Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING

“KONSEP BIMBINGAN DAN KONSELING BELAJAR ATAU AKADEMIK”

Dosen pengampu: Ayu Mentari Mutmainnah, M.Pd

Di Susun Oleh : Kelompok 6

Abdul Aziz Fauzi 01313.111.17.2020

Bismi Amini 01253.111.17.2020

Jefri Saputra 01262.111.17.2019

Lailatul kharomah 01320.111.17.2020

Lismaisyaroh 01267.111.17.2019

Muhammad Agus Salim 01321.111.17.2020

Sri Mariati 01279.111.17.2019

Tri Muliyani Happy 01283.111.17.2019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TUANKU TAMBUSAI

PASIR PANGARAIAN KABUPATEN ROKAN HULU

PROVINSI RIAU

TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Konsep
Bimbingan dan Konseling Belajar atau Akademik ” oleh dosen pengampu Ibu Ayu
Mentari Mutmainnah, M.Pd dengan sebaik-baiknya, meskipun masih jauh dari kata
kesempurnaan. Shalawat beserta salam kita sanjung sajikan kepada Rasulullah Saw.

Dalam menyelesaikan makalah ini kami berusaha untuk melakukan yang terbaik.
Tetapi kami menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah kami yang akan datang.

Dengan terselesainya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam proses pembuatan makalah ini yang telah memberikan
dorongan, semangat dan masukan.

Semoga apa yang kami tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
masyarakat pada umumnya, serta mendapatkan ridha dari Allah Swt. Amiin.

Pasir Pangaraian, 1 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

A. Pengertian konsep dasar bimbingan dan konseling belajar akademik ........... 3


B. Tujuan bimbingan dan konseling belajar akademik ..................................... 6
C. Fungsi layanan dalam bimbingan dan konseling belajar ............................... 8
D. Materi-materi bimbingan konseling belajar ................................................... 9
E. Pengembangan media BK non elektronik pada bidang akademik belajar ..... 11

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 17

A. Kesimpulan ................................................................................................... 17
B. Saran ............................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah Bimbingan dan konseling merupakan layanan bantuan kepada peserta didik,
baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara
optimal dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan
bimbingan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan
norma-noma yang berlaku. Secara umum tujuan dari layanan bimbingan dan konseling
adalah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, sebagaimana tertuang dalam Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, yaitu untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada T uhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,Cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sedangkan tujuan khusus dari layanan bimbingan dan konseling adalah untuk
membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan yang meliputi aspek
pribadi, sosial, belajar dan karir. Layanan bimbingan dan konseling diberikan oleh guru
pembimbing guru bimbingan dan konseling (BK). Guru pembimbing memiliki
tugas,tanggung jawab, dan wewenang dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling terhadap siswa di sekolah. Tugas guru pembimbing terkait dengan
pengembangan diri siswa yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan
kepribadian yang dimiliki siswa.

Dengan pemberian layanan bimbingan yang tepat dan kontinyu diharapkan siswa
mampu memahami kelebihan dan kekurangannya, mandiri dan mampu mengoptimalkan
potensi,bakat, dan minat yang dimiliki.Kegiatan layanan bimbingan dan konseling
tersusun dalam program layanan bimbingan dan konseling. Program layanan bimbingan
dan konseling memuat berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung layanan
bimbingan dan konseling, serta mencakup empat bidang layanan bimbingan dan
konseling yaitu bidang belajar/akademik, pribadi, sosial dan karir.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian konsep dasar bimbingan dan konseling belajar (akademik)?


