Jawaban No. 1 :
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,ini berarti bahwa setiap
manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Pendidikan
secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu
untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu
sangat penting. Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat.
Berikut adalah pengertian pendidikan dari para Ahli :
a. Dr. John Dewey
Pendidikan adalah suatu proses pengalaman. Karena kehidupan adalah pertumbuhan,
pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan
ialah proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase serta menambahkan kecakapan di dalam
perkembangan seseorang
b. Prof. H. Mahmud Yunus
Pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu
anak dengan tujuan peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat
mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi. Agar si anak hidup bahagia, serta
seluruh apa yang dilakukanya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.
c. Prof. Herman H. Horn
Pendidikan adalah proses abadi dari penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk yang telah
berkembang secara fisk dan mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan seperti termanifestasikan
dalam alam sekitar, intelektual, emosional dan kemauan dari manusia.
d. M.J. Langeveld
Pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap pergaulan yang terjadi
antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana
pekerjaan mendidik itu berlangsung.
e. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991)
Pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai
pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik.
Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola
pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya.
f. Driyarkara
Pendidikan diartikan sebagai suatu upaya dalam memanusiakan manusia muda atau
pengangkatan manusia muda ke taraf yang insane
g. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Pendidikan yaitu sebuah proses pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai
pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek tertentu dan spesifik.
Pengetahuan yang diperoleh secara formal tersebut berakibat pada setiap individu yaitu memiliki
pola pikir, perilaku dan akhlak yang sesuai dengan pendidikan yang diperolehnya.
h. Ki Hajar Dewantara
Menurutnya pendidikan adalah suatu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak.
Maksudnya ialah bahwa pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada peserta
didik agar sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya.
i. Stella van Petten Henderson
Pendidikan yaitu suatu kombinasai dari pertumbuhan dan perkembangan insani dengan
warisan sosial.
j. Kohnstamm dan Gunning
Pendidikan merupakan suatu pembentukan hati nurani manusia, yakni pendidikan ialah
suatu proses pembentukan dan penentuan diri secara etis yang sesuai dengan hati nurani.
k. Horne
Menyatakan bahwa pendidikan adalah proses yang dilakukan secara terus menerus dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi manusia yang telah berkembang secara fisik dan mentalnya.
l. Frederick J. Mc Donald
Mengemukakan pendapatnya bahwa pendidikan ialah suatu proses yang arah tujuannya
adalah merubah tabiat manusia atau peserta didik.
m. UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003
Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu
mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
priatna 2004:27)
Pendidikan adalah usaha membina dan membentuk pribadi siswa agar bertakwa kepada
Allah SWT.cinta kasih kepada orang tua dan sesamanya, dan pada tanah airnya, sebagai
transmisi ilmu pengetahuan pada jiawa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan.
Muhammad Naquib Al-Attas mengartikan kata talim sebagai proses pengajaran tanpa
adalanya pengenalan secara mendasar. Menurutnya, jika istilah talim disamakan dengan
istilah tarbiyah, talim mempunyai makna pengenalan tempat segala sesuatu, sehingga
maknanya menjadi universal dari pada tarbiyah, karena kata tarbiyah tidak meliputi segi
pengetahuan dan hanya mengacu pada kondisi eksternal. Pendidikan juga diistilahkan
dengan tadib, yang mengandung pengertian sebagai proses pengenalan dan pengakuan
secara berangsur-angsur yang ditanamkan dalam diri manusia pada tempat yang tepatdari
segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, kemudian membimbing dan mengarahkannya
pada pengakuan dan pengenalan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan
2. Pedagogik
Paedagogi berasal dari bahasa Yunani ( paidagge; dari pas:anak dan
gi: ) atau paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Di Yunani kuna, kata
biasanya diterapkan pada budak yang mengawasi pendidikan anak majikannya.
Termasuk didalamnya mengantarkan ke sekolah () atau tempat latihan (),
mengasuhnya, dan membawakan perbekalannya (seperti membawakan alat musiknya).
Paedagagos berasal dari kata paid yang artinya anak dan agogos yang artinya memimpin
atau membimbing. Darikata ini maka lahir istilah paedagogi yang diartikan sebagai suatu ilmu
dan seni dalam mengajar anak-anak. Dalam perkembangan selanjutnya istilah paedagogi berubah
menjadi ilmu dan seni mengajar. Paedagogi juga merupakan kajian mengenai pengajaran,
khususnya pengajaran dalam pendidikan formal. Dengan kata lain, ia adalah sains dan seni
mengenai cara mengajar di sekolah. Secara umumnya pedagogi merupakan mata pelajaran yang
wajib bagi mereka yang ingin menjadi guru di sekolah. Sebagai satu bidang kajian yang luas,
pedagogi melibatkkan kajian mengenai proses pengajaran dan pembelajaran, pengurusan bilik
darjah, organisasi sekolah dan juga interaksi guru-pelajar.
Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda) pedagogik adalah ilmu yang mempelajari
masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak mampu secara mandiri
menyelesaikan tugas hidupnya. Jadi pedagogik adalah ilmu untuk mendidik anak.
Langeveld (1980), membedakan istilah pedagogik dengan istilah pedagogi.
Pedagogik diartikan dengan ilmu mendidik, lebih menitik beratkan kepada pemikiran,
perenungan tentang pendidikan. Suatu pemikiran bagaimana kita membimbing anak, dan
mendididk anak. Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada
praktik, menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbimg anak.
Sumber Refensi :
http://aleachmad.blogspot.co.id/2013/09/pengertian-definisi-sejarah-dan-tujuan.html.
Diunduh
d) Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta memiliki kepekaan
terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat, baik yang menyenangkan serta mampu
mengambil inisiatif terhadap pemecahan permasalahan yang muncul dalam lingkungan
masyarakatnya. (Koentjaraningrat, 1990)
Pendekatan Antropologi Dalam Mengkaji Pendidikan
Antropologi Pendidikan sebagai disiplin ilmu, kini banyak dikembangkan oleh para ahli
yang menyadari pentingnya kajian budaya pada suatu masyarakat. Antropologi di negara-negara
maju memandang salah satu persoalan pembangunan di negara berkembang adalah karena
masalah budaya belajar. Kajian budaya belajar kini menjadi perhatian yang semakin menarik,
khususnya bagi para pemikir pendidikan diperguruan tinggi. Perhatian ini dilakukan dengan
melihat kenyataan lemahnya mutu sumber daya manusia yang berakibat terhadap rentannya
ketahanan sosial budaya masyarakat dalam menghadapi krisis kehidupan. (Hasojo, 1984).
Teori antropologi pendidikan yang diorientasikan pada perubahan sosial budaya
dikategorikan menjadi empat orientasi, yaitu :
1. Orientasi teoritik yang fokus perhatiannya kepada keseimbangan secara statis. Teori ini
merupakan bagian dari teori-teori evolusi dan sejarah.
2. Orientasi teori yang memandang adanya keseimbangan budaya secara dinamis. Teori ini
yang menjadi penyempurna teori sebelumnya, yakni orientasi adaptasi dan tekno-ekonomi
yang menjadi andalannya.
3. Orientasi teori yang melihat adanya pertentangan budaya yang statis, dimana sumber teori
datang dari rumpun teori struktural.
4. Orientasi teori yang bermuatan pertentangan budaya yang bersifat global atas gejala
interdependensi antar Negara, dimana teori multikultural termasuk didalamnya. (Hasojo,
1984).
Pendekatan dan teori antropologi pendidikan dapat dilihat dari dua kategori, yaitu :
Pertama, pendekatan teori antropologi pendidikan yang bersumber dari antropologi budaya yang
ditujukan bagi perubahan sosial budaya. Kedua, pendekatan teori pendidikan yang bersumber
dari filsafat. (Koentjaraningrat, 1990). Sedangkan pendekatan antropologi dalam pendidikan saat
ini adalah sebagai berikut : (Nasution, 2004).
1. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 sesuai dengan kebutuhan siswa.
2. Model pembelajaran berbasis budaya lokal.
Model pembelajaran ini diterapkan melalui muatan lokal. Materi disesuaikan dengan
potensi lokal masing-masing daerah di lingkungan sekolah. Sehingga siswa dapat mengenali
potensi budayanya sendiri, mengembangkan budaya, menumbuhkan cinta tanah air, dan
mempromosikan budaya lokal kepada daerah lain.
3. Metode pembelajaran karya wisata.
Guru mengajak siswa ke suatu tempat ( objek ) tertentu untuk mempelajari sesuatu dalam
rangka suatu pelajaran di sekolah. Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk membantu
mereka memahami kehidupan nyata dalam lingkungan beserta segala masalahnya. Misalnya,
siswa diajak ke museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat yang
mengandung nilai sejarah atau kebudayaan tertentu. (Nasution, 2004).
4. Pendidikan kecakapan hidup yang diintegrasikan pada mata pelajaran.
Pengembangan kecakapan hidup terdiri dari: kecakapan personal, kecakapan sosial,
kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional (keterampilan untuk bekerja). (Nasution, 2004).
Adapun contoh pengintegrasian pendidikan kecakapan hidup dalam mata pelajaran,
adalah sebagai berikut :
1.) Pendidikan Agama, tujuannya : membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.) IPS, tujuannya : mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
terhadap kondisi sosial masyarakat.
3.) SBK, tujuannya : membentuk karakter peserta didik agar memiliki rasa seni dan pemahaman
budaya.
4.) Muatan Lokal, tujuannya : membentuk pemahaman terhadap potensi sesuai dengan ciri khas
di daerah tempat tinggalnya.
5.) Pengembangan diri, tujuannya : memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, minat, dan bakat.
5. Pembelajaran dengan Modelling
Modelling adalah metode pembelajaran dengan menggunakan model (guru) sebagai
obyek belajar perubahan tingkah laku yang kemudian ditiru oleh siswa. Modelling bertujuan
untuk mengembangkan keterampilan fisik dan mental siswa. (Nasution, 2004). Adapun hal-hal
yang harus diperhatikan dalam implikasi antropologi, adalah sebagai berikut : (Koentjaraningrat,
1990).
