D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
GUNUNGSITOLI
2024
BAB I
HAKIKAT PENDIDIKAN
Secara formal pendidikan itu dilaksanakan sejak usia dini sampai perguruan
tinggi. Adapun secara hakiki pendidikan dilakukan seumur hidup sejak lahir hingga
dewasa. Waktu kecil pun dalam UU 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pendidikan
anak usia dini yang nota bene anak-anak kecil sudah didasari dengan pendidikan
yang mengajarkan nilai-nilai moral yang baik agar dapat membentuk kepribadian
dan potensi diri sesuai dengan perkembangan anak. Dalam PP 27 tahun 1990 bab 1
pasal 1 ayat 2, disebutkan bahwa sekolah untuk peserta didik yang masih kecil
adalah salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang menyediakan program
pendidikan dini bagi anak usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar
(Harianti, 1996: 12). Di samping itu terdapat 6 fungsi pendidikan (Depdiknas 2004:
4), yaitu:
- Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin kepada anak.
- Mengenalkan anak pada dunia sekitarnya.
- Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik.
- Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi.
- Mengembang ketrampilan, kreativitas, dan kemampuan yang dimiliki
anak.
- Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.
Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna. Manusia lahir dalam
keadaan lemah, tidak berdaya apa-apa. Oleh karena ketidak berdayaan ini, manusia
membutuhkan bantuan, mulai dari kebutuhan fisik/biologis seperti makan, minum,
berjalan, berbicara, dan lain sebagainya sampai pada kebutuhan rohaniah seperti
kesenangan, kepuasan, dan lain sebagainya. Dari ketidak berdayaan ini inilah lalu
manusia berusaha dengan menggunakan akal dan pikirannya. Manusia
menggunakan lingkungan sebagai ajang belajar. Akhirnya dengan pendidikan
manusia mempelajari lingkungannya. Dengan pendidikan manusia menjadi
“berdaya” atau “mampu”. Manusia menggunakan akalnya seperti yang dikatakan
oleh Cassirer bahwa manusia itu mengguanakan akalnya. Manusia adalah makhluk
yang berakal. Bahkan karena akalnya itu, Ernst Cassirer seorang filsuf dalam
bukunya An Essay on Man (1944) menekankan bahwa manusia adalah animal
symbolicum yang artinya manusia adalah binatang bersimbol. Untuk membedakan
manusia dengan binatang, terletak pada kemampuan akal manusia yaitu dengan
menciptakan simbol-simbol dan tanda-tanda bagi komunitasnya.
Van Baal (1987:17) juga mengatakan bahwa sesuatu yang menjadi milik
manusia itu diperoleh dengan dua cara: Pertama, secara umum untuk
menunjukkan segala sesuatunya dengan belajar. Van Baal mengatakan bahwa
manusia memperoleh dengan cara belajar dan pengembangannya dalam
pengetahuan, kelembagaan, kebiasaan, keterampilan dan
seterusnya. Kedua, sebagai suatu istilah yang mencakup kesemuanya untuk
menunjukkan bentuk kehidupan secara total dari para anggota suatu kelompok
tertentu.
Manusia itu sejak lahir sampai dewasa mengalami suatu “proses”. Proses
yang panjang ini dilalui dengan pendidikan, yaitu dengan memperoleh “nilai” yang
diperoleh dari masyarakatnya. Masyarakat keluarga, masyarakat sekolah,
masyarakat tempatnya bekerja, dan masyarakat tempat manusia itu bergaul. Secara
holistik, nilai ini diraih dalam rangka “memanusiakan” dirinya. Pernyataan bahwa
pendidikan itu dialami manusia sejak lahir hingga dewasa, hal tersebut
mengisyaratkan bahwa pendidikan itu dimulai sejak kecil hingga dewasa.
Maka jika dari kecil sudah diberi pendidikan seperti tersebut di atas, dan
selama hidup, lingkungannya juga membentuk manusia lahir dan batinnya, maka
ketika dewasa pun akan membentuk karakter. Oleh karena itu dapat disebutkan
bahwa manusia adalah suatu proses.
