Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MANUSIA DAN PENDIDIKAN

Sejarah adalah mempelajari pengalaman masa lalu untuk dijadikan pelajaran untuk masa depan agar kita tidak
jatuh kedalam kesalahan yang sama pada masa depan.

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejak lahir seorang manusia sudah langsung terlibat di dalam kegiatan pendidikan dan
pembelajaran. Dia dirawat, dilatih, dijaga, dan dididik oleh orang tua, keluarga dan
masyarakatnya menuju tingkat kematangan, sampai kemudian terbentuk potensi kemandirian
dalam mengelola kelangsungan hidupnya.
Karena manusia pendidikan mutlak ada dan karena pendidikan, manusia semakin
menjadi diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi. Di dalam keonteks pendidikan,
manusia adalah makhluk yang selalu mencoba memerankan diri sebagai subjek dan objek.
Sebagai subjek, selalu berusaha mendidik dirinya (sebagai objek) untuk perbaikan
perilakunya.
Jelaslah bahwa pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, baik
pendidikan yang berlangsung secara alami oleh orang tua atau masyarakat terlebih
pendidikan tersistem yang diselenggarakan oleh sekolah. Jadi kesimpulannya adalah manusia
memiliki beberapa potensi yang ada pada dirinya, yaitu potensi intelektual, rasa. karsa, karya
dan religi yang bisa dan akan ditumbuh dan kembangkan melalui proses pendidikan yang
baik dan terarah.
Tampaklah bahwa manusia itu sangat membutuhkan pendidikan. Karena melalui
pendidikan manusia dapat mempunyai kemampuan-kemampuan mengatur dan mengontrol
serta menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian
manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan
tingkah laku manusia dapat didekati dan dianalisis secara murni. Dalam makalah ini akan
dibahas mengenai hubungan manusia dengan pendidikan itu sendiri
Hampir semua orang dikenali pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak
menerima pendidikan dari orang tuanya, dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan
berkeluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Begitupula di sekolah dan perguruan
tinggi, para siswa dan mahasiswa dididik oleh dosen dan para guru. Pendidikan adalah khas
milik dan alat manusia. Tidak ada mahluk lain yang membutuhkan pendidikan.
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sestematik-sistemik selalu bertolak dari sejumlah
landasan serta mengindahkan sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas
tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar
utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Kajian
berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang
pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan asas-asas
pendidikan yang tepat pula, akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam merancang
dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan. Sehingga akan memberikan
perspektif yang lebih luas terhadap pendidikan, baik dalam aspek konseptual maupun
operasional tentang landasan dan asas pendidikan tersebut selalu diarahkan pula pada upaya
dan permasalahan penerapannya.
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
1.     Apa itu manusia dan pendidikan ?
2.     Apa sajakah landasan ilmiah dan implikasinya ?
3.     Apa itu arti dari keharusan akan pendidikan ?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1.     Untuk mengetahui apa itu manusia dan pendidikan.
2.     Untuk mengetahui apa sajakah landasan ilmiah dan implikasinya.
3. Untuk mengetahui apa itu keharusan akan pendidikan.       