Kreasionisme (J.D. Butler, 1968). Menurut Evolusionisme, manusia adalah hasil puncak dari
mata
rantai evolusi yang terjadi di alam semesta. Manusia sebagaimana halnya alam
semesta ada dengan sendirinya berkembang dari alam itu sendiri, tanpa Pencipta. Penganut
aliran ini antara lain Herbert Spencer, Charles Darwin, dan Konosuke Matsushita. Sebaliknya,
Kreasionisme menyatakan bahwa asal usul manusia sebagaimana halnya alam semesta adalah
ciptaan suatu Creative Cause atau Personality, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Penganut aliran ini
antara lain Thomas Aquinas . Memang kita dapat menerima gagasan tentang adanya proses
evolusi di alam semesta termasuk pada diri manusia, tetapi tentunya kita
menolak
pandangan yang menyatakan adanya manusia di alam semesta semata-mata sebagai hasil evolusi
dari alam itu sendiri, tanpa Pencipta.
Wujud dan Potensi Manusia.
Wujud Manusia. menurut penganut aliran Materialisme yaitu Julien de La Mettrie
bahwa esensi manusia semata-mata bersifat badani, esensi manusia adalah tubuh atau
fisiknya. Sebab itu, segala hal yang bersifat kejiwaan, spiritual atau rohaniah dipandangnya
hanya sebagai resonansi dari berfungsinya badan atau organ tubuh. Tubuhlah yang
mempengaruhi jiwa. Contoh: Jika ada organ tubuh luka muncullah rasa sakit.
Pandangan
hubungan antara badan dan jiwa seperti itu dikenal sebagai Epiphenomenalisme (J.D.
Butler, 1968). Bertentangan dengan gagasan Julien de La Metrie, menurut Plato salah
seorang
penganut
aliran
Idealisme
-bahwa
esensi
manusia
bersifat
dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, dan salah satu tahapannya adalah yang
dikemukakan oleh witting yaitu :
Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi;
Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi;
Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi (Syah, 2003).
Definisi yang lain menyebutkan bahwa belajar adalah sebuah proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang menetap, baik yang dapat
diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil
latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan (Roziqin, 2007: 62).
Dari berbagai definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri belajar, yaitu:
1. Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku (change behavior).
2. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi
karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah.
3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang
berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial
4. Perubahan tingkah laku merupakan hasillatihan atau pengalaman
5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.
Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu
memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut:
1. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar bukan orang lain.
2. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya
3. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah
yang dilakukan selama proses belajar.
4. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses
belajar lebih berarti.
5. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberikan tanggung jawab dan
kepercayaan penuh atas belajarnya.
Filosofi Belajar
Filosofi itu sendiri berasal dari kata Filsafat. Menurut Suyitno (2009:6-7), Filosofis,
berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas suku kata philein/philos yang artinya cinta dan
sophos/Sophia yang artinya kebijaksanaan, hikmah, ilmu, kebenaran. Secara maknawi filsafat
dimaknai sebagai suatu pengetahuan yang mencoba untuk memahami hakikat segala sesuatu
untuk mencapai kebenaran atau kebijaksanaan.
Hubungan antara filsafat dan teori pendidikan sangatlah penting sebab ia menjadi dasar,
arah dan pedoman suatu sistem pendidikan. Sedangkan, Filsafat pendidikan merupakan aktivitas
pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses
pendidikan, menyelaraskan dan mengharmoniskan serta menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang
ingin di capai.
Berdasarkan uraian tersebut, maka jelaslah bahwa untuk melaksanakan dan ketercapaian
tujuan pendidikan dan pembelajaran dibutuhkan pemahaman hakikat yang akan diajarkan kepada
peserta didik. Sebagai manusia, peserta didik merupakan individu yang tersendiri dengan segala
kondisi kejiwaan yang ada padanya. Secara garis besar maka pendidikan dapat disebutkan
sebagai praktek, yaitu seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati dan didasari
dengan tujuan untuk membantu pihak lain (peserta didik) agar memperoleh perubahan perilaku.
Dengan demikian, landasan filosofis pendidikan sebagai hasil studi pendidikan tersebut,
dapat dijadikan titik tolak dalam rangka studi pendidikan yang bersifat filsafiah, yaitu
pendekatan yang lebih komprehensif, spekulatif, dan normatif.
Oleh sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu
memperkokoh landasan pendidikannya. Mengingat hakikat pendidikan adalah humanisasi, yaitu
upaya memanusiakan manusia, maka para pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai
salah satu landasannya. Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi
terhadap konsep dan praktek pendidikannya.
Selanjutnya, dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut dalam praktek pembelajaran,
seorang guru membutuhkan seperangkat alat-alat pembelajaran. Pembelajaran akan dapat
dilaksanakan secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan
efisien metode atau cara-cara pelaksanaannya hanya apabila dilaksanakan dengan mengacu pada
suatu landasan yang kokoh.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dalam rangka melaksanakan pembelajaran di
kelas, seorang guru perlu memahami hal-hal sebagai berikut:
Bagaimana pembelajaran yang baik, dengan strategi dan metode apa guru menyampaikan
pembelajaran
Sumber Refensi :
https://nazwadzulfa.wordpress.com/2013/05/09/filosofi-pembelajaran/html. Diunduh Tanggal 03
Juli 2016 Pukul 07:45 Wib
https://iqbalzonecoolz.wordpress.com/2014/05/03/belajar-dan-pembelajaran-hakekat
belajar/html. Diunduh Tanggal 03 Juli 2016 Pukul 07:45 Wib
4. Kajian historis tokoh-tokoh pendidikan
1. Al-Ghazali
Nama lengkap Al-Ghazali adalah Muhammad bin Muhammad, mendapat gelar Imam
besar Abu Hamid Hujjatul Islam yang dilahirkan pada tahun 450 H/ 1085 M, di suatu kampung
Ghazalah, Thusia, suatu kota di Khurasan, Persia. Ia keturanan Persia dan mempunyai hubungan
keluarga dengan raja-raja saljuk yang memerintah daerah Khurasan, Jibal, Irak, Persia, dan
Ahwaj. Ayahnya seorang miskin yang jujur, hidup dari usaha mandiri, bertenun kain bulu dan ia
sering kali mengunjungi rumah 'Alim ulama, menuntut ilmu dan berbuat jasa kepada mereka.
Ayah Al-Ghazali sering berdo'a kepada Allah agar diberikan anak yang pandai dan berilmu. Akan
tetapi belum sempat menyaksikan (menikmati) jawaban Allah atas do'anya, ia meninggal dunia
pada saat putera idamannya masih usia anak-anak (Zainuddin:1991:7).
Al-Ghazali mempunyai seorang adik yang bernama Ahmad, keduanya menjadi ulama
besar dan pengagum serta pecinta ilmu. Berkat bantuan seorang sufi sederhana dengan sedikit
harta yang diwariskan oleh orang tuannya, Al-Ghazali dan saudaranya memasuki Madrasah
Tingkat Dasar (Madrasah Ibtidaiyah) dengan memahami ilmu-ilmu dasar. Gurunya yang utama di
madrasah itu adalah Yusuf Al-Nassaj, seorang sufi yang kemudian disebut juga dengan nama
Imam Al-Haramain, Al-Nassajlah yang pertama kali meletakan dasar-dasar pemikiran sufi pada
diri Al-Ghazali (Bahri Ghazali, 2001:24). Al-Ghazali mempelajari ilmu fiqih, mantiq, dan ushul.
Ia pun mempelajari antara lain : filsafat dari risalah-risalah ikhwanusshofa karangan AlFarabi dan Ibnu Maskawaih, sehingga melalui ajaran-ajaran ahli filsafat itu, Al-Ghazali dapat
menyelami faham-faham Aristoteles dan pemikir Yunani yang lain. Ia pun mempelajari ajaaran
Islam dari imam Syafi'i, Haramlah, Jambad, Al-Muhasibi, dan lain-lain. Al-Ghazalipun berguru
pada imam Abu Ali Al-Faramzi, murid Al-Qusyairi yang terkenal dan shabat Al-Subkhi, ia
memiliki jasa yang besar dalam mengajar ilmu tasawuf pada Al-Ghazali. Suatu ketika, Al-Ghazali
ikut serta dalam perdebatan dengan sekumpulan ulama dan para intelek yang dihadiri oleh
Nidham AlMulk. Berkat penguasaan himat wawasan ilmu yang luas, kelancaran berbahasa dan
kekuatan
argumentasinya.
Al-Ghazali
berhasil
memenangkan
perbedaan
ilmiah
itu.
Kemampuannya itu dikagumi Nizham Al-Mulk, sehingga menteri ini berjanji akan
mengangkatnya menjadi guru pada sekolah yang didirikannya di Baghdad. Rangkaian peristiwa
yang bersejarah bagi Al-Ghazali ini tejadi pada tahun 484 H, atau 1091 M (Fathiyah Hasan
Sulaiman, 1993:10).
2. Ibnu Kholdun
Salah satu tokoh pemikir pendidikan islam adalah Ibnu Khaldun, yang memang sejak
kecil haus akan ilmu pengetahuan, selalu tidak puas dengan ilmu yang telah diperolehnya,
sehingga memungkinkan beliau mempunyai banyak guru yang telah mengajarinya. Tidak heran
jika beliau termasuk orang yang pandai dalam ilmu islam, tidak saja dalam bidang agama, tetapi
juga bidang- bidang ilmu umum, seperti sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan lain-lain.
Ibnu Khaldun, seorang cendikiawan muslim yang sangat populer ini mempunyai nama
lengkap Abdu Ar-Rahman bin Al-Hasan bin Khaldun, dilahirkan di Tunisia pada tahun 732
H/1332 M dan wafat di Mesir pada tahun 808 H (1406). Nama lengkapnya Abu Zaid Abdurahman
Ibnu Muhammad Ibnu Khaldun Waliyudin al Tunisi al Hadramy al Asbili al Miliki.
