Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KOMPONEN-KOMPONEN DALAM SISTEM PENDIDIKAN ISLAM


(MEDOTE DAN EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM)

Dosen Pengampu : Dr.Leny Marlina,M.Pd.I

Disusun Oleh : Kelompok 6


1. Agnes Puspita Sari (2230210099)
2. Rindi Irtika (2230210101)
3. Raudatul Umami (2230210085)

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan limpahan rahmat, hidayah, dan karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “Komponen-Komponen Dalam Sistem
Pendidikan Islam (Medote dan Evaluasi Pendidikan Islam)”. Penyusunan makalah
ini disusun sebagai bukti bahwa penulis telah melaksanakan dan menyelesaikan
materi tersebut secara kelompok, serta makalah ini disusun secara kelompok
sebagai tugas pada Semester 2 Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan kerjasama dari
dosen pengampu mata kuliah serta teman satu kelompok, serta sumber lainnya,
maka penyusunan makalah ini akan terhambat.
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna, tetapi penulis bertujuan
untuk menjelaskan dan memaparkan point-point di makalah ini sesuai dengan
pengetahuan yang penulis peroleh baik dari buku, internet, maupun sumber-
sumber yang lain. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat khususnya
bagi penulis dan bagi pembaca. Segala kritik dan saran akan penulis terima
demi memperbaiki penyusunan tugas-tugas berikutnya.

Palembang, April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Tujuan....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode Pendidikan..............................................................4
2.2 Metode Pendidikan Islam......................................................................5
2.3 Pengertian Evaluasi Pendidikan.............................................................9
2.4 Avaluasi Pendidikan Islam..................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................14
3.2 Saran......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-
nilai ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an dan al-Hadits serta
dalam pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah umat Islam.
pendidikan Islam yang formulasinya tidak bisa dilepaskan begitu saja dari
ajaran Islam yang tertuang dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, karena kedua
sumber ini merupakan pedoman otentik dalam penggalian khazanah keilmuan
apapun.1 Pendidikan islam haruslah berlandaskan pada Al-Qur’an, dimana
dalam Islam berfungsi sebagai sumber hukum yang pokok. Selain itu,
pendidikan islam juga harus berlandaskan pada hadits. Pencapaian akhirnya
adalah, manusia yang memiliki keterampilan dalam aspek-aspek kependidikan
yang selaras dengan dua sumber hukum utama tersebut. Jadi, tujuan akhir
bukan hanya sekedar mengubah tingkah laku, atau daya pikir, tetapi semuanya
harus seirama dengan tuntunan Al-Quran dan Hadits.
Kegiatan pendidikan dan pengajaran bisa mencapai keberhasilan
apabila disokong oleh komponen yang bagus. Diantara komponen utama
tersebut ialah metode. Yaitu cara yang harus ditempuh oleh seorang guru
dalam mendidik murinya sehingga tercapai tujuan yang sejalan dengan
tuntunan Al-Quran dan Sunnah. Penggunaan metode dengan tepat akan sangat
menentukan hasil dari proses pendidikan dan pengajaran. Dengan
demikian,pendidik harus lihai memilih dan menggunakan metode supaya
cocok dengan materi serta bahan ajar. Tidak lupa, sebagai pendidik perlu
mencermati beberapa prinsip dalam penggunaan metode, sehingga metode
pengajaran akan membawa pada keberhasilan pengajaran.2

1
Moh. Haitami Salim & Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012), H. 29.
2
Agus Nur Qowim, Metode Pendidikan Islam Perspektif Al-Qur’an, IQ (Ilmu Al-Qur'an):
Jurnal Pendidikan Islam Vol. 3, No. 01 (Jakarta : Institut PTIQ, 2020), H. 35

