Anda di halaman 1dari 15

17

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan yang Memanusiakan Manusia


1. Pengertian Pendidikan
Pengertian pendidikan secara etimologi atau harfiah menurut
Helmawatu (2014:22-23) yang berdasarkan beberapa pakar pendidikan,
diuraikan sebagai berikut:
a. Abu Ahmadi dkk
Secara etimologi pendidikan atau paedagogie berasal dari bahasa
Yunani, terdiri dari kata pais yang berarti anak dan again memiliki arti
membimbing. Jadi paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada
anak.
b. Neong Muhadjir
Dalam bahasa Inggris pendidikan diistilahkan dalam kata
education yang memiliki sinonim dengan process of teaching,
training, and learning yang berarti proses pengajaran, latihan, dan
pembelajaran.
c. Dedeng Rosidin
Dalam bahasa Arab, pendidikan diistilahkan dengan kata tarbiyat
yang mempunyai banyak makna, antara lain: al-ghadzdza (memberi
makan atau memelihara); ahsanu al-qiyami „wa waliyyihi (baiknya
pengurusan dan pemeliharaan); nammaha wa zadaha
(mengembangkan dan menambahkan); atamma wa ashlaha
(menyempurnakan dan membereskan); dan allawtuhu (meninggikan).
Pengertian pendidikan secara terminologi atau definisi berdasarkan
beberapa pakar pendidikan, di antaranya sebagai berikut:
a. Salahudin (2011: 19-21).
Pendidikan adalah mengajarkan segala sesuatu yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya,

17
18

pikiran-pikirannya, maupun terhadap ketajaman dan kelembutan hati


nuraninya.
b. Sutikno (2006: 4)
Pendidikan adalah aset masa depan dalam membentuk Sumber
Daya Manusia yang berkualitas.
c. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyrakat, bangsa, dan
negara (Anwar Hafid, 2013:28-29).
Dari pengertian pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah membantu mengembangkan dan mengarahkan potensi
manusia untuk mencapai tujuan hidupnya.
Adapun pengertian pendidikan dalam pendidikan Islam, menurut
Abuddin Nata (2010:7) ilmu pendidikan Islam telah memperkenalkan
paling kurang tiga kata yang berhubungan dengan pendidikan Islam, yaitu
al-Tarbiyah, Ta'lim dan al-Ta'dib.
a. al-Tarbiyah
Kata al-tarbiyah yang berasal dari kata rabba atau rabaa di dalam
al-Qur’an disebutkan lebih dari delapan ratus kali, dan sebagaian besar
atau bahkan seluruhnya dengan Tuhan, yaitu terkadang dihubungkan
dengan jagat raya (bumi, langit, bulan, bintang, matahari, tumbuh-
tumbuhan, binatang, gunung, laut, dan lain sebagainya), dengan
manusia seperti dalam kata rabbuka (Tuhan-Mu), rabbukum (Tuhan-
Mu sekalian), rabbuhuma (Tuhan-Mu berdua), rabbuna (Tuhan kami),
rabbuhu (Tuhannya), rabbuhum (Tuhan mereka semua), dan rabbiy
(Tuhan-ku) (Abuddin Nata, 2010:10).
19

Sedangkan dalam kata al-Tarbiyah menurut Omar Muhammad Al-


Thoumy Al-Syaibany (1979:99) memiliki arti pengasuh, pemeliharaan,
dan kasih sayang yang digunakan tidak hanya untuk manusia, akan
tetapi juga digunakan untuk melatih dan memelihara binatang atau
makhluk Allah lainnya. Di antara batasan yang sangat variatif tersebut
adalah;
1) Mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah
tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi,
masyarakat, dan alam sekitarnya.
2) Mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan,
mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis
dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang
mulia.
3) Mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidikan terhadap perkembangan
jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya
kepribadiannya yang utama (insan kamil) (Ahmad D.
Marimba1989:19).
4) Mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang
diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal
sesuai dengan ajaran Islam.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam al-Qur`an
ditegaskan bahwa Allah adalah Rabb al'alamin, artinya adalah
pendidik semesta alam dan juga pendidikan bagi manusia. Pengertian
tersebut diambil karena kata Rabb dalam arti Tuhan dan Rabb dalam
arti pendidik berasal dari asal kata yang sama. Dengan demikian
menurut al-Qur’an tersebut alam dan manusia mempunyai sifat
tumbuh dan berkembang dan yang mengatur pertumbuhan dan
perkembangan tersebut tidak lain kecuali Allah juga.
20

