Anda di halaman 1dari 22

Perencanaan Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan Konseling

Makalah

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu:

Wati Karmila, S.Ag., M.Pd.I

Di Susun Oleh:

M. Rahfin Aziz(P.20.141484)

Tasya Nabila(P.20.141493)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL ARQAM

MUHAMMADIYAH GARUT

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha kuasa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik, dan hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai suatu acuan, petunjuk,maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi
pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca , sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya lebih baik lagi .

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang, oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Garut, 25 Mei 2022

Pemyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4

A. Latar Belakang.....................................................................................................4

B. Rumusan Masalah................................................................................................4

C. Tujuan...................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................6

A. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan...........................................6

B. Konsep Bimbingan...............................................................................................6

C. Konsep Pembelajaran..........................................................................................8

D. Model-model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling....................8

E. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling...12

F. Teknik-Teknik Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling...15

BAB III PENUTUP.......................................................................................................21

A. KESIMPULAN...................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berangkat dari sebuah fenomena, fakta serta realita yang terjadi di dunia
pendidikan. Fakta yang menyaratkan adanya sebuah kesenjangan antara system
pembelajaran serta metode dengan pribadi seorang siswa secara psikologi.

Kondisi Psikologi siswa merupakan faktor penting yang mempengaruhi proses


dan hasil pembelajaran sedangkan pada kenyataanya hal itu seringkali diabaikan karena
terikat pada suatu kurikulim dan system yang berlaku.

System serta model pembelajaran seperti itulah yang sudah seharusnya kita
kritisi, system serta model pembelajaran yang tidak mensyaratkan keberpihakannya
terhadap kondisi psikologi siswa. Karena system itu sudah jelas-jelas tidak sesuai
dengan kondisi kemanusian saat ini. Kondisi kemanusiaan yang saat ini menjadi lebih
komplek dan dihadapakan pada permasalahan sosial yang begitu kompleks pula.

Permasalahan-permasalahan itu akan berdampak besar pada ketercapaian tujuan


dari pendidikan, sehingga kita tidak bisa menunggu lama untuk dapat mengatasi
kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan terjadi sebagai dampak dari model
pembelajaran yang saat ini dirasakan kurang tepat untuk digunakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang mendasari adanya model pembelajaran berbasis bimbingan dan
konseling?
2. Bagaimana konsep model pemebelajaran berbasis bimbingan dan konseling?
3. Bagaimana Prinsip-prinsip umum model pembelajaran berbasis bimbingan
dan konseling?
4. Seperti apa teknis model pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling?
5. Apa cirri-ciri model pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling?

C. Tujuan
1. Mengetahui alasan kenapa diadakannya model pembelajaran berbasis
bimbingan dan konseling

4
2. Mendeskripsikan konsep model pembelajaran berbasis bimbingan dan
konseling.
3. Mendeskripsikan prinsip-prinsip umum model pembelajaran berbasis
bimbingan konseling
4. Menjelaskan secara teknis model pembelajaran berbasis bimbingan dan
konseling
5. Mendeskripsikan cirri-ciri model pembelajaran berbasis bimbingan dan
konseling.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Untuk mengetahui definisi dari pembelajaran berbasis bimbingan, maka
sebelumnya kita perlu mengetahui mengapa pembelajaran harus berbasis bimbingan dan
mengetahui apa itu pembelajaran dan apa itu bimbingan.

Secara filosofis, manusia memiliki potensi untuk dikembangkan seoptimal


mungkin. Potensi itu sendiri adalah laten power, yakni kekuatan, kemampuan,
keunggulan, keunikan yang belum tampak, belum menjadi prestasi, belum mewujud
dalam bentuk perilaku. Sedangkan perkembangan optimal adalah perkembangan yang
sesuai dengan potensi yang dimiliki. Prestasi(achievment) sesuai dengan yang
diprediksikan.

