secara etimologis, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata
ini terdiri dari dua suku kata: yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati
dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang
dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Arab metode disebut “Thariqat”,
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “metode” adalah : “Cara yang teratur
bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan
Menurut Abuddin Nata, “metode dapat berarti cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa
metode adalah suatu saran untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang
menentukan dalam pencapaian dari suatu tujuan yang diharapkan dalam kegiatan
pendidikan”.
10
dapat diartikan sebagai cara untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak
didik”.
11
8
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Penerbit Gaya Media Pratama, 2005),
h.143.
10
11
Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1996), cet.II, h. 52
“pe” dan akhiran “kan”, mengandung arti “perbuatan” (hal, cara, dan
sebagainya)”.
12
Menurut Ngalim Purwanto, “istilah Pendidikan ini dalam bahasa Yunani yaitu
13
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
masyarakat”.
14
ajaran dan nilai-nilai islam. Kedua, pendidikan islam adalah sistem pendidikan
yang dikembangkan dari dan disemangati atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai
islam".
15
islam sebagai usaha membentuk manusia yang harus mempun yai landasan
12
Ramaliyus, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004) cet ke-4, h.1
13
Ngalim Purwanto,Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
14
Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta: PT Kompas Media
15
keimanan, dan dengan landasan itu semua kegiatan dan semua perumusan tujuan
1. Istilah at-tarbiyah
yaitu:
17
Al-raghib Al-Ishfani yang dikutip oleh Abuddin Nata mengatakan bahwa, “attarbiyah berarti
menumbuhkan atau membina sesuatu tahap demi tahap hingga
18
Negrimu adalah negri yang baik dan Tuhanmu adalah yang maha pengampun
2. Istilah at-ta‟lim
Menurut Abudin Nata, “Lafal at-ta‟lim berasal dari kata „allama yang
mengandung kata mengajar. Abdul Fatah Jalal berpendapat bahwa, “istilah at-16
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persfektif Hadits,(Jakarta: UIN Jakarta Press 2005), h.
57.
17
18
Abudin Nata, Pendidikan Dalam Persfektif Al-Qur‟an, (Jakarta: UIN Jakarta Press 2005),
h. 90
19
Ia juga
misalnya kita jumpai kata at-ta‟lim pada istilah majlis at-ta‟lim yaitu tempat
20
Di dalam al-Qur‟an kata at-ta‟lim dapat kita jumpai pada surat al-Hujurot
ayat16:
agamamu, Padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi
3. Istilah at-ta‟dib
Menurut Abudin Nata, kata at-ta‟dib berasal dari kata addaba, kata ini tidak
dijumpai dalam al-Qur‟an akan tetapi terdapat di dalam hadits yang berbunyi
21
dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala
19
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu 1997 ), h. 5-8.
20
21
bembinaan terhadap sikap moral dan etika dalam kehidupan yang lebih mengacu
22
atau metode pembelajaran, dimaksudkan sebagai suatu cara atau strategi yang
24
Menurut Armai Arief, “di dalam pendidikan islam, metode pendidikan adalah
islam.
25
puluhan ribu kaum mukminin dapat membuka hati manusia untuk menerima
permukaan bumi dan dalamnya masa yang tidak diberikan kepada penghuni
bumi lainnya.
26
Selanjutnya, penulis mengutip pendapat Abuddin Nata secara ringkasnya, alQur`an sendiri
secara eksplisit tidak menjelaskan arti dari metode pendidikan.
Namun kata metode dalam bahasa Arab dibahasakan dengan kata al-tariqah ,
22
Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1…h.8
23
Ahmad Tafsir, Ilmu Penddidikan dalam Persfektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
24
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar Pendidikan,
25
26
banyak dijumpai dalam al-Qur‟an. Abuddin Nata mengutip Muhammad Abd alBaqi,
menurutnya di dalam al-Qur`an kata al-tariqah diulang sebanyak sembilan
kali. Salah satunya kata ini terkadang dihubungkan dengan sifat dari jalan
27
Hal
Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa metode atau jalan oleh al-Qur‟an
dilihat dari sudut objeknya, fungsinya, akibatnya, dan sebagainya. Ini dapat
diartikan bahwa perhatian al-Qur‟an terhadap metode demikian tinggi, dengan
antara lain:
pendidikan.