Pendidikan menjadi sektor yang amat penting bagi kemajuan suatu bangsa.
Untuk itu penting memilih hunian yang dekat sarana pendidikan agar memudahkan
proses belajar mengajar.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana
Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru
mengajar satu mata pelajaran”.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen,
yaitu MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini
dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
6. Kurikulum Pendidikan 1984
1. Undang-undang Pendidikan
a. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
Pada Pembukaan UUD 1945 yang menjadi landasan hukum pendidikan
terdapat pada Alinea Keempat.
b. Pendidikan menurut Undang-Undang 1945
Undang – Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di
Indonesia. Pasal-pasal yang berkaitan dengan pendidikan Bab XIII yaitu pasal 31
dan pasal 32. Pasal 31 ayat 1 berisi tentang hak setiap warga negara untuk
mendapatkan pendidikan, sedangkan pasal 31 ayat 2-5 berisi tentang kewajiban
negara dalam pendidikan. Pasal 32 berisi tendang kebudayaan. Kebudayaan dan
pendidikan adalah dua unsur yang saling mendukung satu sama lain.
1. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan
Nasional
Undang-undang ini memuat 59 Pasal yang mengatur tentang
ketentuan umum (istilah-istilah dalam undang-undang ini), kedudukan
fungsi dan tujuan , hak-hak warga negara untuk memperoleh pendidikan,
satuan jalur dan jenis pendidikan, jenjang pendidikan, peserta didik, tenaga
kependidikan, sumber daya pendidikan, kurikulum, hari belajar dan libur
sekolah, bahasa pengantar, penilaian, peran serta masyarakat, badan
pertimbangan pendidikan nasional, pengelolaan, pengawasan, ketentuan
lain-lain, ketentuan pidana, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.
Asas pendidikan memiliki arti hukum atau kaidah yang menjadi acuan kita
dalam melaksanakan kegiatan pendidikan. Asas pendidikan merupakan suatu
kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perencanaan
maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus untuk pendidikan di Indonesia, terdapat
beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu.
Sebagai asas pertama, Tut Wuri Handayani merupakan inti dari sitem
Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini
kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan
dua semboyan lagi, yaitu:
Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara
langsung erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri
handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri,
termasuk mandiri dalam belajar.
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang
dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum
yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi
yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
I. Teori-teori Pendidikan
1. Behaviorisme
2. Kognitivisme.
3. Konstruktivisme.
4. Humanistik
Belajar untuk melakukan atau berkarya, hal ini tidak terlepas dari belajar
mengetahui karena perbuatan tidak terlepas dari ilmu pengetahuan. Belajar untuk
melakukan atau berkarya merupakan upaya untuk senantiasa melakukan dan
berlatih keterampilan untuk keprofesionalan dalam bekerja. Terkait dengan
pembelajaran didalam kelas, maka belajar untuk mengerjakan ini sangat diperlukan
latihan keterampilan bagaimana peserta didik dapat menggunakan pengetahuan
tentang konsep atau prinsip mata pelajaran tertentu dalam mata pelajaran lainnya
atau dalam kehidupannya seharihari. Dengan demikian peserta didik memiliki
pengetahuan dan ketrampilan yang dapat mempengaruhi kehidupannya dalam
menetukan pilihan kerja yang ada di masyarakat.
Belajar untuk menjadi atau berkembang utuh, belajar untuk menjadi atau
berkembang secara utuh berkaitan dengan tuntutan kehidupan yang semakin
kompleks sehingga dibutuhkan suatu karakter pada diri individu. Belajar menjadi
pribadi yang berkembang secara optimal yang memiliki kesesuaian dan
keseimbangan pada kepribadianya baik itu moral, intelektual, emosi, spiritual,
maupun sosial. Sehingga dalam pembelajaran, guru memiliki kewajiban untuk
mengembangkan potensi peserta sesuai dengan bakat dan minatnya agar peserta
didik tersebut dapat menentukan pilihannya, terlepas dari siapa dan apa
pekerjaanya, tetapi yang penting adalah dia menjadi sosok yang pribadi memiliki
keunggulan.