Dia berasal dari keluarga Andalusia yang berdomisili di Silvia. Nenek moyangnya berasal
dari kabilah bani Wa-il yang berasal dari negeri Hadramaut Yaman, yang diduga berhijrah ke
Andalusia pada abad ke-3 H. Pada abad ke-7 H keluarga Ibnu Khaldun dari Silvia ke Tunis. Ibnu
Khaldun dibesarkan di Tunis. Sejak kecil beliau telah mendapat didikan langsung dari orang
tuanya untuk mempelajari dasar-dasar pemahan Al-quran. Tidak sedikit guru-guru yang telah
beliau timba ilmunya, antara lain: Syaikh Abu Abdilah bin Araby Al-Hashoyiry, Abu Abdillah
Muhammad bin Asy-Syawas AzZarzaly, Abu Al-Abbas Ahmad bin Al-Qashar dan Abu Abdillah
Muhammad bin Bahr.
Mereka semua merupakan guru- guru yang mengajarkan bahasa arab. Hal ini tidak
mengherankan jika Ibnu Khaldun termasuk pemikir yang interaktif dan mudah diterima hasilhasil pemikirannya karena kepiawaian beliau dalam menggunakan bahasa.
3.Prof. Dr. M.J. (Martinus Jan) Langeveld (1905-1989)
Prof. Langeveld belajar Sejarah dan bahasa Inggris di Universitas Utrecht, tapi gelar
PhD. diperoleh dari Linguistics tahun 1934. Berkat dorongan dari gurunya Philip Kohnstamm,
Langeveld berhasil memperoleh gelar Profesor dibidang Pedagogi dari Univ. Utrecht dari 19391971. Bersama Buytendijk, Rumke en Pompe, Langeveld mendirikan program studi IVLOS
sekarang bernama ilmu sosial.
1. P aulo Freire
Membaca pemikiran Paulo Freire tidak bisa dipisahkan dari sejarah hidupnya di masa
kecil. Maka, dengan mengetahui biografi hidupnya akan semakin memperjelas pembacaan
terhadap alur pemikiran Paulo Freire.
Paulo Freire lahir pada 19 September 1921 di Recife, sebuah kota pelabuhan bagian
selatan Brasil. Recife merupakan sebuah kota yang terbelakang dan miskin. Ayahnya bernama
Joaquim Temistocles Freire, berprofesi sebagai polisi militer di Pernambuco yang berasal dari Rio
Grande de Norte. Dia, ayahnya, adalah seorang pengikut aliran kebatinan, tanpa menjadi anggota
dari agama resmi. Baik budi, cakap, dan mampu untuk mencintai.
Ibunya, Edeltrus Neves Freire, berasal dari Pernambuco, beragama Katolik, lembut, baik
budi, dan adil. Merekalah yang dengan contoh dan cinta mengajarkan kepada Paulo Freire untuk
menghargai dialog dan menghormati pendapat orang lain. Pada tahun 1929 krisis ekonomi
melanda Brasil. Orang tuanya, yang termasuk kelas menengah terkena imbas krisis itu dan
mengalami kejatuhan financial yang sangat hebat. Akibat kondisi seperti itu, Freire terpaksa
belajar mengerti apa artinya menjadi lapar bagi seorang anak sekolah. Sehingga pada umur
sebelas tahun, karena pengalaman yang mendalam akan kelaparan, bertekad untuk mengabdikan
kehidupannya pada perjuangan melawan kelaparan, agar anak-anak lain jangan sampai
mengalami kesengsaraan yang tengah dialaminya.
Paulo Freire kuliah di Universitas Recife pada fakultas hukum. Dia juga belajar filsafat
dan psikologi bahasa sambil menjadi guru penggal waktu Bahasa Portugis di karya-karya di
bidang yang diminatinya tersebut. Paulo Freire pernah bekerja sebagai bahkan ia menjadi
Direktur Bagian pendidikan dan Kebudayaan SESI (Pelayanan Sosial) di Negara Bagian
Pernambuco. Paulo Freire mendapatkan gelar doktor di Universitas Recife pada tahun 1959.
Paulo Freire mendapat undangan dari Amerika Serikat untuk Tenaga Ahli Pusat Studi
Pembangunan Dan Perubahan Sosial serta Guru Besar Tamu di Pusat Studi Pendidikan dan
Pembangunan, Universitas Harvard.
1. John Locke
( 29 Agustus 1632 28 Oktober 1704 ) , Filosuf aliran empirismen yang dikenal dengan
dicapai dengan pikiran, terdapat cita-cita yang mempunyai bentuk-bentuk sendiri, tidak berubah
dan tidak terdiri dari zat; (b) Dalam keadaan aslinya, sebelum manusia diturunkan ke dunia, ia
melihat bentuk-bentuk itu dalam alam aslinya. Jika manusia kemudian memperoleh badan
jasmaniahnya, maka ia melalui pancainderanya akan ingat kembali cita-cita itu. Dengan
demikian , penginderaan tidak memberi pengetahuan baru, tetapi hanya ingatan saja kepada citacita yang telah ada di dalam asalnya.
1.
Periode telur.
Berlangsung sejak pembuahan sampai akhir minggu kedua.
b.
Periode embrio.
Dari akhir minggu kedua sampai akhir bulan kedua.
c.
Periode janin.
Dari akhir bulan kedua sampai bayi lahir.
fase pemberhentian,artinya masa tidak terjadi pertumbuhan atau perkembangan. Masa ini juga
dikenal dengan masa resting age yaitu masa istirahat, guna menyesuaikan diri dengan keadaan
baru didunia ini.
Periode ini dibagi menjadi 2 tahap,yaitu : Pertama disebut periode parunate yaitu sejak
janin baru keluar dari Rahim sampai tali pusar dipotong. Kedua disebut peride neonate sampai
sekitar akhir minggu kedua setelah kelahiran.
Ciri ciri yang penting pada masa ini adalah :
a.
Periode ini merupakan fase perkembangan yang tersingkat dari seluruh periode
perkembangan manusia.
b.
Periode ini merupakan saat penyesuaian diri untuk kelangsungan hidup janin.
c.
d.
Diakhir periode ini bila si bayi selamat maka merupakan awal perkembangan lebih lanjut.
3.
Masa bayi merupakan masa dasar yaitu masa pembentukan dasar-dasar kehidupan yang
sesungguhnya,karena pada saat ini banyak pola prilaku,sikap dan pola ekspresi emosi terbentuk.
b.
Bayi berkembang pesat baik fisik maupun psikologisnya sehingga penampilan dan
sosialisasi.
d.
Masa bayi adalah masa permulaan penggolongan seks atau jenis kelamin.
e.
Masa bayi adalah masa yang menarik sehingga semua orang suka kepada bayi.
f.
Masa bayi adalah permulaan masa kreatifitas,pada bulan-bulan pertama bayi mulai belajar
mengembangkan minat dan sikap yang merupakan dasar bagi kreatifitasnya kemudian,dan untuk
penyesuaian diri nya dengan pola-pola yang diletakkan orang lain atau orang tua.
4.
sulit atau problematis, karena memellihara atau mendidik mereka sulit. Masa ini juga disebut
sebagai usia main karena sebagian besar hidup anak dihabiskan untuk bermain.
Masa kanak-kanak awal merupakan saat yang tepat untuk belajar mencapai berbagai
keterampilan. Karena anak senang mengulang-ngulang,hal ini penting artinya dalam belajar
keterampilan. Selain itu anak pada masa ini juga berani dan senang mencoba hal-hal baru. Pada
masa ini mereka juga belum banyak memiliki leterampilan sehingga tidak ada gangguan untuk
mendapatkan keterampilan-keterampilan baru.
5.
6-12 tahun. Masa ini disebut orang tua dengan masa tidak rapi, masa bertengkar dan masa
menyulitkan
Pada masa keserasian bersekolah ini anak=anak relatif lebih mudah untuk dididik
disekolah dari masa sebelum dan sesudahnya nanti. Mas ini dapad dibagi dalam 2 fase,yaitu :
a.
b.
Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar umur kira-kira 9 atau 10 sampai 12 atau 13 tahun.
6.
Masa puber merupakan periode tumpang tindih karena mencakup akhir masa kanakkanak dan awal masa remaja,yaitu dari umur 12 atau 13 sampai umur 16 atau 17.
Perubahan pada masa puber mempengaruhi keadaan fisik,sikap dan prilakku. Karena
kaibat perubahan nya cenderung buruk, terutama sselama awal masa puber, maka masa puber
sering disebut masa negatif.
Pada masa puber ini,bahay fisik tampaknya lebih ringan dibandingkan dengan bahaya
Psikolohis.
Bahaya
psikologis
yangb
paling
umum
terjadi
adalah
kecenderungan
b.
Masa remaja akhir yang berlangsung hingga mencapai usia kematangan resmi secra hukum
yaitu 21 tahun.
Masa remaja merupakan periode perubahan yang sangat pesat baik dalam perubahan fisik
nya maupun perubahan sikap dan perilakunya.ada 4 perubahan yang bersifat Universal selama
masa remaja yaitu :
a.
Menigkatnya emosi.
b.
Perubahan fisik.
c.
d.
Bersikap ambivalensi.
memvariasikan setiap metode yang dipakai. Dari sini menimbulkan yang namanya cinta
terhadap bidang studi, sebab pendidik mampu memberikan ransangan terhadap peserta didik
untuk belajar, karena yang disajikan benar-benar mengenai atau mengarah pada diri peserta
didik yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya setelah peserta didik
terangsang terhadap pendidikan maka pendidik tinggal memberikan motivasi secara
kontinew. Oleh karena itu pendidik atau lembaga tinggal memberikan atau menyediakan
sarana dan prasarana saja, sehingga peserta didik dapat menerima pengalaman yang dapat
menyenangkan hati para peserta didik sehingga menjadikan peserta didik belajar semangat.