27
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Penerbit Gaya Media Pratama, 2005),
h. 144-145.
secara komprehensif terhadap anak. Karena anak didik tidak saja dipandang
dari segi perkembangan, tetapi juga harus dilihat dari berbagai aspek yang
mempengaruhinya.
28
29
pendidikan yang dianggap paling penting dan paling menonjol oleh Abdurrahman
pembicaraan antara dua pihak atau lebih yang dilakukan melalui tanya jawab
30
terdapat dalam al-Qur‟an dan sunnah sangat variatif. Namun, bentuk yang
paling penting adalah dialog khithabi (seruan dengan Allah) dan ta‟abbudi
31
ditujukan agar setiap pendidik dapat memetik manfaat dari setiap bentuk
28
29
30
31
ketuhanan anak didik. Selain itu, seorang pendidik dapat memanfaatkan dialog
32
menjelaskan:
33
b. Dialog Deskriptif
34
c. Dialog Naratif
Dialog naratif tampil dalam episode kisah yang bentuk dan alur ceritanya
jelas sehingga menjadi bagian dari cara atau unsur cerita dalam al-Qur‟an.
yang sekarang ini muncul sebagai sebuah jenis karya sastra. Artinya, alQur‟an tidak
menyajikan unsur dramatik walaupun dalam penyajian
Syu‟aib dan kaumnya. Sepuluh ayat pertama dari kisah Syu‟aib disajikan
32
34
35
d. Dialog Argumentatif
36
e. Dialog Nabawi
menjelaskan:
Pada dasarnya, Rasulullah saw, telah menjadikan jenis dan bentuk dialog
37
Dalam pendidikan islam, dampak edukatif kisah sangat sulit digantikan oleh
Nabawi membiaskan dampak psikologis dan edukatif yang baik, konstan, dan
dan kedinamisan jiwa yang mendorong manusia untuk mengubah perilaku dan
38
35
36
37
38
situasi kisah tersebut sehingga pembaca terpengaruh oleh tokoh dan topik
dalam tersebut.
b. Interaksi kisah Qur‟an dan Nabawi dengan diri manusia dalam keutuhan
39
emosi, mental, dan potensi manusia. Namun tidak dapat dipungkiri jika timbul
pendidikan yang dia perlihatkan kepada anak didiknya sambil tetap berpegang
itu Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai hamba dan Rasul-Nya menjadi
firman-Nya:
40
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
Allah.
teladan abadi dan aktual bagi pendidik dan generasi muda sehingga setiap
41
39
40
41
42
Ibrah berasal dari kata „abara ar-ru‟ya yang berarti „menafsirkan mimpi
43
hatinya dan sesuatu itu dapat berupa pahala maupun siksa, sehingga dia
menjadi ingat”.
44
45
42
43
45
diantaranya adalah:
yang meliputi ketundukkan kepada Allah dan rasa takut terhadap azabNya atau keinginan
menggapai surga-Nya. Nasihatpun membina dan
jamak.
46
islam lebih memiliki makna dari apa yang diistilahkan dalam pendidikan barat
ketuhanan yang tidak membunuh fitrah manusia dan yang menjadi identitas
pendidikan islam”.
47
ialah:
dan argumentasi.
46
47
48
Selanjutnya penulis menjelaskan macam-macam metode pendidikan islam
1. Metode Teladan
dengan kata uswah yang kemudian diberi sifat hasanah yang berarti baik.
baik.
49
aspek agama yang terpenting adalah akhlak yang termasuk dalam kawasan
akhlak Nabi Muhammad yang disajikan secara tersebar di berbagai ayat dalam
al-Qur‟an”.
