Anda di halaman 1dari 26

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

makalah
disajikan sebagai salah satu syarat
memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling

oleh
Dyah Larasati
4201412042

dosen pengampu
Dra. Ninik Setyowani M.Pd
Carti S.Pd

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis memiliki
kekuatan dan kemampuan untuk dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan
Konseling Semester Genap Rombel 24 Universitas Negeri Semarang.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan. Akan tetapi, dengan bantuan dari berbagai pihak, hal itu bisa teratasi.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ninik Setyowani dan Ibu Carti, selaku dosen pengampu mata kuliah
Bimbingan dan Konseling.
2. Serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi tercapainya
makalah yang lebih baik. Atas kritik dan sarannya penulis ucapkan terimakasih.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan penulis pada khususnya.

Semarang, 15 Juni 2014

Penulis


DAFTAR ISI
JUDUL ..... i
KATA PENGANTAR.. ii
DAFTAR ISI......... iii
BAB I PENDAHULUAN..... 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah. 1
C. Tujuan Penulisan 1
D. Manfaat Penulisan
BAB II PEMBAHASAN ... 2
A. Mengapa Supervisi Pendidikan itu Perlu ... 2
B. Hakikat Supervisi ........................ 5
C. Tujuan Supervisi ...................................................................... 6
D. Fungsi dan Peranan Supervisi ..................................................
E. Teknik Supervisi ......................................................................
F. Prinsip-Prinsip Supervisi ..........................................................
BAB III PENUTUP...,,, 9
A. Simpulan ....... 9
B. Saran ..... 9
DAFTAR PUSTAKA .. 10







BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses pendidikan, semua stakeholder yang terkait dengan
proses tersebut mempunyai peran dan tanggungjawab sesuai dengan apa yang
dibutuhkan. Masing-masing peran tersebut harus berjalan secara sinergis dan
saling melengkapi sehingga membentuk sustu sistem yang harmonis. Dari
peran-peran yang ada, peran guru bimbingan dan konseling sangat diperlukan
sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan apa
yang diharapkan. Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan dari, untuk,
dan oleh manusia memiliki pengertian yang khas. Dengan bimbingan dan
konseling tersebut, siswa akan melakukan aktifitas belajar sesuai dengan apa
yang telah ditentukan, atau telah diatur dalam suatu aturan (norma).
Berdasarkan undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional maka dirumuskan tujuan
pendidikan dasar yakni memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk
mengikuti pendidikan menengah (pasal 3 PP nomor 28 tahun 1990 tentang
Pendidikan Dasar). Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam
rangka pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan sebuah modal
dasar bagaimana bangsa bisa tumbuh dan berkembang dalam menghadapi
berbagai macam perkembangan dunia dan perkembangan masa yang semakin
menantang. Dalam pendidikan terkandung berbagai macam aspek, salah satu
diantaranya adalah proses belajar mengajar yang menjadi ujung tombak
dimana para peserta didik yakni generasi muda bangsa mendapatkan sebuah
ilmu dan berbagai pemahaman tentang berbagai macam pengetahuan.
Bimbingan dan konseling merupakan bantuan kepada individu peserta
didik dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam
hidupnya atau dalam proses belajarnya. Bantuan semacam itu sangat tepat
jika diberikan di sekolah, agar setiap peserta didik dapat lebih berkembang ke
arah yang seoptimal mungkin. Dengan demikian bimbingan dan konseling
menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan
sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut,
termasuk seorang guru.
Berdasar latar belakang tersebut di atas, penulis tergerak untuk
melakukan pengkajian terhadap mengenai peran guru mata pelajaran dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling khususnya di SMP Negeri 2 Prembun.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah hakikat bimbingan dan konseling di sekolah?
2. Apa sajakah prinsip-prinsip bimbingan dan konseling?
3. Apa sajakah kode etik bimbingan dan konseling?
4. Apa sajakah fungsi pembimbing di sekolah?
5. Apa sajakah syarat seorang pembimbing di sekolah?
6. Siapa sajakah yang dapat menjadi pembimbing di sekolah?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami hakikat bimbingan dan konseling di sekolah
2. Mengetahui prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
3. Mengetahui dan memahami kode etik bimbingan dan konseling
4. Mengetahui dan memahami fungsi pembimbing di sekolah
5. Mengetahui dan memahami syarat seorang pembimbing di sekolah
6. Mengetahui orang yang dapat menjadi pembimbing di sekolah

