Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM


FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pengampu: Drs, Lukman, S.S., M.Pd

Disusun oleh:
KELOMPOK 5
Annisa Nur Hasanah (2223240154)
Niken Febiola (2223240162)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) FATMAWATI
SUKARNO BENGKULU
2022/2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Filsafat Pendidikan Islam, dengan judul: “Kurikulum Pendidikan Islam”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Bengkulu, 10 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................4
A. Latar Belakang ...................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan Makalah .......................................................................................5
D. Manfaat Makalah .....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................6
A. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam ................................................6
B. Tujuan dan Fungsi Kurikulum Pendidikan .............................................8
C. Orientasi Kurikulum dalam Islam ...........................................................10
BAB III PENUTUP ...........................................................................................14
A. Kesimpulan .............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata kurikulum diadopsi dari bahasa asing kemudian menjadi istilah
popular dikalangan pendidikan yang digunakan untuk menunjukan pada
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau
untuk memperoleh ijazah. Pada hakikatnya kurikulum adalah apapun yang
dapat memotivasi dan mempengaruhi siswa untuk belajar. Dasar kurikulum
pendidikan Islam adalah al-Quran dan as-Sunnah karena merupakan sumber
utama yang baku karena mengandung nilai kebenaran universal, abadi dan
bersifat futuristik. Sedangkan prinsip kurikulum pendidikan Islam ialah
mengarahkan kepada nilai-nilai ajaran Islam.
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam
suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai
tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Tujuan pendidikan di
suatu bangsa atau negara ditentukan oleh falsafah dan pandangan hidup bangsa
atau negara tersebut. Berbedanya falsafah dan pandangan hidup suatu bangsa
atau negara menyebabkan berbeda pula tujuan yang hendak dicapai dalam
pendidikan tersebut dan sekaligus akan berpengaruh pula terhadap negara
tersebut. Setiap pendidik harus memahami perkembangan kurikulum, karena
merupakan suatu formulasi pedagogis yang paling penting dalam konteks
pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang dilakukan
untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya berupa fisik,
intelektual, emosional, sosial dan keagamaan.
Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan
menentukan tujuan pembelajaran, metode, teknik, media pembelajaran dan alat
evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk itu dalam melakukan kajian
terhadap keberhasilan sistem pendidikan ditentukan oleh tujuan yang realistis,

4
dapat diterima oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik, intensitas
pekerjaan yang realistis tinggi dan kurikulum yang tepat guna. Oleh karena itu
sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan bidang pendidikan
Islam memahami kurikulum serta berusaha mengembangkannya. (Ramayulis,
2008:149)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kurikulum Pendidikan islam?
2. Apa tujuan dan fungsi kurikulum Pendidikan islam?
3. Bagaimana orientasi kurikulum dalam islam?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan secara singkat tentang kurikulum
Pendidikan islam. Pembahasan pokok dalam penulisan ini tentang pengertian,
tujuan, fungsi, dan orientasi kurikulum Pendidikan islam. Berharap penulisan
ini dapat di eksekusi penyerapannya didalam praktek sehingga memantapkan
setiap usaha yang dilakukan dalam melatih, membimbing serta mengajarkan
peserta didik nantinya yang merupakan kewajiban utama sebagai calon
pendidik profesional.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat bagi penulis:
1. Penulis dapat memenuhi tugas pembuatan makalah mengenai kurikulum
Pendidikan islam.
2. Penulis dapat memahami lebih dalam tentang kurikulum Pendidikan islam.
Manfaat bagi pembaca:
1. Pembaca mendapatkan sumber pengetahuan baru mengenai kurikulum
Pendidikan islam serta dapat memperkaya ilmu pengetahuan.
2. Pembaca akan dibimbing untuk berpikir kreatif dan cerdas dalam
memahami kurikulum Pendidikan islam.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam


Istilah curriculum berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata curic
yang berarti “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”, sehingga
curriculum diartikan “tempat berpacu pelari atau jarak yang harus ditempuh
oleh pelari”. Berdasarkan makna tersebut, pada awalnya kurikulum dalam
dunia pendidikan diartikan sebagai kumpulan mata pelajaran yang harus
ditempuh anak atau peserta didik guna memperoleh ijazah atau menyelesaikan
pendidikan.
Dalam bahasa Arab istilah kurikulum dikenal dengan kata “manhaj”, artinya
jalan yang terang atau jalan terang yang dilalui manusia dalam berbagai bidang
kehidupannya. Jika pengertian manhaj tersebut dihubungan dengan
pendidikan, maka manhaj berarti jalan terang yang dilalui pendidik atau guru
dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan
kepribadian atau mengaktualisasikan dan mengembangkan potensi peserta
didik. Hal ini hampir sama dengan pendapat Husain Qurah (1975) bahwa
istilah kurikulum dikenal dengan isitilah manhaj yang artinya sebagai jalan
yang terang atau jalan yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang
kehidupan.
Jalan terang tersebut menurut Abuddin Nata (1997) adalah jalan yang dilalui
oleh pendidik atau guru latih dengan orang-orang yang dididik atau dilatihnya
untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka. Dalam
perkembangan berikutnya, pengertian kurikulum di atas dipandang sempit,
karena hanya menekankan dua hal pokok, yaitu: 1) isi kurikulum berupa
kumpulan mata pelajaran (subject matter) yang diberikan sekolah kepada anak
didik; dan 2) tujuan Pendidikan atau kurikulum agar anak menguasai mata
pelajaran tadi yang disimbolkan dalam bentuk ijazah atau sertifikat (Nana
Sudjana, 1996).

6
Selanjutnya Nana Sudjana (1996) merumuskan pengertian kurikulum yang
lebih luas dan mendalam sesuai dengan tuntunan perkembangan kurikulum
modern, yaitu: program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil belajar yang
diharapkan, yang diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang
tersusun secara sistematis, diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab
untuk membantu pertumbuhan atau perkembangan pribadi dan kompetensi
sosial anak didik. Dalam UU nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat (10), kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan.
Hasan Langgulung (1989) mendefinisikan kerikulum adalah sejumlah
pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga dan kesenian yang
disediakan sekolah bagi muridnya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud
menolongnya berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dan
mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan Pendidikan.
Dari berbagai penjelasan di atas kiranya dapat disimpulkan bahwa
kurikulum adalah seperangkat materi pendidikan dan pengajaran yang
diberikan kepada peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan
dicapai. Dalam arti sempit, dapat dikatakan bahwa kurikulum sama dengan
materi atau isi pendidikan, tetapi apabila dikaji secara lebih mendalam
memiliki makna yang lebih luas. Untuk memahami hal tersebut, perlu
dikemukakan aspek-aspek kurikulum secara menyeluruh yang merupakan
suatu kesatuan. Aspek kurikulum yang terkandung di dalamnya adalah sebagai
berikut:
a. Tujuan yaitu tujuan pendidikan yang akan dicapai oleh kurikulum tersebut.
Dalam kerangka sistem pendidikan nasional, tujuan terdiri atas tahapan-
tahapan logis mulai dari skup paling luas (nasional) sampai kepada tujuan
paling spesifik, yaitu tujuan pembelajaran.
b. Isi yaitu berupa pengetahuan (knowledge), ilmu- ilmu, data-data, aktivitas-
aktivitas dan pengalaman-pengalaman yang akan diberikan kepada peserta
didik melalui proses pendidik untuk mencapai tujuan.

7
c. Metode yaitu cara-cara yang digunakan oleh pendidik untuk menyampaikan
isi kepada peserta didik melalui proses pembelajaran agar peserta didik
memiliki kemampuan sesuai dengan tujuan yang dirancang dalam kurikulum
itu.
d. Evaluasi yaitu cara melakukan penilaian yang digunakan untuk mengukur
hasil-hasil dari proses pendidikan yang dirancang dalam kurikulum, sekaligus
untuk mengetahui apakah tujuan telah tercapai atau belum.
Dari uraian di atas tampak bahwa terdapat empat aspek utama kurikulum,
yaitu tujuan pendidikan, materi atau isi yang akan diajarkan, metode yang akan
digunakan, dan penilaian. Maka, apabila dikaitkan dengan filsafat dan sistem
pendidikan Islam tentunya kurikulum tersebut harus bisa menyatu dengan
ajaran agama Islam. Artinya, tujuan yang ditetapkan harus memperhatikan
kaidah-kaidah yang ada dalam Al Quran dan As-Sunah. Apabila menghendaki
tujuan yang benar, maka ukuran kebenaran harus menggunakan parameter
Islami. Demikian juga halnya dengan isi kurikulum, tentu harus sesuai dengan
tujuan pendidikan Islam, maka isi pendidikan pun harus bernuansa Islami.
Termasuk di dalamnya, metode dan evaluasi yang digunakan, kesemuanya
harus berdasakan nilai-nilai moral Islam.