50
2. Metode Kisah-kisah
menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita itu, dan menyadari
51
48
Annahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat…,h.297-298.
49
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Penerbit Gaya Media Pratama, 2005),
h. 147.
50
51
Metode Nasihat
berbicara tentang penasihat, yang dinasihati, obyek nasihat, situai nasihat, dan
52
4. Metode pembiasaan
Menurut Abuddin Nata, “cara lain yang digunakan oleh al-Qur‟an dalam
secara bertahap.”
53
54
islam dan digunakan dalam rangka membina ummat manusia melalui kegiatan
pembinaan yang lebih khusus. Hukuman untuk orang yang melanggar dan
berbuat jahat, sedangkan pahala untuk orang yang patuh dan menujukkan
perbuatan baik”.
55
52
53
54
55
etode Ceramah
Menurut Abuddin Nata, “ceramah atau khutbah termasuk cara yang paling
56
57
7. Metode diskusi
58
Abuddin Nata juga mengatakan bahwa, “perintah Allah dalam hal ini,
agar kita mengajak ke jalan yang benar dengan hikmah dan mau‟izhah yang
baik dan membantah mereka dengan berdiskusi dengan cara yang baik (Q.S.
An-Nahl [16]:125)”.
59
kepada cara-cara yang baik. Cara yang baik ini perlu dirumuskan lebih lanjut,
60
56
57
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam,…h.158.
58
59
60
22
2. Tabyin, yaitu memberi penjelasan lebih jauh kepada lawan bicara setelah
kasus.
11. Tarwiih, memberi penyegaran fisik dan mental dengan melakukan hal-hal
yang menyegarkan.
12. Taqshiir, mengurangi atau meringankan beban yang semestinya dipikul
oleh peserta didik sehingga tugas menjadi ringan dan pekerjaan dapat
14. Tamtii, pemberian tambahan selain apa yang pernah diperoleh, seperti
15. Takfiz, memberikan tanda kehormatan atau penghargaan atas prestasi yan g
dicapai.
19. Tahdiidl, mengajak melakukan perbuatan baik bagi orang yang tidak
21. Tazwid, memberikan bekal moril maupun materil untuk menghadapi masa
depan.
diikuti.
26. Tahjir, menjauhkan diri dari orang yang tidka mempan lagi diperingati.
23
61
metode secara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara yang
62
menghantarkan suatu tujuan kepada obyek sasaran dengan cara yang sesuai
63
sesuai dengan unsur penciptaannya, yaitu jasmani, akal, dan jiwa yang dengan
PEMBAHASAN
Kata hikmah ( )حكمةdalam tafsir al-Misbah berarti “yang paling utama dari segala sesuatu,
baik pengetahuan maupun berbuatan”.[8] Dalam bahasa Arab al-hikmah bermakna
kebijaksanaan dan uraian yang benar. Dengan kata lain al-hikmah adalah mengajak kepada jalan
Allah dengan cara keadilan dan kebijaksanaan, selalu mempertimbangkan berbagai faktor dalam
proses belajar mengajar, baik faktor subjek, obyek, sarana, media dan lingkungan pengajaran.
Pertimbangan pemilihan metode dengan memperhatikan peserta didik diperlukan kearifan agar
tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal. Selain itu dalam penyampaian materi maupun
bimbingan terhadap peserta didik hendaknya dilakakuan dengan cara yang baik yaitu dengan
lemah lembut, tutur kata yang baik, serta dengan cara yang bijak.[9]
Imam Al-Qurtubi menafsirkan al-hikmah dengan “kalimat yang lemah lembut”. Beliau
menulis dalam tafsirnya :
ٍ اشنَ ٍة وَت ْعنِْي ٍ ٍ ِ ِِ ِ ِ ِإ
ف َ َ ََو َْأمُرهُ َأ ْن يَ ْدعُ َو ىَل ديْ ِن اهلل َوش َّْرعه بَتلَطُّف َولَنِّي ُد ْو َن خُم
“Nabi diperintahkan untuk mengajak umat manusia kepada “dinnullah” dan syariatnya dengan
lemah lembut tidak dengan sikap bermusuhan.”