D. Manfaat Penulisan
1. Menambah wawasan kepada penulis sebagai calon guru di sekolah.
2. Memenuhi tugas mata kuliah BK
















BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Ada pernyataan bahwa bimbingan identik dengan pendidikan. Artinya
apabila seseorang melakukan kegiatan mendidik berarti ia juga sedang
membimbing; sebaliknya apabila seseorang melakukan aktivitas
membimbing (memberikan pelayanan bimbingan), berarti ia juga sedang
mendidik. Berkenaan dengan pernyataan di atas, timbul pertanyaan:
Mengapa pelayanan bimbingan dan konseling masih diperlukan dalam dunia
pendidikan? atau Mengapa pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan
dalam proses pendidikan baik di sekolah?
Prayitno dan Erman Amti (2008: 99) bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau
beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang
yang dibimbinga dapat mengembnagkan kemampuan dirinya sendiri dan
mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dapat
dikembangkan; berdasarkan norma-norma yang berlaku. Sedangkan menurut
Oemar Hamalik (2000: 193) bimbingan ialah penolong individu agar dapat
mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya.
Dari dua pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa
bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang
diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya
seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self
understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya
(self direction) , dan merealisasikan dirinya (self realization).
Konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu
masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien
(Prayitno, 1997:106). Sedangkan menurut Mungin Eddy Wibowo (1986:39)
konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya
dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk
dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang
akan datang.
Dari pengertin tersebut, dapat peneliti sampaikan ciri-ciri pokok
konseling, yaitu:
1. Adanya bantuan dari seorang ahli
2. Bantuan diberikan kepada individu yang mengalami masalah agar
memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah
guna memperbaiki tingkah lakunya di masa yang akan datang.
3. Proses pemberian bantuan dilakukan dengan wawancara konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling (disingkat BK) bisa dilakukan dalam
setting lembaga pendidikan (sekolah atau madrasah), keluarga, masyarakat,
organisasi, industri, dan lain sebagainya. Awalnya bimbingan dan konseling
tidak diperuntuukan di dunia pendidikan. Tetapi, dalam perkembangannya
diterapkan dalam dunia pendidikan (Tohirin, 2007: 2).
Sedangkan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada
individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.

B. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
Yang dimakasud dengan prinsip-prinsip di sini adalah hal-hal yang
menjadi pegangan dalam proses bimbingan dan konseling. Haditono (1967)
dalam bukunya mengemukakan 12 prinsip bimbingan sebagai berikut:
1. Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk anak-anak, orang
dewasa, dan orang yang sudah tua.
2. Tiap aspek daripada kepribadian seseorang menentukan tingkah laku
orang itu. Oleh karena itu bimbingan harus berusaha memajukan
individu itu dalam semua aspek-aspek tadi.
3. Usaha-usaha bimbingan harus menyeluruh ke semua orang karena
semua orang mempunyai berbagai masalah yang butuh pertolongan.