2. Apa tujuan bimbingan dan konseling belajar (akademik)?
3. Apa saja fungsi layanan dalam bimbingan dan konseling belajar?
1
4. Apa saja materi-materi bimbingan dan konseling?
5. Apa pengembangan media BK non elektronik pada bidang belajar (akademik)?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memberi pengertian lebih jelas kepada pembaca tentang pengertian konsep
dasar bimbingan dan konseling (akademik).
2. Untuk memberi pengertian lebih jelas kepada pembaca tentang tujuan bimbingan
dan konseling belajar (akademik).
3. Agar lebih memahami bagaimana fungsi layanan dalam bimbingan dan konseling
belajar.
4. Agar lebih memahami materi-materi bimbingan dan konseling
5. Untuk mengetahui pengembangan media BK non elektronik pada bidang belajar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan Konseling memiliki pengertian yang berbeda dan mengandung makna
yang saling berkaian antara satu dengan yang lainnya. Pengertian Bimbingan dan
Konseling tersebut akan diuraikan dari masing-masing arti, namun tidak dapat dijelaskan
dengan pengertian yang satu. Pengertian bimbingan, berasal dari kata guidance dan
konseling yang dahulunya disebut atau dikenal dengan penyuluhan, berasal dari kata
counseling. Penggunaan istilah bimbingan dan pnyuluhan sebagai terjemahan dari kata
guidance dan counseling ini dicetuskan oleh Tatang Mahmud, MA seorang pejabat
Departemen Tenaga kerja Republik Indonesia pada tahun 1953. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh DR. Tohari Nusnamar: Menurut riwayatnya, penggunaan istilah
penyluhan sebagai terjemahan counseling, sudah dimulai sejak tahun 1953 pencetusnya
Tatang Mahmud, MA seorang pejabat di Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.
Pada tahun tersebut ia menyebarkan suatu edaran untuk meminta persetujuan kepada
beberapa orang yang dipandang ahli, apakah istilah “guidance and counseling” dapat
diterjemahkan kedalam bahasa IndonesIa. Bimbingan dan penyuluhan pada waktu itu
ternyata tidak ada yang menolaknya.1

Penjelasan dari kedua kata bimbingan (guidance) dan konseling (counseling),


akan diuraikan sebagaimana pada paparan berikut ini :

a) Pengertian Bimbingan

Secara etimologi bimbingan merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris,


yakni “guidance”. Secara harfiah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti:
Mengarahkan (to direct), Memandu (to pilot), Mengelola (to manage), Menyetir (to
steer). Yang mempunyai arti “menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun
membantu” sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan
sebagai suatu bantuan atau tuntutan.

Sedangkan pengertian bimbingan menurut terminologi diantaranya adalah sebagai


berikut:

 Menurut Dewa Ketut Sukardi : Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan
kepada seseorang agar mampu memperkembangkan potensi (bakat, minat, dan

1
Hallen, Bimbingan dan Konseling, hal. 1
3
kemampuan) yang dimiliki, mengenai dirinya sendiri mengatasi persoalan-
persoalan sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan kehidupannya secara
bertanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain.
 Menurut I Jumhur dan Moh. Surya : Bimbingan adalah suatu proses pmberian
bantuan yang terusmenerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan
masalah hidupnya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya,
kemampuan untuk menerima dirinya , kemampuan untuk mengarahkan dirinya,
dan kemampuan untukmerealisasikan dirinya, sesuai dengan dirinya atau
kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga,
sekolah maupun masyarakat. Dan bantuan itu diberikan oleh orang-orang yang
memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidangnya.2
 Menurut Dr. Rachman Natawidjaja : “Bimbingan adalah suatu proses pemberian
bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya
individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan
dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntunan dan keadaan
lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, serta kehidupan umumnya. Dengan
demikian ia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya. Bimbingan
membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk
sosial”.3
 Menurut Bimo Walgito : Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang
diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari
atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu atau sekumpulan
individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.4
 Menurut Elfi Muawanah : Bimbingan merupakan: “Suatu proses pemberian
bantuan yang ditujukan kepada individu atau siswa atau sekelompok siswa agar
yang bersangkutan dapat mengenali dirinya sendiri baik kemampuan.
Kemampuan yang ia miliki serta kelemahan-kelemahan agar selanjutnya dapat
mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab dalam menentukan jalan
hidupnya, mampu memecahkan sendiri kesulitan yang dihadapi serta dapat

2
L Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Guidance and
Conseling, (Bandung: CV.Ilmu,1981), hal.28
3
Hallen, Bimbingan dan Konseling, hal 5
4
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Andi Offset, Yogyakarta,1993),
hal.4
4
memahami lingkungan untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya
secara tepat dan akhirnya dapat memperoleh kebahagiaan hidup”.5

Dari berbagai pendapat diatas meskipun berbeda-beda dalam menyampaikan


pendapatnya tetapi mempunyai persamaan arti dan tujuannya. Bimbingan merupakan
pertolongan, namun tidak semua pertolongan merupakan bimbingan. Misalnya: orang
yang memberikan pertolongan kepada anak untuk dibangkitkan, hal inji bukanlah
merupakan bimbingan, sebab bimbingan masih memerlukan sifat-sifat yang lain,
misalnya: seorang guru yang memberikan bantuan jawaban muridnya pada waktu
ujian, hal ini juga bukanlah merupakan bimbingan.

b) Pengertian Konseling

Adapun pengertian konseling dari segi terminology, diantaranya sebagai berikut:

 Menurut James F Adams yang dikutip oleh I Djumhur dan Moh. Surya dikatakan
bahwasanya: Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang
individu di mana yang seorang (counselor) membantu yang lain (counselee),
supaya ia dapat lebih memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah-
masalah hidup yang dihadapi pada waktu itu dan pada waktu yang aka datang.6
 Menurut Bimo Walgio : Konseling atau penyuluhan adalah bantuan yang
diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan
wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu untuk
mencapai kehidupannya.7
 Menurut W.S. Winkel SJ : Konseling merupakan suatu saluran bagi pemberian
bimbingan. Dalam rangka konseling diadakan diskusi atau pembicaraan antara
seorang penyuluh (counselor) dengan satu orang (individual counseling) atau
dengan beberapa orang sekaligus (group counseling).8

Dari pendapat diatas penulis memberikan kesimpulan bahwa konseling


merupakan satu pertalian timbal balik antara individu dalam memecahkan masalah
kehidupannya untuk mencapai kesejahteraan hidupnya secara optimal. Jadi
bimbingan menyangkut konseling dan sebaliknya konseling juga menyangkut
bimbingan. Namun konseling disini diberikan secara kelompok seperti: bimbingan

5
Elfi Mu’awanah, Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), hal 4
6
L. Djumhur dan Moh. Suryo, Bimbingan dan Penyuluhan diSekolah Guidance and
Conseling, hal.29
7
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, hal.5.
8
Elfi Mu’awanah, Bimbingan dan Konseling, hal 5
5
pada umumnya bagaimana cara belajar yang efesien dan dapat diberikan kepada
seluruh kelas pada suatu waktu tertentu secara bersama-sama. Dari uraian-uraian dan
teori-teori yang telah dikemukakan di atas maka dapatlah ditarik suatu kesimpulan
yang efektif yaitu sebagai berikut: bimbingan konseling adalah suatu proses
pemberian bantuan secara terus-menerus dalam perkembangan individual untuk
mencapai kemampuan, pemahaman dan pengarahan diri, penyesuaian diri serta
pemecahan masalah yang dihadapi, sehingga dapat bertindak wajar sesuai dengan
tuntutan lingkungannya.

B. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Proses Bimbingan dan Konseling di sekolah dapat berhasil apabila mempunyai tujuan
yang jelas yang akan dicapainya. Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu
peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya yang meliputi aspek
pribadi-sosial belajar (akademik) dan karir.9 Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah
dapat di kelompokkan menjadi tiga, yaitu: tujuan umum, tujuan khusus, dan tujuan akhir.

1) Tujuan bimbingan dan konseling secara umum:

Secara umum bimbingan dan konseling mempunyai tujuan yang sama dengan
tujuan pendidikan, yaitu tercapainya perkembangan kepribadian yang optimal dan
harmonis di antara unsure-unsurnya yang meliputi fisik,mental, emosional, social, dan
moral, bahkan spiritual (religious). Apabila kebribadian telah berkembang
secaraoptimal dan harmonis maka peserta didik dapat dikatakan telah dewasa. Tujuan
pendidikan adalah kedewasaan, sedangkan tujuan bimbingan adalah kemandirian.
Dalam ilmu pendidikan orang dewasa adalah orang yang mampu mandiri. Orang
yang sudah mandiri adalah orang yang sudah mampu bertanggung jawab.

2) Tujuan bimbingan dan konseling secara khusus :

Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan membantu siswa dalam:

a. Memahami dirinya, baik kekuatannya maupun kelemahannya.


b. Menentukan pilihan-pilihan yang tepat sebab kesalahan dalam menentukan
pilihan dapat menimbulkan masalah baru yang mungkin lebih buruk.
c. Bimbingan dan konseling juga bertujan membantu siswa dalam mencari jalan
keluar atau mengatasi masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam

9
Syamsyu Yusuf, Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarta, 2005), hal 15
6
kehidupannya, terumta kehidupan sekolah, aik yang menyangkut masalah
belajar, masalah social, maupun masalah pribadi.
d. Hal yang penting diperlukan dalam kehidupan adalah penyesuaian diri.
Bimbingan dan konseling berusaha memberikann pelayanan kepada siswa
agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan alam,
lingkungan sosial maupun lingkungan diri sendiri.
e. Di sekolah,bimbingan dan konseling di berikan agar siswa dapat mencapai
prestasi yang optimal, khususnya prestasi belajar.
3) Tujuan akhir bimbingan dan konseling:

Tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah agar siswa yang dibimbing dirinya
sendiri(self-guidance). Individu dipandang telah mampu membing dirinya sendiri
apabila:

a. Telah mampu memahami diri (self understanding) baik memahami kekuatan-


kekuatannya ataupun kelemahan-kelemahannya.
b. Menerima dirinya (self acceptance) dengan segala kelebihan dan
kekurangannya.
c. Dapat mengarahkan diri (self direction) kepada tujuan mulia yang bermanfaat
bagi kehidupannya.
d. Mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya (self actualization, self
realization) dengan cara-cara yang terpuji tanpa ada pihak-pihak yang merasa
dirugikan.

Apabila seseorang sudah berada pada keadaan demikian maka itulah yang
dikatakan self-reliance, yaitu orang yang sudah mamu berdiri diatas kaki sendiri,
orang yang mampu bertanggung jawab, orang yang sudah mandiri
(independence). Kemandirian memungkinkan tercapainyakesejahteraan (walfare).
Inilah tujuan akhir bimbingan dan konseling.10 Dapat disimpulkan bahwa tujuan
Bimbingan dan Konseling adalah untuk membantu siswa agar dapat memecahkan
masalah yang dihadapinya dalam proses belajar mengajar, juga untuk dapat
bersosialisasi dengan lingkungannya. Bimbingan dan koseling sebagai bagian dari
keseluruhan program di sekolah mempunyai tertentu sejalan dengan pendidikan
sekolah yang bersangkutan.

10
Paimun, Bimbingan dan Konseling (Sari Perkulihan), Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.hal.19-21
7
C. Fungsi Bimbingan Konseling

Sesuai dengan uraian sebelumnya bahwa bimbingan dan konseling bertujuan agar
peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya dan mampu merencanakan
masa depannya. Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi
layanan kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat berkembang secara
optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri. Oleh karena itu pelayanan
bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui
kegiatan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan Konseling merupakan fungsi integral
dalam proses belajar mengajar.

Fungsi bimbingan Dewa Ketut Sukardi dalam bukunya Proses Bimbingan dan
Penyuluhan di sekolah adalah:

1) Fungsi Preventif (Pencegahan).

Fungsi pencegahan disini merupakan fungsi pencegahan terhadap timbulnya


masalah dalam fungsi bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang
dapat menghambat perkembangannya. Kegiatan yang berfungsi sebagai pencegahan
berupa program orientasi, program bimbingan karier, invesasi data dan sebagainya.

2) Fungsi Penyaluran.

Agar para siswa yang dibimbing dapat berkembang secara optimal, siswa perlu
dibanu mendapatkan kesempatan penyaluran pribadinya. Dalam fungsi penyaluran ini
layanan yang dapat diberikan, misalnya memperoleh jurusan atau program yang tepat.

3) Fungsi Penyesuaian.

Fungsi penyesuaian dalam pelayanan bimbingan adalah membantu tercapainya


penyesuaian antara pribadi siswa dan sekolah. Kegiatan dalam layanan fungsi ini
berupa orientasi sekolah dan kegiatan-kegiatan kelompok.

4) Fungsi Perbaikan.

Walaupun fungsi pencegahan, penyaluran, dan penyesuaian telah dilakukan,


namun mungkin saja siswa masih menghadapi masalah tertentu. Disinilah fungsi
perbaikan berperan. Bantuan bimbingan berusaha menghadapi masalah yang dihadapi
siswa.

5) Fungsi Pengembangan.

8
Fungsi ini bahwa layanan bimbingan dapat membantu para siswa dalam
mengembangkan pribadinya secara terarah dan mantap. Dalam fungsi developmental
ini hal-hal yang dipandang positif dijaga agar tetap baik dan mantap.

Dengan demikian siswa dapat mencapai perkembangan kepribadian secara


optimal.11 Secara keseluruhan, jika semua fungsi-fungsi itu telah terlaksana dengan
baik, dapatlah bahwa peserta didik akan mampu berkembang secara optimal pula.
Keterpaduan semua fungsi tersebut akan sangat membantu perkembangan peserta
didik.

D. Materi – Materi Bimbingan dan Konseling Belajar

Materi – materi belajar menurut A. De Block adalah sebagai berikut:

1. Materi – materi Belajar Menurut Fungsi Psikis


a. Belajar dinamik atau konatif.

Ciri khasnya terletak dalam belajar berkehendak sesuatu secara wajar,


sehingga orang tidak menyerah pada sembarang menghendaki dan juga tidak
menghendaki sembarang hal berkehendak adalah suatu aktifitas psikis, yang
terarah pada pemenuhan suatu kebutuhan yang disadari dan dihayati. Kebutuhan
itu dapat merupakan kebutuhan biologis, seperi kebutuhan mengistirahatkan
tubuh. Kebutuhan itu dapat juga merupaka kebutuhan psikologis, seperti
kebutuhan akan pengetahuan dan lingkungan hidup yang aman.

b. Belajar afektif.

Salah satu ciri dari belajar afektif ialah belajar menghayati nilai dari suatu
objek yang dihadapi melalui alam perasaan, entah objek itu berupa orang, benda
tau peristiwa, ciri yang lain terletak dalam belajar mengungkapkan perasaan
dalam bentuk ekspresi yang wajar.

c. Belajar kognitif.

Ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan suatu


bentuk representasi yang mewakili semua objek yang dihadapi entah itu orang,
benda atau peristiwa. Segala objek itu direpresentasikan atau dihadirkan dalam

11
Dewa Ketut Sukardi,Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah , (Jakarta: PT
Rineka Cipta,1995). Hal. 8-9.
9
diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, yang semuanya merupakan sesuatu
yang bersifat mental.

d. Belajar sensomotorik.

Ciri khasnya terletak dalam belajar menghadapi dan menangani aneka objek
secara fisik, termasuk kejasmanian manusia sendiri. Misalnya, menggerakkan
anggota badan sambil naik tangga atau berenang.

2. Materi – materi Belajar Menurut Materi yang Dipelajari.


a. Belajar teoritis.

Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta atau
penegtahuan dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami
untk memecahkan problem, seperti yang terajadi dalam bidang-bidang studi
ilmiah. Misalya konsep bujur sangkar mencakup semua bentuk persegi empat,
iklim dan cuaca berpengaruh terhadap tanaman-tanaman.

b. Belajar teknis.

Bentuk belajar ini bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan


dalam menangani dan memegang benda-benda serta menyusun bagian-bagian
materi menjadi suatu keseluruhan. misalnya, belajar mengetik dan membuat suatu
mesin ketik. Beljara semacam ini juga disebut belajar motorik, belajar ini
mencakup fakta seperti siapa pembuat mesin uap pertama kali.

c. Belajar bermasyarakat.

Bentuk belajar ini bertujuan mengekang dorongan dan kecenderungan


spontan, demi kehidupan bersama, dan memberikan kelonggaran kepada orang
lain untuk memenuhi kebutuhannya. Belajar ini mencakup fakta seperti
didirikannya badan perserikatan bangsa untuk mengatur kehidupan bangsa-bangsa
dalam taraf internasional;konsep-konsep, seperti solidaritas, penghargaan dan
kerukunan: relasi-relasi, seperti hubungan dalam badan-badan pemerintahan;
metode kehidupan bersama , seperti sopan santun.

d. Belajar estetis.

Bentuk belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan


menghayati kehidupan di berbagai bidang kesenian. Seperti nama Mozart sebagai
pengubah musik klasik.
10
3. Bentuk-Bentuk Belajar yang Tidak Begitu Disadari
a. Belajar insidental.

Belajar insidental berlangsung bila orang mempelajari sesuatu dengan tujuan


tertentu, tapi di samping itu juga belajar hal lain yang sebenarnya tidak menjadi
sasaran. Misalnya seseorang mencari informasi dalam surat kabar mengenai film-
film yang bermutu, tapii kebetulan juga melihat kepala berita :sekretaris jenderal
PBB meninggal”. Hasil belajar insidental biasanya terbatas pada pengetahuan
tentang fakta dan data.

b. Belajar dengan mencoba-coba.

Belajar coba-coba dapat dimaksudkan sebagai bentuk belajar melalui


rangkaian eksperimen.

c. Belajar tersembunyi.

