Anda di halaman 1dari 17

PENGEMBANGAN BIMBINGAN DAN

KONSELING DI SEKOLAH DASAR


Dosen Pengajar : Ainur Rahmah, S.Sos.I, MH
Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling

OLEH

Natila Sarkiah (2020150129)


Yollanda Septiandary ( 2020150140)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUL ULUM KANDANGAN
2023
2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan taufik, hidayah dan inayah-Nya hingga makalah ini dapat
diselesaikan.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah
memberikan ilmunya kepada kami semua, sehingga penulis sendiri dapat
menyelesaikan tugas makalah ini
Makalah ini disusun untuk memberikan pengetahuan dan juga sebagai
tugas untuk menyempurnakan mata kuliah yang bersangkutan. Semoga makalah
ini memberikan manfaat kepada kita semua.
Dengan segala kesalahan dan kekurangan yang mungkin dapat di jumpai
dalam makalah ini, maka penulis berharap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi menunjangnya kesempurnaan makalah ini.

Kandangan, 02 Mater 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Makna Bimbingan Konseling................................................ 2
B. layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar.........................................3
C. Model-model Pendekatan Bimbingan di Sekolah Dasar................................ 4
D. Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar............... 5
E. Pengembangan Program Bimbingan Konseling di SD/MI..............................6
F. Peran Konselor dan Perubahan Perilaku..........................................................7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .....................................................................................................8
B. Saran................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bimbingan merupakan proses yang menunjang pelaksanaan pendidikan
di lingkungan sekolah. Dalam keadaan tertentu, bimbingan digunakan sebagai
metode atau alat untuk mencapai tujuan program pendidikan di sekolah.
Natawidjaja mengemukakan beberapa alasan yang mengisyaratkan bahwa
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak akan selesai hanya
dengan program mata pelajaran saja, maka dari itu sekolah wajib memberikan
program bantuan seperti program bimbingan yang bertujuan agar siswa dapat
mencapai perkembangan optimal sebagai individu dan makhluk sosial sesuai
dengan kemampuan, minat dan nilai-nilai yang dianutnya. Materi bimbingan
dan konseling di sekolah dasar ada empat jenis, yaitu : bimbingan pribadi;
bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier.1

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Perkembangan Makna Bimbingan Konseling ?
2. Apa saja layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar?
3. Apa saja model-model pendekatan bimbingan di sekolah dasar ?
4. Apa saja penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah
dasar ?
5. Apa saja Pengembangan Program Bimbingan Konseling di SD/MI ?
6. Apa saja Peran Konselor dan Perubahan Perilaku ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Perkembangan Makna Bimbingan Konseling
2. Mengetahui layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar
3. Mengetahui model-model pendekatan bimbingan di sekolah dasar
4. Mengetahui penyusunan program bimbingan dan konselin di sekolah
dasar.
5. Mengetahui Pengembangan Program Bimbingan Konseling di SD/MI

1
Maliki, M.Pd.I, Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar Suatu Pendeketan Imajinatif, (Jakarta :
Kencana), 2008, hl. 85-86
6. Mengetahui Peran Konselor dan Perubahan Perilaku.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Makna Bimbingan dan Konseling


Definisi bimbingan dan konseling terns berkembang dan berdampak pada
pelaksanaan layanan yang dilakukan. Perkembangan makna bimbingan dan
konseling adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan adalah bagian dari aspek pendidikan yang berfokus pada
upaya membantu individu memenuhi kebutuhan, memahami potensi, dan
mengembangkan tujuan kehidupan. Bimbingan adalah bantuan dari
seorang profesional untuk membantu perkembangan individu.
Bimbingan adalah proses membantu individu yang belum matang untuk
tumbuh memahami dirinya serta mencapai produktivitas akademik yang
optimal. Implikasinya bimbingan di sekolah diarahkan untuk membantu
siswa memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam proses pendidikan,
memberikan nasehat tentang pertumbuhan dan perkem-bangan serta
mencapai hasil belajar yang tinggi. Kegiatan bimbingan di sekolah
dilaksanakan oleh individu-individu yang dianggap memiliki
kemampuan untuk memberikan bantuan pada siswa.
2. Bimbingan adalah proses belajar bagaimana menyelesaikan masalah dan
berkembang secara optimal. Strang (1970) menyebutkan bahwa
implikasi kegiatan layanan bimbingan berfokus pada upaya membantu
individu belajar menyelesaikan masalah, yaitu membuat keputusan yang
penting atas dasar pemahaman terhadap diri sendiri dan lingkungan.
Individu peserta didik dipandang sebagai sumber daya manusia atau
sumber daya insani yang memiliki potensi dan kemampuan untuk
membantu diri sendiri menjadi individu yang berkualitas.
3. Bimbingan adalah sistem yang komprehensif yang meliputi fungsi,
pelayanan, dan program di sekolah yang didesain untuk membantu
perkembangan pribadi dan kompetensi psikologis peserta didik. Sebagai
konsep pendidikan, bimbingan merupakan serangkaian perencanaan
pengalaman bagi siswa yang didesain untuk meningkatkan
perkembangan dan outcome pendidikan. Dan sebagai pelayanan
pendidikan, bimbingan seperti halnya kurikulum pengajaran, konsisten
dengan fungsi utamanya yaitu memfasilitasi siswa mencapai kematangan
perkembangan (kedewasaan) dan outcome pendidikan. Implikasinya
adalah bahwa bimbingan merupakan bagian yang integral dari proses
pendidikan, pembelajaran tidak hanya berfokus pada pengembangan
kemampuan kognitif akademik, tetapi juga memfasilitasi dimilikinya
kompetensi pribadi, sehingga peserta didik menjadi manusia yang utuh.
Konselor adalah pendidik yang memiliki kualifikasi professional
mendesain program serta memberikan layanan dengan menciptakan
lingkungan perkembangan yang kondusif dan efektif, yang terkonstruksi
dalam empat komponen program, yaitu: layanan dasar bimbingan
(membantu siswa mengembangkan kompetensi dalam kehidupan dan
perilaku efektif), layanan responsive (mengintervensi ketidakmampuan
atau masalah), perencanaan individual (belajar merencanakan,
memonitor, dan mengelola rencana pendidikan dan karir) serta dukungan
sistem (layanan dan kegiatan manajemen).
4. Sampai tahun 1970 an, konseling didefinisikan sebagai hubungan tatap
muka antara konselor dan klien untuk membantu klien mengenal dan
memahami diri, sehingga mampu membuat keputusan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada pengertian ini, konseling
dipandang sebagai layanan khusus yang bersifat terapeutik sebagai
jantungnya bimbingan. Konseling dilakukan dalam ruangan khusus yang
menjamin kerahasiaan dan rasa aman klien dengan menggunakan teknik
wawancara konseling.
5. Tahun 1980 an pengertian konseling adalah hubungan membantu antar
helper dan helpee dalam berbagai setting untuk membantu helpee belajar
bertanggung jawab terhadap kehidupan dirinya atas dasar pemahaman
terhadap potensi diri, keberagaman budaya, tantangan global, eksistensi
hubungan dengan Tuhan YME. Pada pengertian ini konseling dipandang
sebagai layanan yang dibutuhkan oleh semua individu dalam berbagai
setting kehidupan dan permasalahan yang khusus dengan beragam
pendekatan dengan istilah outreach counseling, community counseling
maupun multiculture counseling. Konseling dilakukan tidak terbatas
ruang, tetapi unsur kerahasiaan, jaminan rasa aman dan nyaman,
pemahaman terhadap karakteristik klien, serta komitmen tugas dan peran
berlandaskan kode etik profesi konseling tetap ditegakkan.
6. Tahun 1990 an perkembangan teknologi informasi berdampak pada
dimensi konseling. Konseling dipahami sebagai hubungan yang
membantu antara helper dan helpee dalam berbagai ragam setting dan
kebutuhan dengan memanfaatkan teknologi informasi. E-counseling atau
cyber-counseling, pengemasan informasi, layanan konsultasi serta
layanan lain dilakukan dengan dukungan perangkat teknologi informasi.
Konseling menjadi lintas dimensi ruang, daerah, negara, maupun waktu.
7. Dekade 2000, istilah konseling meliputi pengertian bimbingan dan
konseling sebagai sistem yang komprehensif dalam hubungan yang
membantu, yang didesain dalam suatu program dan layanan pada
beragam setting dengan beragam kebutuhan, baik yang bersifat umum
maupun khusus dengan teknik-teknik intervensi yang bervariasi,
sehingga individu tumbuh berkembang dan mampu menampilkan diri
secara utuh dan bermakna sepanjang kehidupannya.

B. Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar


Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar
pada umumnya dilaksanakan oleh masing-masing guru kelas. Layanan di
SD berbeda dengan di sekolah menengah, perbedaan ini berkaitan dengan
personel bimbingan itu sendiri. Di sekolah menengah sendiri itu tersedia
tenaga bimbingan atau konselor yang mempunyai keahlian khusus dalam
bidang bimbingan dan konseling, berbeda dengan SD yang hampir tidak
memiliki konselor khusus karena pelaksanaan bimbingan itu dan
komseling di SD lebih banyak menitikberatkan kepada peran guru
terutama dalam proses belajar mengajarnya.
Program layanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu
program yang secara intensif telah dilaksanakan di sekolah pada
umumnya. Bahkan ditegaskan bahwa bimbingan merupakan bagian
integral dari pendidikan.
Layanan bimbingan dan konseling merupakan layanan yang
diperuntukkan untuk semua individu (baik yang mempunyai masalah
maupun tidak) atau yang sedang berkembang.
Pada dasarnya, layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk
mengenal, dan memahami dirinya serta mengembangkan potensi yang ada
dan pada akhirnya dapat mengaktualisasikan dirinya secara utuh. Dalam
menjalan kan tugas-tugas perkembangannya, anak sering menemui
hambatan-hambatan dan permasalahan sehingga mereka banyak
bergantung kepada orang lain terutama orang tua dan guru. Oleh karena itu
usia anak SD memerlukan perhatian khusus dari para guru.
Pelayanan bimbingan dan konseling di SD mengacu pada
perkembangan siswa SD yang beradaptasi dengan lingkungan yang lebih
luas dan belajar bersosialisasi dengan mengenal berbagai aturan, nilai dan
norma-norma. Materi bimbingan dan konseking termuat ke dalam empat
bidang bimbingan yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir.
1. Dalam bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling
membantu siswa SD menemukan dan memahami, serta
mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, aktif, dan kreatif, serta sehat
jasmani dan rohani.
2. Dalam bidang sosial, pelayanan bimbingan dan konseling
membantu siswa dalam proses sosialisasi untuk mengenal serta
berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti
luhur dan rasa tanggung jawab.
3. Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan
konseling membantu siswa mengembangkan kebiasaan belajar
yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan, serta
menyiapkan untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat tinggi,
membantu siswa mengenal dan mengarahkan diri untuk karir masa
depan.

Adapun layanan bimbingan dan konseling disekolah dasar meliputi


layanan orientasi, informasi, penempatan/penyaluran, pembelajaran,
konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.
1. Layanan orientasi ditunjukkan untuk siswa baru guna memberikan
pemahaman dan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah yang
baru dimasuki. Jadi, hasil yang diharapkan dari layanan orientasi ialah
mempermudah penyesuaian siswa terhadap pola kehidupan sosial,
kegiatan belajar, dan kegiatan di sekolah lain yang mendukung
keberhasilan siswa.
2. Layanan informasi bertujuan untuk membekali siswa dengan berbagai
pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk
mengenali diri, merencanakan, dan mengembangkan pola kehidupan
sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat. Pemahaman yang
diperoleh dari layanan informasi adalah sebagai bahan acuan dalam
meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar, dan mengembangkan cita-
cita.
3. Layanan penempatan dan penyaluran memungkinkan siswa berada
pada posisi dan pilihan yang tepat, yaitu berkenaan dengan posisi
tempat duduk dalam kelas, kelompok belajar kegiatan ekstrakurikuler,
program latihan, serta kegiatan lainnya sesuai dengan kondisi fisik dan
psikisnya.
4. Layanan pembelajaran yaitu memungkinkan siswa memahami serta
mengembangkan sikap kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan
materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya.
5. Layanan konseling perorangan memungkinkan siswa dapat secara
langsung bertatap muka dengan guru kelas atau pembimbing dalam
pembahasan pengentasan masalahnya.
6. Layanan bimbingan kelompok memungkinkan siswa bersama-sama
memperoleh berbagai bahan dari narasumber yang bermanfaat untuk
kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar,
anggota keluarga, dan masyarakat.
7. Layanan konseling kelompok memungkinkan siswa memperoleh
kesempatan bagai pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami
melalui dinamika kelompok.2

C. Model-model Pendekatan Bimbingan di Sekolah Dasar


Myrick yang diperjelas kembali oleh Sunaryo Kartadinata
mengemukakan empat pendekatan yang dapat dirumuskan sebagai
pendekatan dalam bimbingan, yaitu :
2
Zainal Aqib, Ikhtisar Bimbingan & Konseling di Sekolah, (Bandung : Yrama Widya), 2012, hl.
88
1. Pendekatan krisis, dalam pendekatan krisis pembimbing menunggu
munculnya suatu krisis dan dia bertindak membantu seseorang yang
menghadapi krisis itu.
2. Pendekatan remidial, didalam pendekatan remedial guru akan
memfokuskan bantuannya kepada siswa upaya menyembuhkan atau
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang tampak.
3. Pendekatan preventif, mencoba mengantisipasi masalah-masalah itu.
4. Pendekatan perkembangan, pembimbing yang menggunakan
pendekatan ini beranjak dari pemahaman tentang keterampilan dan
pengalaman khusus yang dibutuhkan siswa untuk mencapai
keberhasilan disekolah.

D. Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar


1. Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling
Program bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan dengan
baik apabila didukung dan diselenggarakan dalam suatu
organisasi yang baik pula. Oleh karena itu, dalam bagian ini
akan membahas materi yang berkenaan dengan organisasi dan
bimbingan administrasi bimbingan dan konseling di sekolah
dasar, diantaranya perlu organisasi dan administrasi. Beberapa
pola organisasi bimbingan dan komseling, kriteria penentuan
pola organisasi dan prinsip-prinsip organisasi dan administrasi
di sekolah dasar.
 Menurut Slameto dalam Khairul Umam dkk, yang
dimaksud dengan organisasi adalah pengaturan tata
kerja yang ada didalam suatu unit, maupun hubungan
dan keseluruhan suatu lembaga.
 Subroto dalam Khairul Umam dkk, mengemukakan
bahwa organisasi adalah struktur atau sasaran yang
menempatkan orang dalam suatu kelompok kerja sama,
dengan maksud menempatkan hubungan antara orang-
orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan
tanggung jawab masing-masing untuk mencapai tujuan
bersama
 Adapun pengertian Nawawi dalam Khairul Umam
dkk, organisasi adalah kerja sama sekelompok orang
untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu struktur
melengkapi yang lainnya.

Dari pola organisasi bimbingan dan konseling di sekolah


dasar, dapat diketahui kedudukan setiap petugas yang
terlibat dalam kegiatan bimbingan dan konseling.
Disamping itu petugas sendiri akan mengetahui dengan
tegas dan jelas tugas dan wewenang serta tanggung
jawabnya termasuk didalamnya mengetahui dengan pasti
siapa atau pihak mana yang dapat diajak kerja sama.
Dengan kata lain, dengan adanya pola organisasi
bimbingan dan konseling, setiap staf pelaksana kegiatan
bimbingan dan konseling dapat mengetahui dan
memahami fungsi, tugas, dan peranan yang harus
dijalankan dalam rangkaian keseluruhan program
bimbingan dan konseling serta program pendidikan di
sekitarnya.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah dasar
menyangkut kegiatan, unsur pelaksana, dan keperluan-
keperluan untuk melaksanakannya. Oleh karena itu,
untuk kelancaran diperlukan suatu organisasi yang tertata
dengan baik. Keberhasilan program bimbingan dan
konseling sangat tergantung pada pengorganisasiannya.
Untuk itu, Slameto mengemukakan beberapa asas
bimbingan dan konseling diantaranya :3
1. Kegiatan bimbingan dan konseling merupakan bagian
integral dari keseluruhan upaya pendidikan di
sekolah.
2. Tujuan program bimbingan dan konseling harus jelas
dan serasi dengan tujuan keseluruhan program
sekolah.

3
Slameto, Bimbingan di Sekolah, (Jakarta: PT. Bina Aksara) 1988, hlm 163-164
3. Kepala sekolah memegang tanggung jawab dan
kepemimpinan.

E. Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling di SD/MI


Pengembangan program bimbingan dan konseling pada dasarnya
bersifat universal spesialis. Universal dalam arti meliputi semua aspek dan
ditujukan untuk semua individu di sekolah, spesialis dalam arti sesuai
kebutuhan objek dan subjek layanan. Objek dan subjek layanan bimbingan
dan konseling yang paling utama di sekolah adalah peserta didik. Objek dan
subjek lainnya adalah guru bidang studi, pimpinan sekolah dan orang tua
siswa.
Asesmen kebutuhan siswa, guru, pimpinan sekolah dan orang tua
terhadap layanan bimbingan dan konseling, merupakan langkah awal dalam
pengembangan program bimbingan dan konseling. Hasil asesmen dianalisa
dan disusun menjadi program dengan memperhatikan kemampuan personal
konselor (guru pembimbing) untuk memberikan layanan, kapasitas dan
fasilitas sekolah, keberadaan orang tua dan potensi lingkungan yang
mungkin diakses sebagai sistem pendukung.
Program dirancang sekurang-kurangnya memperhatikan aspek
context, input, process, product, dan outcome. Context (konteks) meliputi isi
program bimbingan dan konseling sesuai kebutuhan. Input berkenaan
dengan bagaimana program diorganisasikan dan siapa-siapa yang terlibat
dalam program. Process (proses) terkait dengan bagaimana program
dilaksanakan serta media dan instrumentasi bimbingan dan konseling yang
diperlukan. Product (produk) berhubungan dengan tujuan dan hasil apa yang
dicapai atau diperoleh dari layanan bimbingan dan konseling. Outcome
(dampak) yaitu dampak yang terjadi baik secara umum maupun khusus
karena adanya program bimbingan dan konseling4.

F. Peran Konselor dan Perubahan Perilaku

4
Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah. Bimbingan dan konseling Islam di Sekolah Dasar. 2009. hlm.
Hubungan konselor (guru pembimbing) dengan peserta didik di sekolah,
berada dalam koridor hubungan yang membantu. Artinya konselor menciptakan
dan mengembangkan interaksi yang membantu peserta didik untuk
mengaktualisasikan potensi secara optimal, mengembangkan pribadi yang utuh
dan sehat, serta menampilkan perilaku efektif, kreatif dan produktif. Kualitas
hubungan dalam proses bimbingan dan konseling sangat dipengaruhi oleh kualitas
pribadi konselor (guru pembimbing)5.
Kepribadian konselor menurut Rogers (1962), merupakan teknik atau
intervensi utama, karena seseorang tidak akan dapat memberikan bantuan tanpa
memiliki kepribadian membantu. Kepribadian utama yang harus dimiliki oleh
seorang konselor (guru pembimbing) adalah terpercaya, sehingga menjadi agen
yang membawa pengaruh positif pada pertumbuhan dan perkembangan helpee
(individu). Kepribadian terpercaya akan teraktualisasikan dalam sikap: mampu
menjaga rahasia, terbuka, jujur, tulus, otentik dalam bertindak, memandang dan
menerima individu apa adanya, perhatian dan percaya diri.

BAB III

PENUTUP

5
Ngalimun dan Ihsan, Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, April
2020, hlm. 132
A. Kesimpulan
Menarik kesimpulan diatas bahwa bimbingan dan konseling disekolah dasar
muncul sebagai konsekuensi logis dari karakteristik dan masalah
perkembangan siswa sekolah dasar itu sendiri. Karena itu, memahami
karakteristik anak sekolah dasar merupakan hal sangat penting di dalam
mengembangkan dan meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling
secara keseluruhan. Begitu pula sentral layanan bimbingan dan konsekuensi
terpusat pada pemberdayaan kualitas fungsi guru sebagai pembimbingnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. Ikhtisar Bimbingan & Konseling di Sekolah. (Bandung : Yrama


Widya). 2012.
Elfi Mu’awanah, Rifa Hidayah. 2009. Bimbingan dan Konseling Islam di Sekolah
Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.
Maliki, M.Pd.I. Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar Suatu pendekatan
Imajinatif. (Jakarta : Kencana). 2008.
Ngalimun, Ihsan. 2020. Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah. (Banjarmasin : PT Litera).
Slameto. Bimbingan di Sekolah. (Jakarta : PT. Bina Aksara). 1998.

Anda mungkin juga menyukai