2. Memberikan Motivasi Belajar Motivasi adalah sebagai pendorong peserta didik yang
berguna untuk menumbuhkan dan menggerakkan bakat peserta didik secara integral dalam
dunia belajar, yaitu dengan diambil dari sisitem nilai hidup peserta didik dan ditujukan
kepada penjelasan tugas-tugas. Motivasi merupakan daya penggerak yang besar dalam proses
belajar mengajar, motivasi yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa:
a. Memberikan penghargaan. Usaha-usaha meyenangkan yang diberikan kepada peserta
didik yang berprestasi yang bagus, baik berupa kata-kata, benda, simbul atau berupa
angka (nilai). Penghargaan ini bertujuan agar peserta didik selalu termotivasi untuk
lebih giat belajar dan mampu bersaing dengan teman-temannya secara sehat, karena
dengan itu pendidik akan mudah meningkatkan kualita pendidikan.
b. Memberikan hukuman. Pemberian hukuman ini bersifat mendidik artinya bentuk
hukuman itu sendiri berkaitan dengan pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk
memperbaiki kesalahan.
c. Mengadakan kompetisi dan lomba. Pengadaan ini dipergunakan untuk meningkatkan
prestasi peserta didik untuk membantu peserta didik dalam pembentukan mental yang
tangguh selain pembentukan pengetahuan.untuk membantu proses pengajaran yang
selalu dimulai dari hal-hal yang nyata bagi siswa.
Sumber Refensi :
http://www.kompasiana.com/marlensirait/upaya-untuk-meningkatkan-mutu-pendidikanpeningkatan-mutu-belajar_55293556f17e61cc4a8b45aa. Diunduh Tanggal 04 Juli 2016 Pukul
11:15 Wib
http://echananaey.blogspot.co.id/2012/11/kedudukan-peserta-didik-dan-pendidik.html. Diunduh
Tanggal 04 Juli 2016 Pukul 11:15 Wib
6). Kajian tugas perkembangan (development task)
Tahap Perkembangan
Konsep mengenai pengelompokan tahap perkembangan individu berkembang mengacu
pada aturan dan konstruksi sosial tertentu. Maksud dari konstruksi sosial disini adalah ide dasar
mengenai hakikat dari sebuah realita yang secara luas diakui dan diterima oleh masyarakat pada
rentang waktu tertentu, yang didasarkan pada asumsi dan persepsi subjektif dari masyarakat
tersebut. Pada dasarnya tidak ada konsep atau teori yang bisa mendefinisikan kapan seorang anak
kecil menjadi dewasa, atau seorang pemuda menjadi orang tua.
Sebagai ilustrasi, konsep masa anak-anak dalam sudut pandang suatu konstruksi sosial
dipandang sebagai orang dewasa kecil, dalam arti dapat diperlakukan seperti orang dewasa.
Berbagai bukti menunjukan diberbagai negara berkembang, anak-anak banyak dipekerjakan
dengan jumlah waktu kerja yang kurang lebih hampir sama dengan orang dewasa.
Pengelompokan tahap perkembangan manusia di negara-negara maju seperti di Amerika,
Eropa telah mengetahui, mengakui, dan memahami tahap perkembangan manusia, seperti masa
perkembangan remaja. Namun di negara-negara pra-industri atau negara terbelakang, konsep
pentahapan perkembangan seperti yang dipahami sekarang tidaklah berlaku.
Sebagai contoh Papalia (2004) menjelaskan bahwa di suku Chippewa- Indian, konsep
masa remaja tidak dikenal dalam konsep perkembangan orang-orang tersebut. Konsep
perkembangan di suku Chippewa hanya mengenal konsep anak-anak, dewasa dan orang tua.
Selain itu, beberapa suku di benua Afrika juga demikian, di Suku Gussi di Kenya, tidak
mengenal konsep masa tengah perkembangan (masa remaja dan dewasa awal).
Tahap perkembangan yang dibahas dalam literatur psikologi perkembangan secara umum
masih merujuk pada konsep perkembangan di di Barat (Eropa dan Amerika ) yang meliputi
kajian aspekk perkembangan fisik dan psikomotorik, kognitif, dan psikososial.
Kajian Religi, Etika, Yuridis, Sosio Kultural dan Sosio Ekonomis terhadap Tujuan
Pendidikan
Landasan religius pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau
agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
Seseorang yang tidak memahami agama tidak akan mampu mengembangkan pengetahuan yang
mereka dapat. Seperti yang kita ketahui ilmu tanpa agama akan menjadi buta, dan agama tanpa
ilmu akan menjadi lumpuh. Dalam mengembangkan ilmu yang kita dapatkan, maka peranan
agama sangat berpengaruh.Sehingga ajaran agama dan ilmu yang kita dapatkan harus berjalan
dengan seimbang. Selain itu ilmu juga bisa kita dapatkan pada kitab suci, seperti umat Hindu
dapat mempelajari kitab suci Weda untuk mendapatkan ilmu, dan dapat mengembangkannya
sesuai dengan ajaran ajaran kitab suci tersebut.
Landasan filosofis pendidikan adalah asumsiasumsi yang bersumber dari filsafat yang
dijadikaan titik tolak pendidikan. Ada berbagai aliran filsafat, antara lain: Idealisme, Realisme,
Pragmatisme, Pancasila, dsb. Landasan filosofis pendidikan tidaklah satu melainkan ragam
sebagaimana ragamnya aliran filsafat. Sebab itu, dikenal adanya landasan filosofis pendidikan
Idealisme, landasan filsofis pendidikan Pragmatisme, dsb. Contoh: Penganut Realisme antara
lain berpendapat bahwa pengetahuan yang benar diperoleh manusia melalui pengalaman atau
penginderaan. Implikasinya, penganut Realisme mengutamakan metode mengajar yang
memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman
langsung (misal: melalui observasi, praktikum, dsb.) atau melalui pengalaman tidak langsung
(misal: melalui membaca laporan-laporan hasil penelitian,dsb).
Selain tersajikan berdasarkan aliran-alirannya, landasan filosofis pendidikan dapat pula
disajikan berdasarkan tema-tema tertentu. Misalnya dalam tema: Manusia sebagai Animal
Educandum (M.J. Langeveld, 1980), Man and Education (Frost, Jr., 1957), dll.
Sosiologi Adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidahkaidah psikologi yang
dijadikan titik tolak pendidikan. Contoh: Setiap individu mengalami perkembangan secara
bertahap, dan pada setiap tahap perkembangannya setiap individu memiliki tugas-tugas
perkembangan yang harus diselesaikannya. Implikasinya, pendidikan mesti dilaksanakan secara
bertahap; tujuan dan isi pendidikan mesti disesuaikan dengan tahapan dan tugas perkembangan
peserta didik
Legalitas, Landasan hukum/yuridis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber
dari peraturan perundangan yang berlaku, yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh:
Di dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan: Setiap
warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan
dasar (Pasal 6); Setiap warga Negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti program wajib
belajar (Pasal 34). Implikasinya, Kepala Sekolah Dasar atau panitia penerimaan siswa baru di
SD harus memprioritaskan anak-anak (pendaftar) berusia tujuh tahun untuk diterima sebagai
siswa daripada anak-anak yang baru mencapai usia enam tahun. Karena itu, panitia penerimaan
siswa baru perlu menyusun daftar urut anak (pendaftar) berdasarkan usianya, baru menetapkan
batas nomor urut pendaftar yang akan diterima sesuai kapasitas yang dimiliki sekolah.
Kultural, Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab
kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari
generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baiksecara formal maupun informal.
Anggota
masyarakat
berusaha
melakukan
perubahan-perubahan
yang
sesuai
dengan
perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-norma baru
sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi
kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi
kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
Ekonomi, Adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidahkaidah ekonomi yang
dijadikan titik tolak pendidikan. Contoh: Kalkulasi ekonomi selalu berkenaan dengan modal,
produksi, distribusi, persaingan, untung atau laba dan rugi. Implikasinya, pendidikan dipandang
sebagai penanaman modal pada diri manusia (human investment) untuk mempertinggi mutu
tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan produksi. Selain itu, pemilihan sekolah atau jurusan
oleh seseorang akan ditentukan dengan mempertimbangkan kemampuan biaya/modal yang
dimilikinya, prospek pekerjaan serta gaji yang mungkin diperolehnya setelah lulus dan bekerja.
Jika sekolah ingin laku (banyak memperoleh siswa), maka harus mempunyai daya saing tinggi
dalam hal prestasi.
Tujuan
Pendidikan
Nasional adalah
mencerdaskan
kehidupan
bangsa
dan
mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk berlombalomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan
merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan pemrintah ini, maka usahakan pendidikan
mulai dari tingkat SD sampai pendidikan di tingkat Universitas.
Pada intinya pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi disini pendidikan hanya menekankan
pada intelektual saja, dengan bukti bahwa adanya UN sebagai tolak ukur keberhasilan
pendidikan tanpa melihat proses pembentukan karakter dan budi pekerti anak.
Sumber Refensi :
http://benymahendr4.blogspot.co.id/2015/09/landasan-landasan-ilmu-pendidikan.html. Diunduh
tanggal 29 Juni 2016 Pukul 12:12
http://belajarpsikologi.com/tujuan-pendidikan-nasional/html. Diunduh tanggal 29 Juni 2016
Pukul 12:12
3.Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran padajalur pendidikan baik pendidikan informal, pendidikan
formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan danjenis pendidikan tertentu.
Istilah lain peserta didik
Siswa/siswi istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan menengah pertama dan
menengah atas. Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya
diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari
berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan
edukatif/pedagogis.
Mahasiswa/mahasiswi istilah umum bagi peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi
yaitu perguruan tinggi ataupun sekolah tinggi.
Taruna, Banyak digunakan Sekolah Militer atau yang menganut sistem militer, menurut
KBBI berarti pelajar (siswa) sekolah calon perwira, beberapa Perguruan Tinggi Kedinasan
juga menggunakan kata Taruna untuk menyebut Peserta Didik, diantaranya STPN Yogyakarta,
STIP Jakarta, dan STP.
Warga belajar istilah bagi peserta didik yang mengikuti jalur pendidikan nonformal.
Misalnya seperti warga belajar pendidikan keaksaraan fungsional
Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti pendidikan
formal tingkat dasar maupun pendidikan formal tingkat menengah.
Murid istilah lain peserta didik tingkat taman kanak-kanak dan sekolah dasar.
Santri adalah istilah bagi peserta didik suatu pesantren atau sekolah-sekolah salafiyah
yang sangat mempunyai potensi.
Sumber Refensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Peserta_didik. Diunduh Tanggal 29 Juni 2016 Pukul 12:21 Wib
1. Pendidik / Guru
Guru (bahasa Sanskerta: yang berarti guru, tetapi arti secaraharfiahnya adalah "berat")
adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalambahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalursekolah atau
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus
mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang
mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru
Secara formal, guru adalah seorang pengajar di sekolah negeri ataupun swasta yang memiliki
kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal minimal berstatus sarjana, dan telah
memiliki ketetapan hukum yang sah sebagai guru berdasarkan undang-undang guru dan dosen
yang berlaku di Indonesia.
3.Penyelenggara Pendidikan
Penyelenggara Pendidikan adalah pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur pendidikan formal. (Pasal 1 Angka 5 UU Nomor 14
Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen).
Prinsip Dasar Penyelenggaraan Pendidikan
1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.
2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka
dan multimakna.
3. Pendidikan sistem terbuka: fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintas
satuan dan jalur pendidikan
4. Pendidikan multimakna: proses pendidikan yang diselenggarakan dengan berorientasi
pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak dan kepribadian, serta berbagai
kecakapan hidup
5. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Diunduh
aturan
kurikulum,
materi
pelajaran
bersifat
intelektual,
akademis
dan
berkesinambungan serta memiliki anggaran atau biaya pendidikan yang ditentukan sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan. Lembaga pendidikan yaitu pendidikan di sekolah ini merupakan
lanjutan dari pendidikan di lingkungan keluarga dan merupakan jembatan bagi anak untuk terjun
dalam kehidupan bermasyarakat.
Lembaga Pendidikan Non Formal
Lembaga non formal ini didapat atau diperoleh dari lingkungan masyarakat. Apa yang
terjadi di masyarakat merupakan pendidikan dan pembelajaran bagi setiap individu. Layanan
pendidikan di lingkungan masyarakat ini dibutuhkan warganya sebagai tambahan, pengganti atau
pelengkap dari pendidikan yang diperoleh di sekolah atau d rumah.
Materi yang didapat bersifat praktis dan sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat saat
itu. Pembelajaran ini diperoleh secara langsung atau praktik. Program yang dibuatpun sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Berbeda dengan pendidikan formal dan in formal, dimana
pendidikan di masyarakat tidak mengenal jenjang usia dan waktu yang tidak ditentukan.
Fungsi Lembaga Informal
fungsi pendidikan di lingkungan keluarga antara lain:
-
lingkngan sekitar;
Mengenal segala budaya dan aspeknya;
Menumbuhkan sifat kedewasaan anak didik;
Membentuk kepribadian;
Mengembangkan bakat anak didik untuk terjun dalam masyarakat;
Memberikan bekal yang cukup sesuai kebutuhannya di masyarakat.
pendidikan, karena masyarakatlah yang membantu pengadaan dari sarana dan prasarana juga
menyediakan lapangan kerja untuk warganya. Adapun fungsi lembaga non formal atau
lingkungan masyarakat antara lain:
-
Sumber Refensi :
http://www.seputarpengetahuan.com/2015/03/macam-macam-lembaga-pendidikan-danfungsinya.html. Diunduh Tanggal 04 Juli 2016 Pukul 11:37 Wib
5)
Orang tua
Sejumlah upaya dilakukan orang tua untuk mendukung pendidikan anak-anaknya.
Misalnya, dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif di rumah, penerapan waktu
khusus belajar bagi anak dan melakukan pendampingan saat anak belajar, bahkan tak sedikit pula
orang tua yang mengalokasikan anggaran khusus untuk les tambahan yang diharapkan bisa
meningkatkan prestasi anak di sekolah. Apapun upaya yang dilakukan, itikadnya satu, yaitu
peduli pada pendidikan anak.
Tapi, peran aktif Anda tentu saja perlu didukung oleh komunikasi yang baik antara orang
tua dan pihak sekolah. Mendampingi anak mengerjakan PR, padahal Anda sendiri tak mengerti
sama sekali metode yang gurunya ajarkan di sekolah, tentu hanya akan menimbulkan frustasi
baik pada diri Anda maupun anak. Atau, mendaftarkan les tambahan yang ternyata semua
metode belajarnya berbeda dari kurikulum sekolah, akan sia-sia belaka. Itu sebabnya, Anda juga
harus berinteraksi aktif dengan para guru anak.
Orangtua yang sibuk dengan pekerjaan sering melakukan upaya untuk menemukan cara
untuk terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka, terutama di sekolah-sekolah mereka. Bukti
menunjukkan bahwa memiliki orang tua terlibat di sekolah dasar (SD) akan menuai efek positif
yang akan berlangsung seumur hidup anak. Jadi tidak hanya peran guru dan lingkungan yang
penting tetapi peran orang tua juga memegang peranan yang sangat penting dalam prestasi
belajar anak.
Sebuah publikasi oleh Divisi Penelitian dan Pendidikan Sekolah Kamehameha membuat
catatan bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan dasar anak-anak memiliki dampak positif
untuk melanjutkan nilai akademis anak melalui sekolah tinggi. Berdasarkan bukti-bukti yang
mereka melihat, menjadi tertarik dan terlibat dalam pendidikan awal anak-anak memiliki efek
positif selama karir akademik anak, meskipun orang tua tidak terlibat di tingkatan sekolah yang
lebih tinggi misalnya di universitas. Konsisten dengan temuan ini, Sekolah Kamehameha juga
menemukan bahwa di kelas lima SD, mereka yang orang tuanya tidak terlibat dalam pendidikan
mereka memiliki nilai lebih rendah di jenjang sekolah yang lebih tinggi dibandingkan dengan
siswa dengan orang tua terlibat aktif di kelas lima.
Peningkatan prestasi akademik di antara siswa yang orang tuanya terlibat dalam
pendidikan dasar mereka tampaknya memiliki efek global, menurut Sekolah Kamehameha.
Sebagai contoh, orangtua mungkin bekerja sebagai seorang sejarawan mendampingi anak belajar
dirumah dan terlibat dalam program sejarah di sekolah dasar anaknya. Anak akan memiliki nilai
yang lebih tinggi dalam semua mata pelajaran karena keterlibatan ayahnya, bukan hanya nilai
sejarahnya. Juga nilai matematika, bahasa inggris dan sainsnya diharapkan menjadi lebih tinggi
sebagai akibat dari keterlibatan ayahnya dalam pendidikannya. Baca juga cara meningkatkan
motivasi belajar diri sendiri
Profesor sosiologi Sophia Catsambis dari Queens College, dalam sebuah laporan tahun
1998, membahas bukti bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan pada tingkat sekolah
tinggi memiliki efek positif pada perilaku siswa dan sikap terhadap sekolah, dan prestasi
akademik. Dia juga menunjukkan bahwa kurangnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan
anak-anak memberikan efek yang sangat signifikan, dan bukti yang dikumpulkan sejauh ini
cukup menjanjikan. Keterlibatan orang tua di sekolah tinggi termasuk penataan waktu kapan saat
mengerjakan PR sekolah, kapan membantu orang tua mengerjakan tugas sehari-hari dirumah dan
keterlibatan siswa dalam kegiatan sekolah memberikan dampak yang jauh lebih positif.
6.
Freeman (1984) yang mendefinisikan stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat
kepentingan relatif stakeholder terhadap issu, Grimble and Wellard (1996), dari segi posisi
3
orang atau kelompok tertentu yang mempunyai kepentingan apa pun terhadap sebuah obyek
disebut stakeholder.
Jadi stakeholder pendidikan dapat diartikan sebagai orang yang menjadi pemegang dan
sekaligus pemberi support terhadap pendidikan atau lembaga pendidikan. Dengan Perkataan lain
stakeholder adalah orang-orang atau badan yang berkepentingan langsung atau tidak langsung
terhadap kegiatan pendidikan di sekolah.
Jenis-Jenis dan Tingkatan Organisasi Jasa Pendidikan
Organisasi penyelenggara Jasa Pendidikan di Indonesia terdiri atas beberapa jenis dan
tingkatan, setiap tingkatan menunjukkan peningkatan jenjang pengetahuan. Adapun beberapa
penyelenggara organisasi jasa pendidikan diIndonesia adalah
Taman Kanak-kanak yang selanjutnya disingkat TK adalah salah satu bentuk satuan
Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formalyang menyelenggarakan program
pendidikan bagi anak berusia 4 (empat)tahun sampai dengan 6 (enam) tahun.
Raudhatul Athfal (RA) dan Bustanul Athfal (BA) adalah salah satu bentuk satuan
Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal yangmenyelenggarakan program
pendidikan dengan kekhasan agama Islam bagi anak berusia 4 (empat) tahun sampai dengan 6
(enam)tahun.
Sekolah Dasar (SD) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formalyang
Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah salah satu bentuk satuan pendidikanformal dalam
binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikanumum dengan kekhasan agama Islam
pada jenjang Pendidikan Dasar.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal
yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang Pendidikan Dasar sebagai lanjutan dari
SD, MI, atau bentuk lainyang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau
setara SD atau MI.6.
Madrasah Tsanawiyah (MTs) adalah salah satu bentuk satuan pendidikanformal dalam
binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikanumum dengan kekhasan agama Islam
pada jenjang Pendidikan Dasar sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat atau
lanjutandari hasil belajar yang diakui sama atau setara SD atau MI
Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang Pendidikan Menengah sebagai lanjutan dari
SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau
setara SMP atau MTs.
Madrasah Aliyah (MA) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan
Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam pada
jenjang Pendidikan Menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat
atau lanjutan darihasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal
dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan dengan kekhasan
agama Islam pada jenjang Pendidikan Menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk
lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.
Perguruan Tinggi (PT) merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
Sumber Refensi :
http://huurinien.blogspot.co.id/2015/09/stakeholder-dalam-pendidikan.html. Diunduh Tanggal 03
Juli 2016 Pukul 09:00 Wib
1. Masyarakat
dilakukan oleh
sekelompok orang dalam bidang pendidikan dengan tujuan untuk memajukan pendidikan dengan
cara-cara tertentu. Kelompok orang yang
berhubungan langsung dengan
komite sekolah, masyarakat luas yang tergabung dalam dewan pendidikan, dunia usaha seperti
badan-badan usaha yang dapat berpartisipasi dalam program Manajemen Berbasis Sekolah,
penyelenggara pendidikan nonpemerintah, dan sebagainya.
Keluarga dan masyarakat bukan lagi pihak yang pasif hsnys penerima keputusankeputusan dalam penyelenggaraan pendidikan. Mereka harus aktif menentukan dan membuat
program bersama sekolah dan pemerintah.
Makna Pembangunan Nasional
Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan keseluruhan
sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan Tujuan Nasional. Dalam pengertian lain,
pembangunan nasional dapat diartikan merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk
melaksanakan tugas mewujudkan Tujuan Nasional.
Pelaksanaan pembangunan mancakup aspek kehidupan bangsa, yaitu aspek politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan secara berencana, menyeluruh, terarah,
terpadu, bertahap dan berkelanjutan untuk memacu peningkatan kemampuan nasional dalam
rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih maju.
Oleh karena itu, sesungguhnya pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk
terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara benar, adil,
dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaranegara yang maju
dan demokratis berdasarkan Pancasila.
Hakikat Pembangunan Nasional
Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini berarti dalam pelaksanaan pembangunan
nasional adalah sebagai berikut :
1. Ada keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kebulatan yang utuh dalam seluruh kegiatan
pembangunan. Pembangunan adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya manusia untuk
pembangunan. Dalam pembangunan dewasa ini dan jangka panjang, unsur manusia, unsur
sosial budaya, dan unsur lainnya harus mendapat perhatian yang seimbang.
2. Pembangunan adalah merata untuk seluruh masyarakat dan di seluruh wilayah tanah air.
3. Subyek dan obyek Pembangunan adalah manusia dan masyarakat Indonesia, sehingga
pembangunan harus berkepribadian Indonesia dan menghasilkan manusia dan masyarakat
maju yang tetap berkepriadian Indonesia pula.
4. Pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan Pemerintah. Masyarakat adalah
pelaku
utama
pembangunan
dan
pemerintah
berkewajiban
untuk
mengarahkan,
2. Penegakan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
3. Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan
kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan
persaudaraan umat beragama yang berakhlak mulia, toleran, rukun dan damai.
4. Penjaminan kondisi aman, damai, tertib dan ketenteraman masyarakat.
5. Perwujudan sistem hukum nasional yang menjamin tegaknya supremasi hukum dan hak asasi
manusia berlandaskan keadilan dan kebenaran
6. Perwujudan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis, kreatif, dan berdaya
tahan terhadap pengaruh globalisasi.
7. Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha
kecil, menengah dan koperasi, dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang
bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan, bersumber daya alam, dan sumber daya
manusia yang produktif, mandiri maju, berdaya saing dan berwawasan lingkungan.
8. Perwujudan otonomi daerah dalam rangka pengembangan daerah dan pemerataan
pertumbuhan dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia.
9. Perwujudan kesejahteraan rakyat yang ditandai oleh meningkatnya kualitas kehidupan yang
layak dan bermartabat serta perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar, yaitu
pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, dan lapangan kerja.
10. Perwujudan aparatur negara yang berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdaya guna,
produktif, transparan; yang bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
11. Perwujudan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna
memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatgif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat,
berdisiplin, bertanggungjawab, berketerampilan, serta menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia.
12. Perwujudan politik luar negeri yang berdaulat, bermanfaat, bebas dan proaktif bagi
kepentingan nasional dalam menghadapi perkembangan global.
Sumber Refensi :
http://akumagnae.tumblr.com/post/24055155156/makna-pembangunan-nasional.
Diunduh
tentunya tidak dapat terlepas dari hubungan internasional. Hal ini karena setiap negara memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga hubungan internasional melengkapi itu.
Hubungan internasional tidak hanya terjadi karena ingin bekerjasama. Persahabatan,
persengketaan, permusuhan, ataupun peperangan juga termasuk hubungan internasional.
Hubungan internasional bisa antar individu, antar kelompok, maupun antar negara di
negara yang berbeda. Menurut Sam Suhaedi, hubungan antar internasional juga terdapat hukum
internasional yang mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat internasional
Manusia sebagai makhluk sosial. Manusia adalah makhluk sosial yang hidup bersama
dengan sesamanya dan bergaul dengan sesamanya. Dalam pergaulan tersebut setiap orang
melakukan tindakan tindakan- tindakan sosial tertentu, sehingga terjadi saling mempengaruhi
antar manusia yang satu terhadap manusia yang lainnya.
Pentingnya kerja sama internasional bagi suatu Negara
Hubungan kerjasama antar negara (internasional) di dunia diperlukan guna
memenuhi kebutuhan hidup dan eksistensi keberadaan suatu negara dalam tata pergaulan
internasional, di samping demi terciptanya perdamaian dan kesejahteraan hidup yang merupakan
dambaan setiap manusia dan negara di dunia.
Setiap negara tentu memiliki kelebihan, kekurangan dan kepentingan yang berbeda. Halhal inilah yang mendorong dilakukannya hubungan dan kerjasama internasional. Kerjasama
antar bangsa di dunia didasari atas sikap saling menghormati dan saling menguntungkan.
Kerjasama internasional antara lain bertujuan untuk :
perdamaian dunia.
Menciptakan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya.
Contoh Hubungan Internasional atau Kerja Sama dengan Lembaga Yang Ada Di Luar
Negeri
Kerjasama internasional dibidang pendidikan juga dilakukan dengan Negara macan
asia, jepang. Jepang bias dianggap sebagai salah satu Negara penting yang berperan dalam
meningkatkan sumber daya manusia Indonesia. Pasalnya, banyak mahasiswa-mahasiswa
Indonesia yang menuntut ilmu dijepang. Sebagian besar mahasiswa ini menuntut ilmu secara
Cuma-Cuma berkat kerjasama internasional Indonesia dan jepang.
Pemerintah jepang menyelenggarakan program beasiswa yang disebut dengan
monbukagakusho bagi pelajar dan mahasiswa Indonesia. Mahasiswa Indonesia yang belajar
dijepang melalui program beasiswa ini tercatat sebanyak 469 orang, sekitar 47,23% dari total
jumlah mahasiwa Indonesia dijepang. Selain itu, kerjasama internasional dibidang pendidikan
dengan jepang juga disokong dengan program beasiswa OECF atau STAID, yang dana
pendidikannya dibiayai oleh pemerintah Indonesia sendiri
Sebanyak 4,43% mahasiswa Indonesia dijepang menuntut ilmu melalui program
beasiswa ini. Adapun sisanya yakni 48,34% mahasiswa Indonesia dijepang menuntut ilmu
dengan biaya dari perusahaan-perusahaan tempatnya bekerja diindonesia, biaya dari programprogram beasiswa lembaga swasta jepang, dan biaya pribadi.
Para mahasiswa Indonesia yang belajar dijepang, baik melalui program-program
kerjasama internasional maupun dana pribadi, sebagian besar mengambil bidang studi teknik.
Banyak dari mereka yang dating kejepang untuk mempelajari ilmu pertanian, teknik mesin,
bioteknologi,aeronautical, electic engineering, computer and information science, dan
geoteknologi. Selai dibidang studi tersebut bidang studi ilmu ekonomi, pendidikan, ilmu social,
politik, serta bahasa dan sastra juga cukup banyak diminati.
Tidak hanya program beasiswa, program kerjasama internasional Indonesia dan jepang
dibidang pendidikan juga berupa bantuan dana untuk pembangunan sarana dan prasarana
pendidikan. Dana ini disalurkan melalui sebuah badan kerjasama internasional jepang yang
disebut JICA (Japan International Cooperation Agency).
2. Pergaulan global
Dalam literatur dikenal berbagai macam istilah yang berkaitan dengan perspektif
global seperti global education, global perspectives in education, global perspertives
education,education for a global perspective, international education, international
studies, world studies, istilah yang paling tepat untuk perspektif global adalah global
perspectives in education atau disingkat dengan global education dan di Indonesia disebut
dengan istilah perspektif global. Dengan menekankan pada empat hal pokok yaitu: kesadaran
terhadap perspektif global, sistem-sistem global, sejarah global, dan saling pngertian terhadap
budaya lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke tiga tahun 2001, global diartikan secara
umum dan keseluruhan, secara bulat, secara garis besar, meliputi seluruh dunia. Globalisasi
artinya proses masuknya ke ruang lingkup dunia, mengglobal artinya mendunia. Globalisme
adalah paham kebijakan nasional yang memperlakukan seluruh dunia sebagai lingkungan yang
layak diperhitungkan, terutama untuk bidang ekonomi dan politik. Masyarakat dunia kini sedang
menghadapi tujuan-tujuan baru yang memukau dan mengkhawatirkan
Berfikir ilmiah
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan
empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan,
selain
itu
menggunakan
akal
budi
untuk
mempertimbangkan,
memutuskan,
dan
mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini
merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya
sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal
yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya
kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang
bersifat khusus, sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang
bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.
Sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuh tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat
melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Mempunyai metode tersendiri yang berbeda
dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah
adalah membantu proses metode ilmiah.
4. Konsep Dasar Penelitian Pendidikan
Terdapat empat langkah pokok metode ilmiah yang akan mendasari langkah-langkah
penelitian yaitu:
pedagogi dan andragogi memerlukan jalinan antara telaah ilmiah dan telaah filsafah. Tetapi tidak
berarti bahwa filsafat menjadi ilmu dasar karena ilmu pendidikan tidak menganut aliran atau
suatu filsafat tertentu.
Sebaliknya ilmu pendidikan khususnya pedagogic (teoritis) adalah ilmu yang menysusun
teori dan konsep yang praktis serta positif sebab setiap pendidik tidak boleh ragu-ragu atau
menyerah kepada keragu-raguan prinsipil. Hal ini serupa dengan ilmu praktis lainnya yang mikro
dan makro. Seperti kedokteran, ekonomi, politik dan hukum. Oleh karena itu pedagogic (dan
telaah pendidikan mikro) serta pedagogic praktis dan andragogi (dan telaah pendidikan makro)
bukanlah filsafat pendidikan yang terbatas menggunakan atau menerapkan telaah aliran filsafat
normative yang bersumber dari filsafat tertentu. Yang lebih diperlukan ialah penerapan metode
filsafah yang radikal dalam menelaah hakikat peserta didik sebagai manusia seutuhnya.
3.Ilmu dan Sarana Berfikir Ilmiah
Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari dari
pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu
secara teratur dan cermat. Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk
berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin. Seseorang yang tidak berpikir, berada
sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan
kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan
dirinya di dunia.
Banyak yang beranggapan bahwa untuk berpikir secara mendalam, seseorang perlu
memegang kepala dengan kedua telapak tangannya, dan menyendiri di sebuah ruangan yang
sunyi, jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada. Sebenarnya, mereka telah menganggap
berpikir secara mendalam sebagai sesuatu yang memberatkan dan menyusahkan. Mereka
berkesimpulan bahwa pekerjaan ini hanyalah untuk kalangan filosof. Bagi seorang ilmuan
penguasaan sarana berfikir ilmiah merupakan suatu keharusan, karena tanpa adanya penguasaan
sarana ilmiah, maka tidak akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana ilmiah
pada dasarnya merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dengan berbagai langkah yang
harus ditempuh. Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkahlangkah metode ilmiah
seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menjugi hipotesis, menarik
kesimpulan. Kesemua langkahlangkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung
dengan alat/sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang kita lakukan
mendapatkan hasil yang baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah
untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan
mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan untuk
bisa memecahkan masalah sehari-hari. Ditinjau dari pola berfikirnya, maka maka ilmu
merupakan gabungan antara pola berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka
penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
4. Langkah-langkah Metode Ilmiah melalui Pendekatan Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif sebagai kegiatan ilmiah berawal dari masalah, merujuk teori,
mengemukakan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
Penelitian kuantitatif berawal dari adanya masalah yang dapat digali dari sumber empiris dan
teoretis, sebagai suatu aktivitas penelitian pendahuluan (pra-riset). Agar masalah ditemukan
dengan baik memerlukan fakta-fakta empiris dan diiringi dengan penguasaan teori yang
diperoleh dari mengkaji berbagai literatur relevan. Penelitian dilakukan secara sistematis,
empiris, dan kritis mengenai fenomena-fenomena yang dipandu oleh teori serta hipotesis
Pada tahap selanjutnya, penelitian diarahkan untuk mencari data didasari oleh rumusan
masalah dan hipotesis yang dikemukakan sebelumnya. Dalam hal ini diperlukan desain
penelitian yang berisi tahapan penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, sumber
data (populasi dan sampel), serta alasan mengapa menggunakan metode tersebut. Sebelum
kegiatan pengumpulan data dilakukan, terlebih dahulu harus ditetapkan teknik penyusunan dan
pengujian instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis menggunakan teknik statistik. Hasil analisis data merupakan temuan yang
belum diberi makna.
Pemaknaan hasil analisis data dilakukan melalui interpretasi yang mengarah pada upaya
mengatasi masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Dalam tahapan ini dikemukakan
tentang penerimaan atau penolakan hipotesis. Interpretasi dibuat dengan melihat hubungan
antara temuan yang satu dengan temuan lainnya. Kesimpulan merupakan generalisasi hasil
interpretasi. Terhadap kesimpulan yang diperoleh maka diciptakanlah implikasi dan rekomendasi
serta saran dalam pemanfaatan hasil penelitian
Sistematika Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian kualitaif belum terdapat format baku tahapan-tahapan atau sistematika
yang dpat dijadikan patokan dalam penelitian. Ini dikarenakan penelitian kualitaif terkait dengan
salah-satu karakteristik dari penelitian kualitais itu sendiri, yaitu fleksibel. Sehingga dengan kefleksibelan-nya jalan penelitian berubah-ubah sesuai dengan kondisi yang ada. Akan tetapi,
meskipun demikian para ahli sependapat bahwa setidaknya terdapat lima tahapan sebagai
patokan dalam penelitian, yaitu tergambar sebagai berikut:
1. Mengangkat permasalahan.
Permasalahan yang biasanya diangkat dalam penelitian ini adalah bersifat unik, khas,
memiliki daya tarik tertentu, spesifik, dan terkadang sangat bersifat invidual (karena beberapa
penelitian kualitaif yang dilaksanakan memang hukan untuk kepentingan generalisasi).
a.
b.
c.
d.
MPRS No. 2 Tahun 1960 yang berbunyi tujuan pendidikan ialah membentuk manusia
pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh pembukaan UUD
1945 dan isi UUD 1945.
2.Model kegiatan belajar mengajar,
Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran
Menurut Joni (1984:12), kemampuan merencanakan program belajar mengajar mencakup
kemampuan: (1) merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran, (2) merencanakan
pengelolaan kegiatan belajar mengajar, (3) merencanakan pengelolaan kelas, (4) merencanakan
penggunaan media dan sumber pengajaran; dan (5) merencanakan penilaian prestasi siswa untuk
kepentingan pengajaran.
Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan rencana pembelajaran
meliputi (1) mampu mendeskripsikan tujuan, (2) mampu memilih materi, (3) mampu
mengorganisir materi, (4) mampu menentukan metode/strategi pembelajaran, (5) mampu
menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran, (6) mampu menyusun perangkat
penilaian, (7) mampu menentukan teknik penilaian, dan (8) mampu mengalokasikan waktu.
Hal serupa dikemukakan oleh Harahap (1982:32) yang menyatakan, kemampuan yang
harus dimiliki guru dalam melaksanakan program mengajar adalah mencakup kemampuan: (1)
memotivasi siswa belajar sejak saat membuka sampai menutup pelajaran, (2) mengarahkan
tujuan pengajaran, (3) menyajikan bahan pelajaran dengan metode yang relevan dengan tujuan
pengajaran, (4) melakukan pemantapan belajar, (5) menggunakan alat-alat bantu pengajaran
dengan baik dan benar, (6) melaksanakan layanan bimbingan penyuluhan, (7) memperbaiki
program belajar mengajar, dan (8) melaksanakan hasil penilaian belajar.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar menyangkut pengelolaan pembelajaran,
dalam menyampaikan materi pelajaran harus dilakukan secara terencana dan sistematis, sehingga
tujuan pengajaran dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien. Kemampuan-kemampuan
yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar terlihat dalam
mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal siswa, kemudian mendiagnosis, menilai dan
merespon setiap perubahan perilaku siswa.
Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar
meliputi (1) membuka pelajaran, (2) menyajikan materi, (3) menggunakan media dan metode,
(4) menggunakan alat peraga, (5) menggunakan bahasa yang komunikatif, (6) memotivasi siswa,
(7) mengorganisasi kegiatan, (8) berinteraksi dengan siswa secara komunikatif, (9)
menyimpulkan pelajaran, (10) memberikan umpan balik, (11) melaksanakan penilaian, dan (12)
menggunakan waktu.
1. Metode belajar mengajar yang relevan dengan hakekat keilmuan
Dalam dunia pembelajaran, metode diartikan cara untuk mencapai tujuan. Jadi,
metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara menyeluruh (dari awal sampai akhir)
dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran. Jadi, metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan, sedangkan pendekatan
bersifat filosofis, atau bersifat aksioma.
Dengan demikian, metode bersifat prosedural. Artinya, menggambarkan prosedur
bagaimana mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Karena itu, tepat bila dikatakan bahwa setiap
metode pembelajaran mencakup kegiatan-kegiatan sebagai bagian atau komponen metode itu.
Kegiatan-kegiatan sebagai bagian atau komponen metode itu bila digambarkan dalam
bentuk bagan akan tampak sebagai berikut.
Tahap
I. Persiapan
Kegiatan
Seleksi (pemilihan bahan ajar dengan berpedo-man
kepada kurikulum.
Gradasi (penyusunan bahan, tujuan, dan seba-gainya
II. Pelaksanaan
kepada siswa)
Presentasi lanjut (pemantapan, latihan).
III. Penilaian
Penilaian formatif (proses pembelajaran)
Penilaian sumatif sudah di luar metode
Jadi, secara keseluruhan metode pengajaran itu mencakup tiga tahap kegiatan, yaitu
persiapan (preparasi), pelaksanaan (presentasi), dan penilaian (evaluasi). Setiap tahap diisi pula
oleh langkah-Iangkah kegiatan yang lebih spesifik. Dari bagan di atas terlihat bahwa tahap I
(persiapan) tidak kelihatan di sekolah karena biasa dilakukan guru di rumah. Ini membuktikan
bahwa metode pengajaran itu luas cakupannya, mencakup kegiatan guru yang ada di rumah
sampai ke sekolah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan.