Belajar tersembunyi, yang dalam bahasa Inggris disebut “latent


learning”,dipelajari sesuatu tanpa ada intensi/ maksud untuk belajar hal itu,
namun tidak adanya maksud hanya terdapat pada pihak orang yang belajar. Dalam
mengajar di sekolah guru dapat merencanakan supaya siswa belajar sesuatu tanpa
mereka menyadari sedang belajar yang dimaksudkan oleh guru. Pada belajar
tersembunyi hanya siswalah yang tidak mempunyai maksud.

E. Pengembangan Media BK Non Elektronik

Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini berkembang


dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan pekembangan ini telah mengubah
paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang tidak lagi
terbatas pada informasi surat kabar, audio visual, dan elektronik, tetapi juga sumber-
sumber informasi lainnya yang salah satu diantaranya melalui jaringan internet.

Kadang peserta didik merasa bosan dalam belajar atau dalam memperhatikan
pendidik menyampaikan materi pelajaran karena pesan atau materi pelajaran tidak
dikemas semenarik mungkin bahkan hanya melalui ceramah, tulisan-tulisan di papan tulis
dan dengan cara yang tidak efisien lainnya, oleh karena itu peran para pendidik dalam
mengemas dan penyampaian pesan pembelajaran sangat diperlukan.

Salah satu bidang yang mendapat dampak yang cukup berarti dengan perkembangan
teknologi ini adalah bidang pendidikan, dimana pada dasarnya pendidikan merupakan

11
suatu proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi
informasi-informasi pendidikan, yang memiliki unsur-unsur pendidik sebagai sumber
informasi, media sebagai sarana penyedian ide, gagasan dan materi pendidikan serta
peserta didik itu sendiri.

Dalam bimbingan dan konseling media pembelajaran atau informasi adalah salah satu
unsur yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Media Bimbingan
sebagai salah satu sumber informasi siswa dalam belajar yang dapat membantu guru
memperkaya wawasan siswa. Berbagai bentuk dan jenis media bimbingan yang
digunakan oleh guru akan menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi siswa.

Pemakaian media dalam proses mendapatkan informasi dapat membangkitkan


keinginan dan minat yang baru, dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pada tahap orientasi
akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi
pelajaran.

a) Pengertian Media Non-Elektronik

Untuk membahas pengertian media disini akan dibicarakan pengertian media


secara umum dari segi teori komunikasi dan memberikan batasan secara khusus
tentang media pembelajaran. Kata “Media” berasal dari bahasa latin yang merupakan
bentuk jamak dari “medium”, secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
Association for Education and Communication Technology (AECT), mengartikan
kata media sebagai segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses
informasi. National Education Association (NEA) mendefinisikan media sebagai
segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan
beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut.

Kelompok kategori media non elektronik didasarkan kepada cara


pengelompokkan atau klasifikasi media berdasarkan diperlukan tidaknya perangkat
elektronik untuk menjalankan media tersebut. Menurut Abdulhak & Sanjaya (1995),
media non elektronik adalah media yang dapat digunakan tanpa bantuan alat-alat
elektronik seperti media grafis, media berbasis visual dan media berbasis cetak.
Karena tidak adanya tuntutan perangkat elektronik yang pada umumnya memerlukan
energi listrik, memungkinkan kelompok media ini dapat digunakan di berbagai daerah
yang belum memiliki sumber energi listrik.

12
Media grafis dan chart tentunya bukan hal yang asing. Ketika anda
memperhatikan presentasi dari seseorang, seringkali presenter menunjukkan grafis,
gambar atau chart untuk memperjelas pesan yang ingin disampaikannya kepada yang
hadir. Namun demikian peranan media ini dalam menyampaikan pesan terbatas hanya
dapat dicerna melalui penginderaan mata. Sehingga dalam konteks belajar mengajar
tidak banyak menuntut siswa untuk menggunakan alat indera lainnya.

Sebagai seorang guru BK dituntut kreatif dalam menyusn media Bk karena


menurut Nursalim (2013 : 6 ) haltersebut akan memperbesar kemungkinan bagi siswa
untuk tertarik pada layanan bimbingan dan konselingserta akan belajar lebih banyak,
menerima yang dipelajarilebih baik dan meningkatkan penampilan dalam melakukan
keterampilan yang sesuai tujuan bimbingan dan konseling.

b) Fungsi Media Dalam BK.