Hal ini berlaku kepada kaum muslimin seterusnya sebagai pedoman pembelajaran dan
pengajaran. Hal ini diinspirasikan dari ayat Al-Qur’an dengan kalimat “qaulan layinan”. Allah
berfirman :
)۶۶ :َف ُقواَل لَهُ َق ْواًل لَِّينًا ل ََعلَّهُ َيتَ َذ َّك ُر َْأو يَ ْخ َشى (طه
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-
mudahan ia ingat atau takut”. (taha:44)[10]
Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar manakala ada interaksi yang
kondusif antara guru dan peserta didik. Komunikasi yang arif dan bijaksana memberikan kesan
mendalam kepada para siswa sehingga “teacher oriented” akan berubah menjadi “student
oriented”. Guru yang bijaksana akan selalu memberikan peluang dan kesempatan kapada
siswanya untuk berkembang.[11]
b. Metode Nasihat/Pengajaran Yang Baik (Mauizhah Hasanah)
Mauidzah hasanah terdiri dari dua kata “al-Mauizhah dan Hasanah”. al-Mauizhah (
)الموعظةterambil dari kata ( )وعظwa’azha yang berarti nasihat sedangkan hasanah ( )حسنةyang
berarti baik. Maka jika digabungkan Mauizhah hasanah bermakna nasihat yang baik.[12]
Dalam hal ini, Allah SWT berfirman:
»۱۰ : ۵۷« !َ الص ُد ْو ِر َو ُه ًدى َو َرمْح َةٌ لِْل ُمْؤ ِمنِنْي
ُّ َّاس قَ ْد َجاءَ تْ ُك ْم َم ْو ِعظَةٌ ِم ْن َربِّ ُك ْم َو ِش َفاءٌ لِ َما ىِف
ُ يَااَيُّ َهاالن
“Hai segenap manusia, telah datang kepada kalian mauizhah dari pendidikanmu, penyembuh
bagi penyakit yang bersemayam di dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman.” (QS. 10:57)[13]
Melihat tabiat manusia yang cenderung untuk meniru dan belajar banyak dari tingkah
lakunya lewat peniruan. Maka, teladan yang baik sangat penting artinya dalam pendidikan dan
pengajaran. Nabi Muhammad SAW. sendiri menjadi suri tauladan bagi para sahabatnya, dari
beliau mereka belajar bagaimana mereka melaksanakan berbagai ibadah.
Ada sebuah Hadist yang menceritakan bahwa para sahabat meniru salat sunnah witir Nabi
SAW:
ِ ِاب عن س!ع ِ ِ ِ ِ ٌ !ِ!ال َ!ح َّ!دثَيِن َمال ِ ِإ
يد َ ْ َ َّ!ك َع ْن َأيِب بَ ْ!ك ِر بْ ِن عُ َ!م َ!ر بْ ِن َعْب!!د ال!!رَّمْح َ ِن بْ ِن َعْب!!د اللَّه بْ ِن عُ َ!م َ!ر بْ ِن اخلَط َ !َيل قُ َ!ح َّ!دثَنَا مْسَاع
َّت مُث ِ ِ َ َأسري مع عب ِ!د اللَّ ِه ب ِن عم!ر بِطَ ِري ِ!ق م َّكةَ َف َق ِ ُكْن:ب ِن يسا ٍر َأنَّه قَ َال
