Anda di halaman 1dari 17

Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok

Di Susun Oleh: Kelompok 10

Vika Yuniar Br. Manurung (19051019)

Rani Saputri (19051029)

Windy Tria Lestari (19051044)

Dosen Pengampu:

Sri Rahma Dewi Saragi, S.Pd., M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS ASAHAN
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang dibuat berdasarkan
hasil rangkuman dari berbagai jurnal yang telah dibaca dan beberapa sumber dari
internet. Makalah ini disusun dengan maksud untuk dapat dijadikan pedoman tambahan
bagi yang membaca laporan ini. Semoga dapat bermanfaat untuk menambah wawasan
pengetahuan kita tentang “Keterampilan Membimbing Diskusi”.

Namun kami menyadari bahwa hasil yang sederhana ini masih banyak
kekurangaan. Kritik dan saran dari semua pembaca yang sifatnya konstruktif sangatlah
kami hargai dan butuhkan, guna kesempurnaan makalah ini. Kami juga mohon maaf
apabila laporan ini terlalu sederhana dan banyak kesalahan dalam menyampaikannya.
Akhirnya kami sebagai penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua untuk menambah sedikit pengetahuan yang kita miliki.

Kisaran,25 Maret 2022


Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan............................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN ............................................................................................ 3
2.1. Pengertian diskusi kelompok............................................................................. 3
2.2. Komponen – komponen keterampilan diskusi kelompok ................................. 5
2.3. Tahap-tahap penyelenggaraan diskusi kelompok.............................................. 6
2.4. Kelebihan dan kelemahan diskusi ..................................................................... 10
BAB III : PENUTUP .................................................................................................... 12
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 12
3.2. Saran .................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSAKA ...................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Guru adalah seseorang yang mentransfer ilmu kepada anak didiknya. Sama
seperti yang dikatakan Djamarah (dalam Merrry, 2014:1) dalam pengertian
sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak
didik. Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
dinyatakan bahwa seorang guru dituntut memiliki kualifikasi kompetensi pedagogik,
kepribadian, profesional, dan sosial. Pernyataan tersebut menuntut guru agar
memilik empat aspek untuk menjadi tenaga pengajar profesional. Salah satu
kompetensi yang berkaitan langsung dengan tugas guru mengajar, membimbing,
dan mendidik siswa adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi ini menuntut
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, mulai dari merancang,
melaksanakan, sampai dengan mengevaluasi hasil belajar siswa sehingga tujuan
pembelajaranpun tercapai. Nasution, Sudirman (dalam Mery, 2014: 1)
mengemukakan tiga definisi tentang mengajar. Pertama, menanamkan pengetahuan
pada anak. Kedua, mengajar adalah menyampaikan kebudayaan pada anak. Ketiga,
mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-
baiknya danmenghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
Selain itu, mengajar bukan sekadar menanamkan, menyampaikan,
menghubungkan pengetahuan saja, namun juga membimbing dan melatih siswa
untuk belajar. Oleh karena itu, seorang guru harus menguasai keterampilan dasar
mengajar. Turney, Mulyas (dalam Merry, 2014: 1) mengungkapkan delapan
keterampilan mengajar yang sangat menentukan kualitas pembelejaran, yaitu (1)
keterampilan memberi penguatan, (2) keterampilan bertanya, (3) variasi, (4)
menjelaskan, (5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (6) keterampilan
mengelola kelas, (7) mengajar kelompok dan perorangan, dan (8) keterampilan
membimbing diskusi kelompok. Agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik,
guru perlu menguasai keterampilan dalam membimbing diskusi kelompok. Di
dalam membimbing diskusi kelompok, guru juga memerlukan persiapan yang
matang. Diskusi kelompok itu sendiri merupakan suatu proses yang teratur
melibatkan sekelompok individu dalam suatu interaksi tatap muka secara kooperatif
untuk tujuan membagi informasi, membuat keputusan, dan memecahkan masalah
Djamarah (dalam Merry, 2014:1). Agar membimbing diskusi kelompok sukses,
guru perlu memperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan diskusi. Adapun hal-
hal yang yang perlu diperhatikan berkaitan dengan membimbing diskusi
kelompokadalah memusatkan perhatian, memperjelas masalah, meningkatkan
partisipasi siswa, memberi kesempatan berpartisipasi, serta menutup diskusi.
Hasibuan dkk (dalam Merry 2014:1) menjabarkan komponen keterampilan diskusi
kelompok yang di antaranya adalah (a) pemusatan perhatian, (b) memperjelas
masalah, (c) menganalisa pandangan siswa, (d) meningkatkan urunan pikiran siswa,
(e) menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan (f) menutup diskusi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa pengertian diskusi kelompok?
b. Apa komponen-komponen keterampilan diskusi kelompok?
c. Bagaimana tahap-tahap penyelenggaraan diskusi kelompok ?
d. Apa kelebihan dan kelemahan diskusi kelompok?

1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian diskusi kelompok
b. Untuk mengetahui komponen keterampilan diskusi kelompok
c. Untuk mengetahui tahap-tahap penyelenggaraan diskusi kelompok
d. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan diskusi kelompok
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian diskusi kelompok


Diskusi merupakan suatu metode yang diterapkan oleh guru saat mengajar
dikelas dimana dalam penerapannya adanya kerjasama antara murid dan guru itu
sendiri. Diskusi adalah suatu percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
yang memiliki tujuan yang sama untuk memecahkan masalah.
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai
pengalaman atau informasi, pengampilan keputusan, atau pemecahan masalah.
Komponen-komponen keterampilan membimbing diskusi sebagai berikut:
1) Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi.
2) Memperjelas masalah atau urunan pendapat
3) Menganalisis pandangan siswa
4) Meningkatkan urunan siswa
5) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
6) Menutup diskusi.

Banyak pengertian yang dikemukakan mengenai diskusi diantaranya:


a. Keterampilan membimbing diskusi merupakan keterampilan berinteraksi yang
mengikutsertakan sekelompok orang dengan tujuan untuk berbagi informasi,
menarik kesimpulan atau untuk menyelesaikan masalah.
b. Menurut Mulyasa dalam Suwarna (dalam Zulfanidar, dkk, 2016:1), “diskusi
kelompok adalah suatu proses percakapan yang teratur, yang melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan
tujuan berbagi informasi/pengalaman, mengambil keputusan atau
memecahkan suatu masalah”.
c. Menurut Rusman (dalam Zulfanidar, dkk, 2016:1) "keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
memfasilitasi sistem pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa secara
kelompok. Untuk itu keterampialan guru harus dilatih dan dikembangkan,
sehingga para guru memiliki kemampuan untuk melayani siswa dalam
melakukan kegiatan pembelajaran kelompok kecil".
d. Menurut Sanjaya (dalam Zulfanidar, dkk, 2016:1) mengatakan bahwa "diskusi
kelompok kecil dilakukan dengan membagikan siswa dalam kelompok-
kelompok. Jumlah antara kelompok 3-5 orang pelaksanaannya dilakukan
dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah
tersebut dibagi-bagi kedalam sub masalah yang harus dipecahkan oleh setiap
kelompok kecil. Setelah diskusi dalam kelompok kecil ketua kelompok
menyajikan hasil diskusinya".
Jadi dapat disimpulkan bahwa diskusi adalah proses pembelajaran berupa
percakapan yang melibatkan kelompok-kelompok dimana mereka
berinteraksi,bertukar pendapat atau pikiran dalam bentuk tatap muka untuk
memecahkan masalah dan mengambil keputusan dalam pemecahan masalah tersebut
untuk meningkatkan kreatifitas siswa dan keterampilan berbahasa.
Karakteristik keterampilan diskusi kelompok antara lain melibatkan
sekelompok orang yang beranggotakan antara 3-5 orang (idealnya 4-9 orang),
berlangsung dalam interaksi secara bebas (tidak ada tekanan dan paksaan) dan
langsung, artinya semua anggota kelompok mendapat kesempatan untuk saling
beradu argumentasi dan saling mendengarkan serta berkomunikasi dengan orang
lain, mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai dengan kerjasama antar
kelompok, serta berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis dalam
menuju suatu kesimpulan. Diskusi kelompok bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir dan berkomunikasi, meningkatkan sikap disiplin siswa,
meningkatkan motivasi belajar, mengembangkan sikap saling membantu, serta
meningkatkan pemahaman.
2.2 Komponen – komponen keterampilan diskusi kelompok
Komponen-komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. Memusatkan perhatian peserta didik. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu
merumuskan tujuan dan topik yang akan didiskusikan, mengemukakan masalah,
mencatat kesalahan yang menyimpang dari tujuan.
b. Memperluas masalah. Intinya merangkum kembali permasalahan supaya lebih
jelas, menjelaskan gagasan kepada peserta didik dengan memberikan informasi
secara jelas.
c. Meningkatkan pola pikir peserta didik. Pendidik dapat memberikan pertanyaan
kepada peserta didikyang menantang pola pikirnya, memberikan contohcontoh
yang verbal, memberikan waktu berpikir dan memberikan dukungan dari
pendapat peserta didik.
d. Memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam diskusi. Pendidik dapat
memancing semangat berpikir peserta didik, memberikan kesempatan kepada
yang belum berbicara, mengatur jalannya diskusi dan mengomentari pendapat
yang dikemukakan oleh peserta didik.
e. Menutup diskusi. Dalam kegiatan ini pendidik dapat membuat rangkuman hasil
diskusi, menindaklanjuti hasil diskusi serta menilai hasil diskusi.
Dalam melaksanakan diskusi kelompok guru hendaknya tidak
menyelenggarakan diskusi dengan topik yang tidak sesuai dengan minat dan
latar belakang pengetahuan siswa. Guru juga diharapkan tidak mendominasi
diskusi antara lain dengan pertanyaan yang terlampau banyak dan menyediakn
jawaban yang terlalu banyak pula. Membiarkan siswa tertentu memonopoli
diskusi juga tidak baik terhadap suksesnya diskusi.
Guru sebagai fasilitator hendaknya tidak membiarkan terjadinya
penyimpangan-penyimpangan yang tidak relevan. Misalnya tergesa-gesa
meminta respon siswa atau mengisi waktu dengan berbicara terus-menerus
sehingga siswa tidak sempat berpikir, membiarkan siswa yang enggan untuk
berpartisipasi, tidak memperjelas atau mendukung urunan pikiran siswa, atau
gagal mengakhiri diskusi secar efektif.
2.3 Tahap-tahap penyelenggaraan diskusi kelompok
Dalam melaksakan diskusi, diperlukan tahapan-tahapan pelaksanaan untuk
menunjang keberhasilan dan pencapaian hasil diskusi yang diinginkan. Beberapa
tahapan penyelenggaraan diskusi kelompok yang dibutuhkan antara lain:
1. Merencanakan dan Mempersiapkan Diskusi Kelompok
Langkah-langkah perencanaan dan persiapan diskusi kelompok yaitu:
a. Memilih topic atau masalah yang akan didiskusikan
Tujuan suatu diskusi bagi siswa adalah untuk mencapai hasil-hasil
belajar dengan jalan berpikir dan berdiskusi mengenai suatu topik,
mengumpulkan pengetahuan mereka tentang topik itu,
dan menerapkan imajinasi mereka.
Pemilihan topik dapat dilakukan oleh guru sendiri, oleh guru bersama
siswanya, atau oleh siswa sendiri. Topik yang akan dipilih hendaknya
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, minat dan kemampuan siswa.
Topik yang harus dipilih harus bermakna bagi peningkatan kemampuan
berpikir siswa serta memenuhi syarat sebagai topik yang baik
didiskusikan.

b. Membagi siswa dalam kelompok-kelompok tertentu


Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang pengetahuan dan
pengalamannya seimbang atau sama terhadap topik yang akan
didiskusikan. Salah satu kriteria dari sukses tidaknya suatu diskusi
adalah sejauh mana tiap anggota berpartisipasi. Jika menghendaki lebih
dari satu kelompok diskusi, maka usahakanlah menempatkan mereka
yang berpengalaman pada bagian yang lain. Hal ini memberikan
kesempatan berbicara yang sam tanpa memperlihatkan si bodoh kurang
berpertisipasi dan si pintar yang berlebih-lebihan.
c. Merumuskan tujuan diskusi
Sebutkanlah satu persatu tujuan yang ingin dicapai diskusi itu.
Dalam hal ini tujuan harus dihindarkan dari kata-kata seperti, ”Untuk
mendiskusikan cara-cara…” atau “Untuk memikirkan
tentang…”. Yang sebenarnya tujuan tersebut di atas dapat diarahkan kep
ada
pernyataan seperti ”Agar murid murid dapat membantu orang orang dala
m menemukan…”.

d. Menyebutkan hasil belajar yang ingin dicapai


Buatlah daftar jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
seperti, “Apakah yang harus diketahui oleh murid-murid kita agar
sanggup mengerjakan hal-hal yang telah disebutkan
satu persatu dalam tujuan diskusi?”.
Hal-hal inilah yang harus kita ajarkan kepada mereka dalam saat-saat
diskusi. Hal ini akan mencapai hasil-hasil belajar yang anda inginkan.

e. Menyiapkan dan membagikan bahan pelajaran


Berikan topik kepada para pendiskusi, jauh sebelum diskusi
dimulai. Sehingga mereka mempunyai kesempatan untuk mempelajari
dan memikirkan topik itu. Berapa lamanya hal itu berlangsung,
seharusnya tergantung keadaan, kurang dari 24 jam mungkin terlalu
sedikit waktu untuk persiapan. Lebih dari 3-4 hari akan
berakibat terlupakan semua topic yang dibicarakan.

f. Mengatur ruangan diskusi


Susunan perabot ruangan dapat mempengaruhi suksesnya diskusi.
Susunan yang diharapkan adalah para pendiskusi duduk melingkar
sehingga satu dengan yang lain dapat saling memandang. Cukup dengan
mengatur kursi-kursi itu membentuk suatu lingkaran. Serta guru berada
dalam posisi yang memungkinkan dia berhadapanm dengan semua
siswa, sehingga dia benar benar menjadi bagian dari kelompok tersebut.
Pemimpin diskusi hendaknya sejajar dengan para anggota, tidak duduk
memisah atau dengan kursi khusus.

2. Memulai Diskusi
Dalam memulai diskusi , hal-hal yang harus dilakukan antara lain:
a. Membuat skets mengenai topic diskusi
Apabila partisipan sudah duduk, mereka harus mulai berpikir,
berpendapat, bercakap, dan belajar tentang hal yang menjadi permasalahan
dalam diskusi. Pembicaraan yang halus akan mengarahkan proses mental
mereka kepada topik
Diskusi dan mengusahakan mereka agar menyadari persoalan yang
dihadapinya. Hal itu menimbulkan motivasi dengan jalan mengidentifikasi
tujuan diskusi tersebut dengan jalan mengarahkan pikiran siswa kepada
topik diskusi sehingga akan menimbulkan konsentrasi. Hal ini memudahkan
diskusi pada jalan yang benar.

b. Memberikan pertanyaan yang merangsang pikiran


Bila diskusi sudah siap, sebaiknya anda memberikan petunjuk untuk
mulai berbicara. Buat satu pertanyaan yang tidak dapt dijawab
keseluruhannya dengan satu kata atau satu kalimat. Hal ini memaksa siswa
untuk bereaksi dan berpikir.

c. Memberikan ilustrasi tentang kehidupan


Buatlah skets tentang situasi atau ilustrasi yang berhubungan dengan
topik itu dan tanyakanlah ”Apakah yang anda perbuat dalam keadaan
seperti itu?”. Pertanyaan ini dapat menggantikan pertanyaan-pertanyaan
yang merangsang pikiran atau dapat pula memberi tambahan. Tidak ada
cara yang lebih baik dalam hal memberi motivasi kepada pendiskusi¬-
pendiskusi itu daripada memberikan kepada mereka situasi kehidupan dan
pelaksanaannya secara sukses bergantung kepada pengetahuan tentang
topik yang didiskusikan itu. Penggunaan situasi kehidupan ini disebut
metode pengajaran case study. Metode ini biasanya menekankan pada
analisa dan interpretasi yang luas tentang sebuah kasus yang dipilih untuk
menunjukkan hasil belajar dari sebuah proses diskusi.

3. Menjaga agar diskusi berjalan sukses


Agar diskusi dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, hal-hal
yang dapat dilakukan antara lain:
a. Mempergunakan setiap bantuan
Cobalah beri penguatan atau gunakanlah setiap pendapat yang diberikan
oleh partisipan. Yang dimaksud adalah bahwa setiap orang merasa lebih
bebas mengeluarkan pendapat-pendapatnya jika mereka merasa dihargai dan
tidak akan ditertawakan atau diremehkan apabila pendapatnya itu tidak
sesuai dengan apa yang menjadi pikiran orang-orang banyak.

b. Menjaga agar diskusi tetap pada relnya


Beberapa teknik yang akan menolong agar diskusi tetap pada
tujuan awalnya, antara lain dengan memperhatikan agenda dan di mana
diskusi itu menyimpang, menyuruh seorang pencatat untuk membuat
outline diskusi tersebut, memberi pertanyaan kepada partisipan yang
menyimpang
tadi dengan kata kata ”Sudikah anda menjelaskan sedikit apa yang anda
kata kata yang ada hubungannya dengan topic kita?”, atau dengan memb
uat rangkuman setiapwaktu.

c. Menyimpan argumentasi terhadap hal-hal yang tidak penting


Jangan diadakan argumentasi atau diskusi tentang hal-hal yang
sangat mendetail. Jika ada perdebatan mengenai soal-soal sepele,
sebaiknya anda bertanya, “Berapa banyakkah perbedaan yang nyata
antara penyelesaian persoalan kita dengan apa yang anda debatkan?”.
Apabila jawabannya, “sedikit”, maka hentikan subyek itu atau
buatlah pemecahan soal yang kompromis.

d. Menghubungkan aspek-aspek baru dengan bahan yang sudah


didiskusikan sebelumnya
Masukkanlah aspek-aspek baru dari topik itu ke dalam ide yang
sudah dibicarakan sebelumya. Berilah penjelasan atau suruhlah seseorang
memberi penjelasan dengan suatu ide yang baru, untuk menunjukkan
hubungannya bersama dengan dengan teman-teman.

e. Mencegah membicarakan kembali ke topic yang sudah diselesaikan


Jangan diizinkan membicarakan kembali suatu topic yang sudah
diselesaikan. Kadang diskusi berputar-putar disebabkan karena seseorang
berhenti dari topik yang sedang dibicarakan dan kembali pada topik yang
sudah lewat.

f. Mendorong setiap anggota untuk berpartisipasi


Untuk memisahkan siswa menjadi kelompok-kelompok diskusi
yang cocok, maka anda harus mengetahui latar belakang atau penilaian
kemampuan masing-masing anggota.

g. Tidak membiarkan siapapun untuk mendominasi diskusi itu.


Diupayakan agar setiap siswa dapat turut aktif terhadap jalannya
diskusi. Diskusi dapat dikatakan berjalan sukses apabila setiap komponen
mendapat andil dalam pelaksanaan diskusi sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai.

h. Mengakhiri tiap topik


Akhirilah topik yang didiskusikan itu dengan merangkum
konsesus-konsesus (gabungan pendapat) itu secara singkat dan jelas,
sebelum menginjak ke topic yangbaru.
i. Mempercepat diskusi
Secara umum lebih baik beralih dari satu topik lainnya sebelum
segala sesuatu (semuanya) dibicarakan. Daripada meneruskannya sampai
semua anggota merasa payah dan ingin berpindah ke hal-hal lain.

j. Mengarahkan perhatian kepada tiap aspek


Pergunakanlah salah satu dari pertanyaan pertanyaan atau koment
ar-komentar anda untuk mengarahkan perhatian terhadap setiap aspek
dari subyek yang agaknya oleh pendiskusi-pendiskusi itu diloncati atau
dilampaui tanpa perhatian yang jelas.

k. Menyimpulkan diskusi
Supaya sungguh-sungguh berhasil seperti yang diharapkan, suatu
diskusi harus ditutup. Memuat rangkuman diskusi itu (mempergunakan
outline di papan tulis), kemudian capailah suatu konklusi yang tepat dan
jelas. katakanlah konklusi satu per satu dengan jelas dan tepat, tulislah
konklusi itu, selanjutnya bubarkan group itu.

2.4 Kelebihan dan kelemahan diskusi


Diskusi mempunyai kelebihan yang dapat dimanfaatkan secara
maksimal, apabila diskusi berjalan seperti tujuan yang diharapkan sebelumnya.
Disamping itu, tidak ditampik pula kelemahan dari pelaksanaan diskusi tersebut.
Diskusi kelompok mempunyai kelemahan-kelemahan yang dapat menimbulkan
kegagalan, dalam arti tidak tercapainya tujuan yang diinginkan.

1. Kelebihan Dalam Menggunakan Keterampilan Diskusi


Diskusi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Melalui
diskusi dengan bahan pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk
membicarakan dan menemukan alternatif suatu topik bahasan yang bersifat
problematik. Dengan metode ini mendorong siswa untuk dapat berperan aktif,
menimbulkan kreativitas, menumbuhkan berfikir kritis dan demokratis, melatih
kestabilan emosi dan menetapkan keputusan bersama. Metode diskusi dapat
merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan prakarsa, dan
terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah Karyadi, 2017; Mustamin, 2020
(dalam I Nyoman Sandy, 2022:1). Melalui metode diskusi siswa dapat
menumbuhkan sikap menghargai pendapat orang lain, memperluas wawasan siswa
dan belajar musyawarah mufakat dalam mengatasi permasalah Aguswandi, 2018;
Mustamin, 2020 (dalam I Nyoman Sandy, 2022:1). Pembelajaran terasa lebih
bermakna karena siswa aktif terlibat dalam pembelajaran. Siswa memahami materi
dari pengalamannya menyelesaikan tugas-tugas Febnasari et al., 2019; Najib,
2016(dalam I Nyoman Sandy, 2022:1). Hal ini secara tidak langsung akan
meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Kelemahan Dalam Menggunakan


Keterampilan Diskusi Diskusi kelompok memerlukan waktu yang lebih banyak
dari pada belajar biasa.
a. Dapat memboroskan waktu, terutama bila terjadi hal-hal negatif seperti
pengarahannya kurang tepat, pembicaraan yang berlarut-larut, penyimpangan
yang tidak ditegur, atau penampilan yang kurang baik.
b. Anggota-anggota yang kurang agresif (pendiam, pemalu dan sebagainya) sering
tidak mendapat kesempatan untuk mengemukakan ide-idenya sehingga
menyebabkan terjadinya frustasi dan penarikan diri
c. Adakalanya diskusi banyak didominasi oleh orang-orang tertentu saja.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam proses belajar-mengajar, student center adalah cara yang efektif untuk
meningkatkan pemahaman siswa pada materi yang disampaikan, salah satunya
dengan cara diskusi. Untuk itu diperlukan keterampilan seorang guru dalam
memimpin diskusi, dimana guru dapat memenuhi komponen-komponen yang ada,
serta menguasai tahap-tahap penyelenggaraan diskusi kelompok.
Metode diskusi ini selain memiliki keuntungan, juga memiliki kekurangan
dalam penerapannya. Sehingga diperlukan keahlian guru untuk meminimalisir
kekurangannya.

3.2 Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan makalah ini meskipun
penulisan ini jauh dari kata sempurna, karena saya adalah manusia yang tidak jauh
dari dosa. Dan saya membutuhkan saran/kritik agar bisa menjadi motivasi untuk
masa depan yang lebih baik dari pada sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2014). Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil. Diakses dari


http://kelompokgr.blogspot.com/2012/09/2html?m=1 Dialses pada Jumat, 25
Maret 2022 pukul 11.00 WIB.

Dewi, I. N., & Sumarjan, S. (2021). Profile of Student Basic Teaching Skills through
Online Learning Model Using Peer Assessment on Microteaching Lectures. SEJ
(Science Education Journal), 5(1). https://doi.org/10.21070/sej.v5i1.1341

Nasution, M. (2015). Dasar-Dasar Keterampilan Mengajar Matematika. Studi


Multidisipliner: Jurnal Kajian Keislaman, 1(1), 88–103.
https://doi.org/10.24952/multidisipliner.v1i1.287

Nofrion, N. (2019). Bab V Keterampilan Dasar Mengajar Guru. Keterampilan Dasar


Mengajar Guru., 1996, 1–10.

Safitri, M., Gunatama, G., Ayu, I., Darmayanti, M., & Bahasa, F. (2014). Keterampilan
Membimbing Diskusi Kelompok Kecil oleh Guru Bahasa Indonesia di Kelas VII
SMP Laboratorium Undiksha. E-Journal Universitas Pendidikan Ganesha, 2,
12.

Soegiarto, Egi dan Yuliarni Nurani. (2002). Kemampuan Dasar Mengajar. Jakarta :
Universitas Terbuka.

Suandi, I. N. (2022). Metode Diskusi Kelompok untuk Meningkatkan Hasil Belajar


Matematika Kelas VI SD. 6(1), 135–140.

Zulfanidar, alfiati syafrina, m. yamin. (2016). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan


Guru Sekolah Dasar FKIP Unsyiah Volume 1 Nomor 1, 175-184. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Unsyiah Volume 1 Nomor 1,
175-184, 1, 175–184.

Anda mungkin juga menyukai