Pada akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat
bantu audio-visual, sehingga fungsi media sebagai alat peraga mulai tergeser menjadi
penyalur pesan/informasi belajar. Tahun 1960, teori tingkah laku (behavior-theory)
ajaran BF.Skinner, mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan
pembelajaran. Menurut teori ini mendidik adalah mengubah tingkah laku siswa.
Karenanya orientasi tujuan pembelajaran (tujuan instruksional) haruslah mengarah
kepada perubahan tingkah laku siswa. Teori ini mendorong diciptakannya media yang
dapat mengubah tingkah laku siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran. Media
pembelajaran yang terkenal sebagai produk dari teori ini adalah teachingmachine dan
programmed-instruction.

Sejak tahun 1965 dimana penggunaan pendekatan sistem (system approach) mulai
memasuki khasanah pendidikan maupun kegiatan pembelajaran. Pendekatan sistem
ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam program
pembelajaran. Bahkan James W Brown (1977), tokoh dalam bidang teknologi, media
dan metode pembelajaran, memandang bahwa media itu sebagai central-elements,
dengan mengatakan: “Media are regarded as central-elements in the approach to the
systematic instruction”. Program pembelajaran yang termasuk didalamnya (involve)
media pembelajaran dilaksanakan secara sistematik berdasarkan kebutuhan dan
karakteristik siswa serta diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa dengan
tujuan yang akan dicapai.

13
Dengan konsepsi yang semakin mantap itu, fungsi media dalam kegiatan
pembelajaran tidak lagi sekedar peraga bagi guru melainkan pembawa
informasi/pesan pembelajaran yang dibutuhkan siswa. Dengan demikian pola
interaksi edukatif akan lebih bervariasi hingga meliputi 5 pola berikut:

1. Sumber berupa orang saja (seperti yang kebanyakan terjadi di sekolah kita
sekarang).
2. Sumber berupa orang yang dibantu oleh/dengan sumber lain.
3. Sumber berupa orang bersama dengan sumber lain berdasarkan suatu
pembagian tanggung jawab.
4. Sumber lain saja tanpa sumber berupa orang.
5. Kombinasi dari keempat pola tersebut dalam bentuk suatu sistem.

Secara praktis media pembelajaran memiliki beberapa fungsi penting, antara lain:

1) Mengkonkretkan konsep-konsep yang bersifat abstrak, sehingga dapat


mengurangi verbalisme. Misal dengan menggunakan gambar, skema, grafik,
model, dsb.
2) Membangkitkan motivasi, sehingga dapat memperbesar perhatian individual
siswa untuk seluruh anggota kelompok belajar sebab jalannya pelajaran tidak
membosankan dan tidak monoton.
3) Memfungsikan seluruh indera siswa, sehingga kelemahan dalam salah satu indera
(misal: mata atau telinga) dapat diimbangi dengan kekuatan indera lainnya.
4) Mendekatkan dunia teori/konsep dengan realita yang sukar diperoleh dengan cara-
cara lain selain menggunakan media pembelajaran. Misal untuk memberikan
pengetahuan tentang pola bumi, anak tidak mungkin memperoleh pengalaman
secara langsung. Maka dibuatlag globe sebagai model dari bola bumi.
5) Meningkatkan kemungkinan terjadinya interaksi langsung anatar siswa dengan
lingkungannya. Misalnya dengan menggunakan rekaman, eksperimen,
karyawisata, dsb.
6) Memberikan informitas atau keseragaman dalam pengamatan, sebab daya tangkap
setiap siswa akan berbeda-beda tergantung dari pengalaman serta intelegensi
masing-masing siswa. Misalnya persepsi tentang gajah, dapat diperoleh
uniformitas dalam pengamatan kalau binatang itu diamati langsung atau tiruannya
saja dibawa ke muka kelas.

14
7) Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun
disimpan menurut kebutuhan. Misalnya berupa rekaman, film, slide, gambar, foto,
modul, dsb.

Dalam Mochammad Nursalim (2013 :7) secara umum media memiliki manfaat
sebagai berikut :

1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas.


