KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
kasih‐Nya, memberikan kemampuan dan kemudahan bagi penulis dalam penyusunan makalah
ini sehingga makalah ini dapat selesai.
Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT, Makalah tentang “Metode dan pendekatan
dalam pendidikan Islam” ini dapat hadir di hadapan para pembaca yang budiman. Secara khusus
kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberi masukan yang sangat
berharga baik dalam tahap rancangan maupun hasilnya nanti.
Terima kasih yang mendalam juga kami ucapkan kepada rekan-rekan yang telah
membantu kelompok kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya tegur sapa, kritik dan saran tetap penulis harapkan dari semua pihak agar yang
slah dapat diperbaiki, yang menyimpang dapat diluruskan dan yang kurang dapat
disempurnakan. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR……………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
2.5 Macam-macam metode pendidikan Islam menurut pakar pendidikan dan menurut sumber yang
terdapat dalam al Qur’an dan Al hadits …………………………
3.1. Kesimpulan…………………………………….…………………………….....
3.2. Saran.…………….………………………………… ………………………….
REFERENSI ………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Islam merupakan agama yang terakhir sebagai penutup semua agama yang telah ada,
islam merupakan agama rahmatal lil a’lamin untuk semua umat.Islam itu dibawakan oleh nabi
Muhammad SAW yang mendapat wahyu dari Allah. Untuk mengetahui islam lebih mendalam
mak muncullah ilmu yang dinamakan pendidikan Islam akan tetapi pendidikan Islam itu sendiri
merupakan bidang kajian yang cukup lama. Ia telah ada bersama dengan adanya agama islam
maka dari itu pendidikan Islam menimbulkan berbagai permasalahn yang umum salah satunya
tentang bagaimana pendekatan dan metodologi yang digunakan dalam pendidikan Islam.
Dalam pelakasaan pendidikan Islam sangat dibutuhkan adanya metode yang tepat,
efektif, dan efisien dengan tujuan untuk menghantarkan tercapainya suatu tujuan pendidikan
yang telah direncanakan dan dicita-citakan. Materi yang baik dan benar saja tidak akan tercover
dengan baik jika tidak diimbangi dengan metode yang baik pula. Oleh karena itu, kebaikan suatu
materi yang akan disampaikan dalam ranah pendidikan harus ditopang dengan adanya metode
pendidikan.
Metode Pembelajaran merupakan cara atau tekhnik pengkajian bahan pelajaran yang
akan digunakan oleh guna saat pengkajian bahan pelajaran, baik secara individual maupun
kelompok. Pendekatan dalam pendidikan Islam merupakan suatu proses, perbuatan dan cara
mendekati peserta didik dan mempermudah pelaksanaan pendidikan Islam itu sendiri. Dalam
proses pembelajaran yang berlangsung pasti akan didukung oleh metode dan pendekatan
pembelajaran, karena dalam pembelajaran, apabila sudah menggunakan kedua sistem diatas
maka komponen-komponen pendidikan akan berjalan dengan baik, khususnya pendidikan Islam
baik secara efektif dan efisien.
Dalam pembelajaran metode dan pendekatan tidak bisa dipisahkan karena kedua unsur
ini merupakan alat dan cara yang digunakan untuk menunjang kelancaran pendidikan
Seperti yang kita ketahui saat ini, peserta didik seakan jenuh dan putus asa dengan
tumpukan tugas dari beberapa mata pelajaran atau mata kuliah yang dijejalkan oleh lembaga
pendidikan. Perasaan ini tentu saja tidak muncul begitu saja, namun karena ada sederetan faktor
lain yang ikut berperan, seperti keterpurukan moral. Materi yang ada dianggap paket dari langit
sehingga tidak perlu disentuh dengan tangan kreatif dan inovatif dari para pendidik. Materi dan
metode seakan “jimat” yang dekeramatkan sehingga tidak pernah diubah dan dikembangkan.
Metode pembelajaran yang dipakai selama ini lebih banyak menggunakan model
ceramah tanpa sentuhan kreasi dan motivasi yang membuat peserta didik dapat bangkit untuk
melompat mencari potensi dan mengembangkannya. Metode pembelajaran yang monoton ini
tentu saja menjadikan peserta didik tertekan dan seakan ingin lari dari kelasnya.
Oleh karena itu, didalam makalah ini akan membahas secara lebih umum mengenai
permasalahan metode dan pendekatan dalam pendidikan islam.
1.2. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah penulisan makalah ini, maka penulis akan merumuskan masalah
dalam rumusan sebagai berkut:
2. Apakah sajakah nilai-nilai pendidikan Islam dalam Al Qur’an dan Al Hadits?
5. Apa sajakah macam-macam metode pendidikan Islam menurut pakar pendidikan dan menurut
sumber yang terdapat dalam al Qur’an dan Al hadits?
1.3.Tujuan
Dilatar belakangi oleh alasan penulisan judul tersebut maka tujuan penulis dari risalah ini
adalah :
2. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan metode pendidikan islam dalam Al Qur’an dan
Al Hadits.
3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dasar-dasar metode yang digunakan dalam
pendidikan islam.
4. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk prinsip-prinsip metode yang digunakan dalam
pendidikan islam.
5. Untuk mengetahui macam-macam metode pendidikan islam berdasarkan pendapat para pakar
pendidikan serta sumber yang terdapat di dalam Al Qur’an dan Al Hadits.
BAB II
PEMBAHASAN
Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata metode berasal dari dari
dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui dan hodos berrti “jalan” atau
“cara”. Dalam Bahasa Arab metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah
strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan dalam bahasa
Inggris metode disebut method yang berarti cara dalam bahasa Indonesia.