1
Jika dilihat dari sudut pandang epistemologi, bahasan Pendidikan
Islam di Indonesia mengenai sebuah perancangan, perumusan, pelaksanaan,
dan evaluasi pendidikan sehingga pendidikan yang dilaksanakan bisa
seimbang dengan konsep pendidikan Islam yang telah ditentukan dengan tepat
dan ilmiah. Dalam pelaksanaan pendidikan selain dilakukan atas dasar
pengalaman sebaiknya juga harus disertai dengan kajian secara mendalam dan
menyeluruh mengenai sistem pendidikan Islam modern. Sebuah pendidikan
sudah pasti memiliki tujuan dalam pendidikan islaam yaitu untuk mewujudkan
insan yang kamil atau disebut dengan manusia paripurna. Pendidikan ini
bertujuan sebagai bagian dari inti semua kegiatan pendidikan. Sehingga tujuan
pendidikan juga harus disesuaikan oleh seluruh aspek-aspek pendidikn Islam
diantaranya ada metode, ada kegiatan yang sedang berjalan, dan ada
kurikulumnya. Dengan demikian, pendidikan Islam memiliki tanggung jawab
yang besar, salah satunya yaitu membangun potensi secara lahir dari manusia.3
Dalam prosesnya, pendidikan Islam menjadikan tujuan sebagai sasaran
ideal yang hendak dicapai dalam program dan diproses dalam produk
kependidikan Islam atau output kependidikan Islam. Untuk mengetahui
ketercapaian suatu tujuan kegiatan yaitu evaluasi. Dengan evaluasi, maka
suatu kegiatan dapat diketahui atau ditentukan taraf kemajuannya. Berhasil
atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat
setelah dilakukan evaluasi terhadap output yang dihasilkannya. Penilaian atau
evaluasi digunakan sebagai alat untuk menentukan suatu tujuan pendidikan
dicapai atau tidak. Atau untuk melihat sejauhmana hasil belajar siswa sudah
mencapai tujuannya. Dalam pendidikan Islam evaluasi merupakan salah satu
komponen dari sistem pendidikan Islam yang harus dilakukan secara
sistematis dan terencana sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target
yang akan dicapai dalam proses pendidikan Islam dan proses pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


3
Aulia Diana Devi & Seka Andrean, Konsep Evaluasi Pendidikan Islam Perspektif Al-
Qur’an Beserta Implikasinya, Journal For Islamic Studies (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga,
2021), H.44

2
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian metode pendidikan ?
2. Bagaimana metode pendidikan islam?
3. Apa pengertian evaluasi pendidikan?
4. Bagaimana evaluasi pendidikan islam?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan
makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian metode pendidikan.
2. Untuk mengetahui metode pendidikan islam.
3. Untuk mengetahui pengertian evaluasi pendidikan.
4. Untuk mengetahui evaluasi pendidikan islam.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Metode pendidikan


Ramayulis menjelaskan bahwa kata metode dalam Bahasa Arab
dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang
dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan
pendidikan, maka metode itu harus diwujudkan dalam proses pendidikan
dalam rangka mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar peserta
didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan
baik.Para ahli pendidikan Islam telah mengemukakan arti terminologis dari
metode, di antaranya Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode
adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
Terkait hal ini, secara lebih rinci, Arifin menjelaskan bahwa asal kata metode
mengandung pengertian suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Metode berasal dari bahasa Greek (Yunani) yang terdiri dari dua kata
yaitu meta yang berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara. Adapun
metodologi berarti ilmu pengetahuan tentang jalan atau cara yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai suatu ilmu, metodologi merupakan
bagian dari perangkat disiplin keilmuan yang menjadi induknya. Hampir
semua ilmu pengetahuan mempunyai metodologi tersendiri. Oleh karena itu,
ilmu pendidikan sebagai salah satu disiplin ilmu juga memiliki metodologi,
yaitu metodologi pendidikan. Berdasarkan pengertiannya, metode pendidikan
telah mencakup pengertian tentang proses mengajar dan belajar. Dengan
demikian, sebagaimana dijelaskan Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan,
ruang lingkup pembahasan metode pendidikan dengan sendirinya
memasukkan proses pengajaran, yaitu terjadinya proses mengajar dan belajar,
baik di ruang kelas maupun di luar kelas.
Dalam proses pendidikan, metode mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana yang