2. Tujuan dan Fungsi Kurikulum Pendidikan


Tujuan kurikulum menggambarkan apa yang ingin dicapai, jika kurikulum
tersebut telah dilaksanakan. Kurikulum sekolah atau madrasah merupakan
seperangkat rencana yang hendak dilaksanakan sekaligus dicapai dalam proses
pembelajaran di sekolah atau madrasah bersangkutan. Kurikulum berorientasi
kepada sekolah atau madrasah di mana kurikulum dimaksud akan diterapkan.
Oleh karena itu, tujuan yang hendak dicapai atau diwujudkan sekolah atau
madrasah dituangkan dalam tujuan kurikulum. Jadi yang dituangkan dalam
tujuan kurikulum adalah tujuan institusional. Tujuan institusional lembaga
pendidikan Islam selain berpatokan dan merujuk kepada Al-Qur’an dan As-
Sunnah tentu juga merujuk atau tidak boleh bertentangan dengan tujuan

8
pendidikan nasional Indonesia, sebagaimana tertuang dalam UU nomor 20
tahun 2003. Dalam tujuan kurikulum dapat pula dimuat tujuan pendidikan
nasional. Selain itu, dalam tujuan kurikulum pendidikan Islam dimuat juga
kompetensi dasar dan standar kompetensi yang menggambarkan dasar-dasar
kemampuan dan standar kemampuan yang harus dicapai oleh sekolah atau
madrasah sesuai jenis dan jenjangnya. Kompetensi dasar dan standar
kompetensi dimaksud tentu sejalan dengan tujuan institusional sekolah atau
madrasah sebagai penyelenggara pendidikan Islam.
Kurikulum pendidikan agama Islam yang berfungsi untuk pengembangan,
penyaluran, perbaikan, pencegahan, penyesuaian, dan sumber nilai. Dengan
tujuan membentuk karakter anak bangsa yang bermartabat serta beriman dan
dapat mengaplikasikan ilmu agama kedalam kehidupan masyarakat. Fungsi-
fungsi tersebut sebagai berikut:
1. Fungsi pengembangan
Kurikulum pendidikan islam berupaya mengembangkan dan
meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah
SWT. yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
2. Fungsi penyaluran
Kurikulum pendidikan islam berfungsi untuk menyalurkan peserta didik
yang mempunyai bakat-bakat khusus bidang keagamaan, agar bakat-
bakat tersebut berkembang secara wajar dan optimal, bahkan diharapkan
bakat-bakat tersebut dapat dikembangkan lebih jauh sehingga menjadi
hobi yang akan mendatangkan manfaat kepada dirinya dan banyak orang.
3. Fungsi perbaikan
Yaitu berfungsi untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan, kelemahan
peserta didik terhadap keyakinan, pemahaman, dan pengamalan ajaran
agama islam dalam kehidupan sehari-hari, terutama dari segi keyakinan
(akidah) dan ibadah.
4. Fungsi pencegahan
Kurikulum pendidikan islam berfungsi untuk menangkal hal-hal negative
baik yang berasal dari lingkungan tempat tinggalnya, maupun dari

9
budaya luar yang dapat membahayakan dirinya sehingga menghambat
perkembangannya menjadi manusia Indonesia seutuhnya.
5. Fungsi penyesuaian
Yaitu kurikulum pendidikan islam berupaya menyesuaikan diri dengan
lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial dan pelan-pelan dapat
mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran islam.
6. Sumber nilai
Kurikulum pendidikan islam merupakan sumber dan pedoman hidup
untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak.