C. Kode Etik Bimbingan dan Konseling
Yang dimaksud dengan kode etik ialah ketentuan-ketentuan atau
peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh siapa saja yang berkecimpung
dalam bidang bimbingan dan konseling demi untuk kebaikan. Kode etik bagi
sesuatu jabatan bukan merupakan hal yang baru. Tiap-tiap jabatan pada
umumnya mempunyai kode etik sendiri-sendiri, sekalipun tetap ada
kemungkinan bahwa kode etik itu tidak secara formal diadakan. Kita
mengetahui bahwa para dokter mempunyai kode etik, para guru mempunyai
kode etik, bahkan tukang becakpun mempunyai kode etik tersendiri.
Dengan adanya kode etik di dalam bimbingan dan konseling
dimaksudkan agar bimbingan dan konseling tetap dalam keadaan baik dan
diharapkan akan menjadi semakin baik, lebih-lebih di Indonesia di mana
bimbingan dan konseling masih relatif baru. Kode etik ini mengandung
ketentuan-ketentuan yang tidak boleh dilanggar ataupun diabaikan tanpa
membawa akibat yang tidak menyenangkan.
Di dalam makalah ini dikemukakan beberapa kode etik dalam
bimbingan dan konseling diharapkan paling tidak dapat memberikan suatu
garis yang dapat menolong di dalam memberikan bimbingan dan konseling.
Antara lain sebagai berikut :
1. Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang
bimbingan dan konseling harus memegang teguh prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling.
2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai
hasil yang sebaik-baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau
wewenangnya. Karena itu pembimbing jangan sampai mencampuri
wewenang serta tanggung jawab yang bukan wewenang serta tanggung
jawabnya.
3. Oleh karena pekerjaan pembimbing berhubungan langsung dengan
kehidupan pribadi orang maka seorang pembimbing harus:
a. Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-
baiknya
b. Menunjukkan sikap hormat kepada klien
c. Menghargai sama terhadap bermacam-macam klien. Jadi di dalam
menghadapi klien pembimbing harus menghadapi klien dalam
derajat yang sama.
4. Pembimbing tidak diperkanankan:
a. Menggunakan tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih.
b. Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan.
c. Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin akan menimbulkan
hal-hal yang tidak baik bagi klien.
d. Mengalihkan klien pada konselor lain tanpa persetujuan klien.
5. Meminta bantuan kepada ahli dalam bidang lain di luar kemampuan atau
di luar keahliannya ataupun di luar keahlian stafnya yang diperlukan
dalam bimbingan dan konseling.
6. Pembimbing haruslah selalu menyadari akan tanggung jawabnya yang
berat yang memerlukan pengabdian sepenuhnya
7. Kode-kode etik seperti dikemukakan di atas itu mempunyai hubungan
yang erat satu dengan yang lain, yang tidak dapat dilepaskan satu dari
yang lainnya apabila hendak mencapai tujuan bimbingan dan konseling
sebaik-baiknya.

D. Fungsi Bimbingan dan Pembimbing di Sekolah
Uman Suherman (2008) menyatakan bahwa secara umum, fungsi
bimbingan dan konseling dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu
konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan
lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu
mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor
untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi
dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli.
Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli
tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang
membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah
pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa
masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka
mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya:
bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat -obatan, drop
out, dan pergaulan bebas (free sex).
3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa
berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang
memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/
Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau
bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan
secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli
mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat
digunakan di sini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok
atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
4. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian
bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut
aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat
digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau
program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang
sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan
pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan,
kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk
menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan,
minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan
informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat
membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik
dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih
metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran
sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan
lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
8. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk
membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam
berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan
intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki
pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat
sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak
yang produktif dan normatif.
9. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras
dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
10. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk
membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan
situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini
memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi -kondisi yang akan
menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini
diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan
fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli.
Adapun fungsi khusus bimbingan dan konseling, yakni khususnya di
sekolah, menurut H.M. Umar, dkk., adalah sebagai berikut :
1. Menolong anak dalam kesulitan belajarnya;
2. Berusaha memberikan pelajaran yang sesuai dengan minat dan
kecakapan anak-anak;
3. Memberi nasehat kepada anak yang akan berhenti dari sekolahnya;
4. Memberi petunjuk kepada anak-anak yang melanjutkan belajarnya dan
sebagainya.