4
membermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum
pendidikan sehingga dapat dipahami atau diserap oleh manusia didik menjadi
pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya. Metode
pendidikan Islam sebagai komponen ilmu yang menunjang keberhasilan ilmu
pengetahuan induknya, dalam hal ini ilmu pendidikan Islam, tidak bisa lain
harus sejalan dengan substansi dan tujuan yang identik dengan substansi dan
tujuan pendidikan Islam. Metode pendidikan Islam dalam penerapannya
banyak menyangkut wawasan keilmuan pendidikan yang sumbernya berada di
dalam al-Qur’an dan Hadis.4
Secara sederhana, Metode pendidikan ialah upaya yang harus
dijalankan dalam rangka mencapai target pendidikan yang telah dirumuskan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan penjelasan bahwasanya metode
adalah suatu cara kerja yang mengikuti mekanisme tertentu supaya
pelaksanaan suatu kegiatan bisa berjalan dengan lancar menurut target yang
ada. Salah satu komponen pendidikan adalah metode. Menurut Armai,
pendidikan adalah upaya memberikan bimbingan, pembinaan, penyadaran
akan tanggungjawab intelektual hingga mencapai kedewasaan. Alat untuk
mencapainya dikenal dengan nama metode. Jika digabungkan, maka
muncullah istilah metode pendidikan. Gaya dalam rangka mendidik siswa
itulah yang disebut dengan metode pendidikan, Ungkap Tafsir. Metode
pendidikan berfungsi untuk mentransfer ilmu atau mentransfer norma
kehidupan. Tercapainya optimalisasi tujuan tersebut, bergantung pada upaya
pendidikan memilih dan mengimplementasikan metode dalam kegiatan
belajar mengajar.5

2.2 Metode Pendidikan Islam


Fokus pendidikan adalah, tepat sasaran, yakni kematangan murid dari

4
Ali Maulida, Metode dan Evaluasi Pendidikan Akhlak dalam Hadits Nabawi, Edukasi
Islami: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 4, No. 07 (Bogor : STAI Al-Hidayah, 2017), H. 856.
5
Agus Nur Qowim, Metode Pendidikan Islam Perspektif Al-Qur’an, IQ (Ilmu Al-
Qur'an): Jurnal Pendidikan Islam Vol. 3, No. 01 (Jakarta : Institut PTIQ, 2020), H. 42.

5
sisi intelektual, psikis, ataupun akhlak. Titik pusat itu harus dibidik dengan
teliti, sehingga alat, atauanak panah itu tidak meleset dari fokus pusat. Metode
adalah satu satu anak panah yang bisa dilesatkan, sebagai alat seorang guru
sehingga target bisa dijangkau. Pemilihan dan penggunaan metode pendidikan
yang tepat guna memberikan beberapa manfaat yakni:

A. Memudahkan bahan pengajaran diterima murid

B. Menghidupkan interaksi antara guru dan murid

C. Terbinanya karakter murid

D. Kewibawaan dan kehormatan guru sebagai pendidik terpelihara.

E. Saling mengenal antara murid dan guru dan saling menghormati

F. Guru bisa melaksanakan tanggungjawabnya dengan baik.

G. Terpeliharanya fitrah anak didik

H. Timbulnya perasaan aman dan tentram pada diri murid.

Al-Qur’an secara eksplisit mensinyalir beberapa metode yang bisa


diaplikasikan dalam pendidikan islam, diantaranya adalah:

A. Keteladanan

Guru yang berperan di depan panggung kelas harus selalu


memberikan contoh positif kepada siswa. Guru akan menjadi sentral
perhatian. Semuanya akan dimonitor oleh siswanya. Percontohan dari guru
merupakan cara efektif yang bisa bekerja di bawah sadar untuk
menghipnotis siswa sehingga mengalami transformasi, terutama tingkah
laku murid.

B. Metode Kisah-kisah

Berkisah memiliki sentuhan khas yang menarik. Pendengar seolah


dibawa ke dalam latar dan setting sebagaimana isi cerita. Nilai moral yang
ada, secara bawah sadar akan merasuk kepada siswa. Guru yang memiliki
banyak amunisi kisah, bisa mentransfer ilmu dan etika melalui cerita yang
dibawakan. Walaupun hampir sama dengan ceramah, berkisah terkesan

6
lebih efektif untuk menarik perhatian.

C. Nasihat

Nasihat biasanya disampaikan dari orang yang lebih tua kepada


subjek yang lebih muda. Atau bisa juga dari orang yang berilmu kepada
yang membutuhkan. Nasihat disampaikan bukan untuk menggurui, tetapi
sebagai arahan, atau siraman terhadap gersangnya hati. Nasihat uga bisa
diberikan kepada subjek yang melakukan seuatu diluar jalur, dengan kata
lain melakukan kesalahan. Harapannya adalah timbul dan tumbuhnya
kebaikan.