3. Orientasi Kurikulum dalam Islam


Pendidikan yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga, terlebih dahulu
harus memiliki visi dan orientasi yang jelas. Sehingga akan berimplikasi pada
kurikulum yang memiliki orientasi pula. Terlepas dari orientasi bersifat
duniawi atau ukhrawi. Namun dalam hal ini, kurikulum menurut pendidikan
Islam memiliki lima orientasi:
1) Orientasi pelestarian nilai-nilai.
Dalam pandangan Islam, nilai terbagi atas dua macam, yaitu nilai
yang turun dari Allah SWT, yang disebut nilai ilahiyah, dan nilai yang
tumbuh dan berkembang dari peradaban manusia sendiri yang disebut
dengan nilai insaniyah. Kedua nilai tersebut selanjutnya membentuk
norma-norma atau kaidah-kaidah kehidupan yang dianut dan
melembaga pada masyarakat yang mendukungnya. Tugas kurikulum
selanjutnya adalah menciptakan situasi-situasi dan program tertentu
untuk tercapainya pelestarian kedua nilai tersebut.
Hal ini sesuai dengan tanggung jawab manusia di muka bumi.
Sebagai Abdullah (hamba Allah) dan khalifah (pemimpin).
ٰۤ
ِ ‫ض َخ ِل ْي َف ًة ۗ َقالُ ْْٓوا اَتَجْ َع ُل ِف ْيهَا َم ْن ُّي ْف‬
‫س ُد ِف ْيهَا‬ ِ ‫َوا ِْذ قَا َل َر ُّبكَ ِل ْل َمل ِٕى َك ِة ِِان ْي جَا ِع ٌل ِفى ْاْلَ ْر‬
َ‫ِس لَكَ ۗ َقا َل اِنِ ْْٓي اَ ْعلَ ُم َما َْل تَ ْعلَ ُم ْون‬ َ ُ‫الد َم ٰۤا َۚ َء َونَحْ نُ ن‬
ُ ‫سبِ ُح بِ َح ْم ِدكَ َونُقَد‬ ِ ُ‫س ِفك‬ ْ َ‫َوي‬
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka

10
bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman,
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(Q.S. Al-Baqarah : 30)

2) Orientasi pada kebutuhan sosial (social demand).


Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang ditandai oleh
munculnya berbagai peradaban dan kebudayaan sehingga masyarakat
tersebut mengalami perubahan dan perkembangan yang pesat
walaupun perkembangan itu tidak mencapai pada titik kulminasi. Hal
ini Karena kehidupan adalah berkembang, tanpa perkembangan
berarti tidak ada kehidupan.
Orientasi kurikulum adalah bagaimana memberikan kontribusi
positif dalam perkembangan sosial dan kebutuhannya, sehingga
output di lembaga pendidikan mampu menjawab dan mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.
Untuk mewujudkan hal ini, harus dirumuskan pola pengaturan
kehidupan sosial yang dapat dijadikan pedoman bagi pendidikan
Islam. Al-Maududi mengemukakan ada tujuh pola prinsip umum
pengaturan kehidupan sosial (Abu A’la al-Maududi, 1993:70-71)
sebagai berikut:
a) Saling menolong dalam berbuat kebajikan dan tidak tolong
menolong dalam tindak kejahatan. Allah Swt berfirman:
‫ْي َو ََل ا ْلقَ َ َۤل ِٕى َد َو َ َٓل‬ َ ‫شه َْر ا ْلح ََرا َم َو ََل ا ْل َهد‬ َّ ‫ّٰللاِ َو ََل ال‬ ‫شعَ ۤا ِٕى َر ه‬
َ ‫ٰ ٓياَيُّهَا ا َّل ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْوا ََل ت ُِحلُّ ْوا‬
‫ص َطاد ُْوا َۗو ََل‬ ْ ‫ض َوا انا َۗواِذَا َح َل ْلت ُ ْم َفا‬ ْ ‫ٰۤا ِ ِّم ْينَ ا ْلبَيْتَ ا ْلح ََرا َم يَ ْبتَغُ ْونَ َف‬
ْ ‫ض اَل ِ ِّم ْن َّر ِبِّ ِه ْم َو ِر‬
‫ع َلى ا ْل ِب ِ ِّر‬ َ ‫اونُ ْوا‬ َ ‫س ِج ِد ا ْلح ََر ِام اَ ْن ت َ ْعتَد ْۘ ُْوا َوتَ َع‬
ْ ‫صد ُّْو ُك ْم ع َِن ا ْل َم‬ َ ‫شنَ ٰانُ َق ْو ٍم ا َ ْن‬ َ ‫يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم‬
ِ ‫ش ِد ْي ُد ا ْل ِعقَا‬
‫ب‬ ِ ‫اَلثْ ِم َوا ْلعُد َْو‬
‫ان َۖواتَّقُوا ه‬
‫ّٰللاَ ۗاِنَّ ه‬
َ َ‫ّٰللا‬ ِ ْ ‫ع َلى‬ َ َ‫َوالت َّ ْق ٰو ۖى َو ََل تَع‬
َ ‫اونُ ْوا‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
melanggar syi’ar-syi’ar Allah dan jangan melanggar

