Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

“TINJAUAN KURIKULUM DAN EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM”

Dosen Pengampu:

Dr. Dahlan Lama Bawa, S.Ag., M.Ag.

Oleh Kelompok 5:

Chayani Illahi :105191107321


Putri Zildjian :105191106821

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, Tuhan semesta alam yang
selalu melimpahkan rahmat, karunia, dan kemudahan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Tinjauan Kurikulum Dan Evaluasi
Pendidikan Islam” tepat pada waktunya. Tak lupa salam serta sholawat selalu
tercurahkan kepada panutan bagi rahmat seluruh alam yakni Baginda Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam yang telah menuntun kita semua dari zaman kebodohan
menuju zaman kecerdasan seperti kita rasakan saat ini.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak
Dr. DAHLAN LAMA BAWA., S.Ag.,M.Ag. pada mata kuliah Filsafat Pendidikan
Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai
Tinjauan Kurikulum Dan Evaluasi Pendidikan Islam.

Penulis tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu penulis dalam pengerjaan makalah ini, sehingga kendala dalam pengerjaan
makalah dapat teratasi. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat kekeliruan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menunjang
wawasan kita lebih dalam.

Makassar, 12 Mei 2023

ii
Kelompok 5

DAFTAR ISI

SAMPUL ...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH .........................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN ...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum .............................................................................................2
B. Tinjauan Tentang Kurikulum ..................................................................................7
C. Pengertian Evaluasi Pendidikan ..............................................................................8
D. Objek Evaluasi Pendidikan ...................................................................................10
E. Tujuan Dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam ....................................................11
F. Jenis-jenis Evaluasi Pendidikan ............................................................................14
BAB II PENUTUP
A. KESIMPULAN ......................................................................................................17
B. SARAN ..................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................18

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya sadar dan tanggung jawab untuk memelihara
,membimbing dan mengarah kan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan peserta
didik ,agar ia memiliki makna dan tujuan hidup yang hakiki.Sementara proses
pendidikan bertujuan untuk menimbulkan perubahan perubahan yang diinginkan pada
setiap peserta didik.
Perubahan perubahan yang diinginkan pada peserta didik meliputi tiga bidang
yaitu(1)tujuan yang personal dan yang berkaitan dengan individu-individu yang sedang
belajar untuk terjadinya perubahan yang diinginkan ,baik perubahan tingkah laku
,aktivitas dan pencapai nya ,serta pertumbuhan yang diingini pada peserta didik
;(2)tujuan sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai unit sosial
berikut dengan dinamika masyarakat umumnya;(3)tujuan tujuan profesional yang
berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu,seni dan profesi.proses
pendidikan yang dimaksud tidak terlepas dari beberapa komponen yang
mendukung.salah satu nya komponen yang urgen dalam melihat keberhasilan
pendidikan adalah evaluasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pengertian Kurikulum?
2. Apa itu Tinjauan Tentang Kurikulum?
3. Apa itu Pengertian Evaluasi Pendidikan?
4. Apa itu Objek Evaluasi Pendidikan?
5. Apa itu Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam?
6. Apa itu Jenis-jenis Evaluasi Pendidikan
C. Tujuan Penulisan
➢ Untuk mengetahui Tinjauan Kurikulum Dan Evaluasi Pendidikan Islam

1
➢ Untuk mengetahui pengertian Kurikulum.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis kata kurikulum diambil dari bahasa Yunani, curere, berarti jarak
yang harus ditempuh oleh para pelari. Berdasarkan pengertian ini, dengan konteksnya
dengan dunia pendidikan, memberikan pengertian bahwa kurikulum ialah arena
pertandingan tempat pelajar bertanding untuk menguasai pelajaran guna mencapai garis
pengamat berupa diploma, ijazah atau gelar kesarjanaan.
Dalam bahasa arab, kurikulum sering disebut dengan istilah al-manhaj, berarti jalan
yang terang yang dilalui manusia dalam bidang kehidupannya. Maka dari pengertian
tersebut, jika dikaitkan dengan pendidikan, maka berarti jalan terang yang dilalui oleh
pendidik atau guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan ,
keterampilan dan sikap serta nilai-nilai.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum itu merupakan
landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah Tujuan
pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan
sikap mental. Proses kependidikan Islam ini hendaknya mengacu pada konsep manusia
sempurna (baik sebagai Khalifah maupun abd’). Disinilah peran filsafat pendidikan
Islam dalam memberikan pandangan filosofis tentang hakikat pengetahuan,
keterampilan dan sikap mental yang dapat dijadikan pedoman dalam pembentukan
manusia sempurna (al-ihsan Al Kamil).[1]
➢ Cakupan Kurikulum
Sebagai suatu sistem, kurikulum terdiri atas beberapa cakupan yang saling terkait,
terintegrasi, dan tidak dapat terpisahkan satu sama lainnya. Cakupan kurikulum terdiri
atas tujuan, program atau materi, proses dan evaluasi, sebagaimana dijelaskan berikut
ini:

2
a. Tujuan kurikulum
Secara sederhana tujuan menurut Daradjat (1996:29) sering dimaknai sebagai
sesuatu yang diharapkan tercapai setelah melakukan serangkaian proses kegiatan.
Tujuan kurikulum memegang peranan penting dalam proses pendidikan, karena tujuan
akan mengarahkan semua kegiatan pendidikan dan komponen-komponen lainnya.
Tujuan kurikulum Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional adalah “meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yakni manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab”. Oleh karena itu, tujuan kurikulum pada setiap satuan pendidikan, harus
mengacu pada pencapaian tujuan pendidikan nasional tersebut.
b. Materi
Materi atau program dalam kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum atau
konten kurikulum itu sendiri. Al-Basyir (1995:23) menyebutkan bahwa yang dimaksud
dengan materi adalah “wayuqshadu bila al-muhtawa al-mujadalah al-dirasiyah wa
maudhu’aat al-ta’alum” yakni tema-tema pembelajaran yang telah ditentukan, yang
mengandung berbagai keterampilan baik yang bersifat aqliyah (knowledge), jasadiyah,
dan berbagai cara mengkajinya atau mempelajarinya.
c. Metode
Istilah metode secara sederhana sering diartikan cara yang cepat dan tepat. Secara
etimologis, kata metode berasal dari kata meta dan hodos yang sering diartikan dengan
melalui dan jalan dalam mengerjakan sesuatu (Uhbiyati, 1992:136). Dalam bahasa
kamus bahasa Arab metode dikenal dengan istilah thoriqoh jamaknya thuruq yang
berarti langkah-langkah strategis untuk melakukan suatu pekerjaan (Ramayulis,
2004:155). Mempunyai pengertian lebih khusus, yakni cara yang tepat dan cepat dalam
mengerjakan sesuatu.

3
Berdasarkan uraian di atas metode pendidikan adalah cara yang paling tepat dan
cepat dalam mengajarkan pendidikan. Kata tepat dan cepat sering diungkapkan juga
dengan istilah efektif dan efisien dalam mengerjakan sesuatu materi pengajaranin.

d. Evaluasi
Kata evaluasi berasal dari kata to evaluate yang sering diartikan dengan menilai.
Istilah nilai (value) pada mulanya di populerkan oleh filosof, dan plato-lah yang mula-
mula mengemukakannya. Penilaian dalam pendidikan berarti seperangkat tindakan atau
proses untuk menentukan nilai sesuatu yang berkaitan dengan dunia pendidikan.
Menurut ilmu jiwa evaluasi berarti menetapkan fenomena yang dianggap berarti di
dalam hal yang sama berdasarkan suatu standar.
Evaluasi kurikulum dimaksudkan menilai suatu kurikulum sebagai program
pendidikan untuk menentukan efisiensi, efektifita, relevansi dan produktivitas program
dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Efisiensi berkenaan dengan
penggunaan waktu, tenaga, sarana dan sumber-sumber lainnya secara optimal.
Efektivitas berkenaan dengan pemilihan atau penggunaan cara atau jalan utama yang
paling tepat dalam mencapai tujuan. Relevansi berkenaan dengan kesesuaian suatu
program dan pelaksanaannya dengan tuntutan dan kebutuhan, baik dari kepentingan
masyarakat maupun peserta didiknya. Sedangkan produktivitas berkenaan dengan
optimalnya hasil yang dicapai dari suatu program.[2]

➢ Asas-asas Kurikulum
Suatu kurikulum pendidikan, termasuk pendidikan Islam, hendaknya mengandung
beberapa unsur utama seperti tujuan, isi mata pelajaran, metode mengajar dan metode
penilaian. Kesemuanya harus tersusun dan mengaku pada suatu sumber kekuatan yang
menjadi landasan dalam pembentukannya. Sumber kekuatan tersebut dikatakan sebagai
asas-asas pembentuk kurikulum pendidikan.
Mohammad al-Thoumy al-Syaibany, mengemukakan bahwa asas-asas umum yang
menjadi landasan pembentukan kurikulum dalam pendidikan Islam yaitu:

4
1. Asas Agama
Asas ini mengacu pada dua sumber utama syari’at Islam, yaitu Al dan Sunnah.
Sementara sumber-sumber lainnya yang sering digolongkan oleh para ahli seperti ijma’,
qiyas’, kepentingan umum, dan yang dianggap baik (ihtisan), adalah merupakan
penjabaran dari kedua sumber diatas. Pembentukan kurikulum pendidikan Islam harus
diletakkan pada apa yang telah digariskan oleh sumber-sumber tersebut dalam rangka
menciptakan manusia yang bertaqwa sebagai ‘abd dan tegar sebagai Khalifah Allah
dimuka bumi.
2. Asas Falsafah
Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan Islam, dengan dasar
filosofis, sehingga susunan kurikulum pendidikan Islam mengandung suatu kebenaran,
terutama dari sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini kebenarannya.
Secara umum, dasar falsafah ini membawa konsekuensi bahwa rumusan kurikulum
pendidikan Islam harus beranjak dari konsep ontologi, epistemologi dan aksiologi yang
digali dari pemikiran manusia muslim, yang sepenuhnya tidak bertentangan dengan
nilai-nilai asasi ajaran Islam.
3. Asas Psikologis
Asas ini memberi arti bahwa kurikulum pendidikan Islam hendaknya disusun
dengan mempertimbangkan tahapan-tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang
dilalui anak didik.
4. Asas Sosial
Pembentukan kurikulum pendidikan Islam harus mengacu ke arah realisasi individu
dalam masyarakat. Pola yang demikian ini berarti bahwa semua kecenderungan dan
perubahan yang telah dan bakal terjadi dalam perkembangan masyarakat manusia
sebagai makhluk sosial harus mendapat tempat dalam kurikulum pendidikan Islam.[3]

➢ Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Islam


Dalam pendidikan Islam terdapat lima ciri dan keistimewaan kurikulum yang sesuai
dengan semangat pendidikan yang ada di dalamnya, sebagaimana dinyatakan oleh Omar
Muhammad Al-Toumy Al-Syaibainy sebagai berikut:

5
1. Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan
kandungan, kaidah, alat dan tekniknya.
2. Meluaskan perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian, pengembangan
serta bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologi,
sosial dan spiritul.
3. Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni,
pengalaman dan kegiatan pengajaran yang bermacam-macam.
4. Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya yang tidak
hanya terbatas pada ilmu-ilmu teoritis, baik yang bersifat aqli maupun naqli.
5. Keterkaitan antara kurikulum pendidikan Islam dengan minat, kemampuan,
keperluan, dan perbedaan individual antara siswa.[4]

➢ Prinsip-prinsip Kurikulum Pendidikan Islam


Hakikat kurikulum adalah model yang diacu oelh pendidikan dalam upaya
membentuk citra sekolah dengan mewujudkan tujuan pendidikan yang disepakati.
Kurikulum yang baik adalah yang dinamis, aktual, teoretis, dan aplikatif. Sebagaimana
tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan. Kurikulum merupakan bagian atau
subsistem dari keseluruhan kerangka organisasi sekolah atau sistem sekolah. Kurikulum
sebagai suatu sistem menyangkut penentuan segala kebijakan tentang kurikulum,
susunan personalia, dan prosedur pengembangan kurikulum, penerapan, evaluasi, dan
penyempurnaannya.
❖ Kurikulum yang dijadikan standar mutu pendidikan Islam perlu
memperhatikan beberapa prinsip di bawah ini:
1. Prinsip pertautan dengan nilai-nilai ajaran Islam.
2. Prinsip universal artinya bahwa kandungan kurikulum sebagai rencana pengajaran
berkaitan dengan semua aspek kebutuhan manusia sebagai anak didik, baik aspek
jasmani maupun aspek rohani.
3. Prinsip keseimbangan, sebagai lanjutan setelah menjalankan prinsip universal.
4. Prinsip interaksinal edukatif, artinya kurikulum yang disesuaikan dengan minat dan
bakat anak didik.

