Anda di halaman 1dari 14

LANDASAN BIMBINGAN KONSELING, FILOSOFIS DAN PSIKOLOGIS

Tugas Terstruktur Mata Kuliah Bimbingan Konseling


Dosen Pengampu: Ahmad Syarqawi, S.Pd.I., M.Pd.

Oleh:

Kelompok 3

SARAH HULU (0310193113)


MAY SARAH TANJUNG (0310193117)
ANITA SILVIA (0310193118)

PENDIDIKAN BIOLOGI 4 SEMESTER III


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2020

1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah kita panjtakan kehadirat Allah Swt., yang mana kita telah
diberikan limpahan rahmat dan nikmat-NYA, terutama nikmat iman dan islam pada diri kita
sendiri. serta sholawat dan salam kami sampaikan kepada Habibullah Rasulullah Muhammad
Saw., serta kepada istri, anak, cucu dan sahabat-sahabat beliau. Semoga kita medapatkan
syafaat-Nya diYauml mahsyar nanti. Aamiin ya Robbal alamiin. Di dalam dunia pendidikan
saat ini, Dan juga kami berterimakasih kepada bapak Ahmad Syarqawi, S.Pd.I., M.Pd. selaku
Dosen mata kuliah bimbingan konseling yang telah memberikan tugas ini kepada kami Kami
sangat berharap makalah ini dapat berguna Dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita.
Kami juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya, kami berharap kritik dan saran demi perbaikan
makalah yang telah kami susun. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi yang membacanya
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata maupun ucapan kami
memohon maaf sekali lagi dan kami berharap akan saran dan kritik untuk perbaikan kami
selanjutnya.
Medan, 22 November2020

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................5
C. Tujuan .....................................................................................................5

BAB II : PEMBAHASAN
A. Landasan Bimbingan Konseling ............................................................6
B. Filosofis Bimbingan Konseling .............................................................8
C. Psikologis Bimbingan Konseling ........................................................10
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia sebagai negara besar yang sedang mengalami krisis diberbagai sektor
sesungguhnya merupapkan negara yang kaya raya. Kekayaan negara kita bisa dibuktikan
dengan banyaknya hasil budaya masayarakat setempat. Masyarakat Indonsesia bersifat multi
etnis, multi religious dan multi culture. Kemajemukan tersebut menunjukkan adanya berbagai
unsur yang saling berinteraksi. Kecenderungan lain ialah terjadinya globalisasi, untuk itulah
peran seorang konselor menjadi begitu kompleks. Tuntutannya adalah konselor harus mampu
memberikan layanan bimbingan dan konseling khususnya bidang layanan bimbingan dan
konseling pribadi sosial agar anak mampu menghadapi laju globalisasi tanpa meninggalkan
kekayaan budaya bangsa. Produk kebudayaan lokal yang memiliki latar belakang spiritual
(nilai-nilia religi/agama), filosofis (fakta mental dan pikiran), historis (fakta sejarah), dan
sosiologis (nilai-nilai sosial) yang memiliki fungsi penting bagipengembangan peradaban
manusia
Berdasarkan teori kepedulian dan pendidikan karakter sepakat bahwacara membuat dunia
lebih baik adalah sama halnya bergantung atas orang-orang yang lebih baik dari pada prinsip-
prinsip lebih baik, tetapi persoalan yang mengemuka adalah bagaimana seharusnya
menghasilkan orang-orang yang lebih baik. Para teoretisi lebih memperhatikan bagaimana
membangun kondisi yang sama untuk mendorong kebaikan-kebaikan daripada pengajaran
langsung.
Lebih jauh dijelaskan oleh Neil Noddings (2002) bahwa: “Both character educators and
care theorists believe that moral motivation arises within the agent or within interactions.
Our hope is that the behavior required by prescriptive principles will become descriptive of
actual behavior”.
Ahli pendidikan karakter dan teori kepedulian meyakini Bahwa motivasi moral muncul
dengan adanya agen/pelopor atau cara interaksi. Dengan begitu dapat diharapkan bahwa
munculnya perilaku dengan prinsip-prinsip yang menjadi paparan saran dari perilaku nyata.
Semua prinsip moral harus menjadi perilaku nyata sebagai pendidikan moral anak yang
membentuk kepribadiannya.