11
kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan
jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari
Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji,
maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidil haram, mendorongmu
berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
berat siksa-Nya.” (Q.S. Al-Maidah : 2).
b) Persahabatan dan permusuhan harus dengan tujuan mendapat
ridha Allah Swt.
c) Manusia adalah umat terbaik yang mengajak manusia lainnya
kepada kebaikan dan melarang kepada kejahatan.
d) Menjauhi sikap saling berburuk sangka, saling benci dan
mempererat persaudaraan.
e) Sayangilah orang lain sebagaimana kamu menyayangi dirimu
sendiri (Al-Hadits).
3) Orientasi pada tenaga kerja
Manusia sebagai makhluk biologis mempunyai unsur mekanisme
jasmani yang membutuhkan kebutuhan-kebutuhan lahiriah, misalnya
makan minum, bertempat tinggal yang layak, dan kebutuhan biologis
lainnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus terpenuhi secara layak,
dan salah satu di antara persiapan untuk mendapatkan pemenuhan
kebutuhan yang layak adalah melalui pendidikan. Dengan pendidikan,
pengalaman dan pengetahuan seseorang bertambah dan dapat
menentukan kualitas dan kuantitas kerja seseorang. Hal ini karena
dunia kerja dewasa ini semakin banyak saingan, dan jumlah

12
perkembangan penduduk jauh lebih pesat dari penyediaan lapangan
kerja.
Sebagai konsekuensinya, kurikulum pendidikan diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan kerja. Hal ini ditujukan setelah keluar dari
lembaga sekolah, peserta didik mempunyai kemampuan dan
keterampilan yang profesional, berproduktif dan kreatif, mampu
mendayagunakan sumber daya alam, sumber daya diri dan sumber
daya situasi yang mempengaruhinya.
4) Orientasi pada peserta didik
Implikasi dari orientasi ini adalah pada keberhasilan peserta didik
yang akan menjadi output dari sebuah sistem pendidikan. Mengenai
kebarhasilan ini ada tiga ranah yang dijadikan objek binaan pendidik
pada diri peserta didik menurut Benjamin S. Blomm, yaitu ranah
kognitif, ranah apektif dan ranah psikomotorik (Ahmad Tafsir, 1990:
49-53).
5) Orientasi pada masa depan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
Kemajuan suatu zaman ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta produk-produk yang dihasilkannya. Hampir
semua kehidupan dewasa ini tidak lepas dari keterlibatan IPTEK,
mulai dari kehidupan yang paling sederhana sampai kehidupan dan
peradaban yang paling tinggi. Dengan IPTEK, masalah yang rumit
menjadi lebih mudah, masalah yang tidak berguna menjadi lebih
berguna, masalah yang using dan kemudian dibumbui dengan produk
IPTEK menjadi lebih menarik.
Dan dalam agama Islam pun dianjurkan untuk senantiasa menuntut
ilmu dan melakukan inovasi untuk kemajuan. Allah Swt. Menjanjikan
derajat yang tinggi bagi orang yang beriman dan memiliki ilmu
pengetahuan.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa
kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis
diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam.
Atau dengan kata lain kurikulum pendidikan Islam adalah semua aktivitasi,
pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan secara sistematis
diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka tujuan pendidikan
Islam.
Ahmad Tafsir (2006) menyatakan bahwa suatu kurikulum mengandung atau
terdiri atas komponen-komponen: tujuan, isi, metode atau proses belajar
mengajar, dan evaluasi. Sedangkan menurut Ramayulis (2008: 153-154)
komponen kurikulum meliputi: tujuan yang ingin dicapai, isi kurikulum,
media, strategi, proses pembelajaran, dan evaluasi.
Dalam penyusunan kurikulum pendidikan Islam, kita harus memperhatikan
prinsip-prinsip: berasaskan Islam, mengarah kepada tujuan, integritas antar
mata pelajaran, relevansi, fleksibilitas, integritas, efisiensi, kontinuitas,
individualitas, kesamaan memperoleh kesempatan, kedinamisan,
keseimbangan, dan efektivitas. Pada dasarnya, orientasi kurikulum pendidikan
pada umumnya dapat dirangkum menjadi lima, yaitu orientasi pada pelestarian
nilai-nilai, orientasi pada kebutuhan sosial, orientasi pada tenaga kerja,
orientasi pada peserta didik, dan orientasi pada masa depan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

14
DAFTAR PUSTAKA
H, A. Yunus dan E, Kosmajadi. 2015. Filsafat Pendidikan Islam. Majalengka:
Unit Penerbitan Universitas Majalengka.
Syar’i, Ahmad. 2020. Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. Kalimantan Tengah:
Narasi Nara.
Hermawan, Heris. 2009. Filsafat Pendidikan Islam, Cet 3. Jakarta Pusat:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia.
Abd, Aziz. 2009. Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan Membangun
Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras.

15

Anda mungkin juga menyukai