ُ ت فَ! َْأوَت ْرُ ْص!ْب َح َن َ!زل
ُّ يت ال ُ !!ال َس!عي ٌد َفلَ َّما َخش َ ََُ ْ َْ َ َ ُ ت ُ ُ ََ ْ
ِ !!ك يِف رس ِ َّ ِ ِ َ !حَلِْقتُ!هُ َف َق
ول ُ َ َ َس ل َ !ال َعْب! ُ!د الله َألَْي َ !ت َف َقُ ت فَ! َْأوَت ْر
ُ ْص!ْب َح َفَن َ!زل
ُّ يت ال ُ !ت َخش ُ ت َف ُق ْل َ !ال َعْب! ُ!د اللَّه بْ ُن عُ َم َ!ر َأيْ َن ُكْن
ص!لَّى اللَّهُ َعلَْي! ِ!ه َو َس!لَّ َم َ!ك!ا َن يُ!!وتُِر َعلَى ِ َ !!ال فَ!ِإ َّن رس
َ ول اللَّه َُ َ !َت َبلَى َواللَّ ِه ق ِ
ُ ص!لَّى اللَّهُ َعلَْي!!ه َو َس!لَّ َم ِإ ْس! َوةٌ َح َس!نَةٌ َف ُق ْل
ِ
َ اللَّه
الْبَعِ ِري
“Telah menceritakan kepada kami Isma’il berkata, telah menceritakan kepadaku Malik dari Abu
Bakar bin ‘Umar bin ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al Khaththab dari Sa’d bin
Yasar bahwa dia berkata: “Aku bersama ‘Abdullah bin ‘Umar pernah berjalan di jalanan kota
Makkah. Sa’id berkata, “Ketika aku khawatir akan (masuknya waktu) Shubuh, maka aku pun
singgah dan melaksanakan shalat witir. Kemudian aku menyusulnya, maka Abdullah bin Umar
pun bertanya, “Dari mana saja kamu?” Aku menjawab, “Tadi aku khawatir akan (masuknya
waktu) Shubuh, maka aku singgah dan melaksanakan shalat witir.” ‘Abdullah bin ‘Umar berkata,
“Bukankah kamu telah memiliki suri tauladan yang baik pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam?” Aku menjawab, “Ya. Demi Allah.” Abdullah bin Umar berkata, “Sesungguhnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah shalat witir di atas untanya.” (H.R. Bukhari)[19]
Al-Qur’an memerintahkan kita untuk menjadikan Nabi SAW sebagai suri tauladan dan
panutan. Sebagaimana firman Allah dalam surah al-Ahzab ayat 21:
»۳۳: ۲۱« اهلل اُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكا َن َيْر ُج ْوا اهللَ َوالَْي ْو َم اْﻵ ِخَروَ َد َكَراهللُ َكثِْيًرا
ِ لََق ْد َكا َن لَ ُكم ىِف رسو ِل
ُْ َ ْ
“Sesungguhnya telah ada pada pribadi Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan hari akhir dan dia banyak dzikrullah.” (QS.al-
Ahzab 33:21)[20]
Melalui suri tauladan yang baik, manusia dapat belajar kebiasaan baik dan akhlak yang
mulia. Sebaliknya jika suri tauladannya buruk manusia akan terjerumus pada kebiasaan yang
buruk dan akhlak yang tercela.