Pengertian pendidikan Islam menurut Umar Bukhari dalam


bukunya “Ilmu Pendidikan Islam” (2011:23) menyatakan bahwa
pendidikan (al-tarbiyah) terdiri dari empat unsur, yaitu:
1) Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa
(baligh).
2) Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan.
3) Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan.
4) Melaksanakan pendidikan secara bertahap.
b. al-Ta'lim.
Kata Al-Ta‟lim termasuk kata yang paling tua dan banyak
digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan Islam dalam
kegiatan nonformal dengan tekanan utama pada pemberian wawasan,
pengetahuan atau informasi yang bersifat kognitif. Atas dasar ini, maka
arti Al-Ta‟lim lebih pas diartikan pengajaran dari pada diartikan
pendidikan. Namun, karena pengajaran merupakan bagian dari
kegiatan pendidikan, maka pengajaran juga termasuk pendidikan
(Abdul Fattah Jalal, 1988:29-30).
Muhammad Rasyid Ridha dikutip oleh Abdul Mujib dan Jusuf
Mudzakkir (2010:19) mengartikan al-Ta'lim sebagai proses transmisi
berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan
dan ketentuan tertentu melainkan membawa kaum muslimin kepada
nilai pendidikan tazkiyah al-nafs (pensucian diri) dari segala kotoran,
sehingga memungkinkannya menerima al-hikmah serta mempelajari
segala yang bermanfaat untuk diketahui.
Dalam al-Quran kata al-Ta'lim menunjukan sebuah proses
pengajaran, yaitu menyampaikan sesuatu berupa ilmu pengetahuan,
hikmah, kandungan kitab suci, wahyu, sesuatu yang belum diketahui
manusia, keterampilan membuat alat pelindung, ilmu laduni (yang
langsung dari tuhan), nama-nama atau simbol-simbol dan rumus-
rumus yang berkaitan dengan alam jagat raya, dan bahkan ilmu yang
terlarang seperti sihir. Ilmu-ilmu baik yang disampaikan melalui
21

proses al-Ta'lim tersebut dilakukan oleh Allah Ta'ala, malaikat, dan


para Nabi. Sedagkan ilmu pengetahuan yang berbahya diajarkan oleh
setan.
c. al-Ta'dib
Kata At-Ta‟dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta'diban yang
berarti pendidikan. Kata At-Ta‟dib berasal dari kata adab yang berarti
beradab. Bersopan santun, tata krama, adab, budi pekerti, akhlak,
moral, dan etika (Mahmud Yunus, 2007:37).
Kata At-Ta‟dib dalam arti pendidikan, menurut Muhammad
Naquib al Attas (1994:63-64) mengartikan At-Ta‟dib sebagai
pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan
kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu
didalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini, pendidikan akan
berfungsi sebagai pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan
kepada Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya.
Jadi mendidik dan pendidik pada hakikatmya adalah fungsi Tuhan
dan mendidik adalah mengatur serta, mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan alam dan manusia sekaligus. Kenapa kenyataan bahwa
pendidik dan mendidik itu menjadi urusan manusia. Dalam pandangan
filsafat Islam, sebagai mana ditegaskan dalam Al-Qur’an, bahwa pada
hakikatnya manusia adalah "Khalifah Allah di alam semesta ini
"Khalifah berarti kuasa atau wakil (Zuhairini, 2004:12).
2. Pengertian Memanusiakan Manusia
Dalam kamus bahasa Indonesia (2011:301) istilah memanusiakan
manusia merupakan upaya untuk membuat manusia menjadi berbudaya.
Menurut A. Mangunhardjana yang dikutip oleh Haryanto Al-Fandi
(2011:71) konsep “Memanusiakan Manusia” merupakan bagian dari
humanisme. Humanisme berasal dari kata latin humanus dan mempunyai
akar kata homo yang berarti manusia. Humanus berarti sifat manusiawi
atau sesuai dengan kodrat manusia.
22