Fungsi seorang pembimbing di sekolah adalah menbantu kepala
sekolah beserta stafnya di dalam menyelenggarakn kesejahteraan sekolah
(schoolwelfare). Sehubungan dengan fungsi ini maka seoranhg pembimbing
mempunyai tugas-tugas tertentu, yaitu :
1. Mengadakan penelitian ataupun observasi situasi atau keadaan sekolah,
baik mengenai peralatan, tenaga, penyelenggaraan maupun aktivitas-
aktivitas yang lain.
2. Berdasarkan pada hasil penelitian atau observasi tersebt maka
pembimbing berkewajiban memeberikan saran-saran ataupun pendapat
kepada kepala sekolah ataupun kepada staf pengajar yang lain demi
kelancaran dan kebaikan sekolah.
3. Menyelenggarakn bimbingan terhadap anak-anak, baik yang bersifat
preventif, preservatif, maupun yang bersifat korektif aupun kuratif.
a. Yang bersifat preventif yaitu dengan tujuan menjaga jangan sampai
anak-anak mengalami kesulitan , menghibndarkan hal-hal yang tidak
diinginkan. Hal ini dapat ditempu antara lain dengan:
1) mengadakan papan bimbingan untuk berita-berita atau
pedoman-pedoman yang perlu mendapatkan perhatian dari
anak-anak
2) mengadakan kotak maslah atau koak tanya untuk menampung
segala persoalan dan pertanyaan yang diajukan secara tertulis,
sehingga dengan demikian jika ada maslah maka dapat dengan
segera diatasi.
3) menyelenggaran kartu pribadi sehingga dengan demikian
pembimbing ataupun staf pengajar yang lain dapat mengetahui
data dari anak apabila memerlukannya.
4) memberikan penjelasan-penjelasan atau ceramah-ceramah yang
dianggap penting, diantaranya cara belajar efisien
5) mengadakan kelompok belajar , sebagai salah satu cara atau
teknik belajar yang cukup baik apabila dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya.
6) mengadakan diskusi dengan anak-anak secra kelompok atau
perseorangan mengenai cita-cita, kelanjutan studi atau pemilihan
pekerjakaan.
7) Mengadakan hubungan yang harmonis, dengan orang tua atau
walimurid agar ada kerjasa yang baik antara sekolah dengan
orang tua.
Masih banyak lagi langkah-langkah yang dapat diambil dalam
rangka bimbingan preventif.
b. Yang bersifat preservatif ialah usaha untuk menjaga keadaan yang
telah baik agar tetap baik; jangan sampai keadaan yang baik menjadi
keadaan yang tidak baik.
c. Yang bersifat korektif ialah mengadakan konseling kepada anak-
anak yang mengalami kesulitan yang tidak dapat dipecahkan sendiri
dan yang membutuhkan pertolongan dari pihak lain.
4. Kecuali hal tersebut di atas , pembimbing dapat mengambil langkah-
langkah lain yang dianggap perlu demi kesejahteraan sekolah atas
persetujuan kepala sekolah
Menginagt begitu banyaknya tugas pembimbing,di sekolah, maka
banyak syarat yang harus dipenuhi pembimbing.
E. Syarat-Syarat bagi Seorang Pembimbing
1. Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas,
baik segi teori maupun praktik. Segi teori merupakan hal yang penting
karena segi inilah yang menjadi landasan di dalam praktik. Praktik tanpa
teori merupakan praktik yang ngawur. Segi praktik adalah perlu dan
penting, karena bimbingan dan konseling merupakan applied science,
ilmu yang harus diterapkan dalam praktik sehari-hari, sehingga seorang
pembimbing akan canggung apabila ia hanya menguasai teori saja tanpa
memiliki kecakapan didalam praktik.
2. Di dalam segi psikologis, seorang pembimbing akan dapat mengambil
tindakan yang bijaksana jika pembimbing telah cukup dewasa secara
psikologis, yaitu adanya kemantapan atau kestabilan di dalam psikisnya,
terutama dalam segi emosi.
3. Seorang pembimbing harus sehat jasmani maupun psikisnya, apabila
jasmani dan psikis tidak sehat, maka hal itu akan mengganggu di dalam
menjalankan tugasnya.
4. Seorang pembimbing harus mempunyai kecintaan terhadap pekerjaannya
dan juga terhadap anak atau individu yang dihadapinya. Sikap ini akan
menimbulkan kepercayaan pada anak. Tanpa adanya kepercayaan dari
anak maka tidaklah mungkin pembimbing dapat menjalankan tugas
dengan sebaik-baiknya.
5. Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga
dapat diharapkan usaha bimbingan dan konseling berkembang ke arah
keadaan yang lebih sempurna demi untuk kemajuan sekolah.
6. Karena bidang gerak dari pembimbing tidak terbatas pada sekolah saja,
maka seorang pembimbing harus supel, ramah tamah, sopan santun di
dalam segala perbuatannya, sehingga pembimbing dapat bekerja sama
dan memberikan bantuan secukupnya untuk kepentingan anak-anak.
7. Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat
menjalankan prinsip-prinsip serta kode etik bimbingan dan konseling
dengan sebaik-baiknya.