"بلِّغُ ْوا َعيِّن ْ َولَ ْو آیَ!ةً َو َ!ح ِّ!دثُ ْوا ِ ِ ااهلل ب ِن عمر وب ِن الْع ِ ِ
َ اص َرض َي ااهللُ َعْن ُه َما َأ َن النَّيِب َ صلى ااهلل علىه وسلم قال َ ْ َ َ َ ُ ْ َو َع ْن َعْبد
!))ب َعلَ َّي ُمَت َع ِّم ًدا َف ْلیَتََب َّوْأ َم ْق َع َدهُ ِم َن النَّا ِر (( رواه البخاري ِئ
َ َو َم ْن َك َّذ،َع ْن بَيِن ْ ِإ ْسَرا ْی َل َواَل َحَر َج
"Sampaikanlah apa yang datang dariku walaupun satu ayat, dan ceritakanlah apa yang kamu
dengar dari Bani Isra’il, dan hal itu tidak ada Salahnya, dan barang siapa berdusta atas namaku
maka bersiap-siaplah untuk menempati tempatnya dineraka". (HR. Bukhori.)[22]
Hal ini juga berkenaan dengan firman Allah SWT :
ِ ُّ اِنَّآ اَْنَزلْنهُ ُقْراَٽنًا َعَربِيًّا لَّ َعلَّ ُك ْم َت ْع ِقلُ ْو َن ۞ حَنْ ُن نَ ُق
ت َ !ص مِب َ!!آ اَْو َحْينَ!آ اَلَْي
ُ !ك ه! َذاالْ ُق ْراٽ َن َوا ْن ُكْن ِ !ص
َ ك اَ ْح َس! َن الْ َق
َ ض َعلَْي
ِِ ِ ِ ِ
َ م ْن َقْبله لَم َن الْغفلنْي
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al
Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah
Termasuk orang-orang yang belum mengetahui”.(Q.S. Yusuf/12:2-3)[23]
Ayat di atas menerangkan, bahwa Tuhan menurunkan Al-Qur’an dengan memakai bahasa
Arab kepada Nabi Muhammad SAW. Dan Nabi menyampaikan kepada para sahabat dengan
jalan cerita dan ceramah. Metode ceramah masih merupakan metode mengajar yang masih
dominan dipakai, khususnya di sekolah-sekolah tradisional.
ف بَ َدَأ اخْلَْل َق مُثَّ اهللُ يُْن ِشُئ النَّ ْشأ َة اآْل َ ِخَر َة ِإ َّن اهللَ َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍءقَ ِد ْيٌر
َ ضُروا َكْي ِ اَأْلر
ُ ض َفْن
ِ
ْ قَل سْيُروا ىِف
Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) bumi. Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan
(manusia) dari permulaannya. Kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Perhatian al-Qur’an dalam menyeru manusia untuk mengamati dan memikirkan alam
semesta dan makhluk-makhluk yang ada di dalamnya, mengisyaratkan dengan jelas perhatian al-
Qur’an dalam menyeru manusia untuk belajar, baik melalui pengamatan terhadap berbagai hal,
pengalaman praktis dalm kehidupan sehari-hari, ataupun lewat interaksi dengan alam semesta,
berbagai makhluk dan peristiwa yang terjadi di dalamnya. ini bisa dilakukan dengan metode
pengalaman praktis, “trial and error” atau pun dengan metode berfikir.
Nabi SAW sendiri telah mengemukakan tentang pentingnya belajar dari pengalaman
praktis dalam kehidupan yang dinyatakan dalam hadis yang di tahrij oleh Imam Muslim berikut:
ِ !ال َأب!و ب ْ!ك ٍر ح َّ!د َثنَا َأس!ود بن ع
!ام ٍر َح َّ!د َثنَا ِ ِ ِ ِ
َ ُْ َُْ َ َ ْ ُ َ ََح َّد َثنَا َأبُ ْ!و بَ ْ!ك ِر بْ ُن َأيِب َش!ْيبَةَ َو َع ْم ٌ!رو النَّاق ُ!د كالَمُهَ!ا َع ِن اَْأل ْس! َود بْ ِن َع!ام ٍر ق
ص!لَّى اهللُ َعلَْي! ِ!ه َو َس!لَّ َم َم َّ!ر بَِق ْ!وٍم َّ :س
َ َّ َأن النَّيِب ٍ َت َع ْن َأن ٍ ِعن ثَ!اب َمَحَّاد بن سلَمةَ عن ِه َش ِام ب ِن عرو َة عن َأبِي ِ!ه عن عاِئ َش!ة
َْ َ ْ َ ْ ْ َ َ ُْ ْ َْ َ َ ُْ ُ
ِ ِ ِهِب ِ
ْ !ال َأْنتُ ْم
َأعلَ ُم َ !َت َ!ك َذا َو َ!ك َذا ق َ صا فَ َمَّر ْم َف َق َال َما لنَ ْخل ُك ْم قَ!الُْوا ُقْل
ً صلُ َح قَ َال فَ َخَر َج شْي
َ َِّح ْو َن َف َق َال لَ ْو مَلْ َت ْف َعلُ ْوا ل
ُ يُلَق
بِ َْأم ِر ُد ْنيَا ُك ْم
Abu Bakar bin Abi Saybah dan Amr al-Naqidh bercerita kepadaku. Keduanya dari al-Aswad bin
Amir. Abu Bakr berkata, Aswad bin Amir bercerita kepadaku, Hammad bin Salmah bercerita
kepadaku, dari Hisham bin Urwah dari ayahnya dari Aisyah dan
dari Tsabit dari Anas Radhiyallahu’anhu: Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
melewati suatu kaum yang sedang mengawinkan pohon kurma lalu beliau bersabda:Sekiranya
mereka tidak melakukannya, kurma itu akan (tetap) baik. Tapi setelah itu, ternyata kurma
tersebut tumbuh dalam keadaan rusak. Hingga suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
melewati mereka lagi dan melihat hal itu beliau bertanya: ‘Adaapa dengan pohon kurma kalian?