2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra.
3) Menimbulkan gairah/ minat siswa, interaksi lebih langsung antara siswa dengan
guru pembimbing dan konseling.
4) Memberi ransangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan
persepsi yang sama.
5) Proses layanan bimbingan dan konseling dapat lebih menarik.
6) Proses layanan bimbingan dan konseling dapat lebih interaktif.
7) Kualitas layanan bimbingan dapat ditingkatkan.
8) Meningkatkan sikap positif siswa terhadap materi layanan bimbingan dan
konseling.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa media bimbingan dan konseling
memiliki beberapa hal yang perlu ditekankan yaitu :

 Penggunaan media memiliki fungsi sendiri bukan sebagai fungsi tambahan.


 Media Bk merupakan bagian integral darikeseluruhan proses layanan bimbingan
dan konseling.
 Penggunaan Media Bk harus relevan dengan tujuan yang ingin dicapai dengan isi
layanan.
 Media bk berfungsi memperlancar proses dan meningkatkan kualitas layanan
bimbingan dan konseling.
c) Media BK Non Elektronik

Banyak sekali media yang dapat dipakai dalam kegiatan pembelajaran, termasuk
didalamnya kegiatan layanan informasi dalam bimbingan dan konseling. Dengan
keanekaragaman media ini maka terdapat berbagai cara yang dapat dipergunakan
untuk mengadakan klasifikasi media, atas dasar kategori-kategori tertentu. Misalnya
saja media itu dapat diklasifikasikan menjadi:

1) Media cetak dan non cetak.

15
2) Media elektronik dan non elektronik.
3) Media proyeksi dan non proyeksi.
4) Media audio, visual dan audio-visual.
5) Media yang sengaja dirancang (by design) dan media yang dimanfaatkan (by
utilization).

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bimbingan dan konseling belajar adalah bimbingan yang tujuannya untuk membantu
para individu dalam memecahkan masalah-masalah belajar.cTujuan dari diadakan
bimbingan konseling belajar mengurangi kegagalan siswa yang terjadi disebabkan
mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai.

Fungsi BK belajar adalah :

 Fungsi kognitif.
 Fungsi konatif-dinamik.
 Fungsi afektif.
 Fungsi sensorik-motorik.

Materi-materi belajar menurut A De Block:

 Materi-materi belajar berdasarkan fungsi psikis.


 Materi-materi belajar berdasarkan materi yang dipelajari.
 Materi-materi belajar berdasar yang tidak begitu disadari.

Dalam bimbingan dan konseling media pembelajaran atau informasi adalah salah satu
unsur yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Media Bimbingan
sebagai salah satu sumber informasi siswa dalam belajar yang dapat membantu guru
memperkaya wawasan siswa. Berbagai bentuk dan jenis media bimbingan yang
digunakan oleh guru akan menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi siswa.

B. Saran

Seorang konselor dituntut untuk dapat menjadi model dari suatu kondisi kesehatan
psikologis yang baik bagi kliennya, yang mana hal ini memiliki pengertian akan
ketentuan dari konselor dimana konselor harus lebih sehat kondisi psikisnya daripada
klien. Karena apabila konselor kurang sehat psikisnya, maka ia akan teracuni oleh
kebutuhan-kebutuhan sendiri, persepsi yang subjektif, nilai-nilai keliru, dan kebingungan.
Untuk itu seorang konselor harus memiliki semangat yang tinggi untuk belajar hal-hal
baru yang menambah daftar acuan pengambilan tindakan. Agar klien senang konselor
pun senang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak & Sanjaya. 1995. Media Pendidikan. Bandung : Pusat Pelayanan dan
Pengembangan Media Pendidikan IKIP-Bandung

Azhar, Arsyad. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

Hallen. 2005 . Bimbingan dan Konseling. Ciputat : Quantum Teaching, hal. 1-5

Mu’wanah, Elfi. 2004. Bimbingan Konseling. Jakarta : PT. Bina Ilmu, hal 4-5

Nursalim, Mochamad. 2013. Pengembangan Media Bimbingan dan Konseling. Jakarta:


AkamediaDjumhur, L dan Moh. Surya. 1981. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah
Guidance and Conseling. Bandung : CV.Ilmu, hal.28-29

Paimun. 2008. Bimbingan dan Konseling (Sari Perkulihan). Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, hal.19-21

Walgito, Bimo. 1993. Bimbingan dan Penyeluhan di Sekolah. Yogyakarta : Andi Offset,
hal.4-5

Yusuf, Syamsyu. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarta, hal 15

Zamroni. 2008 . Esensi Praktis Belajar Pembelajaran. Bandung: Humaniora, Edisi revisi

18

Anda mungkin juga menyukai