BAB II
PEMBAHASAN

A.      MANUSIA DAN PENDIDIKAN


Manusia memiliki berbagai dimensi dasar, baik secara pribadi, jiwa, kelompok, dll.
Semua itu bercampur aduk menjadi potensi dasar atau bawaan manusia, sehingga disadari
atau tidak, manusia telah mengembangkan potensi tersebut, baik secara maksimal atau tidak,
dengan baik atau buruk. Semuanya tergantung manusia itu sendiri dan lingkungan yang
mempengaruhinya.
Kaitanya dengan hal tersebut, dengan akal manusia yang bisa dikatakan jenius, manusia
dapat menemukan jalan untuk mengembangkan potensi-potensi mereka dengan baik. Yaitu
dengan pendidikan. Manusia mulai sadar akan arti penting pendidikan bagi kehidupan
mereka.
Dalam hal ini, saya mencoba mencari keterkaitan antara pendidikan dengan manusia.
Atau, apakah arti penting pemahaman tentang hakekat manusia tadi terhadap proses
pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, sistematis dan berkelanjutan untuk
mengembangkan potensi-potensi bawaan manusia, memberi sifat dan kecakapan, sesuai
dengan tujuan pendidikan.Pendidikan adalah bagian dari suatu proses yang diharapkan untuk
mencapai suatu tujuan.
Melihat pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan pendidikan dengan
manusia itu sangat erat. Adanya pendidikan untuk mengembangkan potensi manusia, menuju
manusia yang lebih baik.
Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan
manusia. Sebaliknya, berbicara tentang kehidupan manusia berarti harus mempersoalkan
masalah kependidikan. Jadi, antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas.
Karena manusia, pendidikan mutlak ada; dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi
diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi.
Manusia merupakan subyek pendidikan, tetapi juga sekaligus menjadi objek pendidikan
itu sendiri. Pedagogik tanpa ilmu jiwa, sama dengan praktek tanpa teori. Pendidikan tanpa
mengerti manusia, berarti membina sesuatu tanpa mengerti untuk apa, bagaimana, dan
mengapa manusia dididik. Tanpa mengerti atas manusia, baik sifat-sifat individualitasnya
yang unik, maupun potensi-potensi yang justru akan dibina, pendidikan akan salah arah.
Bahkan tanpa pengertian yang baik, pendidikan akan merusak kodrat manusia. Apabila
digunakan secara negative.
Esensia kepribadian manusia, yang tersimpul dalam aspek-aspek: individualitas,
sosialitas dan moralitas hanya mungkin menjadi relita (tingkah laku, sikap) melalui
pendidikan yang diarahkan kepada masing-masing esensia itu. Harga diri, kepercayaan pada
diri sendiri (self-respect, self-reliance, self confidence) rasa tanggung jawab, dan sebagainya
juga akan tumbuh dalam kepribadian manusia melalui proses pendidikan.

B.      PANDANGAN ILMIAH TENTANG MANUSIA DAN IMPLIKASI


PENDIDIKANNYA

1.       Antropologi Biologis/Fisik
Antropologi adalah studi tentang asal-usul, perkembangan, karakteristik jenis (spesies)
manusia atau studi tentang ras manusia. Antroplogi ilmiah mencakup: antropologi biologis,
antropologi sosial budaya, arkeologi, dan linguistic. Antropologi biologi sering disebut
antropologi fisik, yaitu studi tentang fosil dan kehidupan manusia sebagai organism biologis.
(Beals, 1997: 1)
Karekteristik dari antropologi biologis bahwa manusia adalah Homo Sapiens yang
merupakan puncak evolusi organik dari makhluk hidup. Manusia memiliki cirri khas
diantaranya: berjalan tegak, mempunyai otak yang besar dan kompleks, hewan yang
tergeneralisasi atau dapat hidup dalam berbagai lingkungan, serta memiliki perode kehamilan
yang panjang dan anak lahir tak berdaya. Adapun kedudukannya dalam klasifikasi makhluk
hidup sebagai berikut:
a.        Dunia: binatang
b.       Phylum: chordota
c.        Kelas: mamalia
d.       Orde: primate
e.        Famili: hominidae
f.        Genus: homo
g.       Spesies: sapiens
Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan yaitu berupa lahir dan berkembangnya
antropologi pendidikan. Sedangkan implikasi dalam praktek pendidikan bahwa konsep-
konsep antropologi biologi landasan pendidikan (landasan antropologis pendidikan) berupa:
a.        Adanya keharusan dan kemungkinan pendidikan
b.       Adanya keragaman praktek pendidikan, baik dalam sejarah manusia maupun dalam bentuk
praktek pendidikan dalam suatu zaman.

2.       Antropologi Budaya
Batasan dalam antropolgi sosial budaya adalah mempergunakan teknik-teknik riset
historis, observasi, wawancara dalam studio rang yang hidup sekarang. Antropologi budaya
memiliki karakteristik sebagai berikut :
a.        Manusia adalah organisme sosiobudaya.
b.       Komponen utama budaya yaitu adanya sebuah kelompok/masyarakat, sebuah lingkungan
dalam kelompok/masyarakat, sebuah budaya material, sebuah tradisi budaya dan kegiatan-
kegiatan serta perilaku manusia.
c.        Karakteristik utama budaya yaitu tingkah laku kultural dipelajari, tingkah laku kultural
terorganisasi dalam pola-pola tingkah laku, pola-pola budaya diajarkan orang dan
berlangsung dari satu generasi ke generasi lainnya, budaya mempunyai aspek material dan
non material, budaya tersebar secara seragam oleh anggota masyarakat, tingkah laku kultural
menjadi sebuah cara hidup serta budaya terus menerus berubah.
Implikasi dalam praktek pendidikan bahwa konsep antropologi sosial budaya menjadi
landasan pendidikan (landasan antropologis pendidikan) berupa keharusan dan kemungkinan
pendidikan; keragaman kegiatan pendidikan berdasarkan sistem budaya, kesatuan budaya
regional dan kelompok subkultural. Sedangkan implikasi dalam pengembangan teori
pendidikan berupa lahir dan berkembanganya antropologi pendidikan yang dipelopori Frans
Boa dan Margareth Mead serta adanya kebutuhan antropologi filsafat anak.

3.       Psikologi
Psikologi adalah studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku individu dalam 
keseluruhan ruang hidupnya, dari dalam kandungan sampai balita, dari masa kanak-kanak
sampai dewasa serta masa tua (Woordward & Marquis, 1955:3). Menurut pandangan
psikologis, karakteristik individu yang belajar yaitu: unik, banyak kesamaan daripada
perbedaannya, mempunyai berbagai diri, sebuah organism total, mempunyai kesiapan
bertindak, mempunyai tugas-tugas perkembangan, mempunyai berbagai kebutuhan,
mempunyai kecenderungan umum dalam bertingkah laku, mempunyai tujuan khusus dan
merupakan motivator dirinya sendiri.
Implikasi psikologi dalam parktek pendidikan berupa landasan psikologis pendidikan
yaitu konsep-konsep psikologis tentang individu yang menjadi dasar pelaksanaan proses
kegiatan belajar mengajar. Selain itu, adanya pandangan bahwa pendidikan = individualisasi
atau proses pengembangan individu.
Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan yaitu lahir dan berkembangnya
psikologi pendidikan yang dipelopori oleh Thorndike. Serta lahir dan berkembangnya aliran
pembaharuan pendidika yang disebut developmentalisme oleh Pestalozzi, Herbart dan
Froebel.

4.       Sosiologi
Sosiologi dalah studi tentang struktur sosial (Reading:1977:195). Sosiologi
mengemukakan tentang karakteristik masyarakat, bahwa manusia adalah animal sociale
(binatang yang hidup bermasyarakat). Reading menyatakan bahwa masyarakat adalah sebuah
kelompok dengan suatu budaya yang terorganisasi untuk memberikan kepuasan bagi
kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan semua orang, dalam arti sempit adalah
struktur sosial.
Ginsberg mengemukakan komponen-komponen masyarakat yaitu morfologi sosial,
control sosial, proses sosial dan patologi sosial. Sedangkan Broom dan Selznick
mengemukakan komponen masyakarakat terdiri dari organisasi sosial, budaya, sosialisasi,
kelompok-kelompok primer, stratifikasi sosial, asosiasi (perkumpulan), tingkah laku kolektif,
penduduk dan ekologi.
Implikasi dalam praktek pendidikan berupa landasan sosiologis pendidikan yaitu konsep-
konsep sosiologi tentang manusia menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan. Kemudian
masyarakat sebagai ekologi pendidikan dan terakhir, pendidikan = sosialisasi (proses menjadi
anggota masyarakat yang diharapkan).
Sedangkan implikasi dalam pengembangan teori pendidikan adalah sebagai berikut:
a.        Mendorong lahir dan berkembangnya sosiologi pendidikan yang dipelopori oleh Henry
Suzzalo
b.       Mendorong lahir dan berkembangnya ilmu pendidikan kependudukan
c.        Mendorong lahir dan berkembangnya aliran sosiologisme pendidikan atau sociological
tendency in education yang lebih menekankan konsep pendidikan pada proses sosialisasi
daripada individualisasi.