4
B. Rumusan masalah
1. Apa deskripsi landasan –landasan dalam bimbingan konseling ?
2. Apa landasan fisiologi dalam bimbingan konseling ?
3. Apa landasan psikologis dalam bimbingan konseling ?

C. Tujuan
1. Mengetahui deskripi landasan – landasan dalam bimbingan konseling
2. Mengetahui landasan fisiologis dalam bimbingan konseling
3. Mengetahui landasan psikologis dalam bimbingan konseling

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Bimbingan Konseling
Membicarakan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling pada dasar nya tidak
jauh berbeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam pendidikan, seperti
landasan dalam pengembangankurikulum, landasan pendidikan non formal atau pun landasan
pendidikan secara umum.Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya
merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh
konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling.
Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan pondasi
yang kuat dan tahan lama. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling apabila
tidak didasari oleh fundasi dan landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran
terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan menjadi taruhannya adalah
individu yang dilayaninya (klien).
di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-masing landasanbimbingan dan konseling
tersebut :
1. Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman
kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang
mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan
produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan
dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya
yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat
mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang melatar
belakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula
dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila
perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul
konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses
perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi
maupun sosialnya.
2. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis
komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam
bimbingan dan konseling. Menurut Gausel (Prayitno, 2003) bidang yang telah banyak
memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling
pendidikan. Moh. Surya (2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan
teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak
hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan

6
secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk “cyber counseling”. Dikemukakan pula,
bahwa perkembangan dalam bidang teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi
konselor dalam penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.
3. Landasan Keilmuan dalam Bimbingan Konseling
Keilmuan Bimbingan Konseling Ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai
pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematik.
Sebagai layaknya ilmu-ilmu yang lain, ilmu bimbingan dan konseling mempunyai obyek
kajiannya sendiri, metode pengalihan pengetahuan yang menjadi ruang lingkupnya, dan
sistematika pemaparannya. Obyek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang
diberikan kepada individu yang mangacu pada ke-4 fungsi pelayanan yakni fungsi
pemahaman pencegahan, pengentasan dan pemeliharaan/ pengembangan. Dalam
menjabarkan tentang bimbingan dan konseling dapat digunakan berbagai cara/ metode,
seperti pengamatan, wawancara, analisis document (Riwayat hidup, laporan perkembangan),
prosedur teks penelitian, buku teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya mengenai obyek kajian
bimbingan dan konseling merupakan wujud dari keilmuan bimbingan dan konseling.
4. Landasan Pedagogis
Bimbingan dan konseling itu identik dengan pendidikan. Artinya ketka seseorang
melakukan praktik bimbingan dan konseling berarti ia sedang mendidik., dan begitupula
sebaliknya. Pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi
sebagai sarana reproduksi sosial ( Budi Santoso, 1992) Landasan pedagogis dalam layanan
bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu:
a. Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu: Bimbingan merupakan bentuk
upaya pendidikan.
b. Pendidikan sebagai inti proses bimbingan konseling.
c. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan Bimbingan dan konseling.
B. Landasan Bimbingan dan Konseling dalam Menghadapi Berbagai Lintas Budaya
Sebagai individu manusia memiliki sifat-sifat aktif interaktif, identitas biologis yang
lentur, dan ciri-ciri ekologis yang mudah menyesuaikan diri, yang secara terus menerus
dicetak dan di bentuk ke dalam kerangka personalitas. Melalui kelompok primer dan
sekunder individu memperoleh dan memanfaatkan pola-pola kehidupan sosiokulturalnya.
Perilaku dan interaksi sosial, yang pada gilirannya merupakan bagian lingkungan sosial.
Lingkungan sosial melibatkan berbagai komponen, baik fisik (benda-benda) maupun non
fisik, yaitu dalam bentuk tradisi dan budaya (bahasa, agama,norma, hukum, pengetahuan dan
pola-pola perilaku lainnya).Mengingat beragamnya realitas kebudayaan di negeri ini,
7
individu(dalam konteks sekolah adalah siswa) pada era globalisasi sudahtentu harus
memahami materi tentang banyak budaya. Era globalisasi memberikan dampak adanya
pertemuan antarbudayayang kemudian menjadi “ancaman” serius bagi individu. Untuk
mensikapi realitas global tersebut individu selayaknya diberi penyadaran akan pengetahuan
beragam, sehingga merekamempunyai kompetensi yang luas akan pengetahuan global,
termasuk aspek budaya.
Landasan Berfikir
a. Landasan ontologis, yaitu adanya objek penalaran yang mencakup seluruh aspek kehidupan
yang dapat diamati atau diuji melalui indera manusia, ilmu adalah pengetahuan empirik.
Perilaku manusia dalam kontek interaksi sosial tidak pernah lepas dari lingkungansosial yang
melibatkan berbagai komponen. Salah satu komponentersebut adalah budaya. Peserta didik
adalah individu yang sangatdipengaruhi oleh budaya orang tua, prasekolah, dan sekolah
sangat bervariasi dalam hal sejauh mana anak-anak didoronguntuk mengembangkan
hubungan jangka panjang dengan temansebaya dan guru di luar lingkungan keluarga.
b. Landasan aksiologis, yaitu adanya nilai kegunaan daripengetahuan itu bagi kepentingan
manusia lahir dan batin, dalamhal ini, landasan moral sangatlah penting agar pengetahuan
dapatdikembangkan dalam ilmu agar tidak disalahgunakan. Landasan aksiologis
mengungkapkan pemikiran yang sistematik danmendasar tentang implikasi bimbingan dan
konseling untukmampu menjawab tantangan perkembangan yang mengalamiberbagai macam
krisis. Salah satunya adalah krisis sosial budayayang meluas dalam berbagai modus
disoreintasi dan dislokasibanyak kalangan masyarakat kita.
c. Landasan epistemologis, yaitu adanya cara atau metode untukmenelaah objek tersebut.
Kedalamnya termasuk penalaran deduktif dan pendekatan emprik yang bersifat induktif
denganpendekatan empirik sebagai penunjang. Pendekatan empirismempertanyakan
persyaratan-persyaratan teknis termasukpenciptaan situasi pendidikan, segala upaya dan alat
pendidikan yang sesuai dan efektif dalam membantu mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan anak didik tersebut.

C. Landasan Filosofis
Salah satu dari berbagai masalah filsafat yang harus dihadapi konselor adalah
bagaimanan konselor menggunakan landasan filosofis sehubungan dengan perannya sebagai
orang yang membantu konseli dalam melakukan pilihan. Dengan mempunyai landasan
filosofis yang baik, konseli akan dibawa dari manusi yang apa adanya menjadi manusia apa

8
yang seharusnya yang ideal menurut kaedah kebenara, hakikat sifat manusia, dan akhirnya
menjadi pribadi yang mandiri dan berkembang secara optimal.
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan
pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan
konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.
Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat. (Victor Frankl, Patterson,
Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah men-deskripsikan
tentang hakikat manusia sebagai berikut :
a. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk
meningkatkan perkembangan dirinya.
b. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha
memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
c. Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri
khususnya melalui pendidikan.
d. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya
untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol
keburukan.
e. Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
f. Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud
melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannyasendiri.
g. Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
h. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-
pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia
berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia
itu.
i. Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalamnsuasana apapun, manusia
berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan
sesuatu.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling
diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor
dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya
sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.
John J. Fietrofesa et.al (1980) dalam (Yusuf, 2010) selanjutnya mengemukakan pendapat
James Cribbin tentang prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan sebagai berikut:
9
a. Bimbimngan hendaknya dibesarkan pada pengakuan akan keilmuan dan harga diri individu
(klien) dan atas hak-haknya untuk mendapat bantuan.
b. Bimbingan merupakan proses pendidikan yang berkesinambungan. Artinya bimbingan
merupakan bagian integral dalam pendidikan.
c. Bimbingan harus respek terhadap hak-hak setiap klien yang meminta bantuan atau pelayanan.
d. Bimbingan bukan perogratif kelompok khusus profesi kesehatan mental. Bimbimngan
dilaksanakan melalui kerjasama, yang masing-masing bekerja berdasarkan keahlian atau
kompetensinya sendiri.
e. Focus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi dirinya.
f. Bimbingan merupakan elelmen pendidikan yang bersifat individualisasi, personalisasi dan
soaisalisasi.
D. Landasan Psikologis dalam Bimbingan Konseling
Landasan psikologis dalam bimbingan konseling berarti memberikan pemahaman
tentang tingkah laku individuyang menjadi sasaran layanan (klien). Terkadang ada tingkah
laku yang sejalan dengan norma dan ada yang jauh darinorma agama. Peserta didik sebagai
individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan
dinamika dalam interaksi dengan lingkungannya. Di samping itu, peserta didik senantiasa
mengalami berbagai perubahan sikap dan tingkah lakunya. Proses perkembangan tidak selalu
berlangsung secara linier (sesuai dengan arah yang diharapkan atau norma yang dijunjung
tinggi), tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau diskontinuitas
perkembangan.
1. Motif dan motivasi
motif adalah dorongan yang menggerakan seseorang dalam bertingkah laku.
Dorongan yang ada pada diri seseorang menggerakan orang itu untuk melakukan sesuatu
sesuai dengan apa yang terkandung dalam dorongan itu. Pengelompokan motif adalah:
1) motif primer
Motif primer didasari oleh kebutuhan asli yang ada pada diri individu sejak ia
lahir kedunia. Motif primer meliputi:
a. Dorongan fisiologis, motif ini besumber pada kebutuhan organis, seperti
Dorongan untuk makan, minum, bernafas,mengembangkan keturunan,beristirahat
,bergerak, dan sebagainya.
b. Dorongan umum meliputi: Perasaan takut, kasih sayang,ingin ahu, menyerang,
berusaha dan mengejar.

10
2) Motif sekunder
Motif sekunder tidak di bawa sejak lahir , melainkan terbentuk bersamaan
dengan proses perkembangan individu yang bersangkutan. Motif ini disebut juga
motif yang diisaratkan secara social, karena manusia hidup dalam lingkungan social
dengan sesama manusia sehingga motif ini disebut juga motif social. Dalam
perkembangannya motif ini dipengaruhi oleh tingkat peradaban, adat istiadat dan
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tempat individu itu berada. Kedalam
golongan ini teramasuk, antar lain:
a. Dorongan untuk belajar ilmu pengetahuan
b. Dorongan untk mengejar suatu kedudukan
c. Dorongan berprestasi
d. motif-motif objektif (eksplorasi,manipulasi dan menaruh minat)
e. Dorongan ingin diterima, dihargai, persetujuan, merasa aman
f. Dorongan untuk dikenal
Pengelompokan motif berdasarkan kaitan antara motif dan objek tingkah laku
dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Motif Instristik, yaitu motif yang tidak usah dirangsang dari luar, karena memang
dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu.
Motif Ekstrinstik, yaitu motif yang disebabkan oleh pengaruh rangsangan luar.
2. Pembawaan dan lingkungan
Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa kondisi mental fisik tertentu. Apa
yang dibawa sejak lahir itu sering disebut pembawaan. Dalam artinya yang luas pembawaan
meliputi berbagai hal, seperti warna kulit, bentuk dan warna rambut, golongan darah,
kecenderungan pertumbuhan fisik, minat, bakat khusus, kecerdasan ciri-ciri kepribadian
tertentu. Kondisi yang menjadi pembawaan itu selanjutnya akan terus tumbuh dan
berkembang. Namun pertumbuhan dan perkembangan itu tidak dapat terjadi dengan
sendirinya.
3. Perkembangan individu
Sejak masa konsepsi dalam rahim ibu bakal individu yang telah ditakdirkan ada itu
berkembang menjadi janin, janin menjadi bayi, bayi lahir kedunia; terus berkembangan
menjadi anak kecil, anak usia SD, remaja dewasa, akhirnya manusia usia lanjut. Dengan
demikian jelas bahwa perkembangan individu itu tidak sekali jadi, malainkan bertahap
berkesinambungan. Masing-masing aspek perkembangan, seperti perkembangan

11
kognitif/kecerdasan, bahasa, moral, hubungan sosial, fisik, kemampuan motorik memiliki
tahap-tahap perkembangannya sendiri.
4. Belajar, balikan, dan penguatan
Belajar merupakan salah satu konsep yang sangat mendasar dari psikologi. Topic tentang
belajar menjadi materi dasar dan pokok dari pembahasan psikologis, bahkan menjadi inti
dalam penjelasan tentang persepsi dan berpikir; kemampuan dan imajinasi, berargumentasi,
dan menilai/mempertimbangkan; sikap, ciri- ciri kepribadian, dan sistem nilai; serta
perkembangan dan organisasi kegiatan yang membentuk kepribadian individu. Belajar adalah
upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan apa yang sudah ada pada
diri individu.
5. Kepribadian
Sering dikatakan bahwa ciri seseorang adalah kepribadiannya. Dalam psikologi,
kepribadian masih sulitdicapai. Pengertian kepribadian menurut beberapa ahli psikologi,
umumnya terpusat pada faktor fisik dangenetika, berpikir dan pengamatan, serta dinamika
motivasi dan perasaan.
Menurut Wiggins, Renner, Clore, dan Rose (1976), mengupas tentang kepribadian
dengan melihat hakikattingkah laku dan perkembangannya secara menyeluruh.
Menurut Hothersall (1985), mencoba merumuskan kepribadian sebagai “predis posisi cara
mereaksi yangsecara relatif stabil pada diri individu”, sehingga dapat di pahami kepribadian
individu sangatkompleks. Konselor perlu memahami kompleksitas kepribadian klien
disamping mampu memilah-milah ciri-ciriyang dapat diukur. Tugas konselor
mengoptimalkan perkembangan dan pendayagunaan predisposisi ataupun cirikepribadian
individu kearah hal-hal positif sesuai tingkat perkembangan dan kebutuhan individu yang
bersangkutan.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor
yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana
utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan,
untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan pondasi yang kuat dan tahan lama.
Adapun landasan-landasan dalam Bimbingan dan Konseling. Adapun landasan-landasan
dalam bimbingan dan konseling yaitu :
1. Landasan Sosial-Budaya.
2. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
3. Landasan Keilmuan Dalam Bimbingan Konseling.
4. Landasan Filosofis.
5. Landasan Psikologis.
6. Landasan Pedagogis.
Dalam Landasan pedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga
segi, yaitu:
a. Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu: Bimbingan merupakan bentuk
upaya pendidikan
b. Pendidikan sebagai inti Proses Bimbingan Konseling
c. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan Bimbingan tujuan dan konseling

13
DAFTAR PUSTAKA
Syafaruddin, dkk. 2019. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Medan: Perdana publishing.
Abu Bakar M. Luddin. 2010. Dasar-dasar Konseling: Tinjauan Teori dan Praktek. Bandung:
Citapustaka Media Peirntis.
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Sukardi,Dewa Ketut; Desak P.E; Kusumawati, Nila. 2008. Proses Bimbingan Dan Konseling
Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutirna. 2013. Bimbingan dan Konseling Pendidikan Formal, Nonformal dan Informal.
Yogyakarta: CV.Andi Offset.
Yusuf,Syamsu; A. Juntika Nurihsan. 2009. Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

14

Anda mungkin juga menyukai