Disusun oleh
KELOMPOK 4
1. RIZKY ALFI SYAHRIN (900.22.269)
2. SITI ARDIANTI RUMANDA (900.22.358)
3. ULFA SARI (900.22.178)
4. ZAKIAH ULFAH (900.22.179)
Binjai, 2024
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………….…....i
DAFTAR ISI……………………………………………….…..ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang……………………………………………1
B. Rumusan masalah……………………………………...…2
C. Tujuan ……………………………………………………2
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Hakikat Bimbingan……………………………….………3
B. Hakikat Konseling………………………………………...3
C. Teknik-Teknik Bimbingan dan Konseling………………..8
D. Fungsi………………………………………………..…...13
E. Manfaat Bimbingan dan Konseling………………….......17
BAB 3 PENUTUP
KESIMPULAN………………………………………..….…18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………....…….19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek penting dalam pembentukan
individu dan masyarakat yang berkualitas. Namun, dalam
perjalanan pendidikan, tidak sedikit siswa yang mengalami
berbagai tantangan dan kesulitan yang dapat menghambat proses
pembelajaran dan pertumbuhan pribadi mereka. Tantangan ini bisa
berasal dari masalah akademik, konflik interpersonal, hingga
masalah emosional dan psikologis.
Dalam konteks ini, bimbingan dan konseling memiliki
peran yang sangat penting dalam membantu siswa mengatasi
berbagai tantangan tersebut dan mengembangkan potensi mereka
secara maksimal. Bimbingan dan konseling tidak hanya
memberikan solusi atas masalah yang dihadapi siswa, tetapi juga
membantu mereka mengidentifikasi kekuatan dan bakat yang
dimiliki, serta merencanakan langkah-langkah untuk mencapai
tujuan mereka.
Melalui pendekatan yang holistik dan berbasis pada
prinsip-prinsip psikologi, bimbingan dan konseling dapat
memberikan dukungan yang tepat sesuai dengan kebutuhan
individu siswa. Dengan demikian, implementasi bimbingan dan
konseling di institusi pendidikan menjadi sangat penting untuk
menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung
perkembangan seluruh siswa.
Dalam konteks ini, makalah ini bertujuan untuk menggali
lebih dalam tentang peran bimbingan dan konseling dalam konteks
pendidikan, dengan menyoroti konsep dasar, metode-metode yang
digunakan, tantangan dalam implementasinya, serta keefektifan
dalam meningkatkan kesejahteraan siswa dan prestasi akademik.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya
bimbingan dan konseling, diharapkan masyarakat pendidikan
dapat memberikan dukungan yang lebih besar terhadap
1
penyediaan layanan ini di sekolah-sekolah dan institusi pendidikan
lainnya.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja tantangan utama yang dihadapi siswa dalam proses
pembelajaran dan pertumbuhan pribadi?
2. Bagaimana peran bimbingan dan konseling dalam membantu
siswa mengatasi berbagai tantangan tersebut?
3. Apa saja metode-metode bimbingan dan konseling yang efektif
dalam konteks pendidikan?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi
bimbingan dan konseling di institusi pendidikan?
5. Bagaimana keefektifan bimbingan dan konseling dalam
meningkatkan kesejahteraan siswa dan prestasi akademik?
C. Tujuan
1. Menganalisis tantangan utama yang dihadapi siswa dalam
proses pembelajaran dan pertumbuhan pribadi.
2. Menjelaskan peran bimbingan dan konseling dalam membantu
siswa mengatasi tantangan tersebut.
3. Mengidentifikasi metode-metode bimbingan dan konseling
yang efektif dalam membantu siswa.
4. Mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi
bimbingan dan konseling di institusi pendidikan.
5. Menilai keefektifan bimbingan dan konseling dalam
meningkatkan kesejahteraan siswa dan prestasi akademik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Bimbingan
Ada banyak definisi tentang bimbingan dan konseling,
bahkan penggunaan kata bimbingan dan konseling itu sendiri.
Frank parson (Prayitno 1999) misalnya mendefinisikan bimbingan
sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat
memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan serta
mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya itu. Chiskolm
dalam Daryanto (2015) mengatakan bimbingan membantu setiap
individu untuk memahami dirinya sendiri. Senada dengan yang
dikemukakan Leverer dalam Daryanto (2015) yang mengatakan
bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan
sistematis guna membantu pertumbuhan anak atas kekuatannya
dalam menentukan dan mengarahkan kehidupannya sendiri pada
akhirnya ia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang
berguna yang dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi
masyarakat. Pendapat lain dikemukakan oleh Shetzer dan Stone
dalam Anas (2010), misalnya, menggunakan kata hubungan
pemberian bantuan (helping relationship) untuk suatu proses
konseling yang berarti interaksi antara konselor dengan peserta
didik dalam upaya memberikan kemudahan terhadap cara-cara
pengembangan diri yang positif.
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan
bahwa bimbingan (Guidance) adalah merupakan proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh seseorang ahli atau kelompok kepada
orang lain dalam memahami diri dan lingkungannya.
B. Hakikat Konseling
Konseling secara etomologis istilah konseling berasal dari
bahasa latin “conselium” yang berarti dengan atau bersama yang
dirangkai dengan menerima atau memahami. Menurut beberapa
ahli seperti Rogers dalam Daryanto (2015) mengatakan konseling
sebagai serangkaian hubungan langsung dengan individu yang
bertujuan untuk membantu dalam merubah sikap dan tingkah
lakunya. Pendapat yang lain dikemukakan oleh Robinso (Daryant
3
2015:5) mengatakan bahwa konseling adalah semua bentuk
hubungan antara dua orang dimana peserta didik dibantu untuk
lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya
sendiri dan lingkungannya. Kedua pendapat ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa konseling (conseling) adalah usaha membantu
peserta didik secara tatap muka agar dapat mengatasi berbagai
persoalannya.
Pendapat yang lain dikemukakan oleh surya (1981)
mengatakan konseling memiliki beberapa pengertian yaitu:
1. Konseling memiliki arti yang paling penting dalam keseluruhan
program bimbingan.
2. Konseling melibatkan adanya hubungan dua orang individu
yaitu konselor dan peserta didik, dimana konselor memberikan
bantuan kepada peserta didik melalui serangkaian wawancara
dan serangkaian pertemuan.
3. Konseling menerapkan wawancara sebagai alat utama dalam
keseluruhan aktivitas konseling.
4. Konseling diberikan kepada peserta didik agar dapat (a)
memperoleh pemahaman tentang dirinya, (b) mengarahkan
dirinya sesuai kompetensinya kearah tingkat perkembangan
optimal, (c) mempunyai kemampuan memecahkan sendiri
masalah yang dihadapinya, (d) mempunyai wawasan yang lebih
realistis, (e) memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya dan
dapat menyesuaikan diri secara lebih efektif di dalam
lingkungannya, (f) mencapai taraf aktualisasi diri dengan posisi
yang dimilikinya, (g) terhindar dari gejala-gejala kecemasan
dan perbuatan yang salah (maladjustment).
5. Konseling merupakan aktifitas professional artinya dilakukan
oleh seorang konselor yang telah memiliki kualifikasi
professional, keterampilan, pengalaman dan kepribadian.
6. Konseling merupakan suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan yang bersifat fundamental dari diri peserta
didik terutama perubahan sikap
7. Konseling memberikan tanggung jawab utama pengambilan
keputusan kepada peserta didik melalui bantuan konselor
8. Konseling lebih menyangkut masalah sikap dari pada tindakan.
4
9. Konseling lebih berkenan dengan penghayatan emosional dari
pada masalah-masalah intelektual.
10. Konseling dilaksanakan dalam situasi pertemuan yang kondusif
Konseling memegang peranan penting dalam bimbingan,
karena merupakan jantung dari proses bimbingan (conseling is
heart of guidance) karena konseling merupakan teknik bimbingan
yang dapat menyembuhkan dan merubah sikap dan perilaku setiap
individ. Jika bimbingan dan konseling disatukan maka akan
diperoleh suatu pengertian, bimbingan konseling sebagai suatu
proses pemberian bantuan oleh seseorang ahli kepada individu /
kelompok secara berkelanjutan dan sistematis agar dapat
memahami diri dan lingkungannya.
Menurut Horisin (2007) bimbingan dan konseling sering
dimaknai secara tidak tepat oleh sebagian orang bahkan oleh
praktisi bimbingan konseling sendiri. Dengan kata lain sering
muncul persepsi negatif tentang bimbingan konseling dari sebagian
kepala sekolah, pengawas, pegawai, guru-guru, peserta didik
bahkan guru pembimbing sendiri. Beberapa keselahan itu menurut
Prayitno (2008) yaitu:
1. Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan pendidikan,
sehingga bimbingan konseling tidak diperlukan karena sekolah
telah tempat diselenggarakannya pendidikan, sehingga dengan
sendirinya bimbingan konseling telah masuk kedalam proses
pendidikan tersebut. Sekolah tidak perlu melaksanakan
pelayanan bimbingan konseling secara mandiri, tetapi
mantapkan saja pengajaran sebagai pelaksanaan nyata dari
usaha pendidikan.
2. Bimbingan konseling dipisahkan dari pendidikan. Pelayanan
bimbingan konseling dianggap harus benar-benar dilaksanakan
secara khusus oleh tenaga-tenaga yang ahli dalam bidangnya
dan secara nyata harus dibedakan dari praktik pengajaran dan
pendidikan.
3. Guru pembimbing atau konselor di sekolah di anggap sebagai
polisi sekolah tugasnya menjaga dan mempertahankan tata
tertib, disiplin dan keamanan sekolah. Anggapan tersebut
muncul karena sering muncul fakta fakta dimana guru
pembimbing diberikan tugas mengusut perkelahian antara
5
peserta didik, pencurian dikelas, mengintrogasi peserta didik
yang bersalah dan menghukum peserta didik yang melakukan
kesalahan.
4. Bimbingan konseling dianggap semata-mata proses pemberian
nasihat. Selain pemberi nasihat, umumnya peserta didik
membutuhkan hal lain sesuai dengan masalah yang
dihadapinya, yang memerlukan pelayanan lain seperti
pemberian informasi, penempatan, penyaluran, bimbingan
belajar dan pelayanan khusus.
5. Bimbingan konseling dibatasi hanya menangani masalah yang
bersifat incidental (waktu tertentu saja) yaitu pada saat peserta
didik mendapatkan masalah. Padahal bimbingan konseling
menjangkau dimensi waktu yang bukan hanya waktu sekarang,
namun juga masa lalu dan masa yang akan dating, karena
biasanya masalah yang dihadapi peserta didik sekarang ini
berkaitan dengan masa lalu dan akan berdampak pada masa
yang akan dating.
6. Bimbingan konseling hanya untuk peserta didik tertentu saja.
Khusus pada anak-anak yang memiliki keistimewaan seperti
karena warna kulit, status atau kekayaan. Hakikatnya bimbingan
konseling diberikan kepada individu atau kelompok yang
memerlukannya. Tidak boleh ada diskriminasi terhadap peserta
didik dalam pelayanan bimbingan konseling.
7. Bimbingan konseling melayani orang sakit atau orang yang
kurang normal adalah merupakan anggapan yang kurang tepat.
Bimbingan konseling melayani orang yang normal dan sehat
yang mengalami suatu masalah tertentu. Jika ada peserta didik
yang mengalami masalah fisik(sakit) maka ia akan menjadi
pasien dokter dan jika mengalami masalah psikis seperti
gangguan jiwa atau stress makan sebaiknya menjadi pasien
psikolog.
8. Bimbingan konseling bekerja sendiri. Hal tersebut merupakan
anggapan yang keliru karena bimbingan konseling terintregasi
dengan program pendidikan dan pembelajaran lainnya
disekolah. Oleh karena itu guru pembimbing harus bekerja
sama dengan orang-orang yang dapat membantu
menanggulangi masalah-masalah yang dihdapi peserta didik
6
seperti bekerja sama dengan orang tua, guru, teman disekolah
dan diluar sekolah.