F. Yang Dapat Menjadi Pembimbing di Sekolah
Sipakah yang dapat menjadi pembimbing di sekolah? Untuk menjawab
pertanyaan ini ada 2 kemungkinan yang dapat ditempuh, yaitu:
1. Pembimbing di sekolah dipegang oleh orang yang khusus dididik
menjadi konselor, jadi merupakan tenaga khusus yang ditugaskan untuk
melaksanakan pekerjaan itu dengan tidak menjabat pekerjaan lain.
2. Pembimbing di sekolah dipegang oleh guru pembimbing (teacher
conselor), yaitu guru yang di samping menjabat guru juga menjadi
pembimbing
Dari dua kemungkinan di atas, masing-masing mempunyai keuntunagn
maupun kelemahan, yaitu:
a. Kalau pembimbing di sekolah dipegang oleh seorang pembimbing
atau konselor yang khusus:
Keuntungan-keuntungannya:
1. Ada kemungkinan bagi pembimbing untuk memusatkan segala
perhatian dan kemampuannya pada soal-soal bimbingan karena ia
terlepas dari kewajiban mengajar. Dengan demikian bimbingan dan
konseling akan berlangsung lebih sempurna.
2. Perhatian pembimbing dapat menyeluruh, meliputi seluruh kelas dan
seluruh anak dengan perhatian yang sama.
3. Anak dapat secara bebas menyatakan segala sesuatu kepada
pembimbing, karena tidak ada prasangka di dalam menyatakan
problemnya, tidak terhalang persoalan nilai karena hal ini merupakan
hal yang penting bagi anak. Ini disebabkan pembimbing tidak secara
langsung berhubungan dengan nilai anak-anak.
Kelemahan-kelemahannya:
1. Pembimbing tidak mempunyai alat yang praktis untuk dapat
mengadakan hubungan secara menyeluruh dengan anak-anak. Hal
ini merupakan suatu kepincangan karena sebenarnya pembimbing
harus selalu melakukan hubungan dengan anak-anak. Namun
demikian kelemahan ini dapat diatasi dengan menyediakan jam-jam
tertentu untuk mengadakan bimbingan kelompok, kelas per kelas.
2. Kadang-kadang keadaannya bersifat kaku karena sering lebih
menitikberatkan pada struktur daripada fungsi.
3. Kalau pembimbing dipegang oleh tenaga khusus maka dibutuhkan
waktu untuk mendidiknya, sehingga pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah tidak dapat dilaksanakan secepatnya.
b. Kalau pembimbing di sekolah dipegang oleh guru pembimbing
(teacher conselor)
Keuntungan-keuntungannya:
1. Guru mempunyai alat yang praktis untuk mengadakan pendekatan
dengan anak-anak sehingga dengan demikian dapat melihat
keadaan anak-anak dengan lebih seksama. Di dalam kelas, guru
pembmbing dapat mengamati perilaku dan keadaan anak yang
sebenarnya.
2. Berkaitan dengan butir saru di atas, situasi menjadi luwes, tidak
kaku, dan setiap guru dapat bertindak sebagai pembimbing.
3. Kebutuhan tenaga pembimbing dapat segera dipenuhi karena
sekolah dapat melaksanakan job training bagi guru-guru.
Kelemahan-kelamahannya:
1. Karena guru berhubungan dengan mata pelajaran, dan hal ini
berhubungan langsung dengan nilai, maka anak-anak akan menjadi
kurang terbuka untuk menyatakan problemnya, lebih-lebih kalau
berhubungan dengan staf pengajar.
2. Tanpa disadari ada kemungkinan guru pembimbing akan lebih
berfokus pada kelas-kelas yang diajarnya melebihi kelas-kelas yang
lain.
3. Dengan adanya tambahan tugas baru, ini berarti juga menambah
beban pertanggungjawaban guru.
4. Pelaksanaan bimbingan mungkin akan menjadi simpang siur.
Setelah melihat keuntungan dan kelemahan di atas maka timbul
pertanyaan, bentuk manakah yang merupakan bentuk yang sebaik-baiknya
karena keduanya masing-masing mempunyai keuntungan dan kelemahan.
Untuk menjawab pertanyaan di atas dapatlah dikemukakan bahwa
untuk menentukan cara mana yang sebaiknya diambil, harus diingat dan
dipertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Tingkat sekolah. Hal ini akan merupakan faktor yang turut menentukan
cara mana yang sebaiknya diambil. Tingkat SLTA mempunyai perbedaan
dengan tingkat SLTP dan demikian juga dengan tingkat Sekolah Dasar.
2. Keadaan besar kecilnya sekolah. Besar kecilnya sekolah juga
berpengaruh pada cara mana yang akan diambil. Sekolah yang jumlah
muridnya besar tentu berbeda dengan sekolah yang memiliki murid
sedikit.
3. Fasilitas yang tersedia. Hal ini jelas sangat berpengaruh karena segala
sesuatunya tidak akan dapat terlepas dari fasilitas yang ada serta situasi
yang dihadapi.