Belajar hidup bersama ini sangat penting, karena masyarakat yang beragam,
baik dilihat dari latar belakang, suku, ras, agama, etnik, atau pendidikan. Pada
pembelajaran, peserta didik harus memahami bahwa keberagaman tersebut bukan
untuk dibedabedakan, akan tetapi dipahamkan bahwa keberagaman tersebut
tergabung dalam suatu lingkungan masyarakat. Oleh karena itu saling membantu
dan menghargai satu dengan yang lainya sangat diperlukan agar tercipta masyarakat
yang tertib dan aman, sehingga setiap individu dapat belajar dan hidup dalam
kebersamaan dan kedamaian.
1. Hakikat Sekolah
2. Peran Guru
3. Fungsi Guru
3. Hakikat Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Lebih lanjut Warsita (2008:266) menjelaskan bahwa ada lima prinsip yang
menjadi landasan pengertian pembelajaran yaitu:
3. Komponen-komponen Pembelajaran
Karena pembelajaran merupakan suatu proses, maka dalam proses
pembelajaran ada beberapa komponen yang saling berinteraksi satu dengan yang
lain sehingga disebut sebagai sistem. Sebagai suatu sistem, proses belajar itu saling
berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya.
BAB VII
PERSPEKTIF PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM PENDIDIKAN
1. Pengertian PAK
2. Tujuan PAK
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
• Memperkenalkan Tuhan, Bapa, Putera, dan Roh Kudus dan
karya-karyaNya.
• Menghasilkan manusia yang mampu menghayati imannya
secara bertanggungjawab di tengah masyarakat yang
pluralistik.
b. Tujuan Khusus
• Menanamkan pemahaman tentang Tuhan dan karnyaNya
kepada siswa, sehingga mampu memahami dan menghayati
karya Tuhan dalam hidup manusia.
2. Fungsi
• Memampukan anak didik memahami kasih dan karya Tuhan
dalam hidupsehari-hari
• Membantu anak didik dalam mentransformasikan nilai-nilai
Kristiani dalam kehidupan sehari-hari
2. Amsal 22: 6
Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya maka pada
masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. Betapa
pentingnya penanaman nilai-nilai iman yang bersumber dari Alkitab bagi
generasi muda, seperti tumbuhan yang sejak awal pertumbuhannya harus
diberikan pupuk dan air, demikian pula kehidupan iman orang percaya harus
dimulai sejak dini. Bahkan ada pakar PAK yang mengatakan pendidikan
agama harus diberikan sejak dalam kandungan ibu sampai akhir hidup
seseorang.
3. Matius 28:19-20
Achmad Munib, dkk. (2004) . Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK
UNNES.
Agus Taufiq., Hera L. Mikasa., & Puji L. Prianto. (2011). Pendidikan Anak di
SD.Jakarta: Universitas Terbuka.
http://kopibangil.blogspot.com/2012/01/hakekat-sekolah.html
https://catarts.wordpress.com/2012/04/15/hakikat-dan-fungsi-guru
https://emanmendrofa.blogspot.com/2014/11/hakikat-pembelajaran.html
https://www.rumah.com/panduan-properti/pendidikan-di-indonesia-33286
https://rahmawatiindahlestari.wordpress.com/semester-1/lkpp/landasan-hukum-
pendidikan
http://rajanarai.blogspot.com/2012/11/teori-teori-pendidikan.html
Kristanto, Paulus Lilik. Prinsip dan Praktek PAK Penuntun bagi Mahasiswa
Teologi dan PAK, Pelayan Gereja, Guru Agama dan keluarga Kristen, Yogyakarta
: Andi Offset.
https://inspirasi-dttg.blogspot.com/2018/01/makalah-landasan-dan-asas-asas.html
http://aishaazalia.blogspot.com/2017/04/makalah-asas-asas-pendidikan.html