Sedangkan menurut terminologi (istilah) para ahli memberikan definisi yang beragam
tentang metode, terlebih jika metode itu sudah disandingkan dengan kata pendidikan atau
pengajaran diantaranya:
1. Winarno Surakhmad mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan.
2. Abu Ahmadi mendefinisikan bahwa metode adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara
mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur
3. Rama yulis mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Dengan demikian metode mengajar merupaka alat untuk menciptakan proses pembelajaran.
4. Omar Mohammad mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna segala kegiatan yang
terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang
diajarkannya, cirri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan
menolong murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang
dikehendaki pada tingkah laku mereka.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian metode di atas,
beberapa hal yang harus ada dalam metode adalah:
Ada istilah lain yang dalam pendidikan yang mengandung makna berdekatan dengan
metode, yaitu pendekatan dan teknik/strategi. Pendekatan merupakan pandangan falsafi terhadap
subject matter yang harus diajarkan dapat juga diartikan sebagai pedoman mengajar yang bersifat
realistis/konseptual. Sedangkan teknik/strategi adalah siasat atau cara penyajian yang dikuasai
pendidik dalam mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik di dalam kelas,
agar bahan pelajaran dapat dipahami dan digunakan dengan baik.
Sebagai ummat yang telah dianugerahi Allah Kitab AlQuran yang lengkap dengan
petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal sebaiknya menggunakan
metode mengajar dalam pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari Al Qur’an dan Hadits.
Diantara metode- metode tersebut adalah:
Metode ceramah adalah cara penyampaian inforemasi melalui penuturan secara lisan oleh
pendidik kepada peserta didik. (Q.S. Yunus : 23)
Metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa
pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah
mereka baca. Prinsip dasar metode ini terdapat dalam hadits Tanya jawab antara Jibril dan Nabi
Muhammad tentang iman, islam, dan ihsan.
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran dimana pendidik
memberikan kesempatan kepada peserta didik/ membicarakan dan menganalisis secara ilmiyah
guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative
pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman Anahlawi menyebut metode ini dengan sebutan
hiwar (dialog). Prinsip dasar metode ini terdapat dalam Al Qur’an Surat Assafat.
Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-
tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh gur dan murid harus
mempertanggung jawabkannya.
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam Al Qur’an yang berbunyi :
Artinya :
Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukan tentang proses
sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikannya. (al-Bukhari, I: 226)
Suatu cara mengajar dengan menyuruh murid melakukan suatu percobaan, dan setiap proses
dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap murid, sedangkan guru memperhatikan yang
dilakukan oleh murid sambil memberikan arahan. (al-Bukhari,I: 129)
Yaitu cara mengajar dimana guru menyampaikan materi pembelajaran melalui contoh atau
perumpamaan.
Prinsip metode ini terdapat dalam Al Qur’an
ِ ت الَّ يُب
َْصرُون ِ َُب هَّللا ُ بِن
ٍ ور ِه ْم َوتَ َر َكهُ ْم فِي ظُلُ َما َ َمثَلُهُ ْم َك َمثَ ِل الَّ ِذي ا ْستَوْ قَ َد نَارًا فَلَ َّمآ َأ
ْ ضا َء
َ ت َما َحوْ لَهُ َذه
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api Maka setelah api itu
menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan
mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. (Q.S. Albaqarah: 17)
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan
ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan
kebaikan dan menjauhi keburukan. (al-Bukhari,t.t,I: 49)
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi ajar dengan cara mengulang-ngulang
materi tersebut dengan harapan siswa bisa mengingat lebih lama materi yang disampaikan. (As-
Sijistani, t.t, II: 716).
Menurut Ramayulis pendekatan pandangan falsafi terhadap subject matter yang harus
diajarkan dan selanjutnya melahirkan metode mengajar. Menurutnya setidaknya ada enam
pendekatan yang dapat digunakan pendidikan Islam dalam pelaksanaan proses pembelajaran,
yaitu:
1. Pendekatan pengalaman. Yaitu pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam
rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Dengan pendekatan ini peserta didik diberi
kesempatan untuk mendapatkan pengalaman keagamaan, baik secara individual maupun
kelompok. Ada pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang paling baik.
2. Pendekatan pembiasaan. Pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis
tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja yang kadang kala tanpa dipikirkan.
Pendekatan pembiasaan dalam pendidikan berarti memberikan kesempatan kepada peserta didik
terbiasa mengamalkan ajarannya.
3. Pendekatan emosional. Pendekatan emosional adalah usaha untuk menggugah perasaan dan
emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan
mana yang buruk.
4. Pendekatan Rasional, yaitu suatu pendekatan mempergunakan rasio dalam memahami dan
menerima kebesaran dan kekuasaan Allah. Dengan kekuatan akalnya manusia dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, bahkan dengan akal yang dimilikinya juga
manusia juga dapat membenarkan dan membuktikan adanya Allah.
5. Pendekatan fungsional, yaitu suatu pendekatan dalam rangka usaha menyampaikan materi
agama dengan menekankan kepada segi kemanfaatan pada peserta didik dalam kehidupan sehari-
hari, sesuai dengan tingkat perkembangannya. Ilmu Agama yang dipelajari anak di sekolah
bukanlah hanya sekedar melatih otak tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik dalam
kehidupan individu maupun dalam kehidupan social.
Nilai artinya “sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan”.
Maksudnya “kualitas yang memang membangkitkan respon penghargaan”. “Nilai itu praktis dan
efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat”.
Menurut Sidi Gazalba “nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan
benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian
empirik, melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki”.
Spranger menjelaskan adanya enam orientasi nilai yang sering dijadikan rujukan oleh
manusia dalam kehidupannya. Enam nilai yang dimaksud adalah “nilai teoretik, nilai ekonomis,
nilai estetik, nilai sosial, nilai politik, dan nilai agama”.
Nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah
laku. Jadi nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada
pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu
mengabdi pada Allah. Nilai-nilai tersebut perlu ditanamkan pada anak sejak kecil, karena pada
waktu itu adalah masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan yang baik padanya.
Nilai dapat dipersepsi sebagai kata benda maupun kata kerja. Sebagai kata benda, nilai
diwakili oleh sejumlah kata benda abstrak seperti keadilan, kejujuran, kebaikan, dan kebenaran.
Sedangkan nilai sebagai kata kerja berarti suatu usaha penyadaran diri yang ditujukan pada
pencapaian nilai-nilai yang hendak dimiliki. “Dalam teori nilai, nilai sebagai kata benda banyak
dijelaskan dalam klasifikasi dan kategorisasi nilai, sedangkan nilai sebagai kata kerja dijelaskan
dalam proses perolehan nilai”.
Pemahaman tentang perolehan nilai perlu dipahami secara kontekstual berdasarkan sudut
pandang kajiannya dan subyek yang dikaji. “Ketika perolehan nilai dilihat dari sisi moral
individu, maka proses tersebut tidak terpisahkan dari proses kehidupan individu dan kehidupan
sosial. Demikian pula, ketika kesadaran nilai dilihat dari moral beragama, maka hal itu
melibatkan kekuatan ikhtiar manusia dan kebenaran Ilahiyah”.
“Pertama, nilai ada ketika seseorang mengutamakannya karena kebaikan yang ada
padanya. Dengan kata lain, sesuatu itu bernilai karena berguna bagi hal tertentu atau bermanfaat
untuk tujuan tertentu. Kedua, nilai ada ketika sesuatu itu baik bukan hanya karena sesuatu itu
baik untuk mencapai tujuan tertentu, melainkan karena sesuatu itu sendiri baik. Dengan kata lain,
nilai baik sesuatu itu tidak tergantung pada selainnya, tetapi lahir dari karakteristik asli yang ada
di dalam dirinya”.
Pandangan tentang kajian nilai-nilai diatas, maka muncullah dua kategori pemerolehan
nilai. Ada nilai yang diperoleh atau lahir dikarenakan realitas konkret yang dipahami dengan
pikiran, dan ada juga nilai yang diperoleh atas realitas spiritual yaitu kalbu. Kedua nilai ini
disebut dengan nilai insaniyah dan nilai ilahiyah. “Nilai insaniyah yaitu nilai hidup yang tumbuh
dan berkembang dalam dan dari peradaban manusia, sedangkan nilai ilahiah adalah nilai hidup
yang berasal dari ajaran agama”. Maka agama yang dimaksud disini tak lepas kajiannya dengan
agama Islam
Ada dua pembagian besar tentang bentuk-bentuk nilai. “Pertama, nilai dipandang sebagai
konsep, dalam arti memberi nilai atau timbangan (to value). Kedua, nilai dipandang sebagai
proses penetapan hukum atau penilaian (to evaluate)”. Nilai juga apabila dilihat dari aspek-
aspeknya, terbagi kepada dua yaitu aspek normatif dan operatif. “Dilihat dari segi normatif, nilai
merupakan pertimbangan tentang baik dan buruk, benar dan salah, haq dan batil, diridai atau
dikutuk oleh Allah. Sedangkan dari perspektif operatif, nilai tersebut mengandung lima
pengertian kategorial yang menjadi prinsip standarisasi perilaku manusia, yaitu wajib atau fardu,
sunah atau mustahab, mubah atau jaiz, makruh atau haram”.
Pandangan hidup yang mendasari seluruh kegiatan pendidikan Islam ialah pandangan
hidup muslim yang merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat universal yakni Al-Qur’an dan As-
Sunnah, juga pendapat para sahabat dan ulama sebagai tambahan. Hal ini senada dengan
pendapat Ahmad D. Marimba yang menjelaskan “bahwa yang menjadi landasan atau dasar
pendidikan diibaratkan sebagai sebuah bangunan sehingga isi Al-Qur’an dan Al-Hadits menjadi
pondasi, karena menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya pendidikan”.
Oleh karena itu, mengingat suatu pendidikan adalah proses pendewasaan anak manusia
baik intelektual, emosional maupun spiritual dan akan sangat berpengaruh pada masa depan
peserta didik, negara, bangsa dan agama maka harus dilakukan secara terprogram, sistematis,
terpadu dan integral. Demikian halnya dengan sumber landasan operasionalnya. Berbicara
mengenai pendidikan Islam pasti tidak akan terlepas dari landasan esensial yaitu Al-Qur’an, Al-
Hadits dan akal pikiran.
(1) sumber dan sebab adanya sesuatu. Umpamanya, alam rasional adalah dasar alam
inderawi. Arinya, alam rasional merupakan sumber dan sebab adanya alam inderawi.
(2) proposisi paling umum dan makna paling luas yang di jadikan sumber pengetahuan,
ajaran, atau hukum. Umpamanya, dasar induksi adalah prinsif yang membolehkan pindah dari
hal-hal yang khusus kepada hal-hal yang umum. Dasar untuk pindah dari ragu kepada yakin
adalah kepercayaan kepada Tuhan bahwa dia tidak mungkin menyesatkan hamba-hamba-Nya.
Dasar mesti ada dalam suatu bangunan. Tanpa dasar, bangunan itu tidak akan ada. Pada
pohon, dasar adalah akarnya. Tanpa akar, pohon itu mati; dan ketika sudah mati, bukan pohon
lagi namanya, melainkan kayu. Maka tak ada akar, pohon pun tak ada. Kalimat La Ilaha Illa
Allah (Arab: Tidak ada Tuhan selain Allah) yang merupakan espresi terdalam keimanan orang
mungkin di gambarkan oleh Allah SWT.
1. Dasar Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam haruslah
berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam merujuk pada Al Qur’an dan Hadits. Untuk
itu, dalam pelaksanannya berbagai metode yang digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan
dengan kebutuhan yang muncul secara efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an
dan Hadits.
2. Dasar Biologis, Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangan
intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya
makin meningkat pula daya intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan
Islam seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
3. Dasar Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik akan memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang
dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan
berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh Karenanya Metode pendidikan Islam baru
dapat diterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis
peserta didiknya. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis
yang tumbuh pada peserta didik. Sebab dalam konsep Islam akal termasuk dalam tataran rohani.
4. Dasar sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada interaksi antara pesrta didik dengan
peserta didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka
pengguna metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan
sampai terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis peserta
didik, jika hal ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit untuk dicapai.
Keempat dasar di atas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus
diperhatikan oleh para pengguna metode pendidikan Islam agar dalam mencapai tujuan tidak
mengunakan metode yang tidak tepat dan tidak cocok kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi
psikologis, dan kondisi sosiologis peserta didik.
Prinsip berarti asas atau kebenaran yang jadi pokok dasar orang berfikir, bertindak dan
sebagainya. Menurut Dagobert D. Runes yang dikutip oleh Syamsul Nizar, mengartikan prinsip
sebagai kebenaran yang bersifat universal (universal truth) yang menjadi sifat dari sesuatu.
Apabila dikaitkan dengan pendidikan, maka prinsip pendidikan dapat dikatakan sebagai
kebenaran yang universal sifatnya dan menjadi dasar dalam merumuskan perangkat pendidikan.
Prinsip pendidikan diambil dari dasar pendidikan, baik berupa agama atau ideologi negara yang
dianut. Prinsip pendidikan Islam juga ditegakan di atas dasar yang sama dan berpangkal dari
pandangan Islam secara filosofis terhadap jagad raya, manusia, masyarakat, ilmu pengetahuan
dan akhlak. Pandangan Islam terhadap masalah-masalah tersebut, melahirkan berbagai prinsip
dalam pendidikan Islam. Prinsip metode pendidikan islam yaitu:
Prinsip Integral
Pendidikan Islam tidak mengenal adanya pemisahan antara sains dan agama. Keduanya
harus terintegrasi secara harmonis. Dalam ajaran Islam, Allah adalah pencipta alam semesta
termasuk manusia. Allah pula yang menurunkan hukum-hukum untuk mengelola dan
melestarikannya. Hukum-hukum mengenai alam fisik disebut sunnatullah, sedangkan pedoman
hidup dan hukum-hukum untuk kehidupan manusia yang disebut dinullah yang mencakup akidah
dan syari'ah.
Al-Qur’an merupakan ayat yang diturunkan Allah (ayat tanziliyah, qur’aniyah). Selain itu,
Allah memerintahkan agar manusia membaca ayat Allah yang berwujud fenomena-fenomena
alam (ayat kauniyah, sunatullah). Hal itu berarti bahwa pendidikan Islam harus dilaksanakan
secara terpadu (integral).
Prinsip Seimbang
Sebagai khalifah, manusia juga mengemban fungsi rubbubiyah Allah terhadap alam semesta
termasuk diri manusia sendiri. Dengan perimbangan tersebut dapat dikatakan bahwa karakter
hakiki pendidikan Islam pada intinya terletak pada fungsi rubbubiyah Allah secara praktis
dikuasakan atau diwakilkan kepada manusia. Dengan kata lain, pendidikan Islam tidak lain
adalah keseluruhan proses dan fungsi rubbubiyah Allah terhadap manusia, sejak dari proses
penciptaan samspai dewasa dan sempurna.
Pendidikan Islam bukan hanya mengajarkan ilmu-ilmu sebagai materi, atau keterampilan
sebagai kegiatan jasmani semata, melainkan selalu mengaitkan semuanya itu dengan kerangka
praktek (amaliyah) yang bermuatan nilai dan moral. Jadi, pengajaran agama dalam Islam tidak
selalu dalam pengertian (ilmu agama) formal, tetapi dalam pengertian esensinya yang bisa saja
berada dalam ilmu-ilmu lain yang sering dikategorikan secara tidak proporsional sebagai ilmu
sekuler.
Pendidikan Islam pada dasarnya bersifat terbuka, demokratis, dan universal. Menurut
Jalaludin yang dikutip oleh Bukhari Umar menjelaskan bahwa keterbukaan pendidikan Islam
ditandai dengan kelenturan untuk mengadopsi unsur-unsur positif dari luar, sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan masyarakatnya, dengan tetap menjaga dasar-dasarnya yang
original (shahih), yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist.
Islam tidak mengenal batas akhir dalam menempuh pendidikan. Hal tersebut mengingat
tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan Islam adalah terbentuknya "akhlak al-karimah".
Pembentukan itu membutuhkan waktu yang panjang, yaitu sepanjang hayat manusia.
Selain itu dalam buku Ilmu Pendidikan Islam yang ditulis Prof. Dr. H. Ramayulis
menjelaskan bahwa yang menjadi prinsip-prinsip pendidikan Islam itu diantaranya adalah :
Tidak hanya itu, prinsip pendidikan Islam paling tidak mengacu kepada lima Aspek :
3. Bersifat teoritis dan praktis Pendidikan Islam tidak cukup hanya menyampaikan teori, karena
tujuan materi itu tidak lain untuk dilaksanakan guna mencapai amal yang tinggi disisi Allah dan
"Uswatun Hasanah" harus menjadi pedoman yang utama di dalam hidupnya.
4. Sesuai dengan potensi yang dimiliki manusia Setiap manusia mempunyai potensi yang berbeda.
Potensi manusia mempunyai beberapa hal, yaitu : Homo Rasional ( manusia sebagai pemikir),
Manusia harus menggunakan akalnya seoptimal mungkin, sehingga dapat menghasilkan karya-
karya yang dapat diambil manfaat oleh umat muslim yang lain. Disamping itu manusia sebagai
Homo Religius ( manusia sebagai makhluk beragama), pendidikan Islam harus memotivasi
umatnya untuk selalu memperkuat imannya.
2.5. Macam-macam metode pendidikan Islam menurut pakar pendidikan dan menurut
sumber yang terdapat dalam al Qur’an dan Al hadits.
Para ahli didik Islam telah merumuskan berbagai metode pendidikan Islam diantaranya:
1. Al-Ghazali
Seyogyanya agama diberikan kepada anak sejak usia anak, sewaktu ia menerimanya dengan
hafalan di luar kepala. Ketika ia menginjak dewasa sedikit demi sedikit makna agama akan
tersingkap baginya. Jadi, prosesnya dimulai dengan hafalan diteruskan dengan pemahaman.
Demikianlah keimanan tumbuh pada anak tanpa dalil terlebih dahulu.
b. Memperkenalkan sejak awal tentang pemikiran hukum halal dan haram
c. Menyuruh anak beribadah semenjak umur 7 tahun
d. Mendidik anak cinta kepada Rasul dan ahlul baitnya serta cinta dan gemar membaca al-Qur’an
Al Nahlawi mengemukakannya pula metode Qur’an dan hadits yang dapat menyentuh
perasaan yaitu :
g. Mendidik dengan membuat senang (targhib) dan memberi takut (tarhib)
b. Metode diskusi, tanya jawab atau dialog Tujuannya metode ini akan membawa kepada
penarikan deduksi. Dalam pendidikan, deduksi merupakan suatu metode pemikiran logis yang
sangat bermanfaat. Formulasi dari suatu prinsip umum diluar fakta ternyata lebih berguna sebab
peserta didik akan dapat membandingkan dan menyusun konsep-konsep.
Tujuannya agar peserta didik dapat memahaminya sebagai tanda penerimaan kepribadiannya
yang membuat merasa aman. Sementara hukuman yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak
disukainya akan dapat menguatkan rasa aman tersebut.
Dari kutipan di atas, kita dapat melihat bahwa metode mengajar yang dikemukakan oleh
para ahli di atas dilaksanakan sejak dini, bertahap, berkesinambungan dan tuntas, serta dengan
cara bijaksana, penuh kasih saying, teladan yang baik, yang sesuai dengan perkembangan anak
yang dapat membangkitkan minat dan dengan cara yang praktis.
Dalam mengaplikasikan beberapa metode pendidikan Islam dalam suatu proses pendidikan
Hadari Nawari menawarkan beberapa cara, yaitu:
Rasulullah saw adalah panutan terbaik bagi umatnya, pada diri beliau senantiasa ditemukan
tauladan yang baik serta kepribadian mulia. Sifat-sifat yang ada pada beliau adalah shidiq,
amanah, tabligh dan fathonah. Pribadi seperti yang diteladankan Rasulullah saw itulah
seyogyanya dimiliki dan ditampilkan oleh setiap pendidik karena Rasulullah saw adalah manusia
pilihan yang dimuliakan Allah SWt.
Dalam proses pendidikan brearti setiap pendidik harus berusaha menjadi teladan peserta
didiknya. Teladan dalam semua kebaikan dan bukan sebaliknya. Dengan keteladanan itu
dimaksudkan peserta didik senantiasa akan mencontohkan segala sesuatu yang baik-baik dalam
perkataan maupun perbuatan.
Fakor ini perlu diterapkan pada peserta didik sejak dini. Contoh sederhana misalnya
membiasakan mengucapkan salam pada waktu masuk dan keluar rumah, membaca basmalah
setiap memulai suatu pekerjaan dan mengucapkan hamdalah setelah menyelesaikan pekerjaan.
Faktor pembiasaan ini hendaklah dilakukan secara kontinu dalam arti dilatih dengan tidak
jemu-jemunya dan faktor ini pun harus dilakukan dengan menghilangkan kebiasaan buruk.
Misalnya tentang cara menasehati anak yang terdapat di surat al-Luqman ayat 13 s.d 19,
surat Al-Kahfi ayat 70-82 tentang pertemuan antara nabi Musa dan nabi Khidir yang
menghasilkan tentang adab seorang murid, adab seorang guru, tentang materi pelajaran dan
masih banyak lagi.
Dengan melalui metode ini yang mengandung nasihat, pelajaran dan petunjuk yang sungguh
sangat efektif untuk menciptakan suasana interaksi pendidikan. Cerita-cerita dan nasehat itu akan
sangat besar pengaturnya pada perkembangan psikologis peserta didik bila disampaikan secara
baik-baik dan sesuai situasi dan kondisi.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
1. Pendidikan Islam layaknya pendidikan-pendidikan yang lain, memerlukan pendekatan dan
metode yang tepat.
Pengertian Metode secara etimologi, berasal dari dua perkataan yaitu meta dan hodos. Meta
berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”.
Pendekatan merupakan terjemahan dari kata “approach” dalam bahasa Inggris diartikan dengan
come near (menghampiri) go to (jalan ke) dan way path dengan (arti jalan) dalam pengertian ini
dapat dikatakan bahwa approach adalah cara menghampiri atau mendatangi sesuatu.
3.2.Saran
Dari makalah yang kami buat semoga akan menjadikan manfaat bagi kita semua. Namun,
penulis menyadari dari pembuatan makalah ini banyak sekali kesalahan baik dari tulisan maupun
kata-katanya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
REFERENSI
http://farhansyaddad.wordpress.com/2010/06/09/metode-pendidikan-islam/
http://www.islam2pedia.com/2013/02/nilai-nilai-pendidikan-islam.html
http://irbah1.wordpress.com/2011/06/01/metode-pendidikan-islam/
http://jailani-putra.blogspot.com/p/metode-metode-pendidiken-islam-dalam-al.html
1 komentar:
1.
Terima kasih artikelnya, salam kenal dari Admin BLOG SEKOLAH dan ISLAM yang
mengulas, Materi Pembelajaran PAUD, Seputar Pendekatan Pendidikan Anak dan
banyak yang lain.
Balas
Mengenai Saya
arni sariningsih
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2014 (26)
o ► Maret 2014 (2)
o ► April 2014 (5)
o ▼ Mei 2014 (8)
Sociolinguistics
Psycholinguistics
speaking
KURIKULUM 2013
NOVEL "A Marriage Proposal" By Anton Chekhov's
MAKALAH Metode&Pendekatan Pendidikan Agama Islam
TEFL "Learning Resources"
o ► Juni 2014 (5)
o ► Agustus 2014 (2)
o ► September 2014 (3)
o ► Oktober 2014 (1)
I. PENDAHULUAN
Dalam suatu rangkaian dalam proses pendidikan islam selalu tidak pernah terlepas dari metode
atau cara pembelajaran demi tercapainya tujuan pendidikan. Karena dalam metode tersebut
menentukan hasil dari pendidikan islam itu sendiri sebelum terlihat pada saat evaluasi.
Dalam metode mencakup dan memuat banyak sekali pendeketan-pendekatan dalam pendidikan
islam sebagai perwujudan strategi pendidikan islam yang dapat di konfigurasikan dengan metode
pendidikan islam sendiri.
Dalam makalah ini kami akan mencoba membahas tentang metode dan pendekatan-
pendekatan dalam pendidikan islam diantaranya; apa itu metode dan pendekatan dalam pendidikan
islam, macam-macam metode dan pendekatan yang ada dalam pendidikan islam sebagai penunjang
kesuksesan suatu proses pendidikan.
2. Apa saja macam-macam dan prinsip metode yang ada dalam pendidikan islam?
III. PEMBAHASAN
Berikut ini ada beberapa definisi lagi yang di kemukakan oleh para ahli:
1. Hasan Langgulung mengemukakan bahwa metode mengajar adalah cara atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai tujuan pengajaran.[3]
2. Muhammad Athiyyah Al-abrasyi mendefinisikan metode sebagai jalan yang kita ikuti untuk member
pemahaman kepada murid-murid dalam segala macam pelajaran. Jadi, metode juga merupakan rencana
yang kita buat untuk diri kita sebelum kita memasuki kelas.
3. Abdurrahim Ghunaimah menyebut metode sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru untuk
menyampaikan sesuatu kepada anak didik.
4. Edgar Bruce Wesley mendefinisikan metode sebagai kegiatan terarah bagi guru yang menyebabkan
terjadinya proses belejar mengajar yang berkesan.[4]
Jadi metode pendidikan islam adalah cara-cara yang digunakan dalam mengembangkan potensi
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan islam.[5]
2. Pendekatan
Istilah metode sering kali disamakan dengan istilah pendekatan, strategi, dan teknik sehingga
dalam penggunaannya juga sering saling bergantian yang pada intinya adalah suatu cara untuk
mencapai tujuan pendidikan yang diterapkan atau cara yang tepat dan cepat untuk meraih tujuan
pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Istilah pendekatan bersifat aksiomatis yang menyatakan pendirian, filsafat, dan keyakinan,
walaupun hal itu tidak mesti dapat dibuktikan. Ia terkait dengan serangkaian asumsi mengenai hakikat
pembelajaran. Pendekatan merupakan kerangka filosofis dan teoretis yang menjadi dasar pijak bagi cara
yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan. Ada banyak contoh tentang pendekatan dalam
pendidikan, seperti pendekatan humanisme (insaniyah), liberalisme (hurriyah), behaviorisme
(sulukiyah), dan pendekatan kognitivisme (an-nazahariyah al-ma’rifiyah). Setiap dasar filosofis yang
dipakai dalam pendidikan akan berkonsekuensi pada kerangka metodologis dan teknik yang berbeda
pula meskipun secara kasat mata terlihat sama.[6]
a. Hiwar khitabi merupakan merupakan dialog yang diambil antara Allah dan Hamba-Nya.
b. Hiwar washfi yaitu, dialog antara Tuhan dan makhluk-Nya, misalnya, surah Al-Baqaroh (2:30-31).
c. Hiwar qishasi adalah percakapan yang baik bentuk maupun rangkaian ceritanya sangat jelas. Hiwar ini
merupakan bagian dari uslub kisah dalam Al-Qur’an. Misalnya, kisah Syu’aib dan kaumnya yang terdapat
dalam surah Hud (11:84-85).
d. Hiwar jadali adalah hiwar yang bertujuan untuk memantapkan hujjah, baik dalam rangka menegakkan
kebenaran maupun menolak kebathilan, contohnya terdapat dalam surah An-Najm (53:1-5).
e. Hiwar nabawi adalah dialog yang digunakan oleh nabi dalam mendidik sahabat-sahabatnya.[8]
2. Pendidikan dengan kisah Qur’ani dan Nabawi
Metode kisah Qur’ani dan nabawi adalah penyajian bahan pembelajaran yang menampilkan
cerita-cerita yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi SAW. Kisah Qur’ani bukan semata-mata
karya seni yang indah, tetapi juga cara mendidik umat agar beriman kepada-Nya. Dalam pendidikan
islam kisah merupakan metode yang sangat penting karena dapat menyentuh hati manusia. Kisah
menampilkan tokoh dalam konteks yang menyeluruh sehingga pembaca atau pendengar dapat ikut
menghayati, seolah-olah dia sendiri yang menjadi tokohnya.
Metode ini semakin nyata manfaatnya jika di dasarkan pada pengalaman. Artinya peserta didik
dibiasakan untuk melakukan hal-hal yang bersifat terpuji. Misalnya, peserta didik di biasakan untuk
mengucapkan salam ketika asuk kelas. Pembiasaan ini juga dapat diartikan dengan pengulangan. Oleh
sebab itu, metode ini juga berguna untuk menguatkan hafalan peserta didik.
Dalam menggunakan metode pendidikan islam yang harus diperhatikan adalah prinsip-
prinsipnya. Karena dari prinsip-prinsip tersebut mampu memberikan pengarahan dan petunjuk dalam
pelaksanaan metode pendidikan sehingga para pendidik mampu menerapkan metode yang efektif dan
efisien sesuai dengan kebutuhannya. Adapun prinsip-prinsip pendidikan islam yaitu, sebagai berikut.
1. Mempermudah
Metode pendidikan yang digunakan oleh pendidik pada dasarnya memberikan kemudahan bagi
peserta didik untuk menghayati dan mampu menjadikan peserta didik merasa mudah menguasainya.
Pendidik hendaknya mampu menyampaikan dengan baik, sehingga mudah diserap, dipahami, dan
dikuasai oleh peserta didik, tidak perlu muluk-muluk dalam menggunakan metode pendidikan, yang
terpenting sederhana dan mudah dipahami.
2. Berkesinambungan
Dengan beraneka macam metode yang saling berkesinambungan materi pendidikan dan
pengajaran dapat berjalan sistematis dan gamblang. Maka dari itu pendidik perlu memperhatikan
kesinambungan pelaksanaan pemberian materi, jangan hanya mengejar target kurikulum.
Dalam redaksi lain Prof. Dr. Omar Muhammad Attoumy Asy-Syaibani mengemukakan tujuh prinsip
pokok metode pendidikan islam diantaranya sebagai berikut.
Pembelajaran aktif (active learning) merupakan dasar pijak yang menuntut pendidik agar
terwujud perkembangan kreativitas. Dalam konteks pengembagan kreativitas yang sama, pendekatan
kedua menambahkan agar setiap proses pendidikan dan pembelajaran selalu melihat pesrta didik
sebagai manusia yang utuh dan harus dihargai serta dikasihi. Upaya itu membutuhkan suasana
pendidikan dan pembelajaran yang menyenangkan dengan dasar bahwa pendidikan dan pembelajaran
yang menyenangkan akan berakibat pada peningkatan motivasi peserta didik untuk mengulang dan
selalu mengulang.
Metode itu harus dimasukkan sebagai salah satu aspek saja dalam suatu system mengajar. Yang
dapat membantu seseorang untuk dapat mengajar bukanlah penguasaan metode-metode umum
tersebut, melainkan petunjuk tentang bagaimana merancang “jalan-jalan pengajaran” yaitu urutan
langkah mengajar.
a. Oleh tujuan pelajaran yang hendak dicapai pada jam peajaran. jika tujuannya keterampilan, maka
urutan langkahnya ada; bila tujuannya memahami konsep, maka urutannya akan berbeda dengan bila
tujuannya keterampilan; demikian setrusnya.
b. Oleh kemampuan guru. Ada guru yang pandai berbicara; ia sebaiknya banyak menggunakan sistem
ceramah. Jika guru bisa bernyanyi sebaiknya banyak menggunakan nyanyian sebagai cara mengajar.
Langkah-langkahnya disesuaikan dengan rumusan tujuan pengajaran.
c. Oleh keadaan alat-alat yang tersedia. Dalam proses pengajaran sering digunakan alat-alat. Alat-alat itu
menentukan langkah mengajar. Bila metode eksperimen yang digunakan, maka alat-alat eksperimen
harus tersedia. Bila tidak ada, maka metode itu diganti dengan metode yang lain yang perlu
menggunakan alat.
d. Oleh jumlah murid. Bila muridnya banyak, katakanlah misal 100 orang dalam satu kelas, maka metode
ceramah lebih baik daipada metode diskusi. Jalan pengajaran (langkah-langkah mengajar) metode
ceramah tentu sangat berbeda dari langkah mengajar dalam metode diskusi (lihat Surachmad. 1980:97)
Sekali lagi, persoalan mengajar sebenarnya bukanlah terutama persoalan metode apa yang akan
digunakan; persoalannya ialah bagaimana menyusun langkah-langkah dalam proses pengajaran. Robert
Glaser memberikan pedoman umum yang dapat digunakan dalam membuat atau merencanakan
langkah-langkah mengajar tersebut.
Menurut Glaser, langkah pertama dalam membuat persiapan mengajar (lesson plan) ialah
menentukan tujuan pengajaran hendak dicapai pada jam pelajaran yang bersangkutan. Tujuan pelajaran
tersebut tidak boleh menyimpang dari tujuan pengajaran yang lebih luas yang disebut Tujuan
Instruksional Umum (TIU).
Langkah kedua, ialah menentukan enterin behavior. Istilah ini belum dapat diganti dengan istilah
dalam bahasa Indonesia. Entering behavior ialah langkah tatkala guru menentukan kondisi siswanya
yang mencangkup kondisi umum serta kondisi kesiapan kemampuan belajarnya. Karena itu, tes awal
(pretest) termasuk kedalam langkah ini. Kaidah yang mendasari entering behavior ialah “kita tidak boleh
mengajari orang yang belum kita kenali”.
Langkah ketiga, ialah menentukan prosedur (langkah-langkah) mengajar. Inilah bagian mengajar
yang paling penting, paling sulit, dan paling rumit. Keberhasilan mengajar banyak sekali ditentukan oleh
bagian ini. Untuk menentukan ini mula-mula guru hendaklah mengetahui lebih dulu mecam-macam
pengajaran menurut jenis pembinaan yang harus dilakukannya.
Langkah keempat, ialah menentukan cara dan teknik evaluasi. Evaluasi disinialah tes akhir (post-
test). Ini adalah tes yang dilakukan setiap selesai mengajar atau setiap kita selesai menajarkan satu unit
bahan pengajaran. Pendidikan islam mencangkup pengajaran umum dan pengajaran agama. Metode
pengajaran (terutama dalam arti urutan langkah-langakah mengajar) untuk pengajaran umum tidak
perlu rumit permasaloahannya. Tidak terlalu rumit karena teori-teorinya mungkin 100 persen dapat kita
ambil dari barat. Teori-teori pengajaran barat kita gunakan begitu saja. Untuk pengajaran agama, bagian
yang menyangkut pembinaan psikomotor dan kognitif juga tidak terlalu rumit segi perancangan langkah
mengajarnya. Mengajarkan cara berwudhu, misalnya, dapat kita gunakan urutan dalam pengajaran
keterampilan; begitu juga dalam pengajaran membaca Al-Qur’an.[12]
IV. KESIMPULAN
Istilah pendekatan bersifat aksiomatis yang menyatakan pendirian, filsafat, dan keyakinan,
walaupun hal itu tidak mesti dapat dibuktikan. Ia terkait dengan serangkaian asumsi mengenai hakikat
pembelajaran. Pendekatan merupakan kerangka filosofis dan teoretis yang menjadi dasar pijak bagi cara
yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan. Ada banyak contoh tentang pendekatan dalam
pendidikan, seperti pendekatan humanisme (insaniyah), liberalisme (hurriyah), behaviorisme
(sulukiyah), dan pendekatan kognitivisme (an-nazahariyah al-ma’rifiyah). Setiap dasar filosofis yang
dipakai dalam pendidikan akan berkonsekuensi pada kerangka metodologis dan teknik yang berbeda
pula meskipun secara kasat mata terlihat sama.
V. PENUTUP
Demikianlah makalah kami buat, semoga dapat memberikan manfaat kepada pembaca pada
umumnya, dan dapat memberikan sesuatu pemahaman kepada pemakalah secara khususnya.
Sekian dari kami apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam penulisan makalah ini, kritik dan
saran yang membangun sangat kami butuhkan. Dari kami minta maaf, atas kritik dan saran yang
membanun sangat kami butuhkan. Dari kami minta maaf dan atas perhatian para pembaca kami
mengucapkan terima kasih.
[1] Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta; AMZAH, 2011), hlm. 180
[2] Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta; AMZAH, 2013), hlm. 138
Di dalam al-Qur’an selain terdapat nama suatu surat, yaitu surat al-Qasash yang berarti
cerita-cerita atau kisah-kisah, juga kata kisah tersebut diulang sebanyak 44 kali. [33] [33]
Muhammad Fuad Abd al-Baqy, al-Mu’jam alMufrasdli Alfazhal Qur’an al-Karim,(Solo:Dar al-
Fikr,1987) hal:286
[33] [33] Muhammad Fuad Abd al-Baqy, al-Mu’jam alMufrasdli Alfazhal Qur’an al-Karim,(Solo:Dar al-
Fikr,1987) hal:286
Menurut Quraish Shihab bahwa dalam mengemukakan kisah di al-Qur’an tidak segan-
segan untuk menceritakan “kelemahan manusiawi”. Namun, hal tersebut digambarkanya
sebagaimana adanya, tanpa menonjolkan segi-segi yang dapat mengundang rangsangan. Kisah
tersebut biasanya diakhiri dengan menggaris bawahi akibat kelemahan itu, atau dengan
melukiskan saat kesadaran dan kemenangannya mengalahkan kelemahan tadi.
Kemudian Quraish Shihab memberikan contoh pada surat al-Qashash ayat 76-81.[34]
Dr.Quraish Shihab,Membumikan al-Qur’an,(Bandung:Mizan,1982)hal:175
Disini, setelah dengan bangganya Karun mengakui bahwa kekayaan yang diperolehnya
adalah berkat kerja keras dan usahanya sendiri. Sehingga muncul kekaguman orang-orang
sekitarnya terhadap kekayaan yang dimilkinya, tiba-tiba gempa menelan Karun dan kekayaanya.
Orang-orang yang tadinya kagum menyadari bahwa orang yang durhaka tidak akan pernah
memperoleh keberuntungan yang langgeng. Pelajaran yang terkandung dalam kisah tersebut
adalah mengingatkan menusia agar jangan lupa bersyukur kepada Allah, jangan lupa diri,
takabbur, sombang dan seterusnya, karena itu semua hal yang tidak disukai oleh Allah.
Kisah atau cerita sebagai metode pendidikan ternyata mempunyai daya tarik yang
menyentuh perasaan. Islam menyadari akan adanya sifat alamiah manusia yang menyukai cerita
dan menyadari pengaruh besar terhadap perasaan. Oleh karena itu Islam mengeksploitasi cerita
itu untuk dijadikan salah satu tehnik pendidikan. Islam mengunakan berbagai jenis cerita sejarah
factual yang menampilkan suatu contoh kehidupan manusia yang dimaksudkan agar kehidupan
manusia bisa seperti pelaku yang ditampilkan contoh tersebut(jika kisah itu baik). Cerita drama
yang melukiskan fakta yang sebenarnya tetapi bisa diterapkan kapan dan disaat apapun.
Contohnya seperti : Ketika pelajaran akhlak, didalam kelas sangat gaduh, segala nasihat dan
peringatan sudah dilakukan, namun tidak kunjung tenang sehingga guru itu bingung dan
guru itu menfokuskan siswa dengan memberi cerita yang berupa perumpamaan, “Anak-
anak, sebuah piano akan memunculkan suara, namun ketika piano itu terkunci, ternyata
masih utuh keluar suaranya, berarti bisa dikatakan piano itu rusak atau ada yang perlu
diperbaiki, apabila kalian sudah diperingatkan namun masih utuh gaduh dalam kelas itu
berarti perlu ada tukang servis”.