Mereka menjawab; Bukankah anda telah mengatakan hal ini dan hal itu? Beliau lalu bersabda:
‘Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.[25]
الد ْنيَا َو ُه ْم َعنِا آْلَ ِخَر ِة ُه ْم َغا فِلُ ْو َن ِ َيعلَمو نَظ
ُّ اهًرا ِمنَا حْلَيَ ِاة ُْ َْ
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang
(kehidupan) akhirat adalah lalai.[26]
Al-Qurtubi, dalam menafsirkan ayat ini, “Mereka hanya mengetahui yang lahir saja dari
kehidupan dunia”, berkata: Yakni masalah penghidupan dan duniawi mereka. Kapan mereka
harus menanam dan menuai dan bagaimana harus menanam dan membangun rumah.[27]
KESIMPULAN
Metode merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Apabila dalam
proses pendidikan tidak menggunakan metode yang tepat maka harapan tercapainya tujuan
pendidikan akan sulit untuk diraih. Dalam al-Qur’an dan beberapa hadist juga menganjurkan
untuk menggunakan metode dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang termuat
dalam al-Quran pun memiliki banyak macam diantaranya:
1. Metode Pembelajaran dalam Surah an-Nahl ayat 125. Dari surah an-Nahl ini tercantum 3
metode pembelajaran, diantaranya:
a). metode hikmah (bijaksana),
b). metode nasihat/pengajaran yang baik (mauizhah hasanah)
c). metode diskusi (jidal)
2. metode teladan/meniru
3. metode ceramah
4. metode pengalaman praktis/trial and eror dan metode berpikir
DAFTAR PUSTAKA
Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Isma’il Ibnu Kasir. Tafsir Ibnu Kasir; Juz 4 al-Hijr 2 S.D an-Nahl 128.
Bandung: Sinar BaruAlgensindo. 2003.
Al-Mahalli, Imam Jalaluddin dan As-Suyuti, Imam Jalaluddin. Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut
Asbabun Nuzul; jilid 1. Bandung: Sinar Baru Algesindo. 2011.
https://areksumberjati.wordpress.com/2015/01/01/hadits-bukhari-936-956-bab-witir-dan-shalat-
istisqa/, diakses 8 Mei 2016.
Khon, Abdul Majid. Hadis Tarbawi; Hadis-Hadis Pendidikan. Jakarta: Kencana. 2014.
Mannan, Muntaha Abdul. Tafsir Al-Qur’an Tematis. Jember: LP2SM “Gita Bahana”. 1993.
_______________ Tafsir Al-Misbah; pesan. Kesan dan keserasian al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
2002.
Sudjana, Nana. Cara Belajar Siswa Aktif-Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru. 2005.
Thobroni, Ahmad Yusam. et al. Tafsir dan Hadis Tarbawi. Surabaya: IAIN SA Press. 2013.