Hakikat Keilmuan
Banyak orang mengartikan pengetahuan dan ilmu pengetahuan itu sama, hal tersebut
memang tidak salah seluruhnya namun perlu ditinjau berdasarkan kaidah keilmuan agar dapat
memahami sesungguhnya. Sebagaimana analogi yang telah dipaparkan, bahwa ilmu pengetahuan
adalah tahapan atau bagian dari pengetahuan. Sehingga dapat dipahami bahwa pengetahuan
berbeda dengan ilmu. Lebih tepatnya ilmu adalah bagian dari pengetahuan.
Kata ilmu merupakan terjemahan dari kata science, yang secara etimologis berasal dari
kata latin scinre, artinya to know. Namun, pengertian science ini sering salah diartikan, dan
direduksi berkaitan dengan ilmu alam semata padahal tidak demikian. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di
bidang (pengetahuan) itu. Pendapat lain menerangkan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang
mengembangkan dan melaksanakan aturan-aturan mainnya dengan penuh tanggung jawab dan
kesungguhannya
Melalui pendapat tersebut dipahami bahwa ilmu merupakan pengembangan dari
pengetahuan yang memiliki aturan tertentu dan dapat diuji kebenarannya karena berkaitan
dengan penafsiran suatu hal yang pada umumnya berlaku secara umum. Science is the system of
mans knowledge on nature, society and thought. It reflect the world in concepts, categories and
law, the correctness and truth of which are verified by practical experience,
Demikian pernyataan Afanasyef seorang ahli pikir Marxist berkebangsaan Rusia. Melalui
penjabaran yang telah dikemukakan maka dapatlah dipahami bahwa ilmu pengetahuan adalah
kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (obyek/ lapangan), yang merupakan kesatuan
yang sistematis dan memberikan penjelasan yang sistematis yang dapat dipertanggungjawabkan
dengan menunjukkan sebab-sebab hal atau kejadian itu
Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan, maka ilmu menunjukan perkembangan
pengetahuan manusia yang telah tersusun secara lebih terstruktur dan dapat diuji kebenarannya
oleh semua orang. Pada akhirnya alam semesta dapat diterjemahkan oleh manusia menggunakan
cara-cara yang lebih sesuai dengan dinamika alam apa adanya. Berdasarkan kajian-kajian yang
ada, maka penulis menyimpulkan bahwa ilmu sebagai bagian dari pengetahuan memiliki ciri-ciri
yang membedakannya dari pengetahuan lain, yaitu: logis, sistematis, universal dan empiris.
Logis menunjukan bahwa ilmu dapat dijangkau dan diterima oleh nalar manusia. Karena sifatnya
dapat teramati oleh indera manusia atau dapat dijangkau oleh alat-alat yang mampu membantu
indera manusia dalam menafsirkan gejala alam. Sistematis menunjukkan pada sebuah hal yang
runut, memiliki tahapan-tahapan yang jelas dalam memahaminya. Universal, bersifat
menyeluruh yang berarti ilmu pengetahuan berlaku secara umum. Sedangkan empiris
menunjukan bahwa semua orang dapat mengalami ilmu pengetahuan itu atau dapat
mengembangkan ilmu tersebut.
Cerita tentang tanaman padi kita tadi yang tiba-tiba mengering secara tidak
terprediksikan, pada akhirnya dapat dijelaskan secara lebih ilmiah oleh keilmuan. Fenomena
tersebut dapat dijelaskan oleh biologi misalnya, karena padi yang tiba-tiba mengering sebelum
masanya dapat terjadi karena adanya fenomena pemanasan global yang menyebabkan musim
menjadi tidak menentu dan meningkatnya suhu bumi sehingga menjadi lebih panas akibat
kerusakan ozon[14]. Hal tersebut dapat menjadi salah satu penyebab yang lebih ilmiah dan
berlaku secara umum untuk menjelaskan faktor penyebab fenomena padi kita. Setelah dipahami
bahwa penyebab kekeringan itu adalah pemanasan global maka, ilmu jugalah yang
mengembangkan solusi bagi pertanian. Kemajuan di bidang biologi sel dan molekuler
menjadikan para biologiwan dapat mengembangkan varietas tanaman dengan keunggulan
tertentu.
Biologiwan dapat menghasilkan tanaman padi yang lebih unggul dengan waktu produksi
panen yang lebih singkat dan hasil yang baik. Sebagai contoh adalah padi yang dihasilkan oleh
BATAN atau lembaga pertanian. Karena padi yang dihasilkan terbukti memiliki keunggulan
seperti masa panen yang pendek, tahan terhadap hama, tahan terhadap kondisi panas yang
ekstrem. Dengan demikian solusi dari masalah kegagalan panen karena musim tadi, bukan hanya
dapat diselesaikan melalui sistem irigasi sederhana melainkan dapat diantisipasi dengan adanya
padi dengan varietas yang lebih unggul.
semata-mata membantu memudahkan pekerjaan manusia. Dalam hal ini pekerjaan manusia
bukan hanya aspek praktis semata melainkan ilmu berhasil menerjemahkan alam semesta yang
berlaku secara umum. Sehingga setiap orang dapat memahami gejala-gejala alam secara serentak
dan ilmu itu juga dapat digunakan oleh semua orang tanpa batas apapun.
Maka, di akhir pembahasan mengenai hakikat ilmu ini dapatlah kita mengutip pernyataan
berikut ini, ilmu itu ibarat bis kota: memang tidak senyaman Mercy Tiger, tapi rutenya jelas dan
jadwalnya dapat dipercaya. Jelas bukan tunggangannya nabi yang diberkahi wahyu atau seniman
besar yang penuh ilham, namun kendaraan orang-orang biasa seperti kita
penutup pada pembahasan batasan ilmu ini yakni, menolak kehadiran ilmu dengan picik berarti
kita menutup mata terhadap semua kemajuan masa kini di mana hampir semua aspek kehidupan
modern dipengaruhi oleh produk ilmu dan teknologi. Sebaliknya dengan jalan mendewadewakan ilmu, hal ini menunjukan bahwa disini pun kita gagal untuk mendapatkan pengertian
mengenai hakikat ilmu yang sesungguhnya. Mereka yang sungguh-sungguh berilmu adalah
mereka yang mengetahui kelebihan dan kekurangan ilmu, di atas dasar itu mereka menerima
ilmu sebagaimana adanya, mencintainya dengan bijaksana, serta menjadikan dia bagian dari
kepribadian dan kehidupannya. Bersama-sama pengetahuan lainnya dan bersama pelengkap
kehidupan dan memenuhkan kebahagiaan kita
Sumber Refrensi :
1. http://www.eurekapendidikan.com/2014/10/pengetahuan-dan-ilmu-pengetahuan.html.
Diunduh Tanggal 02 Juli 2016 Pukul 23:30 Wib
2. https://aguswuryanto.wordpress.com/2010/07/20/prinsip-pendekatan-metode-teknikstrategi-dan-model-pembelajaran/html Diunduh Tanggal 02 Juli 2016 Pukul 23:30 Wib
4.Penyusunan Program Pendidikan
langkah-langkah yang ditempuh dalam proses penyususnan perencanaan pendidikan yaitu:
1.
2.
Jenis data yang dikumpulkan berkenaan dengan sistem pendidikan, baik data kuantitatif,
data sarana dan prasarana , keadaan penduduk, geografi dan lapangan kerja.
3.
Diagnosis, data yang sudah terkumpul harus dianalisis dan didiagnosis. Menganalisis data
merupakan proses untuk menghasilkan suatu informasi. Mendiagnosis keadaan pendidikan
dapat dilakukan melalui penelitian dengan jalan meninjau segala usaha dan hasil pendidikan,
termasuk mengkaji rencana yang sudah disusun tetapi belum dilaksanakan. Dalam
mendiagnosis keadaan pendidikan dipergunakan kriteria-kriteria seperti relevansi, efektifitas
dan efesiensi.
4.
Perumusan kebijakan, merupakan suatu pembatasan gerak tentang apa-apa yang akan
dijadikan keputusan oleh orang lain. Suatu kebijakan di bidang pendidikan dirumuskan
secara melembaga oleh pemerintah dengan melibatkan instansi-instansi terkait. Biasanya
kebijakan pendidikan sudah dituangkan dalam repelita. Para perencana pendidikan tetap
memegang peranan penting terutama dalam memberikan nasehat teknis dalam perumusan
kebijakan.
5.
6.
7.
8.
9.
Perincian rencana, rencana yang telah dirumuskan dilakukan dengan cara, yaitu
penyusunan program dan identifikasi serta perumusan proyek. Penusunan program adalah
membagi-bagikan rencana kedalam kelompok kegiatan. Setiap kegiatan dalam kelompok ini
harus saling menunjang, dan meuju tujuan yang sama.
10.
Implementasi rencana, fase ini sudah sampai pada pelaksanaan rencana yang disusun.
Implementasi ini mulai dilakukan apabila masing-amasing proyek yang diusulkan sudah
disahkan. Oleh karena itu kerangka organisasi untuk berbagai proyek dikembangkan
berdasarkan biaya tahunan. Disamping itu dikembangkan rencana operasionalnya sepefrti
pendelegasian wewenang, penugasan tanggungjawab, pengadaan mekanisme umpan balik
dan pengawasannya.
11.
Evaluasi rencana, dapat dikatakan sebagai kegiatan akhir dari proses perencanaan
sebelum revisi dilakukan. Penilaian berkaitan dengan kemajuan/perkembangan dan
penemuan penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan suatu rencana. Penilaian yang
dilakukan juga bermanfaat untuk melihat rangkaian kegiatan dalam proses perencanaan.
12.
Revisi rencana, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi rencana. Revisi bertujuan untuk
memperbaiki, melengkapi atau menyempurnakan rencana yang akan datang berdasarkan
pengalaman masa lalu (rencana yang sudah dilaksanakan)