E. Bimbingan Di Sekolah
Secara umum masalah-masalah yang dihadapi oleh individu khususnya
oleh siswa di sekolah dan madrasah sehingga memerlukan bimbingan dan
konseling adalah: (1) masalah-masalah pribadi, (2) masalah belajar (masalah-
masalah yang menyangkut pembelajaran), (3) masalah pendidikan, (4)
masalah karir atau pekerjaan, (5) penggunaan waktu senggang, (6) masalah-
masalah sosial dan lain sebagainya.
Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat
dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini terlebih lagi
disebabkan karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang terkletak
di luar sekolah. Dalam kaitan itu, permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan
begitu saja. Apabila misi sekolah adalah menyediakan pelayanan yang luas
untuk secara efektif membantu siswa mencapai tujuan-tujuan
perkembangannya dan mengatasi permasalahannya, maka segenap kegiatan
dan kemudahan yang diselenggarakan sekolah perlu diarahkan ke sana. Di
sinilah dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling di samping
kegiatan pengajaran. Dalam tugas pelayanan yang luas, bimbingan dan
konseling di sekolah adalah pelayanan untuk semua murid yang mengacu
pada keseluruhan perkembangan mereka, yang meliputi keempat dimensi
kemanusiaannya dalam rangka mewujudkan manusia seutuhnya.
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah di Indonesia sebenarnya
telah dirintis sejak tahun 1960-an. Mulai tahun 1975 pelayanan bimbingan
dan konseling telah secara resmi memasuki sekolah-sekolah, yaitu dengan
dicantumkannya pelayanan tersebut pada kurikulum 1975 yang berlaku di
sekolah-sekolah seluruh Indonesia, pada jenjang SD, SLTP dan SLTA. Pada
kurikulum 1984 keberadaan bimbingan dan konseling lebih dimantapkan lagi.
Undang-undang No. 2 tahun 1989 menjelaskan bahwa tenaga
kependidikan meliputi tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, pemilik,
pengawas, peneliti dan pengembang dibidang pendidikan, pustakawan,
laboran dan teknisi sumber belajar (pasal 27 ayat 2). Tenaga pendidik
bertugas membimbing, mengajar dan/atau melatih peserta didik (pasal 1 ayat
8). Dalam pengertian tersebut jelaslah bahwa pekerjaan bimbingan di sekolah
merupakan salah satu tugas dari tenaga pendidik. Dengan kata lain, tugas
pendidik salah satu di antaranya adalah membimbing.
Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, No. 026
tahun 1989 menyebutkan secara eksplisif pekerjaan bimbingan dan
penyuluhan (konseling) dan pekerjaan mengajar yang satu sama lain
berkedudukan seimbang dan sejajar. Dalam SK tersebut disebutkan bahwa
seorang guru di sekolah dapat mengerjakan kegiatan mengajar atau kegiatan
pelayanan bimbingan dan penyuluhan. Keberadaan pelayanan bimbingan dan
penyuluhan di sekolah dipertegas lagi oleh Peraturan Pemerintah No. 28
tahun 1990 (tentang Pendidikan Dasar) dan No. 29 tahun 1990 (tentang
Pendidikan Menengah). Dalam kedua peraturan pemerintah itu disebutkan
dalam Bab X, bahwa:
1. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam
rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan
merencanakan masa depan;
2. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
3. Dalam penjelasannya Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990
menyebutkan bahwa: Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi
siswa, dimaksudkan untuk membantu siswa mengenal kelebihan dan
kekurangan yang ada pada dirinya;
4. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan, dimaksudkan untuk
membantu siswa menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, ekonomi,
budaya serta alam yang ada;
5. Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan, mempersiapkan
diri untuk langkah yang dipilihnya setelah tamat belajar pada sekolah
menengah serta kariernya di masa depan.
Peraturan perundangan tersebut di atas memberikan legalisasi yang
cukup mantap tentang keberadaan pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah. Dan uraian di atas juga menegaskan, bahwa pelayanan bimbingan
dan konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan yang
tugas dan ruang lingkupnya jelas.


F. Arah dan Tujuan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah
Arah bimbingan dan konseling di sekolah adalah memungkinkan siswa
mengenal dan menerima diri sendiri serta mengenal dan menerima
lingkungannya secara positif dan dinamis serta mampu mengambil
keputusan, mengamalkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan
produktif sesuai dengan peranan yang diinginkannya dimasa depan.
Adapun tujuan bimbingan dan konseling di sekolah adalah agar tercapai
perkembangan yang optimal pada individu yang dibimbing, dengan perkataan
lain agar individu (siswa) dapat mengembangkan dirinya secara optimal
sesuai dengan potensi atau kapasitasnya dan agar individu dapat berkembang
sesuai lingkungannya.
Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah, diuraikan
H.M. Umar, dan kawan-kawan (1998:21-21) sebagai berikut:
Tujuan bimbingan bagi siswa:
1. Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai
dengan kecakapan, minat, pribadi, hasil belajar, serta kesempatan yang
ada
2. Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan motif-motif dalam
belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti
3. Memberikan dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan masalah,
pengambilan keputusan, dan keterlibatan diri dalam proses pendidikan
4. Membantu siswa-siswa untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam
penyesuaian diri secara maksimum terhadap masyarakat
5. Membantu siswa untuk hidup di dalam kehidupan yang seimbang dalam
berbagai aspek fisik, mental dan sosial.
Tujuan bimbingan bagi guru adalah sebagai berikut:
1. Membantu guru dalam berhubungan dengan siswa-siswa
2. Membantu guru dalam menyesuaikan keunikan individual dengan
tuntutan umum sekolah dan masyarakat
3. Membantu guru dalam mengenal pentingnya keterlibatan diri dalam
keseluruhan program pendidikan
4. Membantu keseluruhan program pendidikan untuk menemukan
kebutuhan-kebutuhan seluruh siswa
Adapun tujuan bimbingan bagi sekolah:
1. Menyusun dan menyesuaikan data tentang siswa yang bermacam-macam
2. Mengadakan penelitian tentang siswa dari latar belakangnya
3. Membantu menyelenggarakan kegiatan penataran bagi para guru dan
personil lainnya, yang berhubungan dengan kegiatan bimbingan
4. Mengadakan peneltian lanjutan terhadap siswa-siswa yang telah
meninggalkan sekolah.

Tujuan bimbingan dan konseling dalam Islam secara rinci dapat
disebutkan sebagai berikut:
1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan
kebersihan jiwa dan mental, jiwa menjadi tenang, jinak dan damai
(mutmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah), dan mendapatkan
pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah).
2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkah
laku yang dapat memberikan manfaat, baik pada diri sendiri, lingkungan
keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial dan alam
sekitarnya.
3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga
muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong
menolong dan rasa kasih sayang.
4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga
muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada
Tuhannnya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta ketabahan
menerima ujian-Nya.
5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu
individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan
benar, ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup,
dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya
pada berbagai aspek kehidupan.























BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang
diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya
seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self
understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan
dirinya (self direction) , dan merealisasikan dirinya (self realization).
2. Ada 12 prinsip bimbingan sebagai berikut:
a. Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk anak-anak, orang
dewasa, dan orang yang sudah tua.
b. Tiap aspek daripada kepribadian seseorang menentukan tingkah
laku orang itu. Oleh karena itu bimbingan harus berusaha
memajukan individu itu dalam semua aspek-aspek tadi.
c. Usaha-usaha bimbingan harus menyeluruh ke semua orang karena
semua orang mempunyai berbagai masalah yang butuh pertolongan.
3. Kode etik ialah ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang harus
ditaati oleh siapa saja yang berkecimpung dalam bidang bimbingan dan
konseling demi untuk kebaikan.
4. Secara umum, fungsi bimbingan dan konseling yaitu: Fungsi
pemahaman, fungsi preventif, fungsi pengembangan, fungsi
penyembuhan, fungsi penyaluran, fungsi adaptasi, fungsi penyesuaian,
fungsi perbaikan, fungsi fasilitasi, dan fungsi pemeliharaan,
Adapun fungsi khusus bimbingan dan konseling, yakni khususnya di
sekolah adalah: Menolong anak dalam kesulitan belajarnya; berusaha
memberikan pelajaran yang sesuai dengan minat dan kecakapan anak-
anak; memberi nasehat kepada anak yang akan berhenti dari sekolahnya;
memberi petunjuk kepada anak-anak yang melanjutkan belajarnya dan
sebagainya.
5. Syarat-syarat bagi seorang pembimbing di sekolah menurut Arifin dan
Eti Kartikawati (1994/1995) dipilih atas dasar kualifikasi : (1)
Kepribadian, (2) Pendidikan, (3) Pengalaman, dan (4) Kemampuan.
6. Syarat bagi seorang pembimbing di sekolah ada dua kemungkinan yaitu
pembimbing di sekolah dipegang oleh seorang pembimbing atau
konselor yang khusus dan pembimbing di sekolah dipegang oleh guru
pembimbing (teacher conselor) Dari dua kemungkinan di atas, masing-
masing mempunyai keuntunagn maupun kelemahan. Dan untuk
menentukan cara mana yang sebaiknya diambil, harus diingat dan
dipertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut: Tingkat sekolah, keadaan
besar kecilnya sekolah, dan fasilitas yang tersedia di sekolah.
Secara khusus arah dan tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ada
tiga macam, yaitu: Tujuan bimbingan bagi siswa, tujuan bimbingan bagi
guru dan tujuan bimbingan bagi sekolah.

B. Saran
Saran yang bisa penulis berikan kepada pembaca yang nantinya akan
menyusun makalah dengna tema yang sama, yaitu harus melakukan tinjauan
pustaka dahulu agar pembahasan yang dilakukan dapat menyeluruh.












DAFTAR PUSTAKA
Prayitno dan Erman Amti. 2008. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling.
Jakarta: Rineka Cipta.
Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling (Studi & Karir). Yogyakarta:
Andi.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Integrasi). Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai