
Ibid., h. 53.
36
Zakiah Daradjat, Op.cit., h. 31.
20
37
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), h. 43.
38
Zakiah Daradjat, Op.cit., h. 32.
39
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Media Pratama, 2005), h. 21-22.
21
40
Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial: Teori Pendidikan Pelaku
Sosial Kreatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000), h.
22
41
Subari, Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Bumi Aksara, 1988), h. 22.
42
Lihat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dan penjelasannya,
Cet. I (Yogyakarta: Media Wacana Press, 2003), hlm. 12
43
Imas Kurinasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan,
(Surabaya: Kata Pena, 2014), Cet. II, h. 3.
44
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: Bumi Aksara, 1994), h. 16.
45
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2007), h. 184.
23
46
Imas Kurinasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan,
(Surabaya: Kata Pena, 2014), h. 3.
47
Ibid.,
48
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet. V, h. 126-127.
49
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia: 2002), h. 132.
24
pada dasar agama Islam dengan segala aspeknya. Dasar agama ini
dalam kurikulum pendidikan Islam jelas harus didasarkan pada al-
Quran, al-Sunnah dan sumber-sumber yang bersifat furu’ lainnya.
b. Dasar Falsafah
Dasar ini memberikan pedoman bagi tujuan pendidikan Islam
secara filosofis, sehingga tujuan, isi dan organisasi kurikulum
mengandung suatu kebenaran dan pandangan hidup dalam bentuk
nilai-nilai yang diyakini sebagai suatu kebenaran, baik ditinjau dari
segi ontologim epistimologi, maupun aksiologinya.
c. Dasar Psikologis
Dasar ini memberikan landasan dalam perumusan kurikulm
yang sejalan dengan ciri-ciri perkembangan psikis peserta didik,
sesuai dengan tahap kematangan dan bakatnya, memperhatikan
kecakapan pemikiran dan perbedaan perseorangan antara satu peserta
didik dengan lainnya.
d. Dasar Sosial
Dasar ini memberikan gambaran bagi kurikulum pendidikan
Islam yang tercermin pada dasar sosial yang mengandung ciri-ciri
masyarakat Islam dan kebudayaannya.
e. Dasar Organisatoris
Dasar ini memberikan landasan dan penyusunan bahan
pembelajaran besera penyajiannya dalam proses pembelajaran.50
3. Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum Pendidikan Islam tidak akan terlepas dari asas Islam itu
sendiri yakni Al-Quran dan Hadist, maka ciri utama yang bisa diketahui
adalah mencantumkan keduanya sebagai sumber utama. Ciri-ciri khusus
kurikulum pendidikan Islam, yaitu:51
50
Umar Muhammad Al-Thaumi Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, terj. Hasan
Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 532.
51
Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam Jilid II, (Bandung: Pustaka
Setia, 2010), h. 182.
25
52
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2011), h. 167-170.
26
53
Lias Hasibuan, Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada, 2010),
h. 37.
54
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2010), h. 102.
28
55
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2010), h. 105.
29
Kurikulum yang baik tidak akan mencapai hasil yang maksimal, jika
pelaksanaannya menghasilkan sesuatu yang baik bagi anak didik.
Komponen strategi pelaksanaan kurikulum meliputi pengajaran,
penilaian, bimbingan dan penyuluhan dan pengaturan kegiatan
sekolah.56
d. Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi adalah komponen kurikulum yang dapat
diperbandingkan seperti halnya penjaga gawang dalam permainan
sepak bola, memfungsikan evaluasi berarti melakukan seleksi terhadap
siapa yang berhak untuk diluluskan dan siapa yang belum berhak
diluluskan, karena itu siswa yang dapat mencapai targetlah yang
berhak untuk diluluskan, sedangkan siswa yang tidak mencapai target
(prilaku yang diharapkan) tidak berhak untuk diluluskan. Dilihat dari
fungsi dan urgensi evaluasi yang demikian, Dari sudut komponen
evaluasi misalnya, berapa banyak guru yang mengerjakan suatu mata
pelajaran yang sesuai dengan latar belakang pendidikan guru dan
ditunjang pula oleh media dan sarana belajar yang memadai serta
murid yang normal.57
D. Implementasi Dasar, Tujuan, dan Kurikulum Pendidikan Islam dalam
Lembaga Pendidikan Islam
Implementasi dasar, tujuan, dan kurikulum pendidikan Islam dalam
lembaga pendidikan Islam adalah diawali dengan adanya kebijakan tentang
pemantapan pendidikan Islam sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional.
Hal ini dilakukan melalui penyempurnaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1989 menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional. Jika pada Undang-Undang No 2 Tahun 1989 hanya
menyebutkan madrasah saja yang masuk dalam sistem pendidikan nasional,
maka pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 manyebutkan pesantren,
56
A. Hamid Syarief, Pengembangan Kurikulum, (Pasuruan: Garoeda Buana Indah, 2009),
h. 108.
57
Oemar Hamalik, Kurikulum Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 28.
31
58
Rahim Husni, Madrasah dalam Politik Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 2005), h. 30.
59
Ibid., h. 77.
32
lembaga pendidikan Islam, maka lembaga ini ke depan dapat dijadikan sebagai
lembaga pendidikan alternatif bagi anak bangsa dalam merespons perubahan
di era globalisasi. Oleh karena itu, respons negara terhadap kebutuhan umat
Islam dengan memasukkannya dalam lembaga pendidikan Islam merupakan
upaya pemerintah dalam memajukan pendidikan umat Islam di Indonesia.
Untuk lebih jelasnya berikut akan dikemukakan bentuk-bentuk
implimentasi dasar, tujuan, dan kurikulum pendidikan Islam dalam lembaga
pendidikan Islam:
1. Istilah-istilah Pendidikan Islam
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 istilah-istilah yang mencerminkan
konsep dan aktivitas pendidikan Islam adalah: (1) Pendidikan Agama, (2)
iman, taqwa dan akhlak mulia, (3) kriteria pendidik, (4) pendidikan agama
wajib di setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan dengan posisi di great
ke-1, (5) pendidikan agama dan pendidikan keagamaan disertakan, dan (6)
nilai-nilai.
2. Pendidikan Islam Sebagai Materi
Dalam UU No. 20 Tahun 2003, ketentuan yang berkaitan dengan
pendidikan Islam sebagai materi termaktub pada pasal 36 ayat (3) dan pasal
37 ayat (1) sebagai berikut:
a. Pasal 36 ayat 3, kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan
kerangka NKRI dengan memperhatikan: 1) Peningkatan iman dan
takwa; 2) Peningkatan akhlak mulia; 3) Peningkatan potensi, kecerdasan
dan minat peserta didik; 4) Keragaman potensi daerah dan lingkungan;
5) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional; 6) Tuntutan dunia kerja;
7) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; 8) Agama; 9)
Dinamika perkembangan global; 10) Persatuan nasional dan nilai-nilai
kebangsaan.
b. Pasal 37 ayat 1, Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib
memuat: 1) Pendidikan agama; 2) Pendidikan kewarganegaraan; 3)
Bahasa; 4) Matematika; 5) Ilmu pengetahuan alam; 5) Ilmu pengetahuan
33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan
sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didik
ke arah pencapaian pendidikan. Dasar yang dimaksud adalah dasar pokok
pendidikan Islam, dasar tambahan pendidikan Islam, dan dasar operasional
pendidikan Islam. Hal ini dilakukan agar manusia dapat mencapai semua jenis
tujuan pendidikan Islam.
Pendidikan Islam yang memiliki dasar pendidikan yang luar biasa, dapat
dituangkan dalam kurikulum pendidikan Islam, Kurikulum pendidikan Islam ia
merupakan landasan yang digunakan pendidikan untuk membimbing peserta
didiknya kearah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah
pengetahuan, keterampilan dan sikap mental.
Hal inilah yang kemudian mendorong implementasi dasar, tujuan, dan
kurikulum pendidikan Islam dalam lembaga pendidikan Islam di Indonesia.
Diawali dengan adanya kebijakan tentang pemantapan pendidikan Islam
sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini dilakukan melalui
penyempurnaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 menjadi Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Yang
kemudian berkembang melalui pasal-pasal.
B. Saran
Lembaga pendidikan Islam senantiasa melakukan revitalisasi baik dari
sisi kelembagaan maupun dari sisi keilmuannya. Revitalisasi lembaga
pendidikan Islam dalam konteks ke depan (global) dapat dipahami dari upaya
untuk menarik lembaga pendidikan Islam dalam mainstream yakni lebih
berperan dalam pembangunan masyarakat. Untuk itu, lembaga pendidikan
Islam dihadapkan pada tantangan untuk mengintegrasikan nilai-nilai ajaran
agama dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Basri, Hasan dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam Jilid II, Bandung,
Pustaka Setia, 2010.
Bucaille, Maurice, Bibel, Al-Quran dan Sains, Jakarta, PT. Bulan Bintang, 1979.
Khon, Majid, dkk., Ulumul Hadis, Jakarta, Pusat Studi Wanita UIN Jakarta, 2005.
Kurinasih, Imas dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan
Penerapan, Surabaya, Kata Pena, 2014.
Muhaimin, Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakkir, Kawasan dan Wawasan Studi
Islam, Jakarta, Prenada Media, 2005.
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kencana, 2006.
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia,
2009
Suyuthi, Abdurrahman bin Kamaluddin Abu Bakr bin Muhammad bin Sabiquddin,
Jalaluddin Al-Misri, Al-Jami’ A-lShaghir, Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1996.
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam II, Bandung, CV. Pustaka Setia, 1997.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dan penjelasannya,
Yogyakarta, Media Wacana Press, 2003.
Yusdani, Amir Mu’allim, Ijtihad dan Legislasi, Yogyakarta, UII PRESS, 2004.