5.       Politika
Politika adalah studi tentang pemerintahan negara. Manusia hakikatnya sebagai animal
poiticon (Aristoteles) atau binatang yang hidup berpolitik. Bidang ilmu politik meliputi: teori
politik, lembaga-lembaga politik, partai-partai politik, kelompok-kelompok politik dan
pendapat umum serta hubungan internasional.
Implikasi politika dalam praktek pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Konsep politika sebagai landasan political pendidikan atau menjadi dasar
penyelenggaraan pengelolaan pendidikan makro nasional.
b. Terjalinnya kerja sama internasional dalam bidang pendidikan
c. Pendidikan = civilisasi (proses menjadi warga negara yang diharapkan)
d. Pendidikan kewarganegaraan mempunyai kedudukan dan peranan yang penting
e. Pendidikan politik.

Implikasi politika dalam pengembangan teori pendidikan antara lain:


a.        Lahir dan berkembangnya politika pendidikan/pendidikan nasional yang dipelopori oleh
Guizot, Fischer, Horace Mann dan Henry Benhard, K.H dewantoro dan Moh. Syafei
b.       Lahir dan berkembangnya studi pendidikan internasional.

6.       Ekonomika (Ilmu Ekonomi)


Ekonomika adalah studi tentang upaya manusia memperoleh kemakmuran materiil
manuisa. Karakteristik ekonomika bahwa manusia dalam ekonomika = animal economicus
yaitu binatang yang terus berusaha memperoleh kemakmuran materiil. Bidang ekonomi yang
dikaji yaitu konsumsi, produksi, distribusi dan pertumbuhan sepanjang waktu. Satuan
ekonomi yaitu ekonomi mikro dan ekonomi makro.
Implikasi ekonomika dalam praktek pendidikan antara lain:
a.        Landasan economical pendidikan yaitu konsep ekonomik yang menjadi dasar atau landasan
pendidikan.
b.       Kondisi ekonomi mempengaruhi kemampuan dan kegiatan pendidikan
c.        Pendidikan = penanaman modal dalam sumber daya manusia atau human investment
(ditinjau dari ekonomi makro)
d.       Pendidikan = profesionalisasi (ditinjau dari ekonomi mikro).

Implikasi ekonomika dalam pengembangan teori pendidikan antara lain:


a.        Lahir dan berkembangnya ekonomika pendidikan yang dipelopori secara konseptual oleh
Adam Smith, Alfred Marshall, J. Alan Thomas, G.D. Schultz.
b.       Lahir dan berkembangnya studi pendidikan dan pembangunan.
C.    KEHARUSAN PENDIDIKAN
Manusia sejak lahir sangat membutuhkan bantuan orang lain, khususnya kedua orang
tuanya. Dapat dibayangkan seandainya anak manusia pada saat lahir dibiarkan begitu saja
oleh ibunya, tanpa sentuhan apapun sedikitpun. Dengan mengabaikan kekuasaan Tuhan,
kematianlah yang akan menjemputnya pada anak yang ditelantarkan tersebut.Keharusan
mendidik anak telah disebut-sebut, misalnya karena anak pada saat lahir dalam keadaan tidak
berdaya, anak tidak langsung dewasa, sehingga anak memerlukan perhatian dan bantuan
orang lain. Dengan keterbatasan kemampuan anak menyebabkan ia perlu mendapat
pendidikan. Keterbatasan anak dikarenakan, anak lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan ia
tidak langsung dewasa.
1.       Keharusan Pendidik
Keharusan manusia untuk mendapatkan pendidikan dapat kita simak dari uraian di bawah ini:
a.        Anak Dilahirkan dalam Keadaan Tidak Berdaya
Dilihat dari sudut anak, pendidikan merupakan suatu keharusan. Pada waktu lahir anak
manusia belum bisa berbuat apa-apa. Sampai usia tertentu anak masih memerlukan bantuan
orang tua. Begitu anak lahir ke dunia, ia memerlukan uluran orang lain (ibu dan ayah) untuk
dapat melangsungkan hidup dan kehidupannya, dan berdiri sendiri, berbeda dengan binatang
yang begitu lahir sudah dilengkapi kelengkapan fisiknya dan dapat berbuat sesuatu untuk
mempertahankan hidupnya.Misalnya anak harimau begitu lahir sudah dilengkapi dengan bulu
yang dapat melindungi tubuhnya dari kedinginan. Begitu lahir setelah dibersihkan oleh
induknya anak harimau tersebut sudah bisa bergerak untuk mencari susu induknya, walaupun
belum memiliki kemampuan melihat secara normal. Beberapa jenis hewan yang baru keluar
dari telurnya langsung bergerak seperti pada kura-kura, buaya, dan sebagainya. Begitu juga
pada binatang lainnya khususnya binatang menyusui seperti kuda, kambing, kera dan
sebagainya.Hal tersebut tidak demikian pada manusia. Manusia perlu mendapat bantuan
orang lain untuk dapat menolong dirinya untuk sampai kepada dewasa. Masa pendidikan
manusia memerlukan waktu yang lama karena di samping manusia harus dapat
mempertahankan hidupnya dalam arti lahir, ia juga harus memiliki bekal yang berkaitan
dengan moral, memiliki pengetahuan, dan keterampilan lainnya yang diperlukan untuk hidup.
Makin tinggi peradaban manusia, makin banyak yang harus dipelajari agar dapat hidup
berdiri sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain.Oleh karena itu, anak/bayi
manusia memerlukan bantuan, tuntunan, pelayanan, dorongan dari orang lain demi
mempertahankan hidup dengan belajar setahap demi setahap untuk memperoleh bekal nilai-
nilai moral, memiliki kepandaian dan keterampilan, serta pembentukan sikap dan tingkah
laku sehingga lambat laun dapat berdiri sendiri yang semuanya itu memerlukan waktu yang
cukup lama.Dilihat dari orang tua pendidikan juga merupakan suatu keharusan. Tanpa ada
yang memaksa, dengan sendirinya orang tua akan mendidik anaknya. Hal tersebut
disebabkan karena adanya rasa kasih sayang dan rasa tanggung jawab dari orang tua terhadap
anaknya. Perasaan kasih sayang merupakan fitrah kemanusiaan yang akan timbul dengan
sendirinya pada manusia. Rasa tanggung jawab menyebabkan orang tua, bahwa anak itu perlu
memperoleh bimbingan agar ia di kemudian hari dapat berdiri sendiri tanpa menggantungkan
diri kepada orang lain. Anak perlu mendapat pendidikan dan orang tua merasa wajib untuk
memberikan pendidikan bagi anaknya. Keduanya bertemu dalam kegiatan pendidikan yang
berlangsung secara alamiah dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga.