D. Habituasi

Sasaran utama pendidikan islam adalah akhlak. Akhlak yang baik,


bisa tercermin sebagai buah kebiasaan. Alah bisa karena biasa. Mendidik
adalah membiasakan siswa dengan perilaku yang sesuai dengan arahan
Quran dan sunnah. Kebiasaan bisa dibentuk melalui pemberian latihan,
dan bimbingan khusus. Nalarisasi sesuatu yang terkait dengan keteraturan,
seperti belajar dari ketaraturan alam. Jika alam saja bisa berjalan sesuai
dengan aturan, manusia semestinya lebih bisa, karena posisinya sebagai
makhluk terbaik. Menurut al-Ghazali, manusia dilahirkan dalam keadaan
fitrah. Secara potensial, dia bisa merenungkan keadaan yang bersifat baik,
atau buruk. Subjek di sekitarnya, bapak dan ibunya, akan membantu pula
mengarahkan anak kepada satu kecondongan. Fitrah seorang anak adalah
kebaikan, kesempurnaan sebagai pijakan menerima sesuatu yang baru.
Potensi fitrah manusia berupa pikiran, kebisaan, dorongan, serta
kebebasan menjadi modal utama manusia untuk berkembang. Supaya
semuanya mengarah pada satu titik, yakni kebaikan, maka harus
dibiasakan.

E. Metode Hukuman dan Ganjaran

Sudah menjadi kodratnya, bahwa keburukan akan bersanding


dengan hukuman, dan kebaikan akan bersanding dengan penghargaan.

7
Keduanya prinsip tersebut juga ditarik ke dalam dunia pendidikan.
Sebagai konsekuensi perbuatan yang tidak diharapkan, siswa harus
mendapatkan hukuman. Sebaliknya, kebaikan dan keberhasilan yang
ditunjukkan oleh siswa berhak untuk dihargai. Yang perlu diperhatikan
adalah pemberian hukuman ataupun penghargaan dalam dunia pendidikan
harus memiliki batas-batas yang spesifik. Jangan sampai hukuman
digunakan sebagai sarana untuk mengintimidasi. Mensinyalir pendapat al-
ghazali, tidaklah tepat cepat-cepat menghukum murid yang bersalah, tetapi
akan lebih elokn memberikan kesempatan bagi murid untuk memperbaiki
diri dan mengakui kesalahannya.

F. Metode Khotbah

Paparan melalui ceramah menjadi upaya yang paling banyak


digunakan dalam penyampaian materi atau persuasi. Khutbah harus
disesuaikan dengan tingkat kesanggupan peserta didik. Metode ceramah
digunakan dengan pertimbangan jumlah mahasiswa yang cukup banyak.
Metode ceramah berupa penjelasan konsep, prinsip, dan fakta.

G. Metode Jidal

Pencipta pasti memahami yang diciptakan. Allah sangat


memahami karakteristik manusia. Nafsu yang disematkan, pasti akan
membawa dampak. Yakni dominannya ego dan idealisme individual.
Demi mencapai suatu tujuan, manusia sering berdebat, beradu argumen.
Dalam tataran ilmiah, adu argumen juga tidak bisa terelakkan karena baik
ayat al-Quran ataupu ayat akuniyah, akan melahirkan tafsir-tafsir sesuai
dengan kemampuan nalar pribadi manusia. Berdebat bahkan bisa menjadi
sebuah tradisi. Aturan berdebat diterangkan dalam al-Quran surat An-Nahl
[16]:125)”. Berdebat dilakukan untuk menemukan titik terang, mencari
solusi terbaik, tidak sekedar mencari siapa yang kalah dan menang. Dalam
aplikasinya, diskusi atau perdebatan bisa dilakukan secara individual atau
kelompok. Tentu saja masing-masing dari mereka akan mengeluarkan

8
analisis-analisis terbaik dari satu tema yang dikemukakan.6

2.3 Pengertian Evaluasi pendidikan islam


Evaluasi berasal dari kata to evaluate yang berarti menilai. Nilai dalam
bahasa arab disebut al qimat. istilah nilai ini mulanya dipopulerkan oleh para
filsuf. Dalam hal ini, plato merupakan filsuf yang pertama kali
mengemukakannya. Pembahasan ’’nilai’’ secara khusus di perdalam dalam
diskursus filsafat, terutama pada aspek oksiologinya. Begitu penting
kedudukan nilai dalam filsafat sehingga para filsuf meletakan nilai sebagai
muara bagi epistemologi dan antologi filsafat. Kata nilai menurut filsuf adalah
idea of worth. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua orang ahli lain,
yakni Cronbach dan Stufflebeam, mendefinisikan bahwa proses evaluasi
bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk
membuat keputusan.
Evaluasi pendidikan dalam Islam dapat diberi batasan sebagai suatu
kegiatan untuk menentukan kemajuan suatu pekerjaan dalam proses
pendidikan Islam. Dalam ruang lingkup terbatas, evaluasi dilakukan dalam
rangka mengetahui tingkat keberhasilan pendidik dalam menyampaikan
materi pendidikan Islam pada peserta didik, sedangkan dalam ruang lingkup
luas, evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan tingkat
kelemahan suatu proses pendidikan Islam (dengan seluruh komponen yang
terlibat didalamnya) dalam mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan.
Penilaian dalam pendidikan dimaksudkan untuk menetapkan berbagai
keputusan kependidikan, baik yang menyangkut perencanaan pengelolaan,
proses dan tindak lanjut pendidikan, baik yang menyangkut perorangan,
kelompok maupun kelembagaan.
Dalam pendidikan islam, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada

6
Ibid, H. 45-49.

9
penguasaan sikap (afektif dan psikomotor) ketimbangan aspek kognitif).7
Dalam bahasa Inggris kata yang digunakan untuk arti pengukuran
adalah measurement, sedangkan untuk kata penilaian adalah evaluation.
Diantara fungsi terpenting dari sebuah evaluasi pendidikan adalah untuk
mengetahui sejauh mana suatu program pendidikan berhasil diterapkan atau
telah mencapai tujuannya, yang secara umum teraplikasi dalam bentuk
tingkah laku, yaitu kognitif (pemahaman), afektif (pandangan, pendapat, atau
ekspresi) dan psikomotorik (tingkah laku).
Dalam dunia pendidikan, pada awalnya pengertian evaluasi pendidikan
selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Secara teoritis beberapa ahli
pendidikan mengemukakan definisi dari evaluasi, diantaranya Ralph Tyler
(1950) yang mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses
pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan
bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang
belum dan apa sebabnya. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua
orang ahli lain, yaitu Cronbach dan Stufflebeam yang menjelaskan bahwa
proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi
juga digunakan untuk membuat keputusan. Suharsimi Arikunto menjelaskan
bahwa sebuah proses evaluasi meliputi dua langkah, yaitu:

1. Mengukur, yaitu membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Dengan


demikian pengukuran bersifat kuantitatif.; dan

2. Menilai, yaitu mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan


ukuran baik atau buruk. Dengan demikian penilaian bersifat kualitatif.8

2.4 Konsep Evaluasi Pendidikan Islam


Dalam pendidikan Islam, sistem evaluasinya didasarkan atas Qur’an

7
Ismail Marzuki & Lukmanul Hakim, Evaluasi Pendidikan Islam, Jurnal Kajian Islam
dan Pendidikan Vol. 1, No. 1, (Tangerang : Universitas Muhammadiyah Tangerang, 2019), H. 78-
79
8
Ali Maulida, Metode dan Evaluasi Pendidikan Akhlak dalam Hadits Nabawi, Edukasi
Islami: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 4, No. 07 (Bogor : STAI Al-Hidayah, 2017), H. 864-865

10
dan sunnah yang digunakan oleh Nabi saw. pada kegiatan pembinaan risalah
Islamiyah. Dengan demikian, sistem evaluasi pendidikan Islam yang telah
digariskan oleh Allah swt secara umum ialah: pertama untuk mengetes potensi
seseorang dalam melewati segala jenis masalah yang dihadapi didalam
kehidupannya. Kedua untuk melihat ukuran hasil pendidikn mengenai berita
yang sudah diterapkan Nabi saw terhadap pengikutnya. Ketiga sebagai
penetapan kuantitas dan kualitas kehidupan yang islami atau keimanan
manusia. Keempat untuk menimbang energi kognisi, dhabit seseorang dan
pembelajaran yang sudah diterimanya. Kelima barang siapa yang melakukan
aktivitas dalam kebaikan maka akan diberikan kabar gembira, begitu pula
sebaliknya barang siapa yang melakukan aktivitas dalam keburukan maka
akan dikenakan siksa untuk mereka. Keenam Allah swt dalam mengevaluasi
hamba-Nya tidaklah melihat dari segi penampilan ataupun formalitasnya,
akan tetapi Allah swt menilai hambanya dengan subtansi dibalik apa yang
dilakukan oelh hamba- hambanya tersebut. Dan yang ketuju bersikap adil
dalam mengevaluasi sesuatu seperti yang diperintahkan oleh Allah swt. jangan
menjadikan sebuah alasan pribadi untuk bersikap tidak objektif dalam
melakukan evaluasi.9
Dalam setiap kegiatan evaluasi, langkah pertama yang harus
diperhatikan adalah tujuan evaluasi. dikemukakan oleh Tylor bahwa tujuan
evaluasi adalah untuk mengembangkan suatu kebijakan yang
bertanggungjawab mengenai pendidikan. Secara umum, ada empat fungsi
evaluasi dalam pendidikan Islam yaitu:

A. Dari segi pendidikan, evaluasi berfungsi untuk membantu seorang


pendidik mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan
tugasnya.

B. Dari segi peserta didik, evaluasi membantu peserta didik untuk dapat
mengubah atau mengubah tingkah lakunya secara sadar kearah yang lebih
baik.
9
Dedi Andrianto, Manajemen Evaluasi Pendidikan Agama Islam (Kajian Ontologi,
Epistimologi Dan Aksiologi), Dewantara Vol. V, No. 15 (2018), H. 25.

11
C. Dari segi ahli pemikir pendidikan islam, evaluasi berfungsi untuk
membantu para pemikir pendidikan islam mengetahui kelemahan teori-
teori pendidikan islam dan membantu mereka dalam merumuskan kembali
teori-teori pendidikan islam yang relevan dengan arus dinamika zaman
yang senantiasa berubah.

D. Dari segi politik pengambil kebijakan pendidikan islam (pemerintahan)


evaluasi berfungsi untuk membantu mereka dalam membenahi sistem
pengawasan dan mempertimbangankan kebijakan yang akan diterapkan
dalam sistem pendidikan islam. 10
Demi berhasilnya suatu kegiatan evaluasi, maka dalam melakukan
evaluasi harus memperhatikan beberapa prosedurnya. Menurut Zaenal Arifin
yang dikutip oleh Fitriyani Rahayu mengemukakan beberapa prosedur
pelaksanaan evaluasi yaitu, sebagai berikut:

A. Perencanaan Evaluasi, dalam merencanakan evaluasi maka harus


memperhatikan beberapa faktor diantaranya ialah membuat perumusan
tujuan pada penilaian, mengidentifikasikan kemampuan dan hasil
pembelajaran, membuat klue, meningkatkan materi pembelajaran, menguji
dan menganalisis materi pembelajaran, kemudian setelah itu memperbaiki
dan merancang ulang materi pembelajaran yang baru.

B. Pelaksanaan Evaluasi, untuk melakukan prosedur ini maka


pelaksanaannya bergantung pada jenis evaluasi yang akan dipakai. sebab
hal ini akan berefek samping pada penentuan langkah, cara, alat yang
digunakan, waktu, dan lainnya.

C. Mengawasi Pelaksanaan Evaluasi, dipakai untk mengawasi plaksanaan


evaluasi supaya terjaga keseimbangannya evaluasi yang sudah
direncanakan dan ditentukan sebelumnya. Adapun fungsi dari prosedur ini
ialah untuk mengetahui apakah evaluasi yang telah direncanakan dan
dilaksanakan bisa relevan, kemudian untuk mengetahui hambatan selama
10
Ismail Marzuki & Lukmanul Hakim, Evaluasi Pendidikan Islam, Jurnal Kajian Islam
dan Pendidikan Vol. 1, No. 1, (Tangerang : Universitas Muhammadiyah Tangerang, 2019), H. 80-
81

12
pelaksanaan evaluasi sedang berlangsung.

D. Pengolahan Data, dalam kegiatan evaluasi pengolahan data merupakan


beberapa data yang telah dijadikan satu kemudian dirubah menjadi data
yang mempunyai makna dan daya tarik tersendiri. Dalam hal ini ada dua
jenis data evaluasi yaitu data kualitatif fan data kuantitatif.