Secara psikologis manusia itu bersifat unik, memiliki kebebasan, kemerdekaan


untuk mengembangkan keunikannya. Dilihat dari segi manusia sebagai makhluk sosial,
dalam kehidupan sosial budaya akan terjadi perubahan sistem nilai dalam kehidupan
sosial budaya. Nilai menjadi hal yang penting, oleh karenanya bimbingan dan konseling
membantu individu memelihara, menginternalisasikan, memperhalus, dan memaknai
nilai sebagai landasan dan arah mengembangkan diri.

Hal lain yang menjadi alasan perlunya bimbingan adalah kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Peserta didik memerlukan bantuan dari pembimbing untuk
menyesuaikan minat dan kemampuan mereka terhadap kesempatan dunia kerja yang
cenderung semakin berubah dan meluas.

B. Konsep Bimbingan
Secara harfiah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti : (1)
mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4)
menyetir (to steer). Banyak pengertian bimbingan dikemukakan oleh para ahli
diataranya sebagai berikut.

Shertzer dan Stone (1971:40) mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian


bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya).”

6
Sunaryo Kartadinata (1998: 3) mengartikannya sebagai “proses membantu
individu untuk mencapai perkembangan optimal”. Sementara Rochman Natawidjaja
(1987: 37) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat
memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak
secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,
masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati
kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan
masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan
optimal sebagai makhluk sosial.

Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu


proses berkesinambungan sebagai upaya membantu untuk memfasilitasi individu agar
berkembang secara optimal.

Membantu merupakan sesuatu yang tidak dirasakan sebagai paksaan, dan makna
bantuan dalam bimbingan menunjukan bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri,
mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik
sendiri, pembimbing hanya sebagai fasilitator. Istilah bantuan dalam bimbingan juga
dapat dimaknai sebagai upaya untuk :

a) Menciptakan lingkungan (fisik, psikis, sosial dan spiritual) yang kondusif bagi
perkembangan siswa
b) Memberikan dorongan dan semangat
c) Mengembangkan keberanian bertindak dan bertanggung jawab
d) Mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah perilakunya
sendiri.

Perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi


individu dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar. Perkembangan
optimal merupakan kondisi dinamik, dimana individu mampu mengenal dan memahami
diri, berani menerima kenyataan diri secara subyektif, mengarahkan diri sesuai dengan
kemampuan, kesempatan dan sistem nilai dan melakukan pilihan dan mengambil
keputusan atas tanggung jawab sendiri.

7
C. Konsep Pembelajaran
Pembelajaran adalah penyediaan sistem lingkungan yang mengakibatkan
terjadinya proses belajar pada diri siswa. Sumber lain menyebutkan pembelajaran
merupakan upaya yang dilakukan pendidik agar peserta didik belajar atau
membelajarkan diri. Belajar yang dimaksud adalah proses perubahan perilaku sebagai
akibat dari pengalaman. Perubahan disini sebagai hasil pembelajaran bersifat positif dan
normatif.

  Dari pernyataan diatas, maka pembelajaran berbasis bimbingan itu sangatlah


penting untuk diterapkan karena pembelajaran yang baik, tidak hanya berorientasi pada
pencapaian kognitif saja akan tetapi dapat menghasilkan sebuah output berupa lahirnya
perubahan perilaku siswa atau peserta didik yang positif dan normatif. Maka dari itu,
pembelajaran seyogiyanya berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan yaitu yang
didasarkan pada:

a) Needs assesment (sesuai dengan kebutuhan)


b) Dikembangkan dalam suasana membantu (helping relationship):
1. Empati
2. Keterbukaan
3. Kehangatan Psikologis
4. Realistis
c) Bersifat memfasilitasi
d) Berorientasi pada:
1. Learning to be : belajar menjadi
2. Learning to learn : belajar untuk belajar
3. To work : belajar untuk bekerja dan berkarir
4. And to live together : belajar untuk hidup bersama
5. Tujuan utama perkembangan potensi secara optimal

D. Model-model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan Konseling.


Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran.
Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang
paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model

8
pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar,
fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan
alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi.