Humanisme adalah paham yang bertujuan menghidupkan rasa


perikemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik.
Dalam aplikasinya, humanisme tidak memandang bangsa, agama, daerah,
suku, warna kulit dan sejenisnya. Ia memperlakukan dan berusaha
membantu siapa pun itu manusianya karena manusia merupakan makhluk
yang paling unik jika dibandingkan dengan makhluk lainnya. Ini
disebabkan oleh adanya potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Potensi
dan kemampuan itulah yang mengantarkannya pada kesempurnaan dan
kebahagiaan. Diantara keunikan tersebut ialah sebagaimana yang
diungkapkan oleh beberapa tokoh filsafat, yaitu Socrates mengemukakan
bahwa pada diri manusia terpendam jawaban mengenai berbagai persoalan
dunia. Tetapi seringkali manusia itu tidak menyadari bahwa dalam diri
terpendam jawaban-jawaban bagi persoalan yang dipertanyakannya.
(Sarlito Wirawan Sarwono, 1978: 30).
Plato mengatakan bahwa jiwa manusia adalah entitas non-material
yang dapat terpisah dari tubuh. Menurutnya, jiwa itu ada sejak sebelum
kelahiran, jiwa itu tidak dapat hancur alias abadi. Lebih jauh dia
mengatakan bahwa hakikat manusia ada dua yaitu rasio dan kesenangan
(nafsu). Dua unsur yang hakikat ini dijelaskan oleh Plato dengan
perumpamaan seseorang yang makan kue atau minum sesuatu. Ini
kesenangan, sementara rasionya tahu bahwa makanan dan minuman itu
berbahaya baginya. Karena menikmati kelezatan (kesenangan) itu hakikat
maka rasiopun juga hakikat. Bila ada konflik batin pada seseorang, pasti
terdapat petentangan dua elemen kepribadian pada orang tersebut. (Ahmad
Tafsir, 2010: 9-10).
Menurut H.A.R. Tilaar & Riant Nugroho (2012:22-23) hakikat
manusia ada beberapa poin yaitu:
a. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dapat mewujudkan
kemanusiaannya yang berbeda dengan dunia binatang karena manusia
adalah makhluk yang memerlukan pendidikan.
23

Pendidikan disini untuk menjadikan manusia menjadi makhluk


yang mulia. Oleh karena itu dalam mempertahankan kedudukan yang
mulia dan membentuk pribadi yang bagus, Allah melengkapi manusia
dengan akal dan perasaan yang memungkinkannya menerima dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, dan membudayakan ilmu yang
dimilikinya. Ini berarti bahwa kedudukan manusia sebagai makhluk
yang mulia karena akal dan perasaan, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan, yang seluruhnya dikaitkan kepada pengabdian pada
Pencipta yaitu Allah SWT.
1) Akal dan Perasaan
Setiap orang menyadari bahwa ia mempunyai akal dan
perasaan. Akal pusatnya di otak, digunakan untuk berpikir.
Perasaan pusatnya di hati, digunakan untuk merasa dalam tingkat
paling tinggi ia melahirkan “kata hati”. Dalam kenyataannya,
keduanya sukar dipisahkan. Orang merasa dan sekaligus berpikir;
hasil rumusan pikiran dapat dirasakan dan diyakini kebenarannya.
Hasil kerja pikiran dapat memberikan rasa nikmat. Perasaan
kecewa dan sedih dapat mempengaruhi kegiatan pikiran. Demikian
terjadinya pemakaian akal (pikiran) dan perasaan ini, sehingga
kadang-kadang kurang jelas mana yang berfungsi diantara
keduanya, apakah hati ataukah otak (akal).
Walaupun umumnya rasa itu berasal dari gejala yang
merangsang alat indra, namun ia selalu melalui pengolahan otak
(pikiran) untuk selanjutnya diteruskan ke hati. Penggunaan akal
dan perasaan dapat menentukan kedudukan seseorang dalam
lingkungan sosialnya, dapat membuat dia senang dan marah.
Kemampuan berpikir dan merasa ini merupakan nikmat anugerah
Tuhan yang paling besar, dan ini pulalah yang membuat manusia
itu istimewa dan mulia dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Allah menyuruh manusia untuk menggunakan kemampuan berpikir
24