E. Melaporkan Hasil dari Evaluasi, prosedur ini dilakukan sebagai wujud dari
akuntabilitas publik, pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam
pelaporan ini. Seperti ayah dan ibu, pemimpin madrasah, supervisor,
lembaga madrasah, dan siswa.

F. Penggunaan Hasil Evaluasi, prosedur yang terakhir dalam sebuah kegiatan


evaluasi ini ialah menggunakan atau memanfaatkaan hasil dari evaluasi itu
sendiri yaitu yang berupa laporan. Maksud dari Laporan disini ialah
sebagai bentuk timbal balik terhadap seluruh jajaran yang berkaitan
didalam proses belajar mengajar yang sedang berlangsung maupun tidak
sedang berlangsung.11

11
Aulia Diana Devi & Seka Andrean, Konsep Evaluasi Pendidikan Islam Perspektif Al-
Qur’an Beserta Implikasinya, Journal For Islamic Studies (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga,
2021), H.50-51.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada
nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an dan al-
Hadits serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah umat
Islam. Metode pendidikan ialah upaya yang harus dijalankan dalam rangka
mencapai target pendidikan yang telah dirumuskan. Al-Qur’an secara
eksplisit mensinyalir beberapa metode yang bisa diaplikasikan dalam
pendidikan islam, yaitu keteladanan, metode kisah-kisah, nasihat,
habituasi, metode hukuman dan ganjaran, metode khutbah, dan metode
jidal. Secara umum evaluasi adalah melakukan upaya demi melihat ukuran
atas berhasil atau tidaknya suatu kegiatan pendidikan islam dengan melihat
segala kekurangan dan seluruh komponen yang berkaitan didalamnya demi
tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan. Dalam melakukan
evaluasi pendidikan islam memerlukan prosedur yang harus digunakan
diantaranya yaitu perencanaan, pelaksanaan, monitor pelaksanaan,
pengolah data, pelaporan, dan penggunaan hasil evaluasi. Jadi, prosedur
disini dapat disimpulkan bahwa dalam mengadakan evaluasi maka harus
memenuhi prosedur yang mana prosedur tersebut dibagi menjadi beberapa
tahapan, di antaranya: perencanaan evaluasi, pelaksanaan evaluasi,
pengawasan pelaksanaan evaluasi, pengumpulan data, melaporkan hasil
evaluasi dan pemakaian hasil evaluasi.
3.2 Saran
Harapan penyusun, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

14
pembaca, dan kami harapkan juga bahwa pembaca menelusuri lebih dalam
tentang “Komponen-Komponen dalam Sistem Pendidikan Islam (Medote
dan Evaluasi Pendidikan Islam)” melalui referensi lain yang dapat
membantu meningkatkan pengetahuan kita karena dalam penulisan makalah
penyusun menyadari bahwa materinya masih sangat terbatas.
DAFTAR PUSTAKA

Salim, Moh. Haitami & Syamsul Kurniawan. Studi Ilmu Pendidikan Islam.
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2012).
Devi, Aulia Diana & Seka Andrean. Konsep Evaluasi Pendidikan Islam
Perspektif Al-Qur’an Beserta Implikasinya. Journal For Islamic Studies
(Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga. 2021).
Maulida, Ali. Metode dan Evaluasi Pendidikan Akhlak dalam Hadits Nabawi.
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 4. No. 07 (Bogor : STAI Al-
Hidayah. 2017).
Qowim, Agus Nur. Metode Pendidikan Islam Perspektif Al-Qur’an. IQ (Ilmu Al-
Qur'an): Jurnal Pendidikan Islam Vol. 3. No. 01 (Jakarta : Institut PTIQ.
2020).
Marzuki, Ismail & Lukmanul Hakim. Evaluasi Pendidikan Islam. Jurnal Kajian
Islam dan Pendidikan Vol. 1. No. 1. (Tangerang : Universitas
Muhammadiyah Tangerang. 2019).

Andrianto, Dedi. Manajemen Evaluasi Pendidikan Agama Islam (Kajian


Ontologi. Epistimologi Dan Aksiologi). Dewantara Vol. V. No. 15 (2018).

15

Anda mungkin juga menyukai