1. Koperatif (CL, Cooperative Learning).

Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial


yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab
bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu,
belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi
(sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan
berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup
bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara


berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok
kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa
heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta
tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.

Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk


kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.

2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau


tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata
kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang
akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan
suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran
kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya
menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.

9
Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan
model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian
kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning
(eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri,
generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok
atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi,
investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism
(membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis),
reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama
proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa,
penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan
berbagai cara).

3. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)

Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada


keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran
langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan
terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan
metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).

4. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)

Kehidupan identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini


melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana
kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar
siswa dapat berpikir optimal.

Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis),


interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis,
generalisasi, dan inkuiri

5. Problem Solving

10
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin,
belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau
menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya
adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau
individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi,
mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.

6. Problem Posing

Bentuk lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu pemecahan
masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-
bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan
keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative,
menyusun soal-pertanyaan.

7. Problem Terbuka (OE, Open Ended)

Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang


menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya
juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan
orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing,
keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan
metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban
siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai
jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses
daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam
berpikir.

Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan


gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir
siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi
sedikit dilepas mandiri).

Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran,


perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.

8. Probing-prompting

11
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan
serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses
berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan
pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-
prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak
diberitahukan.

Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk
siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa
tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam
proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa
dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya ketika memberi
serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut.
Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan,
dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah
adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi.

E. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling.


Tugas guru di sekolah tidak hanya mengajar, banyak tugas yang yang harus
dikerjakan, ia harus membuat perencanaan pengajaran yang sistematis untuk setiap
pelajaran yang akan diberikan. Kemudian dari rencana itu ia melaksanakan pengajaran
dan membuat evaluasi dari proses dan hasil pengajaran yang dilaksanakan. Didalam
pelaksanannya itu, guru tidak hanya memberikan pengajaran, akan tetapi guru juga
harus memberikan bimbingan kepada siswanya agar mereka mencapai perkembangan
yang sesuai dengan kemampuannya.

Berikut ini ada beberapa prinsip-prinsip bimbingan yang harus diketahui oleh
guru sebagai pengajar sekaligus pembimbing.

1) Proses membantu individu


2) Bertitik tolak pada individu yang dibimbing
3) Didasarkan pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing
4) Pada batas tertentu perlu ada referal
5) Dimulai dengan identifikasi atas kebutuhan individu
6) Diselenggarakan secara luwes dan fleksibel

12
7) Sejalan dengan visi dan misi lembaga
8) Dikelola oleh orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan
9) Ada sistem evaluasi yang digunakan

Dalam memberikan bimbingan belajar, guru hendaknya memperhatikan beberapa hal


berikut ini:

1. Bimbingan belajar diberikan kepada semua siswa. Semua siswa baik yang
pandai, cukup, ataupun kurang membutuhkan bimbingan dari guru, sebab secara
potensial semua siswa bisa mempunyai masalah.
2. Sebelum memberikan bantuan, guru terlebih dahulu harus berusaha memahami
kesulitan yang dihadapi siswa, meneliti faktor-faktor yang melatarbelakangi
kesulitan tersebut.
3. Bimbingan belajar yang diberikan guru hendaknya disesuaikan dengan masalah
serta faktor-faktor yang melatarbelakanginya, bantuan hendaknya disesuaikan
dengan jenis masalah serta tingkat kerumitan masalah.
4. Bimbingan belajar hendaknya menggunakan teknik yang bervariasi. Karena
perbedaan individual siswa, perbedaan jenis dan kerumitan masalah yang
dihadapi siswa, perbedaan individual guru serta kondisi sesaat, maka dalam
memberikan bimbingan belajar guru hendaknya menggunakan teknik bimbingan
yang bervariasi.
5. Dalam memberikan bimbingan belajar hendaknya guru bekerja sama dengan staf
sekolah lain. Bimbingan belajar merupakan tanggung jawab semua guru serta
staf sekolah lainnya. Agar bimbingan berjalan efektif dan efisien diperlukan
kerjasama yang harmonis antara staf sekolah dalam membantu mengatasi
kesulitan siswa.
6. Orang tua adalah pembimbing belajar siswa dirumah. Penanggung jawab utama
siswa adalah orang tuanya. Karena keterbatasan kemampuannya, orang tua
melimpahkan sebagian dari tanggung jawabnya kepada sekolah, tetapi tidak
berarti mereka lepas sama sekali dari tanggung jawab tersebut. Orang tua
dituntut untuk memberikan bimbingan belajar di rumah. Agar ada keserasian
antara bimbingan belajar yang diberikan guru disekolah dengan orang tua
dirumah maka diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak.