9. Konselor harus aktif dan peserta didik harus pasif adalah
anggapan yang tidak tepat, karena proses pelayanan bimbingan
konseling bukan hanya menuntut keaktifan dari konselor,
namun juga menuntut keaktifan dari peserta didik.
10.Bimbingan konseling dapat di lakukan oleh siapa saja. Ini
merupakan anggapan yang keliru karena pelayanan bimbingan
konseling dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan
yang mengikuti teori, tujuan, metode dan asas tertentu. Oleh
karena itu pelayanan bimbingan konseling tidak bias dilakukan
oleh sembarang orang.
11.Bimbingan konseling berpusat pada keluhan saja, juga
merupakan anggapan yang keliru, karena pemberian layanan
bimbingan konseling memang diawali dengan melihat gejala
atau keluhan awal yang disampaikan oleh peserta didik. Tetapi
apabila seorang konsoler pembahasannya dikembangkan, sering
kali ternyata masalah yang sebenarnya lebih kompleks dari
yang disampaikan oleh keluhan pertama peserta didik, sehingga
pemberian bantuan harus dipusatkan kepada masalah yang
sebenarnya. Konselor harus mampu menyelami sedalam-
dalamnya masalah peserta didik yang sebenarnya.
12.Bimbingan konseling harus memiliki hasil yang harus segera
dilihat. Anggapan tersebut adalah merupakan anggapan yang
keliru, karena pelayanan bimbingan konseling berkenaan
dengan aspek-aspek psikis dan tingkah laku, yang tidak
semudah membalik telapak tangan, yang kemungkinan hasil
bimbingan tidak langsung terlihat.
13.Bimbingan konseling menggunakan pemecahan masalah yang
sama kepada semua peserta didik. Padahal sebenernya setiap
individu memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan
yang lain. Masalah yang sama dialami oleh dua orang yang
berbeda kemungkinan akan menuntut cara pemecahan yang
berbeda.
14.Bimbingan konseling memusatkan pada penggunaan
instrument. Ini merupakan anggapan salah karena instrument
hanyalah merupakan alat bantu dalam melakukan bimbingan
7
konseling. Instrument tersebut tidak boleh mengganggu,
menghambat bahkan melumpuhkan usaha pelayanan bimbingan
konseling. Artinya dengan instrument atau tanpa instrument,
usaha bimbingan pelayanan bimbingan konseling tetap harus
dilakukan.
8
2. Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang
dirasakan klien, merasa dan berpikir bersama klien dan bukan
untuk atau tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku
attending. Tanpa perilaku attending, mustahil terbentuk empati.
Terdapat 2 macam empati, yaitu :
3. Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada
klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil
pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Terdapat
tiga jenis refleksi, yaitu :
a. Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat
memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap
perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh: “ Tampaknya
yang Anda katakan adalah......”
9
b. Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran,
dan pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku
verbal dan non verbal klien. Contoh : “Tampaknya yang Anda
katakan.....”
c. Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantukan
pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan
terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh :
“Tampaknya yang Anda katakan sesuatu....”
4. Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan
pengamatan klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien
menyimpan rahasa batin, menutup diri, atau tidak mampu
mengemukakan pendapatnya. Teknik ini memungkinkan klien
untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan, dan terancam.
Seperti halnya pada teknik refleksi, dalam teknik eksplorasi ini pun
terdapat tiga macam teknik yaitu :
a. Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali ide,
pikiran, dan pendapat klien. Contoh : “Bisakah Anda
menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksud....”
b. Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran,
dan pendapat klien. Contoh : “Saya yakin Anda dapat
menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang sekolah sambil
bekerja.
c. Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk
menggali pengalaman-pengalaman klien. Contoh : “saya
terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui. Namun, saya
ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan
pengaruhnya terhadap pendidikan Anda”.
10
mudah dan sederhana. Biasanya, ini ditandai dengan kalimat awal :
“adakah” atau “tampaknya” dan mengamati respon klien terhadap
konselor.
11
dikemukakan klien. Misalnya dengan menggunakan ungkapan
oh...., ya...., lalu...., terus..., atau.... , dan...
Tujuan dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat
mengarah agar berbicara mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan
pada saat klien akan mengurangi atau menghentikan
pembicaraanya. Dan pada saat klien kurang memusatkan
pikirannya pada pembicaraan, atau pada saat konselor ragu atas
pembicaraan klien.
9. Interprestasi
Teknik ini yaitu untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan
pengalaman klien dengan menunjuk pada teori-teori, bukan
pandangan subjek konselor. Hal ini bertujuan untuk memberikan
rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui
pemahaman dan hasil rujukan baru tersebut. Contoh dialog :
Klien : “Ayah saya sering marah-marah tanpa sebab. Saya tak lagi
dapat menahan diri. Akhirnya, terjadi pertengkaran sengit”.
12
Konselor : “Bisahkah Anda mencoba memperhatikan di depan
saya bagaimana sikap dan kata-kata ayah Anda jika memarahi
Anda “.
13
ekstrakurikuler yang diikuti, (15) Sikap dan kebiasaan belajar,
(16) Hubungan dengan teman sebaya, (17) Kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki dan lain sebagainy, (b) Pemahaman
tentang masalah yang dihadapi karena banyak peserta didik
disekolah yang tidak memahami dirinya memiliki masalah dan
menganggap dirinya baik-baik saja padahal peserta didik
tersebut mengalami masalah yang cukup berarti. (c)
Pemahaman tentang lingkungan, lingkungan bisa saja
dikonsepsikan sebagai segala sesuatu yang ada disekitar
individu yang secara langsung memenuhi individu tersebut
seperi keadaan rumah, tempat tinggal, keadaan sosial ekonomi,
keadaan emosi keluarga, keadaan hubungan dengan tetangga,
keadaan pertemanan dengan teman sebaya. Terkhusus pada
lingkungan sekolah maka fungsi pemahaman yang harus
dimiliki oleh peserta didik adalah pemahaman hak dan
kewajiban, aturan-aturan yang berlaku disekolah, pembelajaran,
kurikulum, penilaian, kenaikan kelas dan lain sebagainya.
Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan konseling
dilaksanakan dalam rangka memberikan pemahaman tentang
peserta didik beserta permasalahannya dan juga lingkungannya.
2. Fungsi Adaptasi atau Penyesuaian
Fungsi penyesuaian dalam bimbingan dan konseling adalah
membantu peserta didik agar dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan mereka berada secara dinamis dan konstruktif.
Melalui fungsi ini pelayanan bimbingan konseling membantu
terciptanya penyesuaian antara peserta didik dengan
lingkungannya terutama pada lingkungan sekolah. Fungsi
penyesuaian memiliki dua arah yaitu bantuan yang diberikan
kepada peserta didik agar dapat menyesuaikan dengan
lingkungan sekolahnya. Keberhasilan peserta didik dalam
pembelajaran di sekolah banyak dipengaruhi oleh kemampuan
peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekolah. Sekolah memiliki peraturan atau tata tertib yang harus
dipatuhi oleh setiap peserta didik, untuk dapat menyesuaikan
14
diri dengan peraturan tersebut maka peserta didik harus
memperoleh bantuan yang terarah dan sistematis.
3. Fungsi Penyaluran
Fungsi penyaluran dalam bimbingan dan konseling adalah
membantu peserta didik dalam memilih kegiatan
ekstrakurikuler atau jurusan sesuai dengan bakat dan minat
peserta didik. Melalui fungsi ini pelayanan bimbingan konseling
berupaya mengenali masing-masing peserta didik secara
perorangan selanjutnya memberikan bantuan menyalurkan ke
arah kegiatan yang dapat menunjang tercapainya perkembangan
secara optimal seperti (a) pemilihan sekolah lanjutan, (b)
Memperoleh jurusan yang tepat, (c) Pengembangan bakat dan
(d) Minat dan (e) Perencanaan karier.
4. Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan merupakan fungsi bimbingan dan konseling
yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta
didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang
akan dapat mengganggu, menghambat, ataupun menimbuklkan
kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu dalam proses
perkembangannya. Melalui fungsi ini pelayanan bimbingan
konseling dimaksudkan untuk mencegah timbulnya berbagai
masalah dalam diri peserta didik sehingga mereka terhindar dari
masalah berbagai masalah yang dapat menghambat
perkembangannya. Berdasarkan fungsi ini pelayanan bimbingan
konseling harus tetap diberikan kepada setiap peserta didik
sebagai usaha untuk pencegahan terhadap timbulnya masalah
seperti masalah kesulitan belajar, kekurangan informasi,
masalah sosial dan sebagainya yang dapat dihindari.
5. Fungsi Perbaikan
Fungsi perbaikan dalam bimbingan dan konseling adalah
membantu peserta didik dalam memperbaiki kesalahan atau
kekeliruan dalam berpikir dan berperilaku. Melalui fungsi ini
pelayanan bimbingan konseling diberikan kepada peserta didik
agar dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya,
15
bantuan yang diberikan tergantung masalah yang dihadapi.
Dalam fungsi ini peserta didik yang memiliki masalah dapat
diperioritaskan untuk diberikan bantuan, sehingga masalah yang
dihadapi oleh peserta didik cepat teratasi dan diharapkan tidak
terjadi lagi di masa-masa yang akan dating.
6. Fungsi Pemeliharaan
Fungsi pemeliharaan dalam bimbingan dan konseling adalah
membantu peserta didik dalam memlihara hal positif yang
terdapat dalam diri peserta didik agar tetap kondusif. Fungsi
pemeliharaan dalam hal ini bukan hanya sekedar
mempertahankan hal-hal yang sudah dianggap positif namun
juga mengupayakan hal positif tersebut agar dapat menjadi hal
yang lebih baik atau lebih positif. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai pengaturan, kegiatan dan program
pembelajaran yang terencana dengan baik.
7. Fungsi Pengembangan
Fungsi pengembangan dalam bimbingan dan konseling adalah
membantu peserta didik dalam mengkontruksi atau
mengembangkan sikap atau perilaku peserta didik. Setiap
peserta didik memiliki potensi yang berbeda antara satu dengan
yang lain yang dapat dikembangkan. Melalui fungsi ini
pelayanan bimbingan konseling diberikan kepada peserta didik
untuk membantu peserta didik mengembangkan seluruh
potensinya secara lebih terarah. Selain itu dalam fungsi ini, hal-
hal yang sudah positif yang ada dalam diri peserta didik dijaga
dengan baik, dimantapkan dan dikembangkan.
16
E. Manfaat bimbingan dan konseling
1. Menciptakan perasaan yang lebih baik, serta dapat memandang
diri sendiri dengan lebih baik dan nyaman
2. Menurunkan tingkat setres yang dialami akibat tugas dan beban
belajar yang cukup banyak serta masalah lain yang dihadapinya
3. Membantu siswa memahami diri sendiri dan orang lain agar
tercipta kekerabatan yang erat dan efektif
4. Memampukan siswa mengembangkan diri dan menggunakan
potensinya secara maksimal demi masa depan yang cerah.
17
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Bimbingan dan konseling adalah proses interaktif yang
melibatkan konselor dan individu dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan psikologis, sosial, dan akademis. Teknik dalam
bimbingan dan konseling meliputi pendekatan kognitif, perilaku,
dan psikodinamik yang disesuaikan dengan kebutuhan individu.
Fungsi utamanya adalah membantu individu mengidentifikasi
masalah, mengembangkan pemahaman diri, dan menemukan solusi
yang tepat. Manfaatnya meliputi peningkatan kesejahteraan mental,
peningkatan prestasi akademik, dan peningkatan keterampilan
sosial. Dalam konteks pendidikan, bimbingan dan konseling juga
berperan dalam membantu siswa meraih potensi penuh mereka.
Dengan demikian, bimbingan dan konseling memiliki peran yang
penting dalam memajukan kesejahteraan individu dan masyarakat
secara keseluruhan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Hidayah Quraisy, Suardi.2016.Bimbingan dan Konseling
disekolah.Writing Revolution.
Asman, jamal Ma'mur. 2010. Panduan Efektif Bimbingan dan
Konseling Di sekolah. Jogjakarta: Diva press
19