Anda di halaman 1dari 27

LINGKUNGAN PENDIDIKAN MASYARAKAT,

MATERI PENDIDIKAN DAN KURIKULUM

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Hadits Tarbawi

Dosen Pengampu:
H. Abdul Malik, LLB., LLM.

Kelas: PAI 4 B

Disusun Oleh:

Nur Atiqah Rahmat Hakim : 1211025616


Rasi Nur Aeni : 1211025620
Sagita Ardiningrum : 1211025626
Siti Hanna Pertiwi : 1211025633

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SYAMSUL ‘ULUM


GUNUNGPUYUH SUKABUMI
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik serta tepat waktu. Shalawat beserta salam semoga senantiasa
selalu tercurah limpahkan kepada baginda alam Nabi Muhammad SAW, yang
telah membawa risalah kepada umatnya.
Berkat rahmat dan karunia-Nya yang selalu terpancar bagi umatnya, maka
segala macam hambatan yang senantiasa merintangi dapat teratasi. Sehingga
dengan terbukanya pintu kelancaran, kami dapat menyelesaikan tugas terstruktur
yang berbentuk Makalah pada Mata Kuliah Hadits Tarbawi yang berjudul
“Lingkungan Pendidikan Masyarakat, Materi Pendidikan dan Kurikulum”.
Pada Kesempatan yang baik ini, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak
H. Abdul Malik, LLB., LLM. sebagai dosen pengampu yang telah memberikan
tugas dan pengalaman berharga, serta bantuan pemikiran dari rekan mahasiswa
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran
sehingga penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Kami berharap
karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan memberikan kontribusi
positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Sukabumi, 16 April 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... .ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................... ..1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. ..2

C. Tujuan ..................................................................................................... ..2

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kurikulum Pendidikan ......................................................... ..3

B. Pengertian Masyarakat............................................................................ ..4

BAB III PEMBAHASAN

A. Lingkungan Pendidikan Masyarakat ..................................................... ..6

B. Materi Pendidikan ............................................................................. … 12


C. Kurikulum Pendidikan Dalam Hadits …………………………………...19
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ .23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... .24

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hadis nabi (Sunnah) merupakan salah satu sumber kebenaran dalam Islam.
Sedangkan pendidikan merupakan sebagian upaya untuk menciptakan kondisi
manusia sesuai dengan anjuran Sang Khalik. Sebagai penjelas (al-bayan) bagi Al-
Qur’an, kedudukan hadis menjadi sangat urgen untuk tetap menjadi bagian yang
diharapkan agar manusia secara berkelanjutan mengikuti anjuran Sang Khalik.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan manusia untuk
memanusiakan manusia. Hal ini dilakukan dalam rangka memberdayakan seluruh
potensi agar manusia tersebut sesuai dengan fitrahnya. Fitrah manusia, kini,
semakin termarginalisasi oleh bentuk-bentuk keduniawian.
Sejalan dengan upaya memanusiakan manusia, pendidikan diselaraskan
dengan kebutuhan manusia pada zamannya. Perubahan kebutuhan manusia inilah
yang mengantarkan manusia agar tetap up to date, yang sesuai dengan
perkembangan zaman. Sebab, zaman yang terus berkembang sesuai dengan
peradaban yang pesat dapat memolarisasi kebutuhan yang spesifik. Spesifikasi
kebutuhan manusia terhadap kebendaan.
Sungguhpun demikian secara esensial, pendidikan Islam merupakan
bagian terdepan yang harus dikembalikan kepada akar permasalahan kehidupan.
Sebab, manusia yang secara kodrati merupakan ciptaan Allah harus tetap dalam
tatanan kehidupan yang dipandu oleh Islam. Sebab, Islam sebagai instrumen yang
mensinergikan segala kebutuhan manusia.
Pendidikan Islam secara fungsional adalah upaya manusia muslim
merekayasa pembentukan al-insan al-kamil melalui penciptaan situasi interaksi
edukatif yang kondusif. Dalam konteks merekayasa pembentukan al-insan al-

1
kamil inilah dimunculkan konsep kurikulum. Kurikulum disusun sebagai bagian
dari kebutuhan manusia untuk membuat kehidupannya lebih mudah.
Urgensitas pembahasan ini dilakukan dalam rangka mencari beberapa
referensi yang dapat dikembangkan untuk mengkondisikan pendidikan yang
Islami.
Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas lingkungan pendidikan
masyarakat, materi pendidikan dan kurikulum dari sudut pandang hadits-hadits
yang berasal dari Rasul Muhammad SAW.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana lingkungan pendidikan masyarakat?
2. Apa saja materi pendidikan Islam yang termuat dalam kurikulum?
3. Bagaimana kurikulum pendidikan dalam hadits?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana lingkungan pendidikan masyarakat
2. Untuk mengetahui apa saja materi pendidikan Islam yang termuat dalam
kurikulum
3. Untuk mengetahui bagaimana kurikulum pendidikan dalam hadits

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kurikulum Pendidikan


Secara etimologi kata kurikulum berakar dari bahasa yunani, yakni curir
yang bemakna “pelari” dan curare dengan makna “tempat berpacu” jadi
sesungguhnya makna kurikulum berasal dari dunia olahraga pada masa Romawi
Kuno di daerah Yunani yang memiliki makna “suatu jarak yang harus ditempuh
oleh seorang pelari dari garis start sampai garis finish”.
Sedangkan secara bahasa Arab, kata kurikulum biasa diistilahkan dengan
kata Manhaj yang bermakna “jalan yang terang yang harus dilalui oleh manusia
dalam berbagai bidang kehidupan” adapun kata manhaj al-dirasah dimaknai
dengan “seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan pada sebuah
lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan.
Sementara itu secara terminologi para ahli mendefinisikan kurikulum
dengan berbagai versi, meskipun secara hakekatnya memikili dasar pemikiran
yang sama, diantaranya adalah Crow and Crow mengemukakan bahwa kurikulum
adalah rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang tersusun secara
sistematis untuk menyelesaikan program guna mendapatkan ijazah. Sedangkan
Zakiah Daradjat memandang bahwa kurikulum sebagai suatu program yang
direncanakan di bidang pendidikan dan dilaksanakan guna mencapai tujuan
tertentu.
Memandang bahwa fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah
sebagai alat guna mencapai tujuan pendidikan, maka itu berarti bahwa sebagai alat
pendidikan kurikulum tentunya memiliki beberapa bagian penting yang sangat
menunjang dan dapat mendukung kegiatannya dengan baik, beberapa bagian
kurikulum atau biasa disebut komponen yang harus saling berkaitan satu sama
lain, guna mencapai tujuan yang dikehendaki dalam pendidikan.

3
Menurut Hasan Langgulung dalam kurikulum pendidikan terdapat empat
komponen utama yaitu:
1. Tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan tersebut, atau sederhananya manusia
seperti apa yang ingin di bangun dengan kurikulum yang kita lakukan.
2. Pengetahuan (knowledge), yang berbentuk informasi, data, aktifitas dan
pengalaman sebagai sumber terbentuknya kurikulum itu dan sebagai sumber
terbentuknya karakter. Komponen ini biasa disebut dengan mata pelajaran atau
bahan ajar.
3. Metode mengajar yang digunakan oleh para pendidik untuk akgtifitas KBM dan
memotivasi peserta didik untuk membawa mereka kearah yang dikehendaki oleh
tujuan pendidikan.
4. Metode evaluasi yang digunakan untuk mengukur dan menilai hasil proses
pendidikan yang telah direncanakan.
Sementara itu menurut pandangan modern yang dimaksud dengan
kurikulum adalah “semua pengalaman belajar” ini berarti bahwa kurikulum tidak
hanya sebagai sekedar rencana pelajaran atau bidang studi akan tetapi keseluruhan
dalam proses kegiatan pendidikan yang aktual di sekolah. Dalam pandangan
modern ini makna inti kurikulum sesungguhnya yaitu pengalaman belajar. Karena
pengalaman belajar banyak mempengaruhi kedewasaan anak, artinya tidak hanya
mempelajari beberapa mata pelajaran, akan tetapi juga mempelajari bagaimana
interaksi sosial di lingkungan sekolah, kerjasama dengan teman sekelompoknya
serta kecermatan dalam memanfaatkan lingkungan dan sebagainya.1

B. Pengertian Masyarakat
Secara sederhana, masyarakat ( lingkungan sosial) dapat diartikan sebagai
sekelompok individu pada suatu komunitas yang terikat oleh satu kesatuan visi
kebudayaan yang mereka sepakati bersama. Setidaknya ada dua macam bentuk
masyarakat dalam komunitas yang terikat oleh satu kesatuan visi kebudayaan
yang mereka sepakati bersama. Setidaknya ada dau macam bentuk masyarakat

1
Umi Kultsum, Pendidikan Dalam Kajian Hadits Tekstual Dan Kontekstual (Tangerang
Selatan: Cinta Buku Media, 2018).

4
dalam komunitas kehidupan manusia. Pertama, kelompok primer yaitu kelompok
dimana manusia mulamula berinteraksi dengan orang lain secara langsung, seperti
keluarga dan masyarakat secara umum. Kedua, kelompok sekunder yaitu
kelompok yang dibentuk secara sengaja atas pertimbangan dan kebutuhan
tertentu, seperti perkumpulan profesi, sekolah, partai politik, dan sebagainya.
Kesatuan visi ini secara luas kemudian membentuk hubungan yang komunikatif
dan dinamis, sesuai dengan tuntutan perkembangan zamannya.
Bila penjelasan di atas ditarik dalam dataran pendidikan, eksistensi
masyarakat sangat besar peranan dan pengaruhnya terhadap perkembangan
intelektual dan kepribadian individu peserta didik, Sebab, keberadaan masyarakat
merupakan laboratorium dan sumber makro yang penuh alternative bagi
memperkaya pelaksanaan proses pendidikan. Untuk itu, setiap anggota
masyarakat memiliki peranan dan tanggung jawab moral terhadap terlaksananya
proses pendidikan. Kesemua unsur yang ada dalam masyarakat harus senantiasa
terpadu, bekerja sama dan sekaligus menjadi alat kontrol bagi pelaksanaan
pendidikan. Hal ini disebabkan adanya hubungan dan kepentingan yang timbale
balik antara masyarakat dan pendidikan. Sebab lewat pendidikanlah nilai-nilai
kekebudayaan suatu komunitas masyarakat dapat dipertahankan dan dilestarikan.
Disisi lain, pendidikan merupakan sarana yang paling tepat dan efektif
untuk menyatukan visi dan tujuan suatu komunitas masyarakat yang demikian
heterogen dan kompleks. Untuk itu, pendidikan harus mampu mengakumulasikan
seluruh potensi dan nilai kebudayaan masyarakat dan sistem pendidikannya.
Dengan konsep dan upaya kondusif ini, baik masyarakat maupun lembaga
pendidikan akan merasa saling memiliki dan bertanggung jawab atas berhasil atau
tidaknya proses pendidikan, dalam mensosialisasikan nilai-nilai kebudayaan dan
kemanusiaan manusia.2

2
Anas Ma’arif, Hadist Tarbawi (Mojokerto: Fakultas Tarbiyah Institut Pesantren KH. Abdul
Chalim, 2017) <https://doi.org/10.13140/RG.2.2.28868.27528>.

5
BAB III
PEMBAHASAN

A. Lingkungan Pendidikan Masyarakat


Untuk menghasilkan proses belajar mengajar yang kondusif bagi
pengembangan potensi peserta didik secara optimal, serta sesuai dengan nilai-nilai
Ilahiah, peranan ketiga unsur di atas harus senantiasa saling mengisi secara
harmonis dan integral. Jika salah satu diantara unsur tersebut tidak melaksanakan
tugas dan fungsinya, maka mustahil pendidikan yang diinginkan akan berhasil
secara maksimal. Hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan dan ruang lingkup
antara satu unsur dengan unsur yang lain. Oleh karena itu, perlu adanya renovasi
dan reorientasi kembali konsep pendidikan yang dilaksanakan, agar mampu
melibatkan ketiga unsur tersebut dalam satu kesatuan visi dan misi pendidikan
secara aktif dan dinamis. Dengan kesatuan visi dan misi itulah, proses
pelaksanaan pendidikan dapat mencapai tujuannya secara sempurna, baik sebagai
agent of change, pembentuk pribadi individu muslum yang paripurna (sebagai abd
maupun sebagai khalifah fi al-ardh).
Fungsi lembaga pendidikan masyarakat:
1. Pelengkap (complement)
2. Pengganti (subtitute)
3. Dan Tambahan (supplement) terhadap pendidikan yang diberikan oleh
lingkungan yang lain.
Dalam lingkungan ini akan dikembangkan bermacam-macam aktifitas
yang bersifat pendidikan oleh bermacam-macam instansi maupun jawatan dan
lembaga pendidikan maupun nonpendidikan.
Kegiatan pendidikan yang berfungsi sebagai pelengkap perkembangan
kepribadian indidvidu secara individual maupun kelompok ialah kegiatan
pendidikan yang berorientasi melengkapi kemampuan, keterampilan, kognitif
maupun performa seseorang. Kegiatan ini mencakup antara lain:

6
1. Perkembangan rasa sosial dalam berkomunikasi dengan orang lain.
2. Pembinaan sikap dan kerja sama dengan anggota masyarakat
3. Pembinaan keterampilan dan kecakapan khusus yang belum didapatkan di
keluarga dan sekolah.
Lingkungan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, hanya
menyediakan pendidikan bukan pendidikan sekedar tambahan atau pelengkap,
tetapi adalah mengadakan pendidikan yang berfungsi sama dengan lembaga
pendidikan formal di sekolah. Hal ini karena keterbatasan lingkungan sekolah,
sehingga tidak mampu melayani setiap anggota dan lapisan masyarakat. Seperti
kurus pengetahuan dasar, kursus PKK, atau kursus keterampilan.
lingkungan masyarakat juga mampu menyediakan pendidikan yang
berfungsi sebagai tambahan. Di sekolah-sekolah teknik murid telah mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan tentang penggunaan mesin, tetapi karena jumlah
jam pelajaran yang terbatas, siswa tidak dapat mengembangkannya. Untuk
masalah seperti itu dapat dikembangkan kursus diluar jam pelajaran yang telah
ada.
Kaitan antara antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga
segi, yaitu:
a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan (jalur
sekolah dan jalur luar sekolah.
b. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat,
baik langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif.
c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang
maupun yang dimanfaatkan, perlu pula diingat bahwa manusia dalam bekerja dan
hidup sehari-hari akan selalu berusaha memperoleh manfaat dari pengalaman
hidupnya untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain, manusia berusaha
mendidik dirinya dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di
masyarakatnya dalam bekerja, bergaul dan sebagainya.

7
Hadits-hadits tarbawi tentang lingkungan pendidikan masyarakat
Dilalah ibarat :
Janganlah saling menghasud, janganlah saling mencari kessalahan
,janganlah saling membenci, janganlah saling membelakangi, janganlah salah
seorang dari kalian menjual atas dagangan saudaranya, jadilah kalian hamba-
hamba allah yang bersaudara, seorang muslim adalah saudara muslim yang lain,
janganlah dia mendzhaliminya, janganlah dia merendahkannya, janganlah dia
menghinanya, sesungguhnya taqwa itu ada di sini(seraya nabi memberi isyarat
dengan meletakkan tangannya di dadanya sebanyak tiga kali), telah cukup
keburukan seorang muslim yang menghina saudara muslimnya, setiap muslim
diharamkan atas muslim lainnya, darahnya, hartanya dan harga dirinya. (H.R.
Ahmad)
Dilalah isyarat:
Keadaan dalam suatu masyarakat sangat dinamis dan manusia mempunyai
keluwesan sifat dan selalu berubah, sehingga sering sekali terjadi dinamika sosial
yang perlu untuk diperhatikan. Hal ini karena kesadaran adanya perbedaan
perseorangan diantara manusia. Perlunya menjunjung persatuan dan kesatuan
antar individu dan beberapa kelompok serta lapisan sosial. Serta mengusahakan
untuk menghindarkan terjadinya konflik dan ketidak stabilan. Untuk menciptakan
lingkungan pendidikan masyarakat yang baik, maka perlu adanya karakter yang
baik dari setiap individu. Maka haruslah menghindari hasud (iri, dengki), saling
curiga, saling berpaling, mengganggu hak orang lain. Sebaliknya seharusnya
masyarakat islam punya ciri khas terasendiri yang harus saling menyayangi,
saling menghormati, dan menghargai hak orang lain. Terutama yang menyangkut
hak asasi, yaitu harta, nyawa dan nama baik.
Dilalah ibarat:
Sesungguhnya Seorang mukmin bagi mukmin lainnya bagaikan bangunan
yang saling menguatkan satu sama lain, dan beliau menyilangkan (menyatukan)
jari-jarinya. (H.R. Al bukhari)

8
Dilalah isyarat:
Semua unsur dalam masyarakat harus menciptakan situasi yang kondusif
dan saling mendukung dalam menciptakan suasana berpendidikan. Hal itu
dikarenakan negara yang aman adalah jaminan adanya keamanan sosial.
Kepercayaan bahwa masyarakat itu sekumpulan individu dan kelompok nyang
diikat oleh kesatuan tanah air, kebudayaan dan agama Kepercayaan bahwa
manusia mempunyai motivasi dan kebutuhan, maka sebagai anggota masyarakat
kita harus behu-membahu mewujudkan cita-cita bersama. Setiap individu dalam
m masyarakat harus memahami hak dan kewajbannya masing-masing.
Dilalah ibarat:
Wahai rasulullah, kabarkanlah kepadaku tentang sesuatu yang menetapkan
surga bagiku, rasulullah bersabda: ― biasakanlah perkataan yang baik dan
mengucapkan salam. Syu‘aib al arnauth berkata: isnad hadits ini kuat. Dalam
riwayat yang lain, : ― dan membagikan makanan‖. (H.R. ibnu hibban dan al
hakim)
Dilalah isyarat:
Untuk menjaga kekondusifan situasi dalam lingkungan pendidikan
masyarakat, perlu adanya komunikasi yang intensif dan baik. Perlunya menjaga
solidaritas antar sesama anggota masyarakat Dalam berkomunikasi dibutuhkan
konsistensi dan cara yang baik Pengajaran bagi kita akan sifat yang ramah dan
tidak sombong dengan sesama saudara muslim / non muslim Menjaga setiap
ucapan kita agar tidak menyakiti atau menyinggung hati saudara kita dan Menjaga
segala ucapan kita dari segala ucapan yang merugikan diri kita dan orang lain.
Dilalah ibarat:
Rasulullah saw bersabda: ― seorang muslim bukanlah orang yang suka
mencela, bukanlah seorang yang suka melaknat, bukanlah orang yang keji dan
bukanlah orang yang perkataannya kotor. (H.R. al Baihaqi) Dilalah isyarah:
Kepercayaan bahwa masyarakat islam mempunyai identitas khas dan ciri-ciri
tersendiri. Yaitu perilaku saling menghormati. Semua anggota masyarakat
bertanggung jawab mengantisipasi hal-hal negatif yang dikhawatirkan terjadi
dalam masyarakatnya.

9
Dilalah ibarat:
Orang yang kuat bukanlah orang yang kuat dalam bergulat, sejatinya
orang yang kuat adaah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya ketika
ia sedang marah. (H.R. malik)
Dilalah isyarat:
Kepercayaan bahwa manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh
faktor warisan dan alam lingkungan. Diantaranya dalam segi emosionalnya.
Antara individu ssaloing menjaga diri agar jangan sampai mudah terpancing untuk
bertindak dalam menghadapi fenomena dalam masyarakat. Semuanya harus
didasari oleh saling pengertian dan toleransi. Kita harus memaafkan, bersikap
santun dan mengendalikan amarah Ketaqwaan,kesabaran, dank e ikhlasan adalah
kekuatan yang sejati bagi umat muslim bukan melainkan kekuatan fisik.
Dilalah ibarat :
Rasulullah saw mengunjungi kaum Anshar, lalu beliau mengucapkan
salam kepada anak-anak mereka, lalu mengusap kepala mereka dan mendo‘akan
mereka (H.R. an-Nasai)
Dilalah isyarat :
Dalam bermasyarakat, kita harus senantiasa membiasakan untuk menjalin
tali silaturahim, tawadlu‘ atau memperlakukan seseorang sesuai dengan
keadaannya, bersikap lemah lembut, dan mengucapkan salam. Karena
mengucapkan salam kepada sesam saudara muslim adalah bagian bentuk
penghormatan untuknya
Dilalah ibarat:
Rasulullah saw memerintahkan kita dengan tujuh hal, dan melarang kita
dari tujuh hal yang lain, lalu nabi menuturkan menjenguk orang yang sedang
sakit, mengantarkan jenazah, mendo‘akan orang yang bersin, menjawab salam,
menolong orang yang didhalimi, mendatangi undangan dan membebaskan
tanggungan orang yang bersumpah. (H.R. Al Bukhari)

10
Dilalah isyarat:
Kepercayaan bahwa segala sesuatu yang menuju kesejahteraan bersama,
keadilan dan kemaslahatan diantara manusia termasuk diantara tujuan-tujuan
syari‘at islam
Dilalah ibarat :
Diriwayatkan dari Abu Sa‘id Al Khudry ra., beliau berkata: ―saya
mendengar Rasulullah saw. Bersabda: ―baramg siapa diantara kalian yang
melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika ia
tidak mampu, maka dengan lisannya, dan jika ia tidak mampu, maka dengan
hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman. (H.R. Muslim)
Dilalah isyarat:
Kepercayaan bahwa tujuan akhlak dalam islam ialah mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat bagi individu dan kebaikan bagi masyarakat
Dengan adanya dinamika yang terjadi dalam masyarakat, maka dibutuhkan
kepedulian terhadap berbagai aspek yang ada dalam masyarakat. Hal itu
merupakan tanggung jawab seorang individu dalam masyarakat di mana dia
berada. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat,
beberapa pihak harus berupaya secara maksimal sesuai dengan kemampuannya.
Ciri utama masyarakat islam yang menjunjung tinggi keimanan adalah amar
ma‘ruf nahi munkar.
Dilalah ibarat :
Sayyidah Aisyah berkata: ―saya mendengar Rasulullah saw. Bersabda:
―perintahkanlah kalian semua dengan kebaikan, dan cegahlah dari kemungkaran,
sebelum do‘a kalian tidak dikabulka. (H.R. Ibnu Majah).
Dilalah isyarat:
Kepercayaan bahwa masyarakat selalu berubah (dinamis). Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat kita tidak boleh statis dan kaku, akan tetapi harus
fleksibel dan membaur bersama kebaikan dari perkmbangan zaman. Kepercayaan
bahwa ilmu adalah dasar terbaik bagi kemajuan masyarakat, sesudah agama.
Usaha-usaha yang dilakukan hendaknya memperhatikan hal-hal yang bersifat
aktual, agar sesuai dengan perkembangan zaman. Sehingga perlu memperhatikan

11
fenomena di masa sekarang, yang belum tentu demikian di masa depan. Kita haru
senantiasa memberikan dukungan terhadap segala perbaikan falam masyarakat,
utamanya dalam hal amar ma‘ruf nahi munkar. Jangan sampai kita acuh tak acuh
terhadap segala inisiatif dan inovasi yang membawa kebaikan.3

B. Materi Pendidikan
Selanjutnya, dalam pembinaan kepribadian muslim, bagian penting dari
muatan kurikulum antara lain; (1) Pendidikan Tauhid/Akidah, (2) Pendidikan
Ibadah, (3) Pendidikan hati (4) pendidikan jasmani (5) pendidikan sosial.
Semestinya banyak lagi yang seharusnya dituliskan, namun karena keterbatasan
penulis, maka hanya beberapa hadis saja yang dapat disajikan dalam tulisan ini.

1. Pendidikan Akidah
Aqidah ialah proses pembinaan dan pemantapan kepercayaan dalam diri
seseorang sehingga menjadi yang kuat dan benar. Proses tersebut dapat dilakukan
dalam bentuk pengajaran, bimbingan dan latihan. Dalam penerapannya pendidik
dapat menerapkan dengan berbagai metode yang relavan dengan tujuan yang
ingin dicapai. Sehubungan dengan itu terdapat dalam hadist berikut:

ٌَ‫يم أَ ْخبَ َرنَا أَبُوٌ َحيَّان‬ ٌَ ‫ْن ِإب َْرا ِه‬ ٌُ ‫ل ب‬ ٌُ ‫ل َحدَّثَنَا ِإ ْس َما ِعي‬ ٌَ ‫سدَّدٌ قَا‬ َ ‫َحدَّثَنَا ُم‬
ٌَّ ‫صلَّى‬
ُ‫ّللا‬ َ ٌ‫ َكانٌَ النَّبِي‬:‫ل‬ ٌَ ‫ن أَبِي هُ َرٌْي َر ٌة َ قَا‬ ٌْ ‫ع‬ َ َ‫ع ٌة‬ َ ‫ن أَبِي ُز ْر‬ ٌْ ‫ع‬ َ ٌ‫التَّي ِْمي‬
ٌَ ‫ان قَا‬
‫ل‬ ٌُ ‫اإلي َم‬ ِ ٌ‫ َما‬:‫ل‬ ٌَ ‫ل فَقَا‬ ٌُ ‫اسٌ فَأَتَاهٌُ ِجب ِْري‬ ِ َّ‫ار ًزا يَ ْو ًما ِللن‬ ِ َ‫سلَّ ٌَم ب‬َ ‫علَ ْي ٌِه َو‬ َ
ٌَ‫س ِل ٌِه َوتُؤْ ِمن‬ ُ ‫اّلل َو َمال ِئ َك ِت ٌِه َو ُكت ُ ِب ٌِه َو ِب ِلقَا ِئ ٌِه َو ُر‬ ٌَِّ ‫ن تُؤْ ِمنٌَ ِب‬ ٌْ َ ‫ان أ‬ ٌُ ‫اإلي َم‬ِ
‫ك ِب ٌِه‬ ٌَ ‫لٌ ت ُ ْش ِر‬َ ‫ّللا َو‬ ٌََّ َ‫ن ت َ ْعبُ ٌد‬ ٌْ َ ‫ال ٌُم أ‬ َ ‫اإل ْس‬ ِ :‫ل‬ ٌَ ‫ال ٌُم َقا‬
َ ‫اإل ْس‬ ِ ‫ َما‬:‫ل‬ ٌَ ‫ٌ َقا‬،‫ث‬ ِ ‫ِب ْالبَ ْع‬
، َ‫ضان‬ َ ‫وم َر َم‬ ٌَ ‫ص‬ ُ َ‫ض ٌةَ َوت‬ َ ‫الز َكاةٌَ ْال َم ْف ُرو‬ َّ ‫ِي‬ ٌَ ‫صالَ ٌة َ َوت ُ َؤد‬ َّ ‫يم ال‬ ٌَ ‫ش ْيئًا َوت ُ ِق‬ َ
ُ‫ن ت َ َراهٌُ َفإِنَّ ٌه‬ ٌْ ‫ن َل ٌْم تَ ُك‬ٌْ ِ‫ك تَ َراهٌُ َفإ‬ ٌَ ‫ّللا َكأ َ َّن‬
ٌََّ َ‫ن تَ ْعبُ ٌد‬ ٌْ َ ‫ أ‬:‫ل‬ٌَ ‫ َقا‬،‫ان‬ ُ ‫س‬ َ ‫اإل ْح‬ ِ ‫ َما‬:‫ل‬ ٌَ ‫َقا‬
ٌِ ِ‫سائ‬
‫ل‬ َّ ‫ن ال‬ ٌْ ‫ع ْن َها ِبأ َ ْعلَ ٌَم ِم‬ َ ‫ل‬ ٌُ ‫ َما ْال َم ْسئُو‬:‫ل‬ ٌَ ‫ قَا‬،ُ‫عة‬ َ ‫سا‬ َّ ‫ َمتَى ال‬:‫ل‬ ٌَ ‫ قَا‬،‫اك‬ َ ‫َي َر‬
3
Ma’arif. Hadist Tarbawi, h. 94-99.

12
ُ ‫عا ٌة‬َ ‫ل ُر‬ ٌَ ‫ط َاو‬ َ َ‫ت األ َ َم ٌةُ َربَّ َها َو ِإذَا ت‬ ٌْ َ‫ ِإذَا َولَد‬:‫اط َها‬ ِ ‫ن أ َ ْش َر‬ ٌْ ‫ع‬ َ ‫ك‬ ٌَ ‫سأ ُ ْخ ِب ُر‬
َ ‫َو‬
ٌ‫ّللاُ ث ُ ٌَّم تَالٌَ النَّبِي‬
ٌَّ ٌَّ‫ن إِل‬ ٌَّ ‫لَ يَ ْعلَ ُم ُه‬
ٌ ٌ‫ فِي خ َْمس‬،‫ان‬ ِ َ‫ل ْالبُ ْه ٌُم فِي ْالبُ ْني‬ ٌِ ِ‫اإلب‬
ِ
ٌَ ‫ع ٌِة اآليَ ٌةَ ث ُ ٌَّم أَدْبَ ٌَر فَقَا‬
‫ل‬ َ ‫سا‬ َّ ‫ّللاَ ِع ْندٌَهُ ِع ْل ٌُم ال‬
ٌَّ ‫ن‬ ٌَّ ‫سلَّ ٌَم ِإ‬
َ ‫علَ ْي ٌِه َو‬ ٌَّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ
َ َّ‫ل َجا ٌَء يُ َع ِل ٌُم الن‬
‫اسٌ دِينَ ُه ٌْم‬ ٌُ ‫ل َهذَا ِجب ِْري‬ ٌَ ‫ش ْيئًا فَقَا‬ َ ‫ُردو ٌهُ فَلَ ٌْم يَ َر ْوا‬
Dari hadis dapat di ambil beberapa pelajaran penting mengenai
pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1) Dalam hadits di atas dinyatakan bahwa Jibril datang mengajarkan agama
kepada sahabat Nabi. Dalam proses ini, Jibril berfungsi sebagai guru, Nabi
sebagai narasumber, dan para sahabat sebagai peserta didik.
2) Dalam proses pembelajaran, Jibril sebagai guru menggunakan metode Tanya-
jawab. Metode ini efektif untuk menarik minat dan memusatkan perhatian para
peserta didik.
3) Materi pengajaran agama islam dalam hadis tersebut meliputi aspek-aspek
pokok dalam ajaran agama Islam, yaitu akidah, syariah, dan akhlak. Dari
ketiganya, aspek yang di dahulukan adalah akidah. Ajaran Islam diajarkan secara
integral, tidak secara parsial.

2. Pendidikan Ibadah
Pendidikan ibadah yang dimaksud di sini adalah proses pengajaran,
pelatihan dan bimbingan dalam pengamalan ibadah khusus.
Dalam hadits, Dari Umar bin syu‘aib berkata, Rasulullah Saw bersabda :
“Perintahkanlah kepada anak-anak kalian untuk sholat ketika berumur 7 tahun,
dan pukullah mereka ketika mereka berumur 10 tahun bila mereka enggan
menunaikannya, dan pisahkanlah mereka dari ranjang-ranjangnya‖. (Abu Daud).
Kandungan Pendidikan hadits tersebut adalah:
1) Dari hadist diatas sudah jelas yaitu perintah untuk memerintahkan salat atau
pendidikan ibadah diberikan sejak dini sehingga ketika usia baligh maka mereka
dapat mengamalkannya.

13
2) Para guru dan orang tua hendaknya menjelaskan kepada anak-anak dengan
penjelasan yang sangat sederhana tentang pentingnya berbagai bentuk ibadah,
lengkap dengan rukun-rukunnya, seperti shalat, zakat, dan haji. Selain itu,
emosional anak harus di siapkan saat membicarakan berbagai bentuk ibadah
sehingga mereka merindukan ikatan dengan Allah Swt dan beribadah kepadaNya
dengan cara yang benar.

3. Pendidikan Hati
Pendidikan hati merupakan bagian dari pembinaan rohani yang ditekankan
pada upaya pengembangan potensi jiwa manusia agar senantiasa dekat dengan
Allah Swt, cenderung kepada kebaikan, dan menghindar dari kejahatan.
Sehubungan dengan ini terdapat hadis, antara lain:

ُ ‫ٌ ِإ َّنٌهللاَ ٌَلٌيَ ْن‬:‫سلَّ َم‬


ٌ‫ظ ُرٌ ِإلَى‬ َ ٌُ‫صلَّىٌهللا‬
َ ‫علَ ْي ِه‬
َ ‫ٌو‬ َ ٌِ‫سولٌُهللا‬ َ ‫ٌقَال‬:َ‫ٌقَال‬،َ‫ع ْنٌأَبِيٌه َُري َْرة‬
ُ ‫ٌَر‬ َ
‫ٌوأَ ْع َما ِل ُك ٌْم‬
َ ‫ظ ُرٌإِلَىٌقُلُوبِ ُك ْم‬ َ ‫ٌوأَ ْم َوا ِل ُك ْم‬
ُ ‫ٌولَ ِك ْنٌيَ ْن‬، َ ‫ص َو ِر ُك ْم‬
ُ
“Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: sesunggunya Allah tidak
memandang bentuk dan hartamu, tetapi dia melihat perkerjaanmu (amalmu) dan
hatimu.”
Dalam hadis ini, rasullullah menegaskan bahwa Allah lebih menghargai
hati yang bersih dan amal sholeh daripada bentuk tubuk yang cantik, gagah dan
harta yang banyak. Keadaan hati seseorang sangat menentukan semua kondisinya
yang meliputi perkataan, sikap, dan perbuatan. Rasulullah memberikan motivasi
yang sangat besar kepada umatnya untuk berusaha membersihkan hati dari segala
sifat yang buruk sekaligus menghiasinya dengan sifat yang baik. Cara
membersihkan hati yaitu dengan banyak mengingat mati dan banyak membaca
Al-quran.

4. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dan pendidikan total yang
mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental,

14
sosial, serta emosional bagi masyarakat dengan wahana aktivitas jasmani.
Diantara tujuan pendidikan jasmani adalah menjaga dan memelihara kesehatan
badan termasuk organ-organ pernapasan, peredaran darah, pencernaan, meliputi
otot-otot dan urat saraf, serta melatih kecekatan dan ketangkasan. Sehubungan ini,
ditemukan beberapa hadis sebagai berikut:
a. Memanah

ٌ‫سلَّ َم‬ َ ‫علَ ْي ِه‬


َ ‫ٌو‬ َّ َّ‫صل‬
َ ٌُ‫ىٌّللا‬ ِ َّ ‫س ْول‬
َ ٌ‫ٌَّللا‬ ُ ‫ٌر‬ َ ٌٌ:َ‫ع ْنهٌُقَال‬
َ ُ‫س ِم ْعت‬ َّ ‫ى‬
َ ٌُ‫ٌّللا‬ َ ‫ض‬
ِ ‫ٌر‬
َ ‫امر‬
ِ ‫ع‬َ ٌ‫ع ْق َبةٌَب ِْن‬ ٌْ ‫ع‬
ُ ٌ‫ن‬ َ ‫َو‬
ٌَّ ‫ٌأَ َلٌا‬,‫ى‬
ٌ‫ِن‬ ُ ‫ٌَالر ْم‬ ْ ‫ٌم ْنٌقُ َّوةٌأَ َل ِإ َّن‬
َّ ‫ٌالقُ َّوة‬ َ َ‫ٌٌوأَ ِعد َوالَ ُه ْمٌ َماا ْست‬:ُ
ِ ‫ط ْعت ُ ْم‬ ْ َ‫عل‬
َ ‫ىٌال ِم ْن َب ِر َيقُ ْول‬ َ ‫َوه َُو‬
ْ ‫أَ َلٌا َِّن‬,ٌ‫ى‬
ُ ‫ٌالقُ َّوةٌَالَّ َر ْم‬
ٌ‫ى‬ ٌَّ ‫ ْالقُ َّوة‬.
ُ ‫ٌَالر ْم‬
Uqbah bin Amir berkata, “ saya mendengar Rasulullah Saw bersabda
ketika beliau sedang berada atas mimbar, “Siapkanlah untuk menghadapi mereka
kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. Ketahuilah bahwa sesungguhnya
kekuatan itu adalah memanah, Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu
adalah memanah, Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah.
(HR. Muslim)

b. Berkuda
Sehubungan dengan olahraga berkuda, ditemukan riwayat dari Rasulullah
Saw. Diantaranya hadits berikut:
“Dari Uqbah bin Amir Al-Juhani bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Memanahlah
dan kendarailah olehmu (kuda). Namun, memanah lebih aku sukai daripada
berkuda. Sesungguhnya setiap hal yang menjadi seseorang adalah batil, kecuali
yang memanah dengan busurnya, mendidik atau melatih kudanya, dan bersenang-
senang dengan istrinya.” (HR. Ibnu Majah)
Dapat dipahami dari hadis diatas bahwa berkuda dan memanah termasuk
olahraga yang disukai oleh Rasulullah. Dalam konteks kehidupan sekarang,
anjuran mengendarai kuda dapat pula diterjemahkan sebagai anjuran menguasai
penggunaan teknologi transportasi. Hal ini sangat dibutuhkan oleh umat Islam.

15
c. Menjaga Pola Makan
Pola makan seseorang akan berpengaruh kepada kesehatan
jasmaninya, selain bahan makanan yang memenuhi persyaratan, polanya harus
baik, yaitu tidak berlebihan. Hal ini sesuai dengan firman Allah di Surah Al-A‘raf:
31 yang berbunyi:

ٌ‫اٌو َلٌتُس ِْرفُ ْو ۚاٌاِنَّهٗ ٌَلٌي ُِحب‬ َ ‫ٌو ُكلُ ْو‬


َ ‫اٌوا ْش َرب ُْو‬ ِ ‫يٌ ٰادَ َمٌ ُخذُ ْو‬
َّ ‫اٌز ْينَتَ ُك ْمٌ ِع ْندٌَ ُك ِلٌ َمس ِْجد‬ ْْٓ ِ‫ٰيبَن‬
ٌَ‫ْال ُمس ِْرفِيْن‬
Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.(QS. Al-A‘raf: 31)

Ayat diatas, didukung dengan hadits yang berbunyi:

ٌ‫ٌال ُمؤْ ِم ُنٌيَأْ ُكلٌُفِيٌ ِمعًى‬


ْ ‫سلَّ َم‬ َ ‫علَ ْي ِه‬
َ ‫ٌو‬ َ ٌُ‫صلىٌّللا‬
َ ٌ‫س ْولٌَّللا‬ ُ ‫ٌَر‬َ ‫ٌقَال‬،َ‫ع َم َرٌقَال‬ ُ ٌ‫ع ِنٌاب ِْن‬
َ
َ ٌ‫ٌو ْال َكافِ ُرٌيَأْ ُكلٌُفِي‬
‫س ْبعَ ِةٌأَ ْمعَا ٌُء‬ َ ‫احد‬
ِ ‫َو‬
Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Orang
beriman itu makan dengan satu usus (perut), sedangkan orang kafir makan dengan
tujuh usus.” (HR. Al-Bukhari)
Perbedaan usus dalam matan hadis tersebut menunjukkan perbedaan atau
sikap atau pandangan dalam menghadapi nikmat Allah, termasuk tatkala makan.
Orang beriman memandang makan bukan sebagai tujuan hidup, sedangkan orang
kafir menempatkan makan sebagai bagian dari tujuan hidupnya.

d. Menjaga Kebersihan
Kebersihan sangat berpengaruh kepada kesehatan dan keadaan jasmani
seseorang. Oleh sebab itu, Rasulullah sangat memperhatikan masalah ini. Wujud
perhatian beliau dapat dilihat dalam hadis berikut.

16
ُ ‫سلَّ َمٌالط ُه ْو ُرٌش‬
ٌ‫َطر‬ َ ‫علَ ْي ِه‬
َ ‫ٌو‬ َ ٌُ‫صلىٌّللا‬
َ ٌٌ‫س ْولٌَّللا‬ َ ‫ٌقَال‬،َ‫ٌاأل َ ْشعَ ِريٌِقَال‬
ُ ‫ٌَر‬ ْ ‫ع ْنٌاَبِيٌ َما ِلك‬
َ
‫ن‬ ِْ
ٌِ ‫اإل ْي َم‬
Abu Malik Al-Asy‘ari bercerita bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Kebersihan itu
sebagian dari iman.‖ (HR. Muslim)
Rasulullah menyenagi keteraturan, kebersihan dan pemandangan yang
indah. Beliau membenci ketidakteraturan, kekotoran, pemandangan yang buruk,
dan bau busuk.
Bukti perhatian rasulullah terhadap kebersihan dapat dilihat dalam
hadis.Beliau telah memberikan keteladanan dalam hal menjaga kebersihan, seperti
menggosok gigi, mandi, dan beristinja‘ sehabis buang hajat.

e. Pendidikan Sosial
Pendidikan sosial adalah proses pembinaan kesadaran sosial, sikap sosial,
dan keterampilan sosial agar anak dapat hidup dengan baik serta wajar di tengah-
tengah lingkungan masyarakatnya. Sehubungan dengan ini, terdapat hadis –hadis
sebagai berikut:
1) Orang Beriman Harus Bersatu

ِ َ‫ٌ« ِإ َّنٌال ُمؤْ مِنَ ٌ ِل ْل ُمؤْ ِم ِنٌ َكالبُ ْني‬:َ‫سلَّ َمٌقَال‬


ٌ‫ان‬ َ ‫ٌو‬ َ ٌُ‫صلَّىٌهللا‬
َ ‫علَ ْي ِه‬ َ ٌِ‫ع ِنٌالنَّ ِبي‬
َ ٌ‫سى‬ ْ ‫ع ْنٌأَ ِب‬
َ ‫يٌ ُم ْو‬ َ
َ َ‫شبَّكَ ٌأ‬
‫ٌرواهٌالبخاريٌومسل ٌم‬.ُ‫صا ِب َعه‬ َ ‫ا»ٌو‬
َ ‫ض‬ ً ‫ضهٌُبَ ْع‬ ُ َ‫ي‬
ُ ‫شدٌبَ ْع‬
“Dari Abu Musa, Nabi Saw bersabda, Sesungguhnya seorang mukmin bagi
mukmin yang lain laksana satu bangunan, sebagiannya menguatkan sebagian yang
lain.” Beliau pun menyilangkan jari-jari tangannya satu sama lain”. (HR. Al-
Bukhori).
Dalam hadis ini, Rasulullah memberikan motivasi dalam hal persatuan antara
sesama orang beriman dengan metode perumpamaan yang sangat sederhana dan
mudah dipahami oleh siapa saja.

17
2) Orang Beriman Harus Saling Mencintai

َ ٌُ‫صلَّىٌهللا‬
ٌ‫علَ ْي ِه‬ َ ٌِ‫س ْو ِلٌهللا‬ َ ‫ع ْنهٌُ–ٌخَاد ِِم‬
ُ ‫ٌر‬ َ ٌُ‫يٌهللا‬
َ ‫ض‬ َ ‫ع ْنٌأَ ِبيٌ َح ْمزَ ةٌَأَنَسٌب ِْنٌ َما ِلك‬
ِ ‫ٌر‬ َ
ٌ‫ٌ”ٌلٌَيُؤْ ِم ُنٌأَ َحدُ ُك ْمٌ َحتَّىٌي ُِحبَّ ٌ ِأل َ ِخ ْي ِهٌ َما‬:َ‫سلَّ َمٌقَال‬ َ ٌُ‫صلَّىٌهللا‬
َ ‫علَ ْي ِه‬
َ ‫ٌو‬ َ ٌ–ٌ‫سلَّ َم‬
َ ٌِ ‫ع ِنٌالنَّ ِبي‬ َ ‫َو‬
‫ٌو ُم ْس ِل ٌم‬
َ ‫َاري‬ َ ‫ي ُِحبٌ ِلنَ ْف ِس ِه‬
ِ ‫ٌ”ٌر َواهٌُالبُخ‬

"Dari Abu Hamzah Anas Bin Malik radhiallahu anhu Pembantu, Rasulillah Saw,
dari Nabi Saw Bersabda, Tidak beriman salah seorang kamu sebelum ia mencintai
saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.‖ (HR. Al-Bukhari)”.
Dalam hadis ini, Rasulullah menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang
belum diperoleh apabila ia tidak mencintai saudaranya. Itu berarti bahwa beliau
memberikan motivasi yang sangat besar kepada umatnya agar memiliki rasa dan
perilaku sosial yang baik.

3) Orang Beriman Harus Saling Membantu

ٌ‫س‬ َ َّ‫لٌٌ َم ْنٌنَـف‬ٌَ ‫سلَّ َمٌٌقَا‬ َ ‫علَ ْي ِه‬


َ ‫ٌو‬ َّ َّ‫صل‬
َ ٌُ‫ىٌّللا‬ َ ٌِ‫ع ِنٌالنَّ ِبي‬َ ٌٌُ‫ع ْنه‬ َّ ‫ي‬
َ ٌُ‫ٌّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ٌَر‬َ ‫يٌه َُري َْرة‬ْ ‫ع ْنٌٌأَ ِب‬ َ
ْ ‫بٌيَ ْو ِم‬
ٌ،‫ٌال ِقيَا َم ِة‬ ِ ‫ـر‬ َ ‫ـربَةًٌ ِم ْنٌ ُك‬ ْ ‫ع ْنهٌُ ُك‬َ ٌُ‫سٌهللا‬َ َّ‫ٌنَـف‬،ٌ‫بٌالد ْنيَا‬ ِ ‫ـربَةًٌ ِم ْنٌ ُك َر‬
ْ ‫ع ْنٌ ُمؤْ ِمنٌ ُك‬ َ
ٌ،ٌ‫َـرٌ ُم ْس ِل ًمـا‬
َ ‫ست‬ َ ِ‫اٌو ْاآل ِخ َرة‬
َ ٌ‫ٌو َم ْن‬،ٌ َ َ‫علَ ْي ِهٌفِـيٌالد ْني‬
َ ٌُ‫ـرٌهللا‬َ ‫س‬ َّ َ‫ٌي‬،ٌ‫علَـىٌ ُمـ ْعسِر‬ َ ٌ‫س َر‬َّ َ‫َو َم ْنٌي‬
‫ع ْو ِنٌأَ ِخي ٌِه‬َ ٌ‫ٌال َع ْبدٌُفِي‬ْ َ‫ٌال َع ْبدٌِ َماٌ َكان‬ٌْ ‫ع ْو ِن‬ َ ِ‫اٌو ْاآل ِخ َرة‬
َ ٌ‫ٌوهللاٌُفِـي‬،ٌ َ َ‫َـرهٌُهللاٌُفِـيٌالد ْني‬ َ ‫ست‬ َ

“Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, ― Siapa yang


melapangkan seorang mukmin dari satu kesulitan dunia, Allah akan
melapangkannya dari satu kesulitan hari kiamat. Siapa yang memudahkan dari
kesulitan, Allah akan memudahkan dari kesulitan dunia dan akhirat. Siapa yang
menutup aib seorang mukmin, Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat.
Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.”‖
(HR. Muslim)

18
Manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak mampu hidup sendiri. Dalam berbagai
hal, manusia membutuhkan bantuan orang lain. Oleh sebeb itu, manusia harus
hidup secara sosial. Ia tidak boleh mementingkan diri sendiri. Untuk itu,
Rasulullah mendidik umatnya agar menjadi makhluk sosial dengan metode
ganjaran atau motivasi yang besar.4

C. Kurikulum Pendidikan Dalam Hadits

Berdasarkan makna dan pemaparan di atas, maka muatan kurikulum


sesungguhnya sangat luas sekali, mencakup seluruh isi kehidupan yang terdapat
dalam masyarakat dan pada umumnya lembaga sekolah merupakan tolok ukur
dari kehidupan masyarakat secara luas, artinya kalau pendidikan baik maka
baiklah masyarakat. Selanjutnya dari beberapa komponen yang terdapat pada
kurikulum, maka kurikulum dalam hadits Rasul saw. Sesungguhnya telah
tercakup dalam kehidupannya baik secara individu maupun secara bersosial meski
sifatnya lebih sederhana dan belum terinci seperti sekarang, diantaranya.
Dari segi pengetahuan, terdapat beberapa hadits yang sangat perduli
terhadap ilmu-ilmu pengetahuan, diantaranya:

ٌِ ‫علَى ُك‬
ٌ‫ل ُم ْس ِلمٌ َو ُم ْس ِل َمة‬ َ ‫ب ْال ِع ْل ٌِم فَ ِر ْي‬
َ ٌ‫ضة‬ ٌُ َ‫طل‬
َ
Menuntut ilmu itu fardlu (wajib) bagi muslimin dan muslimat –
HR.Buhkari dan Muslim-
Selanjutnya pada sisi metode beberapa hadits yang telah di paparkan oleh
penulis dalam buku ini juga dapat mewakili bagaimana Rasulullah dalam setiap
dakwahnya selalu menggunakan metode yang bervariatif sesuai dengan situasi
dan kondisi pada saat itu, begitu juga dalam komponen evaluasi beberapa hadits
Rasulullah saw. Mengambarkannya baik dalam bentuk bertanya langsung kepada
para sahabatnya tentang masalah hukum maupun yang lainnya sebagainya.

4
Ma’arif. Hadist Tarbawi, h. 27-33

19
Bentuk evaluasi untuk menguji pemahaman para sahabat atau hadits yang
men ceritakan bagaimana Rasulullah saw dievaluasi oleh Allah swt. Melalui
kedatangan Malaikat Jibril tentang iman, islam dan ihsan sebagimana yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagai berikut:

ٌَ ٌ‫يم أَ ْخبَ َرنَا أَبُو‬


ٌَ‫حيَّان‬ ٌَ ‫ْن ِإب َْرا ِه‬ ٌُ ‫ل ب‬ٌُ ‫ل َحدَّثَنَا ِإ ْس َما ِعي‬ ٌَ ‫سدَّدٌ قَا‬ َ ‫َحدَّثَنَا ُم‬
ٌَّ ‫صلَّى‬
ُ‫ّللا‬ َ ٌ‫ َكانٌَ النَّ ِبي‬:‫ل‬ ٌَ ‫ن أ َ ِبي هُ َري َْر ٌة َ قَا‬ َ ٌَ‫عة‬
ٌْ ‫ع‬ َ ‫ن أ َ ِبي ُز ْر‬ ٌْ ‫ع‬ َ ٌ‫التَّي ِْمي‬
ٌَ ‫ان قَا‬
‫ل‬ ٌُ ‫اإلي َم‬ِ ٌ‫ َما‬:‫ل‬ ٌَ ‫ل فَقَا‬ ٌُ ‫اسٌ فَأَتَاهٌُ ِجب ِْري‬ ِ َّ‫ار ًزا َي ْو ًما ِللن‬ِ ‫سلَّ ٌَم َب‬َ ‫ع َل ْي ٌِه َو‬َ
ٌَ‫س ِل ٌِه َوتُؤْ ِمن‬
ُ ‫اّلل َو َمالئِ َكتِ ٌِه َو ُكت ٌُِب ٌِه َو ِب ِلقَائِ ٌِه َو ُر‬
ٌَِّ ‫ن تُؤْ ِمنٌَ ِب‬ٌْ َ ‫ان أ‬ٌُ ‫اإلي َم‬ ِ
ٌَ ‫لَ ت ُ ْش ِر‬
‫ك بِ ٌِه‬ ٌََّ َ‫ن ت َ ْعبُ ٌد‬
ٌ ‫ّللا َو‬ ٌْ َ ‫اإل ْسالَ ٌُم أ‬
ِ :‫ل‬ ِ ‫ َما‬:‫ل‬
ٌَ ‫اإل ْسالَ ٌُم قَا‬ ٌَ ‫ٌ قَا‬،‫ث‬ ِ ‫بِ ْالبَ ْع‬
، َ‫ضان‬ َ ‫وم َر َم‬ ٌَ ‫ص‬ ُ َ‫ضةٌَ َوت‬ َ ‫الز َكاةٌَ ْال َم ْف ُرو‬ َّ ‫ِي‬ ٌَ ‫صالَ ٌة َ َوت ُ َؤد‬َّ ‫يم ال‬ ٌَ ‫ش ْيئًا َوت ُ ِق‬
َ
ُ‫ن ت َ َراهٌُ فَإِنَّ ٌه‬ٌْ ‫ن لَ ٌْم تَ ُك‬ ٌَ َّ‫ّللا َكأَن‬
ٌْ ِ‫ك تَ َراهٌُ فَإ‬ ٌْ َ ‫ ٌأ‬:‫ل‬
ٌََّ َ‫ن تَ ْعبُ ٌد‬ ٌَ ‫ قَا‬،‫ان‬ ُ ‫س‬ ِ ‫ َما‬:‫ل‬
َ ‫اإل ْح‬ ٌَ ‫قَا‬
ٌِ ِ‫سائ‬
‫ل‬ َّ ‫ن ال‬ ٌْ ‫ع ْن َها ِبأ َ ْعلَ ٌَم ِم‬ َ ‫ل‬ ٌُ ‫ َما ْال َم ْسئُو‬:‫ل‬ ٌَ ‫ قَا‬،ُ‫عة‬ َ ‫سا‬َّ ‫ َمتَى ال‬:‫ل‬ ٌَ ‫ قَا‬،‫اك‬ َ ‫يَ َر‬
ُ ‫عا ٌة‬َ ‫ل ٌُر‬ ٌَ ‫ط َاو‬ َ َ‫ت األ َ َم ٌةُ َربَّ َها َو ِإذَا ت‬ ٌْ َ‫ ِإذَا َولَد‬:‫اط َها‬ ِ ‫ن أ َ ْش َر‬ ٌْ ‫ع‬ َ ‫ك‬ ٌَ ‫سأ ُ ْخ ِب ُر‬
َ ‫َو‬
ٌ‫ّللاُ ث ُ ٌَّم تَالٌَ النَّبِي‬
ٌَّ ٌَّ‫ن ِإل‬ ٌَّ ‫لَ يَ ْعلَ ُم ُه‬
ٌ ٌ‫ فِي خ َْمس‬،‫ان‬ ِ َ‫ل ْالبُ ْه ٌُم فِي ْالبُ ْني‬ ٌِ ِ‫اإلب‬
ِ
ٌَ ‫ع ٌِة اآليَ ٌةَ ث ُ ٌَّم أَدْبَ ٌَر فَقَا‬
‫ل‬ َ ‫سا‬ َّ ‫ّللاَ ِع ْندٌَهُ ِع ْل ٌُم ال‬
ٌَّ ‫ن‬ ٌَّ ‫سلَّ ٌَم ِإ‬
َ ‫علَ ْي ٌِه َو‬ ٌَّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ
َ َّ‫ل َجا ٌَء يُ َع ِل ٌُم الن‬
‫اسٌ دِينَ ُه ٌْم‬ ٌُ ‫ل َهذَا ِجب ِْري‬ ٌَ ‫ش ْيئًا فَقَا‬ َ ‫ُردو ٌهُ فَلَ ٌْم َي َر ْوا‬
Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Isma’il ibn
Ibrahim telah menceritakan kepada kami, Abu Hayyan al-Taimiy dari Abi Zur’ah
telah menyampaikan kepada kami dari Abu Hurairah r.a berkata:
Pada suatu hari ketika Nabi saw. sedang duduk bersama sahabat, tiba-tiba
datang seorang laki-laki dan bertanya, “apakah iman itu?”. Jawab Nabi saw.:
“iman adalah percaya Allah swt., para malaikat-Nya, kitab-kitabnya, dan
pertemuannya dengan Allah, para Rasul-Nya dan percaya pada hari berbangkit
dari kubur.

20
‘Lalu laki-laki itu bertanya lagi, “apakah Islam itu? Jawab Nabi saw.,
“Islam ialah menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan
suatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat yang difardhukan dan
berpuasa di bulan Ramadhan.” Lalu laki-laki itu bertanya lagi: “apakah Ihsan
itu?” Jawab Nabi saw., “Ihsan ialah bahwa engkau menyembah kepada Allah
seakan-akan engkau melihat-Nya, kalau engkau tidak mampu melihat-Nya,
ketahuilah bahwa Allah melihatmu.
Lalu laki-laki itu bertanya lagi: “apakah hari kiamat itu? “Nabi saw.
menjawab: “orang yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada yang bertanya,
tetapi saya memberitahukan kepadamu beberapa syarat (tanda-tanda) akan tibanya
hari kiamat, yaitu jika budak sahaya telah melahirkan majikannya, dan jika
penggembala onta dan ternak lainnya telah berlomba-lomba membangun gedung-
gedung megah. Termasuk lima perkara yang tidak dapat diketahui kecuali oleh
Allah, selanjutnya Nabi saw. membaca ayat: “Sesungguhnya Allah hanya pada
sisi-Nya sajalah yang mengetahui hari kiamat… (ayat).
Kemudian orang itu pergi. Lalu Nabi saw. bersabda kepada para sahabat:
“antarkanlah orang itu. Akan tetapi para sahabat tidak melihat sedikitpun bekas
orang itu. Lalu Nabi saw.bersabda: “Itu adalah Malaikat Jibril a.s. yang datang
untuk mengajarkan agama kepada manusia.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud,
at-Turmudzi, Ibnu Majah dan Ahmad bin Hambal).
Dengan demikian dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa secara tekstual
makna kurikulum dalam bentuk haditshadits qauliyah Rasulullah saw. Tidak atau
belum ditemukan secara terstruktur atau terprogram, akan tetapi secara
kontekstual pemahaman kurikulum yang tergambar pada setiap komponennya
bisa ditemukan pada hadits-hadits Rasulullah saw. Baik dalam hadits qauliyah
maupun fi‟liyah meskipun sifatnya masih simple dan sederhana dan dibutuhkan
mengembangan yang sesuai dengan situasi dan kondisi pada masa sekarang, baik
dari segi kajian pemahaman maupun dari segi kajian pendidikan yang lainnya.
Artinya secara sederhana pemahaman kurikulum diantaranya adalah
terdapat muatan yang terdiri dari beberapa materi yang diajarkan pada proses

21
pendidikan atau materi yang harus disampaikan dan diinformasikan dari pendidik
kepada peserta didik.5

5
Kultsum. Pendidikan Dalam Kajian Hadits Tekstual Dan Kontekstual, h. 93-96

22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lingkungan pendidikan masyarakat merupakan lingkungan pendidikan
yang berfungsi sebagai pengganti, hanya menyediakan pendidikan bukan
pendidikan sekedar tambahan atau pelengkap, tetapi mengadakan pendidikan yang
berfungsi sama dengan lembaga pendidikan formal di sekolah. Hal ini karena
keterbatasan lingkungan sekolah, sehingga tidak mampu melayani setiap anggota
dan lapisan masyarakat. Seperti kurus pengetahuan dasar, kursus PKK, atau
kursus keterampilan.
Dalam pembinaan kepribadian muslim, ada beberapa bagian penting dari
muatan kurikulum antarara lain:
1. Pendidikan akidah,
2. Pendidikan ibadah,
3. Pendidikan hati,
4. Pendidikan jasmani
5. Pendidikan sosial
Muatan kurikulum sesungguhnya sangat luas sekali, mencakup seluruh isi
kehidupan yang terdapat dalam masyarakat dan pada umumnya lembaga sekolah
merupakan tolok ukur dari kehidupan masyarakat secara luas, artinya kalau
pendidikan baik maka baiklah masyarakat. Selanjutnya dari beberapa komponen
yang terdapat pada kurikulum, maka kurikulum dalam hadits Rasul saw.
Sesungguhnya telah tercakup dalam kehidupannya baik secara individu maupun
secara bersosial.

23
DAFTAR PUSTAKA

Kultsum, Umi, Pendidikan Dalam Kajian Hadits Tekstual Dan Kontekstual


(Tangerang Selatan: Cinta Buku Media, 2018)
Ma’arif, Anas, Hadist Tarbawi (Mojokerto: Fakultas Tarbiyah Institut Pesantren
KH. Abdul Chalim, 2017) <https://doi.org/10.13140/RG.2.2.28868.27528>

24

Anda mungkin juga menyukai