13
7. Bimbingan belajar dapat diberikan dalam situasi belajar di kelas, di
laboratorium, ataupun dalam situasi-situasi khusus (konsultasi) baik di sekolah
ataupun di luar sekolah. Bimbingan belajar diberikan pada saat pelajaran
berlangsung, yaitu saat mengerjakan tugas-tugas atau latihan, saat diskusi kelas,
praktikum, dan lain-lain. Bimbingan juga dapat diberikan diluar jam pelajaran,
sebelum pelajaran dimulai, setelah pelajaran selesai atau sore hari, disekolah
ataupun di rumah.

Secara umum, bimbingan yang dapat diberikan oleh guru atau dosen dalam kegiatan
mengajar di kelas adalah:

mengenal dan memahami individu secara mendalam

memberikan perlakuan dengan memerhatikan perbedaan individual

1. memperlakukan individu secara manusiawi


2. memberi kemudahan untuk mengembangkan diri secara optimal
3. menciptakan suasana kelas yang menyenangkan

Seorang guru yang menerapkan prinsip-prinsip atau suasana bernuansa bimbingan di 
kelas dalam proses belajar mengajar akan tampak kondisi sebagai berikut:

1. Tercipta iklim kelas yang permisif, bebas dari ketegangan dan menempatkan 
siswa sebagai subjek pengajaran
2. Adanya arahan atau oientasi agar terselenggaranya belajar yang efektif, baik
dalam bidang studi yang diajarkannya, maupun dalam keseluruhan pembelajaran
3. Menerima dan memperlakukan siswa sebagai individu yang mempunyai harga
diri dengan memahami kekurangan, kelebihan, dan masalah-masalahnya
4. Mempersiapkan serta menyelenggarakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan individu
5. Membina hubungan yang dekat dengan siswa, menerima siswa yang akan
berkonsultasi dan meminta bantuan
6. Guru berusaha mempelajari dan memahami siswa untuk menemukan kekuatan,
kelemahan, kebiasaan, dan kesulitan yang dihadapinya, terutama dalam
hubungannya dengan bidang studi yang diajarkannya

14
7. Memberikan bantuan kepada siswa yang menghadapi kesulitan, terutama yang
berhubungan dengan bidang studi yang diajarkannya
8. Pemberian informasi tentang masalah pendidikan, pengajaran, dan jabatan atau
karier
9. Memberikan bimbingan kelompok di kelas
10. Membimbing siswa agar mengembangkan kebiasaan belajar yang baik
11. Memberikan layanan perbaikan bagi siswa yang memerlukannya
12. Bekerja sama dengan guru, wali kelas, konselor, dan tenaga pendidik lainnya
dalam memebrikan bantuan yang dibutuhkan oleh siswa
13. Memberikan umpan balik atas hasil evaluasi
14. Memberikan pelayanan rujukan (referal) bagi siswa yang memliki kesulitan
yang tidak dapat diselesaikan oleh guru sendiri

F. Teknik-Teknik Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling


Ada beberapa macam teknik bimbingan yang dapat digunakan untuk membantu
perkembangan individu, yaitu konseling, nasihat, bimbingan kelompok, konseling
kelompok, dan mengajar bernuansa bimbingan.

1. Konseling

Konseling merupakan bantuan yang bersifat terapeutik yang diarahkan untuk


mengubah sikap dan perilaku individu. Konseling dilaksanakan melalui wawancara
(konseling) langsung dengan individu. Konseling ditujukan kepada individu yang
normal, bukan yang mengalami kesulitan jiwa, melainkan hanya mengalami kesulitan
dalam penyesuaian diri dalam pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial.

Dalam konseling terdapat hubungan yang akrab dan dinamis. Individu merasa diterima
dan dimengerti oleh konselor. Dalam hubungan tersebut, konselor menerima individu
secara pribadi dan tidak memberikan penilaian. Individu (konseli) merasakan ada orang
yang mengerti masalah pribadinya, mau mendengarkan keluhan dan curahan
perasaannya.

Dalam konseling berisi proses belajar yang ditujukan agar konseli (individu)
dapat mengenal diri, menerima, mengarahkan, dan menyesuaikan diri secara realistis
dalam kehidupannya di kampus ataupun luar kampus. Dalam konseling tercipta

15
hubungan pribadi yang unik dan khas, dengan hubungan tersebut individu diarahkan
agar dapat membuat keputusan, pemilhan, dan rencana yang bijaksana, serta dapat
berkembang dan berperan lebih baik di lingkungannya. Konseling membantu individu
agar lebih mengerti dirinya sendiri, mampu mengeksplorasi dan memimpin diri sendiri,
serta menyelesaikan tugas-tugas kehidupannya. Proses konseling lebih bersifat
emosional diarahkan pada perubahan sikap, perubahan pola-pola hidup sebab hanya
dengan perubahan-perubahan tersebut memungkinkan terjadi perubahan perilaku dan
penyelesaian masalah.

2. Nasihat

Nasihat merupakan salah satu teknik bimbingan yang dapat diberikan oleh
konselor ataupun pembimbing. Pemberian nasihat hendaknya memerhatikan hal-hal
sebagai berikut.

1) Berdasarkan masalah atau kesulitan yang dihadapi oleh klien (individu)


2) Diawali dengan menghimpun data yang berkaitan dengan masalah yang
dihadapi
3) Nasihat yang diberikan bersifat alternatif yang dapat dipilih oleh individu,
disertai kemungkinan keberhasilan dan kegagalan
4) Penentuan keputusan diserahkan kepada individu, alternatif mana yang akan
diambil, serta
5) Hendaknya, individu mau dan mampu mempertanggungjawabkan keputusan
yang diambilnya
3. Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan


dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat beruapa penyampaian informasi
ataupun aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi,
dan sosial.

Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam tiga kelompok, yaitu kelompok kecil


(2-6 orang), kelompok sedang (7-12 orang), dan kelompok besar (13-20 orang) ataupun
kelas (20-40 orang). Pemberian informasi dalam bimbingan kelompok terutama
dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang kenyataan, aturan-aturan dalam

16
kehidupan, dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan tugas, serta meraih
masa depan dalam studi, karier, ataupun kehidupan. Aktivitas kelompok diarahkan
untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman lingkungan,
penyesuaian diri, serta pengembangan diri.

Pemberian informasi banyak menggunakan alat-alat dan media pendidikan


seperti, OHP, kaset audio-video, film, bulletin, brosur, majalah, buku, dan lain-lain.
Kadang-kadang konselor mendatangkan ahli tertentu untuk memberikan ceramah
(informasi) tentang hal-hal tertentu.

Pada umumnya aktivutas kelompok menggunakan prinsip dan proses dinamika


kelompok seperti dalam kegiatan diskusi, sosiodrama, bermain peran, simulasi dan
lainnya. Bimbingan melalui aktivitas kelompok lebih efektif karena selain peran
individu lebih aktif, juga memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran, pengalaman,
rencana, dan penyelesaian masalah.

4. Konseling Kelompok

Koseling kelompok merupakan bantuan kepada individu dalam situasi kelompok


yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian
kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok
merupakan bersifat pencegahan dalam arti, bahwa individu yang bersangkutan
mempunyai kemampuan normal atau berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi,
memiliki beberapa kelemahan dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran
berkomunikasi dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat memberi kemudahan
bagi pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti memberikan kesempatan,
dorongan, juga pengarahan kepada individu-individu yang bersangkutan untuk
mengubah sikap dan perilakunya selaras dengan lingkungannya.

Konseling kelompok merupakan proses antarpribadi yang dinamis, terpusat pada


pemikiran dan perilaku yang sadar, serta melibatkan fungsi-fungsi terapi, seperti
permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling mempercayai, saling memperlakukan
dengan hangat, saling pengertian, saling menerima dan mendukung. Fungsi-fungsi
terapi itu diciptakan dan dikembangkan dalam suatu kelompok kecil melalui cara saling
mempedulikan diantara para peserta konseling kelompok. Individu dalam konseling

17
kelompok pada dasarnya adalah individu normal yang memiliki berbagai kepedulian
dan kemampuan, serta persoalan yang dihadapi bukanlah gangguan kejiwaan yang
tergolong sakit, hanya kekeliruan dalam penyesuaian diri. Individu dalam konseling
kelompok menggunakan interaksi kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan
penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan tertentu untuk mempelajari atau
menghilangkan sikap-sikap dan perilaku yang tidak tepat.

5. Belajar Bernuansa Bimbingan

Individu akan lebih berhasil dalam belajar apabila guru/dosen menerapkan


prinsip-prinsip dan memberikan bimbingan waktu belajar. Secara umum bimbingan
yang dapat diberikan guru/dosen sambil mengajar adalah: (1) mengenal dan memahami
individu secara mendalam, (2) memberikan perlakuan dengan memerhatikan perbedaan
individual, (3) memperlakukan individu secara manusiawi, (4) memberi kemudahan
untuk mengembangkan diri secara optimal, dan (5) menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan.

Suasana kelas dan proses belajar-mengajar yang menerapkan prinsip-prinsip bernuansa


bimbingan tampak sebagai berikut:

1) Tercipta iklim kelas yang permisif, bebas dari ketegangan dan menempatkan
individu sebagai subjek pengajaran.
2) Adanya arahan/orientasi agar terselenggaranya belajar yang efektif, baik dalam
bidang studi yang diajarkannya, maupun dalam keseluruhan perkuliahan.
3) Menerima dan memperlakukan individu sebagai individu yang mempunyai
harga diri dengan memahami kekurangan, kelebihan, dan masalah-masalahnya.
4) Mempersiapkan serta menyelenggarakan perkuliahan sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan individu.
5) Membina hubungan yang dekat dengan individu, menerima individu yang akan
berkonsultasi dan meminta bantuan
6) Dosen/guru berusaha mempelajari dan memahami individu untuk menemukan
kekuatan, kelamahan, kebiasaan, dan kesulitan yang dihadapinya, terutama
dalam hubungannya dengan bidang studi yang diajarkannya.
7) Memberikan bentuan kepada individu yang menghadapi kesulitan, terutama
yang berhubungan dengan bidang studi yang diajarkannya.

18
8) Pemberian informasi tentang masalah pendidikan, pengajaran, dan jabatan/karier
9) Memberikan bimbingan kelompok di kelas
10) Membimbing individu agar mengembangkan kebiasaan belajar yang baik
11) Memberikan layanan perbaikan bagi individu yang memerlukannya
12) Bekerja sama dengan dosen, wali kelas, konselor, dan tenaga pendidik lainnya
dalam memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh individu.
13) Memberikan umpan balik atas hasil evaluasi
14) Memberikan pelayanan rujukan (referal) bagi individu yang memiliki kesulitan
yang tidak dapat diselesaikan oleh dosen sendiri.
G. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan Konseling

Pembelajaran berbasis bimbingan memiliki ciri-ciri berikut:

1. Diperuntukkan bagi semua peserta didik dalam arti kata merupakan suatu
kinerja yang berorientasi sepenuhnya terhadap kebutuhan individual peserta
didik
2. Sangat memperhatikan keamanan psikologis peserta didik baik dalam proses
pembelajaran atau disaat prosesi istrahat
3. Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang unik dan sedang
berkembang;
4. Mengakui murid sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan
5. Penuh penghargaan
6. Pemberian reward untuk semua prestasi peserta didik baik itu prestasi yang
besar ataupun yang kecil sekalipun. Contohnya disaat ada murid yang tiba- tiba
bisa menjawab pertanyaan gurunya lalu disana diberilah reward ‘pujian’.
Tujuannya agar murid mampu secara komprehensif mengendalikan emosi
semangatnya agar tetap stabil dan tidak menurun. Karna terbukti disaat
seseorang dipuji atas kebisaannya maka gelora semangat akan muncul secara
menggebu. Maka dari itu hal inilah yang harus dimanfaatkan untuk
pembimbingan anak.
7. Menghindari hukuman fisik agar tidak terjadi kecacatan mental dini dalam
dunia pendidikan. Disaat orang disentuh fisiknya tidak lebih baik dari pada
disentuh secara psikologis atau mental.

19
8. Demokratis bahwa disetiap pembelajaran yang berbau bimbingan
pembimbingan wajib mendengarkan suara peserta didik terlebih dahulu agar
terjadi komunikasi yang baik dan mendapat pemecahan masalah yang
mendalam.
9. Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secara
menyeluruh dan optimal.
10. Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi
berbagai minat, potensi, dan kapabilitas murid sesuai dengan norma-norma
kehidupan yang dianut.

20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara filosofis, manusia memiliki potensi untuk dikembangkan seoptimal
mungkin. Potensi itu sendiri adalah laten power, yakni kekuatan, kemampuan,
keunggulan, keunikan yang belum tampak, belum menjadi prestasi, belum mewujud
dalam bentuk perilaku. Sedangkan perkembangan optimal adalah perkembangan yang
sesuai dengan potensi yang dimiliki. Prestasi(achievment) sesuai dengan yang
diprediksikan.

bimbingan adalah suatu proses berkesinambungan sebagai upaya membantu


untuk memfasilitasi individu agar berkembang secara optimal. Perkembangan itu bisa
meliputi kepribadian, akademik dan lain sebagainya yang selanjutnya akan disebut
sebagai tugas perkembangan.

Dengan demikian pembelajaran berbasis bimbingan itu sangatlah penting untuk


diterapkan karena pembelajaran yang baik, tidak hanya berorientasi pada pencapaian
kognitif saja akan tetapi dapat menghasilkan sebuah output berupa lahirnya perubahan
perilaku siswa atau peserta didik yang positif dan normatif.

Adapun Bimbingan ketika mengajar yang dapat dilakukan oleh guru berupa
menjelaskan tujuan dan manfaat pelajaran, cara belajar, mata pelajaran yang diberikan,
dorongan untuk berprestasi, membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi individu,
penyelesaian tugas, memberikan fasilitas belajar, dan lain-lain

Dengan demikian Individu akan lebih berhasil dalam belajar apabila guru/dosen
menerapkan prinsip-prinsip dan memberikan bimbingan waktu belajar.

21
DAFTAR PUSTAKA
Farrosi, Muhammad Asyam. (2015) Pembelajaran Berbsis Bimbingan.
http://asyamforex.blogspot.com/2012/05/23/model-pembelajaran-berbasis-bimbingan-
dan-konseling/amp/

Arif, Fauzan. (2012). Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan Konseling.


http://fingeridea.wordpress.com/2012/05/23/model-pembelajaran-berbasis-bimbingan-
dan-konseling/

22

Anda mungkin juga menyukai