Pendidikan karena dorongan orang tua, yaitu hati nuraninya yang terdalam yang
memiliki sifat kodrati untuk mendidik anaknya baik dari segi fisik, sosial, emosi, maupun
intelegensinya agar memperoleh keselamatan, kepandaian, memperoleh kebahagiaan hidup
yang dicita-citakan, sehingga ada tanggung jawab moral atas hadirnya anak tersebut yang
dianugerahkan Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dapat dipelihara, dan dididik dengan sebaik-
baiknya.
b.       Manusia Lahir Tidak Langsung Dewasa
Untuk sampai pada kedewasaan yang merupakan tujuan pendidikan dalam arti khusus,
memerlukan wazktu lama. Pada manusia primitif mungkin proses pencapaian kedewasaan
tersebut akan lebih pendek dibandingkan dengan manusia modern dewasa ini. Pada manusia
primitif cukup dengan mencapai kedewasaan secara konvensional, di mana apabila seseorang
sudah memiliki keterampilan unuk hidup, khususnya untuk hidup berkeluarga, seperti dapat
berburu, dapat bercocok tanam, mengenal nilai-nilai atau norma-norma hidup bermasyarakat,
sudah dapat dikatakan dewasa. Dilihat dari segi usia, misalnya usia 12-15 tahun, pada
masyarakat primitif sudah dapat melangsungkan hidup berkeluarga. Pada masyarakat modern
tuntutan kedewasaan lebih kompleks, sesuai dengan makin kompleksnya ilmu pengetahuan
dan teknologi, dan juga makin kompleksnya sistem nilai.            Untuk mengarungi
kehidupan yang dewasa, manusia perlu dipersiapkan, lebih-lebih pada masyarakat modern.
Bekal tersebut dap[at diperoleh dengan pendidikan, di mana orang tua atau generasi tua akan
mewariskan pengetahuan, nialai-nilai, serta keterampilannya kepada anak-anaknya atau pada
generasi berikutnya.Manusia merupakan makhluk yang dapat dididik, memungkinkan untuk
memperoleh pendidikan. Manusia merupakan makhluk yang harus dididik, karena manusia
lahir dalam keadaan tidak berdaya, lahir tidak langsung dewasa. Manusia adalah makhluk
sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesamanya.
c.        Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Ia tidak akan menjadi manusia
seandainya tidak hidup bersama dengan manusia lainnya. Lain halnya dengan hewan, di
mana pun hewan dibesarkan, tetap akan memiliki perilaku hewan. Seekor kucing yang
dibesarkan dalam lingkungan anjing akan tetap berperilaku kucing, tidak akan berperilaku
anjing, karena setiap jenis hewan sudah dilengkapi dengan insting tertentu yang pasti dan
seragam, yang berbeda antara jenis hewan yang satu dengan jenis hewan lainnya.Manusia
hidup bersama orang lain, tidak sendirian. Mereka menentukan berbagai perjanjian agar
hidup bersama itu menguntungkan kedua belah pihak. Menguntungkan bagi masyarakat, dan
juga menguntungkan bagi kehidupan individu masing-masing. Manusia sebagai makhluk
sosial, disamping memiliki dorongan untuk hidup secara individual, ia juga menunjukan
gejala-gejala sosial. Ia senang hidup bersama dengan orang lain.Seorang manusia perlu
mencapai suatu taraf kedewasaan tertentu agar ia dapat hidup bersama dengan orang lain.
Kalau tidak, akan berbuat di luar perjanjian (kebiasaan, adat, aturan) yang berlaku. Hal itu
berarti bahwa ia tidak dewasa secara sosial. Walaupun secara biologis ia sudah matang, tetapi
untuk hidup bersama dengan orang lain, ia perlu mendapatkan pendidikan.Kalau manusia
bukan makhluk sosial, atau ia tidak hidup bersama-sama dengan orang lain, pada hakikatnya
ia hidup sendiri-sendiri. Maka hidup manusia itu tidak ada bedanya dengan kehidupan hewan.
Dalam kehidupan seperti ini, manusia tidak dapat dipengaruhi, karena ia telah membawa pola
hidupnya yang tetap dan tidak perlu lagi belajar dari orang lain atau melalui apapun. Ia sudah
dalam keadaan matang untuk mengikuti kehidupan yang polanya sudah ada (terjadi). Dalam
keadaan demikian, pendidikan tidak perlu lagi karena memang tidak diperlukan.
d.       Manusia sebagai Makhluk Individu yang Berdiri Sendiri
Pengertian makhluk sosial tidak berarti bahwa individu (perorangan) tiadak ada.
Pengertian sosial harus diartikan bahwa manusia hidup bersama dalam kepribadian sendiri-
sendiri. Ia masih tetap berdiri sendiri, namun bersama-sama dengan orang lain. Pergaulan
hidup, adalah hidup antara pribadi-pribadi (individu-individu) satu sama lain. Tidak berarti
bahwa individu itu luluh menyatu dengan yang lain, seperti halnya boneka-boneka yang
hanya bergerak dengan pola yang sama. Manusia memang hidup bersama, namun tetap
secara individu dan individu.Dengan adanya pribadi-pribadi orang perorangan yang berbeda,
karena itulah pendidikan diperlukan, karena setiap orang yang bersifat individu itu perlu
belajar hidup dengan individu lannya. Pendidikan tidak mendidik agar setiap orang (individu)
dapat berperilaku sebagai individu bersama dengan individu lainnya.
e.        Manusia sebagai Makhluk yang Dapat Bertanggung Jawab
Seorang manusia mampu atau tepatnya harus mampu bertanggung jawab atas segala
perbuatannya. Setiap tindakan manusia membawa akibat, dan sering kali akibat itu menimpa
orang lain, karena kita hidup bersama-sama dengan orang lain. Seekor hewan kalau berbuat
sesuatu tidak akan mengerti akibat yang timbul dari tindakan tersebut, karena ia tidak mampu
berpikir, dan tindakannya hanya didasarkan oleh insting belaka.Manusia akan dapat
memperhitungkan akibat tindakannya, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Karena
itulah manusia patut diminta pertanggung jawaban atas segala perbuatannya, karena kita
pradugakan ia akan mengerti apa akibatnya. Pendidikan di samping mengajar orang agar
menjadi tahu, dan terampil, pendidikan juga mengembangkan sikap. Sikap yang utama adalah
sikap tanggung jawab, karena makhluk sosial manapun memang harus bertanggung jawab.
Bertanggung jawab adalah sejajar dengan manusia sebagai makhluk sosial. Kalau sikap
bertanggung jawab tidak dimiliki setiap oleh setiap insan, maka kehidupan akan kacau,
kaerena manusia akan bertindak semaunya, setiap orang hanya akan menuruti kehendaknya
sendiri, dan tidak akan bertahan hidup lama.Pendidikan itu sendiri merupakan tindakan yang
bertanggung jawab, yaitu bertanggung jawab terhadap generasi manusia selanjutnya, karena
kita tahu bahwa setiap anak membutuhkan bantuan. Kalau tidak bertanggung jawab terhadap
generasai berikutnya, mereka akan terlantar. Disinilah pendidikan bertanggung jawab bagi
kelanjutan kehidupan dan hidup generasi berikutnya.Untuk melaksanakan pendidikan
diperlukan adanya kesediaan anak didik untuk menerima pengaruh. Pada saat anak masih
kecil kesediaan ini belum ada, baru timbul kemudian kalau anak itu merasa dirinya tidak
mampu melakukan sesuatu dan perlu bantuan orang lain, sehingga ia perlu belajar dari orang
lain. Selama anak belum mau menerima pengaruh orang lain diluar dirinya, tidak akan
muncul ketaatan terhadap pihak lain yang berusah mempengaruhinya. Kalau anak sudah
menyadari kekurangannya, ia akan mau menerima pengaruh dan mau taat, dengan kata lain ia
mau menerima kewibawaan pendidik.
f.        Sifat Manusia dan Kemungkinan Terjadinya Pendidikan
Apa sebabnya pendidikan hanya terjadi pada manusia? Pada tumbuh-tumbuhan sebagai
makhluk hidup sama sekali tidak terjadi pendidikan. Pada tingkat hewan ada perilaku yang
mirip dengan pendidikan, namun sangat jauh berlainan dengan pengertian pendidikan yang
sebenarnya. Tindakan yang mirip pendidikan itu disebut “dressur” ( pembiasaan dan dilatih
terus menerus).Anak anjing meniru induknya, dengan jalan bermain-main, dia melepaskan
dorongan untuk berkelahi. Dia berkelahi ( main-main ) dengan induknya, sedangkan
induknya sengaja membuat dirinya seperti bermain berkelahi juga. Kejadian tersebut seolah-
olah pada induk anjing ada keinginan untuk “ mendidik “ anaknya. Dorongan untuk bermain
seperti itu pada anjing-anjing tersebut tidak didasarkan atas kesadaran bahwa dirinya ( anak
anjing ) tidak mampu, yang harus belajar kepada anjing lain. Bukan itu yang menjadi alasan
anak anjing dan induknya bermain, namun didasarkan dorongan untuk berbuat, bergerak.
Pada anjing-anjing tersebut tidak ada kesengajaan untuk berbuat atas kesadaran atas
kekurangan dan ketidak mampuannya. Misalnya sang induk anjing sadar bahwa anaknya
tidak mampu dan masih banyak kekurangan dalam pengalamannya. Dari anak anjing tidak
ada kesediaan menerima pengaruh dari induknya, tidak ada kewibawaan.Pada manusia juga
terjadi “ dressur “ pada saat anak belum memiliki kesadaran akan kekurangan dirinya. Pada
saat itu anak merasakan untuk meniru dan berbuat, akan berbuat sesuatu. Anak usia sekitar 2
– 6 tahun misalnya, ia akan berbuat apa saja, ia bergerak menurut kemauannya. Anak
dibelikan sepeda oleh ayahnya agar anak bisa naik sepeda dan ayahnya mendorong sepeda
tersebut. Namun apa yang terjadi anak tidak mau naik sepeda, bahkan ia akan turun dan
mendorong sepeda tersebut seperti ayahnya mendorong sepeda tadi.Contoh lain anak akan
mengambil benda yang ia temukan disekelilingnya, melihat pisau ( padahal pisau itu sangat
tajam ) ia akan ambil dan digosok-gosokkan seperti menirukan ibunya mengguanakan pisau
tersebut, mungkin juga digosokan ke tangannya. Sang ibu sangat cemas berkata setengah
berteriak, “ Auuu…anakku sayang jangan pake pisau itu, ibu pinjam ya sayang”. Sang anak
tidak mau melepaskan pisau itu. Kalau diambil secara paksa ia akan menangis, caranya cari
pisau lain atau benda lain yang menyerupai pisau yang tumpul lalu berikan kepadanya.Anak
melihat orang tuanya waktu mandi menggosok gigi, dengan gesitnya anak mengambil sikat
gigi ibunya dan ingin pakai pastanya. Disinilah si ibu mencoba melatih si anak untuk
menggosok giginya, dan si anak dengan senangnya menggosok giginya walaupun tidak
benar. Anak makan dengan orang tuanya, ia memperhatikan orang tuanya memakai sendok
dan garpu, dengan cepatnya sang anak mengambil sendok makan, walaupun cara
memegangnya dan cara memasukan ke mulutpun belum pas dan benar. Disini sang ibuu
melatih anaknya membetulkan bagaimana cara memegang sendok, dan bagaimana
memasukannya kedalam mulutnya.Dalam kejadian di atas, ayah melatih anaknya naik sepeda
dan ibunya melarang anaknya menggunakan pisau supaya jangan bermain dengan pisau, ibu
melatih anaknya menggosok gigi, sang ibu melatih anaknya menggunakan sendok, itu
semuanya belum temasuk pendidikan yang sebenarnya, karena anak belum memahami,
menyadari apa artinya perintah atau kemauan ayahnya untuk naik sepeda, dan anak juga tidak
paham mengapa ibunya melarang bermain dengan pisau, mengapa harus menggosok gigi dan
mengapa makan haruus pakai sendok. Yang dilakukan oleh kedua orang tua anak itu bukan
pendidikan dalam arti sesungguhnya melainkan merupakan suatu “ dressur “.Jadi dengan sifat
anak suka meniru beridentifikasi dengan orang lain, suka bermain, bisa menerima pengaruh
dan menerima kewibawaan orang lain, merupakan keharusan bagi orang tua ( pendidik )
membimbingnnya. Pendidikan harus menjadi contoh bagi anak didiknya, memberi pengaruh
yang positif untuk mengisi kedewasaan anak kelak.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Manusia merupakan subyek pendidikan, tetapi juga sekaligus menjadi objek
       

pendidikan itu sendiri. Pedagogik tanpa ilmu jiwa, sama dengan praktek tanpa teori.
Pendidikan tanpa mengerti manusia, berarti membina sesuatu tanpa mengerti untuk
apa, bagaimana, dan mengapa manusia dididik. Tanpa mengerti atas manusia, baik
sifat-sifat individualitasnya yang unik, maupun potensi-potensi yang justru akan
dibina, pendidikan akan salah arah. Bahkan tanpa pengertian yang baik, pendidikan
akan merusak kodrat manusia. Apabila digunakan secara negative.

Anda mungkin juga menyukai