6
5. Prinsip fleksibelitas, artinya kurikulum dikembangkan dengan dinamis dan selalu
aktual karena berhubungan dengan kebutuhan masyarakat, bangsa, dan negara.
6. Prinsip empiristik, artinya kurikulum tidak henti-hentinya dikembangkan dengan
didasarkan pada pengalaman perkembangan dunia pendidikan, kebutuhan siswa,
kebutuhan masyarakat, penemuan ilmiah, hasil penelitian sosial, dan sepanjang yang
berhubungan dengan perkembangan situasi dan kondisi sosial-budaya dan
perkembangan zaman pada umumnya.[5]

B. Tinjauan tentang Kurikulum


Kurikulum merupakan acuan, program, dan alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dalam perjalanan dari zaman ke zaman, kurikulum terus mengalami perubahan dalam
segi tehnik, metodee dan pelaksanaaannya. Filsafat merupakan landasan yang utama
dalam pengembangan kurikulum. Filsafat sangat penting, khususnya dalam
pengambilan keputusan dari setiap aspek kurikulum, yang harus mempunyai dasar
filosofisnya. Dasar filosofi kurikulum pendidikan Islam tidak terlepas dari hakikat
pendidikan Islam, yaitu menjadikan pribadi yang kamil.
Secara umum, filosofi membawa rumusan kurikulum pendidikan Islam kepada tiga
dimensi, ontologi, epistimologi, dan aksiologi.[6] Dimensi ontologi mengarahkan
kurikulum agar lebih banyak memberi anak didik kesempatan untuk berhubungan
langsung dengan fisik-fisik, obyek-obyek. Dimensi epistimologi adalah refleksi dari
dari metode konstruksi pengetahuan yang disebut metode ilmiah. Dalam rumusan
kurikulum, dimensi ini cenderung fleksibel. Dimensi aksiologi mengarahkan kurikulum
agar memberikan hasil yang terbaik, agarpara peserta didik memiliki nilai-nilai yang
ideal yang memberikan manfaat dalam kelangsungan hidup. Jadi, ketiga dimensi
tersebut merupakan kerangka dalam perumusan kurikulum pendidikan Islam.

❖ Analisis
Kurikulum Pendidikan Islam sebagai landasan dasar dan acuan dalam proses
pencapaian tujuan pendidikan tidak dapat terlepas dari sejarah filosofis dari suatu
tempat dan juga hakikat dari tujuan pelaksanaan pendidikan. Di Indonesia, kurikulum

7
yang saat ini sedang di jalankan, kurikulum 2013 (kurtilas), dalam perumusannya
berdasar pada sejarah bangsa ini sendiri dan juga hakikat pendidikan. Dari sejarah
bangsa ini yang berjuang keras merdeka dari para penjajah, direalisasikan dengan
semangat untuk menciptakan kurikulum yang terus berkembang dan mampu mengikuti
zaman. Dari hakikat pendidikan, menjadikan insan yang kamil, kurtilas
merealisasikannya dengan dasar membentuk karakter insan yang berakhlakuk karimah.
Dari dimensi yang telah dijelaskan diatas, kurtilas, dari dimensi ontologi telah
memberikan ruang proses yang lebih banyak kepada peserta didik. Kemudian dari
dimensi epistimologi, kurtilas terbentuk dari pelajaran-pelajaran sebelum dan yang
sedang dijalankan, sehingga sifatnya fleksibel. Hanya saja dari dimensi aksiologi, tidak
semua tapi masih ada dari beberapa pihak yang belum memahami pelaksanaan kurtilas
ini. Sebagai contoh orang tua peserta didik, ketika anaknya mendapat tugas dari
pendidik terkadang merasa iba karena anaknya mengeluh, kemudian tugas yang
seharusnya menjadi proses membentuk karakter anaknya dikerjakan oleh orang tua
tersebut. Sehingga terkadang program kurtilas belum berdampak segnifikan pada
peserta didik. Namun, para pakar pendidikan dan menteri terus menggodok kurikulum
untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi.

C. Pengertian evaluasi pendidikan


Evaluasi berasal dari kata to evaluate yang berarti menilai. Nilai dalam bahasa arab
di sebut al qimat. Istilah nilai ini mulanya di populerkan oleh para filsuf. Dalam hal ini,
plato merupakan filsuf yang pertama kali mengemukakannya. Pembahasan ’’nilai’’
secara khusus di perdalam dalam diskursus filsafat, terutama pada aspek oksiologinya
(Ramayulis,2008:221). Begitu penting kedudukan nilai dalam filsafat sehingga para
filsuf meletakan nilai sebagai muara bagi epistemologi dan antologi filsafat. Kata nilai
menurut filsuf adalah idea of worth (Ramayulis, 2002:331). Selanjutnya, kata nilai
menjadi populer,[1]
Evaluasi menurut Edwind Wand dan Gerald W.Brown adalah the act or process to
determining the value of something (Qahar,1972:1). Maka, evaluasi pendidikan berarti

8
seperangkat tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu yang berkaitan dengan
dunia pendidikan .
Evaluasi pendidikan dalam islam dapat diberi batasan sebagai suatu kegiatan untuk
menentukan kemajuan sutu pekerjaan dalam proses pendidikan islam. (Nizar,2002:77)
dalam ruang lingkup terbatas, evaluasi dilakukan dalam rangka mengetahui tingkat
keberhasilan pendidik dalam menyampaikan materi pendidikan islam pada peserta didik
.sedang dalam ruang lingkup luas, evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dan tingkat kelemahan suatu proses pendidikan islam(dengan seluruh
komponen yang terlibat didalam nya) dalam mencapai tujuan pendidikan yang dicita-
citakan .
Penilaian dalam pendidikan dimaksudkan untuk menetapkan berbagai keputusan
kependidikan, baik yang menyaangkut perencanaan pengelolaan ,prosesdan tindak
lanjut pendidikan, baik yang menyangkut perorangan, kelompok maupun kelembagaan
(Depdikbud,1983/1984:1).[2]
Disamping evaluasi terdapat pula istilah measurement, measurement berasal dari
kata to measure yang berarti mengukur, measurement berarti perbandingan data kualitif
dengan data kuantitatif yang lainnya yang sesuai dalam kerangka mendapatkan nilai
(angka) (Qahar ,1972:7) pengukuran dalam pendidikan adalah usaha untuk memahami
kondisi-kondisi objektif tentang sesuatu yang akan dinilai. Dalam pendidikan islam,
evaluasi akan objektif apabila didasarkan dengan tolak ukur Al-Qur’an atau Hadits.
Namun demikian, suharsimi arikunto (1955:3) membedakan tiga istilah tersebut,
yaitu pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Pengukuran adalah membandingkan sesuatu
dengan suatu ukuran. Pengukuran ini bersifat kuantitatif. Penilaian adalah mengambilan
suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk secara kualitatif.
Sementara evaluasi adalah mencakup pengukuran dan penilaian secara kuantitatif.
Namun dalam al-qur’an atau hadits, banyak sekali ditemui tolak ukur evaluasi
dalam pendidikan islam misalnya tolak ukur sholat yg baik dan sempurna adalah
mencegah orang dari perbuatan keji dan munkar. Tolak ukur watak seseorang yang
beriman adalah bila melaksanakan sholat secara khusyuk,membayar zakat (lihat QS al-
Nisa[4]:162) menjaga kemaluan terhadap wanita yang bukan istri. Tolak ukur perilaku

9
seseorang yg beriman adalahmencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri
(lihat,misalnya,QS,AL-Baqorah[2]:148 ). Tolak ukur seseorang yang munafik
disebutkan oleh Nabi dalam tiga indikasi, yaitu dusta dalam berbicara, ingkar dalam
berjanji, dan khianat apabila diberi kepercayaan (amanah) (Ramayulis dan Nizar
,2009:235-236)
Term evaluasi dalam wacana keislaman tidak dapat ditemukan padanan yang past,
tetapi terdapat term-tarm tertentu yang mengarah pada makna evaluasi. Berikut ini
penjelasan term-term tersebut.

1. Al-Hisab, memiliki makna mengira, menafsirkan dan menghitung.


2. Al-bala, makna cobaan, ujian.
3. Al-hukm, memiliki makna putusan atau vonis.
4. Al-qodha, memiliki makna putusan.
5. Al-nazhr, memiliki arti melihat.[3]
Dalam pendidikan islam , tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap
(afektif dan psikomotor) ketimbangan aspek kognitif (Nizar,2002:80). Penekanan ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang secra garis besar meliputi 4
hal yaitu sebagai berikut.
1. Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan tuhannya.
2. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
3. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupan nya dengan alam
sekitarnya.
4. Sikap dan dan pandangan terhadap dirinya sendiri selaku hamba allah ,anggota
masyarakat ,serta khalifah allah.[4]

D. Objek Evaluasi Pendidikan


Objek evaluasi pendidikan Islam dalam arti yang umum adalah peserta
didik.sementara dalam arti khusus adalah aspek-aspek tertentu yang terdapat pada
peserta didik .Peserta didik di sini sebenarnya bukan hanya sebagai objek evaluasi
semata,melainkan pula sebagai subjek evaluasi.Evaluasi pendidikan Islam dapat di

10
lakukan dengan dua cara yaitu (1) evaluasi diri sendiri (selfaluationl
introspeksi);(2)evaluasi terhadap orang lain (peserta didik).Evaluasi terhada p diri
sendiri adalah dengan mengadakan intropeksi atau perhitungan terhadap diri
sendiri.Evaluasi ini tentunya berdasarkan kesadaran internal yang bertujuan untuk
meningkatkan kreativitas dan produktivitas (amal shaleh)pribadi.Apabila dalam proses
evaluasi tersebut ditemukan beberapa keberhasilan ,keberhasilan itu hendaknya
dipertahankan atau ditingkatkan.Akan tetapi, apabila ditemukan beberapakelemahan
dan kelemahan, hendaknya hal segera diperbaiki dengan cara meningkatkan
ilmu,iman,dan amal(Al –Banna, 1990: 12).

E. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam


Menurut Sumadi Suryabrata (1993: 34-48)tujuan evaluasi pendidikan dapat di
kelompokan dalam tiga klasifikasi.
1. Klasifikasi berdasarkan fungsinya ,evaluasi bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan.
a. Psikologis ;evaluasi dipakai sebagai kerangka acuan kearah mana ia harus bergerak
menuju tujuan pendidikan.
b. Didaktik/instruksiona;evaluasi bertujuan memotivasi peserta didik, memberikan
pertimbangan dalam penentuan bahan pengajaran dan mengajar, serta dalam kerangka
mengadakan bimbingan-bimbingan secara khusus kepada peserta didik.
c. Administratif /manajerial;bertujuan untuk pengisian buku rapor;menentukan indeks
Prestasi, pengisian STTB,dan menngenai ketentuan kenaikan peserta didik.
2. Klasifikasi berdasarkan keputusan pendidikan
Tujuan evaluasi dapat digunakan untuk mengambil keputusan individual, institutional,
didaktik instruksional, dan keputusan –keputusan penelitian.
3. Klasifikasi formatif dan sumatif
a. Evaluasi formatif diperlukan untuk mendapatkanumpan balik guna untuk
menyempurnakan perbaikan proses belajar mengajar.

11
b. Evaluasi sumatif berfungsi untuk mengukur keberhasilan seluruh program pendidikan
yang dilaksanakan pada akhir pelaksanaan proses belajar mengajar(akhir semster
/tahun).[5]
• Secara umum,ada empat fungsi evaluasi dalam pendidikan islam ;
1) Dari segi pendidikan ,evaluasi berfungsi untuk membantu seorang pendidik
mengetahui sejauh mana hasil yang dicapaidalam pelaksanaan tugasnya.
2) Dari segi peserta didik,evaluasi membantu peserta didik untuk dapat mengubah atau
mengubah tingkah laku nya secara sadar kearah yang lebih baik.
3) Dari segi ahli pemikir pendidikan islam,evaluasi berfumgsi untuk membantu para
pemikir pendidikan islam mengetahui kelemahan teori-teori pendidikan islam dan
membantu mereka dalam merumuskan kembali teori-teori pendidikan islam yang
relevan dengan arus dinamika zaman yang senantiasa berubah.
4) Dari segi politik pengambil kebijakan pendidikan islam (pemerintahan )evaluasi
berfungsi untuk membantu mereka dalam membenahi sistem pengawasan dan
mempertimbangankan kebijakan yang akan diterapkan dalam sistem pendidikan
islam.[6]
Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan
instruksionaloleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak laanjut.Tindak lanjut
termaksudmerupakan fungsi evaluasi dan dapat berupa:
1) Penempatan pada tempat ang tepat.
2) Pemberian umpan balik.
3) Diagnosis kesulitan belajar mengajar.
4) Penentuan kelulusan.
• Untuk masing-masing tindak lanjut yang dikehendaki ini diadakan tes yang
diberi nama :
1) Tes penempatan.
2) Tes formatif.
3) Tes diagnostik dan

12
4) Tes sumatif.[7]
• Manfaat Evaluasi
1) Manfaat bagi siswa
a. Hasil evaluasi tidak memuaskan.
b. Hasil evaluasi memuaskan.
2) Manfaat bagi guru.
c. Keadaan siswa.
d. Keadaan materi pengajaran.
e. Keadaan metode pengajaran.
3) Manfaat bagi pembimbing/penyuluh.
4) Manfaat bagi sekolah.
5) Manfaat bagi oramg tua siswa .
❖ Prinsip-prinsip evaluasi pendidikan
Menurut slameto (1998:16-19),prinsip-prinsip yang harus ada dalam evaluasi,sebagai
berikut.
1) Prinsip keterpaduan.
2) Prinsip belajar siswa aktif.
3) Prinsip kontinuitas.
4) Prinsip koherensi.
5) Prinsip diskriminalitas.
6) Prinsip keseluruhan.
7) Prinsip pedagogis.
8) Prinsip akuntabilitas.[8]

❖ Evaluasi Dilaksanakan Secara Objektif


Objektif dalam arti bahwa evaluasi tersebut dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya,berdasarkan fakta dan data yang ada tanpa dipengaruhi oleh unsur-unsur
subjektivitas dan evaluator (penilaian).
Objektivitas dalam evaluasi antara lain ditujukkan dalam sikap-sikap evaluator sebagai
berikut.

13
a) Sikap ash-shidqoh,yakni berlaku benar dan jujur dalam mengadakan
evaluasi,sikap ini diperintahkan oleh allah sebagai mana firman-Nya:
‫يا يها ا لذ ين ا منوا ا تقوا هللا وكو نو ا مع الصد قين‬
Hai orang orang yang beriman ,bertaqwalah kepada allah dan jadilah
kamu orang orang yang benar(QS.At-taubah(9);119)
b) Sikap amanah,yakni suatu sikap pribadi yang setia,tulus hati dan
jujurdalam menjalankan sesutu yang
diamanahkan(dipercayakan)kepadanya.Sikap ini diperintahkan oleh allah
berdasarkan firman-Nya:
‫ان هللا يا مر كم ان تؤدوا االمنت الي اهلها‬
c) Sesungguhnya allah menyuruh kamu untuk menunaikan amanah
kepada yang berhak.(QS An-nisa(4):58) Sikap rahman dan ta’awun,yakni
sikap kasih sayang terhadap sesama dan sikap salimg tolong menolong
menuju kebaikan .Didalam hadits nabi disebutkan
‫اليؤ من احدكم حتي يحب الخيه ما يحب لنفسه‬
Tidaklah (dipandang)beriman dari seorang kamu ,sehingga disukainya
untuk saudaranya apa yang disukai untuk dirinya sendiri(HR.AL-
bukharidari jarir).[9]

F. Jenis-jenis evaluasi pendidikan


Berbicara mengenai Jenis-jenis evaluasi pendidikan ,hal ini dapat diklasifikasikan
dalam tiga segi ,sebagai berikut:
1. Klasifikasi dilihat dari fungsinya.
1) Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang menetapkan tingkat penguasaan manusia didik
dan menentukan bagian-bagian tugas yang belum dikuasai dengan tepat.
2) Evaluasi sumatif,yaitu penilaian secara umum tentang keseluruhan hasil dari proses
belajar mengajar yang dilakukan pada setiap akhir periode belajar mengajar secara
terpadu.
3) Evaluasi diagnostik ialah penilaian yang dipusatkan pada proses belajar
mengajardengan melokalisasikan suatu titik keberangkatan yang cocok.

14
4) Evaluasi penempatan (placement evaluation) yang menitik beratkan pada penilaian
berbagai permasalahan yang berkaitan dengan:
a. Ilmu pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang di perlukan untuk awal proses
belajar mengajar.
b. Pengetahuan peserta didik tentang tujuan pengajaran yang telah di tetapkan sekolah.
c. Minat dan perhatian,kebiasaan bekerja,corak kpribadia yang menonjol yang
mengandung konotasi kepada suatu metode tertentu.
2. Klaksifikasi evaluasi dilihat dari cara nya.
1) Evaluasi kuantitatif,dinyatakan dengan angka dapat dilakukan untuk menilai aspek-
aspek tingkahlaku peserta didik dalam bidang kognitif.
2) Evaluasi kualitatif,dinyatakan dengan ungkapan dan dilakukan untuk menilai aspek-
aspek afektif.
Kedua cara evaluasi tersebut membutuhkan tehnik pelaksanaan ,yaitu tehnik tes dan
non-tes.

3. Klasifikasi dilihat dari tehniknya.


1) Tehnik tes;dibedakan menurut materi yang akan dinilai ,bentuk,dan cara
membuatnya.
2) Tehnik non-tes;dapat dilaksanakan melalui pengamatan ,wawancara ,angket,hasil
karya/laporan dan skala sikap (slameto:1998:25-30).
Menurut chalib thaha (1996:46-64)tehnik tes dapat dibedakan menjadi sembilan yaitu:
1) Tes penempatan.
2) Tes pembedaan.
3) Tes sumatif.
4) Tes diagnostik.
5) Tes standar, yaitu tes yang di susun oleh tim ahli atau lembaga khusus yang
menyelenggarakan secara profesional.
6) Tes non-standar kebalikan dari tes standar .
7) Tes tulis,disajikan dalam bentuk bahasa tulisan .

15
8) Tes lisan,disajikan dengan menggunakan bahasa lisan.
9) Tes tindakan,yaitu tes yang respons atau jawabannya berupa tindakan atau tingkah
laku yang koonkrit peserta didik.
4. Sasaran evaluasi
Merupakan tindakan yang harus ditempuh oleh pendidik dalam mengadakan
evaluasi.Menurut tabrani rusyan dalam Abuddin Nata (1997:143), yang menjadi sasaran
pokok evaluasi tersebut ,sebagai berikut.
1) Segi tingkah laku yaitu segi-segi yang menyangkup sikap ,minat,perhatian,
keterampilan peserta didik sebagai akibat dari proses belajar mengajar.
2) Segi pendidikan ,yaitu penguasaan materi pelajaran yang diberikan oleh pendidik
dalam proses belajar mengajar.
3) Segi-segi yang menyangkut proses belajar mengajar ,yaitu bahwa proses belajar
mengajar perlu diberi penilaian secara objektif dari pendidik.[10]
I. Syarat-syarat evaluasi pendidikan islam
Syarat-syarat yang dapat di penuhi dalam proses evaluasi pendidikan islam adalah
sebagai berikut.
1) Validity.
2) Reliable
3) Evisiensi.11
2. Evaluasi dalam pendidikan islam
Merupakan cara atau tehnik untuk untuk mengamati tingkah laku peserta didik
berdasarkan standar perhitungan yang bersifat kompreherensifdari seluruh aspek
kehidupan mental,psikologis,dan spiritual –religius.[11]

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing
peserta didiknya ke arah Tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi
sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap mental. Proses kependidikan Islam ini
hendaknya mengacu pada konsep manusia sempurna (baik sebagai Khalifah maupun
abd’). Disinilah peran filsafat pendidikan Islam dalam memberikan pandangan filosofis

17
tentang hakikat pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang dapat dijadikan
pedoman dalam pembentukan manusia sempurna.

Evaluasi berasal dari kata to evaluate yang berarti menilai.Nilai dalam bahasa arab
di sebut al qimat.istilah nilai ini mulanya di populerkan oleh para filsuf.
Merupakan cara atau tehnik untuk untuk mengamati tingkah laku peserta didik
berdasarkan standar perhitungan yang bersifat kompreherensifdari seluruh aspek
kehidupan mental,psikologis,dan spiritual –religius.

B. Saran
Demikian yang dapat kami sampaikan ,semoga apa yang dibahas dalam makalah ini
akan bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTSKA

.Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, Teras, Yogyakarta, 2009.

Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2014.

Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, AlfaBeta,


Bandung, 2012.

18
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis,
Ciputat Press, Jakarta, 2002.

[1] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis,
Ciputat Press, Jakarta, 2002, hlm. 55-56

[2] Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, AlfaBeta,
Bandung, 2012, hlm. 8-18

[3] Op.Cit, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, hlm.
57-58

[4] Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, Teras, Yogyakarta, 2009, hlm. 164-165

[5] Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2014, hlm.
129-130

[6] Op.cit, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, Ciputat
Press, Jakarta, 2002, hlm. 56

19

Anda mungkin juga menyukai