ini sebaik-baiknya, baik berpikir tentang diri manusia itu sendiri


atau tentang alam semesta alam ini.
Oleh karena itu akal merupakan alat untuk menuntut ilmu,
dan ilmu merupakan alat untuk mempertahankan kesulitan
manusia, maka Islam memerintahkan manusia untuk menuntut
ilmu, bukan saja ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu lainnya.
2) Ilmu pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu yang diketahui oleh manusia
melalui pengalaman, informasi, perasaan atau melalui intuisi. Ilmu
pengetahuan merupakan hasil pengolahan akal (berpikir) dan
perasaan tentang sesuatu yang diketahui itu.
Sebagai makhluk berakal, manusia mengamati sesuatu.
Hasil pengamatan itu diolah sehingga menjadi ilmu pengetahuan.
Dengan ilmu pengetahuan itu dirumuskannya ilmu baru yang akan
digunakannya dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan
menjangkau jauh di luar kemampuan fisiknya. Demikian banyak
hasil kemajuan ilmu pengetahuan yang membuat manusia dapat
hidup menguasai alam ini.
Umat Islam, untuk mempertahankan kemuliaanya,
diperintahkan untuk menuntut ilmu dalam waktu yang tidak
terbatas selama hayat dikandung badan. Prinsip belajar selama
hidup ini merupakan ajaran islam yang penting karena faktor yang
membuat manusia itu mulia adalah karena ia berilmu. Ia dapat
hidup senang dan tentram karena memiliki ilmu dan menggunakan
ilmunya. Ia dapat menguasai alam ini dengan ilmu juga.
Demikianlah, manusia itu mulia dalam pandangan Allah
karena iman dan ilmunya dan dengan dasar berilmu itu manusia
menjadi mulia di dalam alam.
3) Kebudayaan
Akibat manusia menggunakan akal pikiranya, perasaannya
dan ilmu pengetahuannya, tumbuhlah kebudayaan, baik berbentuk
25

sikap, tingkah laku, cara hidup ataupun berupa benda, irama,


bentuk dan sebagainya. Semua yang terkumpul dalam otak
manusia yang berbentuk ilmu pengetahuan adalah kebudayaan.
Disamping untuk kesejahteraan dan ketenangan, kebudayaan juga
dapat berbahaya dalam kehidupan. Budaya yang menurut pikiran
dan perasaan semata, tanpa pertimbangan norma etika dan agama,
akan menimbulkan bahaya, baik bahaya itu pada pelakunya sendiri,
maupun pada orang lain atau kelompok lain. Karena itu
kebudayaan harus diikat dengan etika moral dan agama. Agam
Islam dipandang tidak saja sebagai pengikat, melainkan juga
sekaligus sebagai sumber suatu budaya. Kebudayaan Islam
diciptakan oleh orang Islma sendiri. Sebab orang Islam berfikir dan
bertindak sesuai dengan pedoman yang digariskan oleh ajaran
Islam.
Islam memandang manusia sebagai makhluk pendukung dan
pencipta kebudayaan. Dengan akal, ilmu dan perasaan, ia membentuk
kebudayaan, dan sekaligus mewariskan kebudayaan itu kepada anak
dan keturunannya, kepada orang atau kelompok lain yang dapat
mendukungnya. Kesanggupan mewariskan dan menerima warisan ini
sendiripun merupakan anugerah Allah yang menjadikan manusia
sebagai makhluk yang mulia (Zakiah Daradjat, 2012:3-8).
b. Manusia adalah animal educabili, yang berarti bahwa manusia
mempunyai potensi untuk dididik atau dikembangkan untuk menjadi
mendidik.
Manusia merupakan makhluk Allah yang dilahirkan membawa
potensi dapat dididik dan dapat pula mendidik sehingga mampu
menjadi khalifah di bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia
dilengkapi dengan fitrah Allah, berupa bentuk dan wadah yang dapat
diisi dengan berbagai kecakapan dan keterampilan yang dapat
berkembang, sesuai dengan kesusukannya sebagai makhluk yang
mulia. Pikiran, perasaan dan kemampuanya berbuat merupakan
26

komponen dari fitrah itu. Itulah fitrah Allah yang melengkapi


penciptaan manusia.
Allah memang telah menciptakan semua makhluk-Nya ini
berdasarkan fitrah-Nya. Tetapi fitrah Allah untuk manusia yang di sini
diterjemahkan dengan potensi dapat dididik dan mendidik, memiliki
kemungkinan berkembang dan meningkat sehingga kemampuannya
dapat melampaui jauh dari kemampuan fisiknya yang tidak
berkembang.
Meskipun demikian, kalau potensi itu tidak dikembangkan, niscaya
ia akan kurang bermakna dalam kehidupan. Oleh karena itu perlu
dikembangkan dan pengembangan itu senantiasa dilakukan dalam
usaha dan kegiatan pendidikan. Teori nativis dan empiris yang
dipertemukan oleh kerschenteiner dengan dengan teori
konvergensinya, telah ikut membuktikan bahwa manusia itu adalah
makhluk yang dapat dididik dan dapat mendidik. Dengan pendidikan
dan pengajaran potensi itu dapat dikembangkan manusia, meskipun
dilahirkan seerti kertas putih, bersih belum terisi apa-apa dan meskipun
ia lahir dengan pembawaan yang dapat berkembang sendiri, namun
perkembangan itu akan manju kalau tidak melalui proses tertentu,
yaitu proses pendidikan.
Kewajiban mengembangkan potensi itu merupakan beban dan
tanggung jawab manusia kepada Allah. Kemungkinan pengembangan
potensi itu mempunyai arti bahwa manusia mungkin dididik, sekaligus
mungkin pula bahwa suatu saat ia akan mendidik. Kenyataan dalam
sejarah memberikan bukti bahwa memang manusia itu secara potensial
adalah makhluk yang pantas dibebani kewajiban dan tanggung jawab,
menerima dan melaksanakan ajaran Allah sebagai pencipta. Ajaran
yang dibebankan kepada manusia untuk melaksanakannya. Setiap
umat Islam dituntut supaya berilmu dan beramal sesuai dengan
petunjuk yang digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Tetapi petunjuk
itu tidak datang begitu saja kepada setiap orang seperti kepada para
27

Nabi dan Rasul, melainkan harus melalui usaha dan kegiatan. Karena
itu, usaha dan kegiatan membina pribadi agar beriman dan beramal
adalah suatu kewajiban mutlak. Usaha dan kegiatan itu disebut
pendidikan (Zakiah Daradjat, 2012:16-17).
c. Manusia adalah makhluk sosial. Meski dalam kelompoknya binatang
juga mengenal kehidupan sosial, itu tidak sama halnya dengan
hubungan antar manusia yang mengenal nilai-nilai etika, baik dan
buruk karena dalam kehidupan bersosial menurut Zakiah Daradjat
dalam bukunya “Ilmu Pendidikan Islam” (2012:14) bahwa manusia
dibebankan tugas oleh Allah untuk memelihara dan mengembangkan
keteraturan alam dan kehidupan yang ada di bumi demi kesejahteraan
hidup. Tugas itu dimulai oleh manusia dari diri sendiri, kemudian
keluarganya, tetangganya dan lingkungannya, masyarakat dan
bangsanya. Untuk itu manusia harus mendidik diri dan keturunanya
serta mebina kehidupan keluarga dan rumah tangganya terlebih dahulu
sesuai dengan ajaran Islam. Ia harus memelihara lingkungan dan
masyarakatnya, mengembangkan dan mempertinggi mutu kehidupan
bersama, kehidupan bangsa dan Negara itulah tugas manusia mengurus
dan memelihara alam semesta ini dalam bersosialisasi.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang
memanusiakan manusia adalah pendidikan yang membantu mengembangkan
dan mengarahkan potensi manusia (peserta didik) yang bertujuan
menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup
yang lebih baik dan menjadi manusia yang benar-benar sempurna (manusia
seutuhnya) baik dari aspek kecerdasan, emosional, spiritual, sikap, dan
sebagainya dengan adanya bantuan dari orang tua dan guru.
Menurut Ahmad Tafsir yang dikutip oleh Helmawatu dalam buku
“Pendidikan Keluarga” (2014:24) ada dua hal penting dalam pendidikan yang
memanusiakan manusia yaitu; Pertama, orang yang dapat membantu
mengembangkan potensi manusia. Kedua, adalah orang yang dibantu agar
menjadi manusia.
28

Orang yang dapat membantu mengembangkan potensi manusia dalam


pendidikan adalah orang dewasa. Orang dewasa di sini tentu saja orang tua
dan guru. Hal ini terlihat dalam pengertian pendidikan yang dipaparkan oleh
Kneller. Pendidikan dalam arti luas merupakan tanggung jawab orang tua,
sedangkan pendidikan dalam arti sempit merupakan tanggung jawab guru di
sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan, dan orang yang dibantu adalah
anak.
Sedangkan orang yang dibantu agar menjadi manusia adalah dalam proses
pendidikan perlu dibantu agar seseorang berhasil menjadi manusia. Seseorang
dapat dikatakan telah menjadi manusia bila telah memiliki nilai atau sifat
kemanusiaannya. Oleh karena itu, sejak dahulu banyak manusia yang gagal
menjadi manusia. Jadi, tujuan pendidikan haruslah memanusiakan manusia.
B. Sistem Pendidikan yang Memanusiakan Manusia
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema”, yang berarti
sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur
dan merupakan suatu keseluruhan. Sistem adalah kesatuan yang terdiri dari
komponen-komponen yang terpadu dan berproses untuk mencapai tujuan.
Bagian suatu sistem yang melaksanakan suatu fungsi untuk menunjang usaha
pencapaian tujuan disebut komponen. Dengan demikian sistem terdiri dari
komponen-komponen yang masing-masing komponen mempunyai fungsi
khusus.
Sistem secara umum diartikan sebagai satu kesatuan komponen yang
saling berintegrasi, saling berfungsi secara kooperatif dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya dalam usaha mencapai tujuan
tertentu.
Dari konsep tersebut, ada tiga ciri utama suatu sistem. Pertama, suatu
sistem memiliki tujuan tertentu; kedua, untuk mencapai tujuan sebuah sistem
memiliki fungsi-fungsi tertentu; ketiga, untuk menggerakan fungsi, suatu
system harus ditunjang oleh berbagai komponen (Wina Sanjaya, 2008:1-2).
29

Dalam pendidikan, sistem merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu


tujuan pendidikan. Suatu usaha pendidikan menyangkut 3 unsur pokok yaitu
sebagai berikut:
1. Unsur masukan ialah peserta didik dengan berbagai ciri-ciri yang ada pada
diri peserta didik itu (antara lain: bakat, minat, kemampuan, dan keadaan
jasmani).
2. Unsur usaha adalah proses pandidikan yang terkait berbagai hal, seperti
pendidik, kurikulum, gedung sekolah, buku, metode belajar, dan lain-lain.
3. Unsur hasil uasaha adalah hasil pendidikan yang meliputi hasil belajar
(yang berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan) setelah selesainya
suatu proses belajar mengajar tertentu. (Fuad Ihsan, 2008:107).
Dalam pengertian umum sistem pendidikan adalah jumlah keseluruhan
dari bagian-bagiannya yang saling bekerjasama untuk mencapai hasil yang
diharapakan berdasarkan atas kebutuhan yang telah ditentukan. Setiap sistem
pasti mempunyai tujuan, dan semua kegiatan dari semua komponen atau
bagian-bagiannya adalah diarahkan untuk tercapainya tujuan terebut. Karena
itu, proses pendidikan merupakan sebuah sistem, yang disebut sebagai sistem
pendidikan.
Selain itu menurut Munif Chatib (2014:85) sistem pendidikan harus
proporsional dan manusiawi, secara teoritis sistem pendidikan yang
proporsional dan manusiawi tersebut harus terdapat pada alur pendidikan,
mulai dari penerimaan siswa baru, pemetaan kelas, proses belajar mengajar
dan penilaian autentik.
1. Penerimaan siswa baru dengan pandangan kondisi siswa dalam kaitannya
dengan hak siswa untuk dapat bersekolah dan menerima pendidikan.
2. Pemetaan kelas yang di sesuaikan dengan gaya belajar siswa untuk
mempermudah penggunaan metode yang dilakukan oleh guru dalam
proses belajar mengajar.
3. Proses belajar mengajar dapat berjalan efektif terletak pada strategi
pembelajaran yang berkaitan dengan relasi antara guru dan siswa. Dalam
hal ini Munif Chatib menerapkan strategi multiple intelligences.
30

4. Proses pengambilan nilai (assessment) terhadap aktivitas pembelajaran


yang adil dan manusiawi. Pada bagian inilah siswa mendapatkan hasil
pembelajaran yang autentik dan terukur.
C. Peran Pendidikan yang Memanusiakan Manusia
Manusia dianugerahi Sang Pencipta kesempurnaan melalui dimensi
kemanusiaan membuat manusia mampu memilih bahkan menciptakan pilihan,
dan bertindak sesuai pilihannya. Pendidikan berperan dalam pilihan-pilihan
manusia itu sendiri selama hidupnya untuk mencapai sesuatu yang di inginkan
pada masa depanya.
Pada era globalisasi saat ini banyak lembaga-lembaga pendidikan yang
berorientasi pada persiapan masa depan dan bukan pada kemanusiaan manusia
maka pendidikan dapat menjauhkan manusia dari kemanusiaannya. Tak
seorang pun dapat mengetahui dengan jelas dan pasti akan masa depan.
Ketidaktahuan ini dapat menyeret manusia pada kekuatiran terus menerus tak
berujung hingga mengakibatkan kehilangan arah bahkan kehilangan
kemanusiaannya (Collin Rose & Malcolm J. Nicholl, 2003: 32).
Oleh karena itu Peran pendidikan harus dikembalikan pada hakikatnya,
yaitu bukan untuk mempersiapkan masa depan saja tetapi untuk membuat
manusia dapat hidup dan melakukan tugas kemanusiaannya, yaitu
menemukan, mengembangkan dan menunjukkan kesempurnaannya sebagai
manusia.
1. Menemukan, karena kesempurnaan adalah anugerah Sang Pencipta yang
telah dimiliki tiap manusia, namun dapat terkubur dalam proses tumbuh
kembangnya sebagai manusia.
2. Mengembangkan, karena sebagai manusia, yang bertumbuh dan
berkembang tak mencapai perkembangan yang optimal dan proporsional
apabila tak diusahakan.
3. Menunjukkan, karena manusia perlu eksis sebagai manusia di antara
sesamanya manusia, dan eksistensinya dalam bentuk manusia yang
sempurna dapat mendorong manusia lain juga untuk menemukan,
mengembangkan, dan menunjukkan kemanusiaanya.
31

Ketiga hal diatas menjadi tugas manusia dalam kehadirannya sabagai


manusia di muka bumi ini dan pendidikan menolong manusia menjalankan
tugas kemanusiaannya dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai