Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN


“BENTUK-BENTUK LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI
SEKOLAH”

Dosen Pengampu: Dr. Hesty Nurrahmi, S. Pd., M. Pd.

Nama Kelompok 11:


1. Pratiwi Amalia Putri 12001218
2. Sri Endang Lestari 12001017
3. Mulyadi 12001222

KELAS F/SEMESTER 6
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN
Layanan Bimbingan Konseling di BK 3

Kegiatan Pendukung Layanan BK 6

BAB II PENUTUP
Kesimpulan 11

DAFTAR PUSTAKA 12

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Agung atas kucuran rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah sebagai penunjang syarat mata kuliah
Bimbingan Konseling Pendidikan. Shalawat dan salam juga kami persembahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW yang melalui syariat beliaulah kita semua mengenal Allah
‘AzzaWaJalla.
Adapun makalah ini mengangkat sebuah judul Bentuk-Bentuk Layanan Bimbingan
dan Konseling di Sekolah. Tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Bimbingan Konseling Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Hesty Nurrahmi, SP.d., M. Pd. selaku
dosen mata kuliah Bimbingan Konseling Pendidikan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Kami juga berterima kasih kepada
semua pihak yang telah membagikan sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Pontianak, 27 Februari 2023

Kelompok 3

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk filosofis, artinya manusia mepunyai pengetahuan dan
berpikir, mausia juga memiliki sifat yang unik, berbeda dengan mahluk lain dalam
pekembanganya. Implikasi dari kergaman ini ialah bahwa individu memiliki kebebasan
dan kemerdekaan untuk memilih dan megembangkan diri sesuai dengan keunikan ataua
tiap – tiap pontensi tanpa menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dari sisi keunikan
dan keragaman idividu, maka diperlukanlah bimbingan untuk membantu setiap individu
mencapai perkembangan yang sehat didalam lingkungannya (Nur Ihsan, 2006 : 1).
Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana dalam upaya menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didik sehingga terwujudnya tujuan
pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Indonesia (Abidin, 2019). Pada tataran proses, tentunnya pendidikan
ini berupaya penuh untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar para
peserta didik aktif untuk mengebangkan potensi-potensi yang dimilikinya untuk memiliki
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara (Junaidi, 2019). Oleh
karena itu dalam upaya mewujudkan pendidikan yang bermutu tersebut perlu andanya
manajemen pengelolaan yang baik.
Pada dasarnya bimbingan dan konseling juga merupakan upaya bantuan untuk
menunjukan perkembangan manusia secara optimal baik secara kelompok maupun idividu
sesuia dengan hakekat kemanusiannya dengan berbagai potensi, kelebihan dan
kekurangan, kelemhan serta permaslahanya. Adapun dalam dunia pendidikan, bimbingan
dan konseling juga sangat diperlukan karena dengan adanya bimbingan dan konseling
dapat mengantarkan peserta didik pada pencapai standar dan kemampuan profesional dan
Akademis, serta perkembangan dini yang sehat dan produktif dan didalam bimbinganya
dan konseling selian ada pelayanan juga ada Prinsip – prinsip dan asas-asasnya (Kurniati,
2018).
Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah membutuhkan pelayanan BK
dalam penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan di sekolah demi tercapainya
tujuan pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi konseling yaitu: Terwujudnya

1
kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan
dalam memberikan dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu
berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.
layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegral dalam dunia
pendidikan, yang dimana layanan ini sangat perlu diberikan kepada peserta didik pada
setiap jenjang pendidikan, baik pendidikan dasar maupun menengah, sesuai dengan
amanat dalam Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 Tentang Bimbingan dan Konseling
Pada Pendidikan Dasar dan Menengah (Sinaga, 2022). Pada permendikbud ini dijelaskan
bahwa bimbingan dan konseling merupakan upaya sistematis, objektif, logis, dan
berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan
Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/Konseli untuk mencapai
kemandirian dalam kehidupannya (Badaruddin, 2015). Layanan Bimbingan dan Konseling
memiliki tujuan membantu Konseli mencapai perkembangan optimal dan kemandirian
secara utuh dalam aspek pribadi, belajar, sosial, dan karir (Jarkawi & Abidarda, 2022).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk kegiatan layanan bimbingan konseling di sekolah?
2. Apa saja kegiatan yang mendukung terhadap bimbingan konseling di sekolah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk layanan bimbingan konseling yang ada di sekolah.
2. Untuk mengetahui apa saja kegiatan yang mendukung terhadap bimbingan konseling di
sekolah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah


Layanan adalah kegiatan untuk melayani peserta didik dalam proses yang
dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling kepada siswa, memberikan motivasi dan
arahan dengan baik. Bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance” yang berasal
dari kata kerja ”to guide”, yang mempunyai arti ”menunjukkan”, “membimbing”,
“menuntun”, ataupun “membantu”. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum,
bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan (Asmani, 2010). Menurut
Year Book of Education (dalam Sutirna, 2013) menyatakan bimbingan adalah proses
bantuan individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan
untuk melakukan penyesuain diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, serta
masyarakat. Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam membuat suatu pilihan
yang cerdas atau tepat dalam penyesuain kehidupan mereka. Tujuan yang sangat mendasar
dari bimbingan adalah mengembangkan setiap individu untuk mencapai batas yang
optimal, yaitu dapat memecahkan permasalahannya sendiri dan membuat keputusan yang
sesuai dengan keadaan dirinya sendiri (Jones dalam Sutirna, 2013).
Istilah konseling berasal dari kata “counseling” adalah kata dalam bentuk mashdar
dari “to counsel” secara etimologis berarti “to give advice” atau memberikan saran dan
nasehat (Amin, 2010). Konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu
yang bertujuan untuk membantunya dalam mengubah sikap dan tingkah laku (Lesmana,
2005). Istilah konseling menurut Willis (2004) adalah upaya bantuan yang diberikan
seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu yang
membutuhkannya agar individu tersebut berkembang potensinya secara optimal. Winkel
(2005) mendefinisikan konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari
bimbingan dalam usaha membantu klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat
mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Sedangkan Bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan yang dilakukan
oleh seorang konselor kepada anak didik agar dapat memahami dirinya sehingga sanggup
mengarahkan diri dan bertindak dengan baik sesuai dengan perkembangan jiwanya (Azzet,
2011).
Dapat simpulkan, bimbingan dan konseling ialah sesuatu proses pemberian
dorongan kepada seorang secara Continue/ terus menerus serta secara tersusun yang

3
dilaksanakan oleh konselor yang bertujuan supaya seorang tersebut sanggup menguasai
dirinya dan lingkungannya serta pula bisa membiasakan dirinya sesuai dengan area
tinggalnya sehingga bisa meningkatkan kemampuan yang dimilikinya secara maksimal.
Terdapat 4 komponen pelaksanaan layanan BK di Sekolah:
1. Layanan Dasar
Pelayanan Dasar merupakan proses pemberian bantuan kepada seluruh peserta
didik/konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal dan
kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku
jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan.
2. Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual
Layanan peminatan dan perencaan Individual merupakan suatu layanan yang secara
spesifik termasuk baru dari segi istilah layanan.
3. Layanan Responsif
Layanan responsif merupakan pemberian bantuan terhadap peserta didik/konseli yang
bersifat aksidental sehingga penanganannya dilakukan segera. Tujuannya adalah
menangani hambatan-hambatan yang dialami oleh peserta didik dalam proses menuju
tugas-tugas perkembangan.
4. Layanan Dukungan Sistem
Layanan dukungan sistem secara khusus dimaksudkan bagi pengembangan kualitas
layanan BK itu sendiri. Termasuk di dalamnya kegiatan manajemen BK, tata kelola
BK, pengembangan riset, pengembangan kualitas penyelenggara BK, dan
pengembangan profesionalitas. Layanan dukungan sistem in mencakup tiga aspek
utama, yakni; pengembangan jaringan (networking); kegiatan manajemen; riset dan
pengembangan.
Berdasarkan layanan BK tersebut di atas, terdapat bidang layanan BK. Bidang
layanan dari masing-masing program yaitu:
1. Bidang Layanan Pribadi
Bidang layanan pribadi menurut Winkel dan Sri Hastuti mengandung empat unsur,
yakni; informasi tentang fase atau tahap perkembangan; penyadaran akan keadaan
situasi kontemporer masyarakat; pengaturan diskusi kelompok; pengumpulan data yang
relevan untuk mengenal kepribadian siswa. Bidang layanan pribadi, dahulu disebut
dengan bidang pribadi-sosial.
2. Bidang Layanan Belajar

4
Layanan akademik ditujukan bagi pemberian bantuan agar peserta didik mampu
menghadapi hambata-hambatan di dalam proses pembelajaran. Sedangkan bidang
belajar ditujukan bagi keseluruhan proses pembelajaran yang tidak hanya terjadi di
dalam kelas bagi konseli karena secara otomatis mengganggu pencapaian optimal
peserta didik menuju tugas-tugas perkembangannya.
3. Bidang Layanan Karir
Bidang layanan Karier merupakan suatu layanan pemberian bantuan dengan tujuan agar
konseli mampu merencanakan dan menentukan persoalan- persoalan yang berkaitan
dengan Karier (Jarkawi & Abidarda, 2022).
Menurut Suharsimi Arikunto (2010) menyatakan ada tujuh jenis kegiatan layanan
bimbingan di sekolah adalah sebagai berikut:
1. Layanan Orientasi
Kegiatan layanan orientasi diberikan kepada siswa kelas I pada hari-hari pertama
masuk sekolah.
2. Layanan Informasi
Kegiatan layanan informasi diberikan kepada siswa yang membutuhkan. Layanan ini
dapat dilaksanakan secara individual maupun kelompok. Materi layanan diperlukan
oleh siswa kelas I, II, dan III yang mepunyai kebutuhan khusus.
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Kegiatan layanan ini baru dapat dilakukan apabila guru pembimbing sudah mengenal
siswa dengan baik dan atau mempunyai catatan yang lengkap tentang kondisi dan
keunikan siswa.
4. Layanan Pembelajaran
Kegiatan layanan pembelajaran dimaksudkan untuk memberi bantuan kepada siswa
berkenaan dengan permasalahan akademik. Permasalahan yang terkait dengan
penyebab rendahnya prestasi siswa.
5. Layanan Konseling Perorangan
Kegiatan layanan konseling perorangan dilakukan terhadap siswa yang mengalami
masalah pribadi, masalah belajar, dan masalah sosial. Dengan demikian konseling
perorangan dilakukan terhadap siswa-siswa tertentu yang memang menurut
pertimbangan pembimbing, layanan ini perlu diprioritaskan.
6. Layanan Bimbingan Kelompok
Kegiatan layanan bimbingan kelompok dilakukan apabila ada permasalahan secara
umum. Layanan bimbingan kelompok dapat dilakukan terhadap kelompok kecil atau

5
kelompok besar misalnya kelas. Layanan ini sebaiknya dilakukan melalui dinamika
kelompok (Kulsum & Aziz, 2019).
Keberadaan layanan bimbingan dan konseling diseleng-garakan berdasarkan
kebutuhan sekolah untuk membantu siswa dalam menumbuhkan tingkat kepercayaan diri
dan perkembang-an siswa. Selain siswa, guru juga membutuhkan layanan BK untuk
menangani permasalahan yang dihadapi siswa dan permasalahan lain yang berkaitan
dengan pribadi guru sendiri. Selain itu pada awal mulanya sebelum terdapat layanan
bimbingan dan konseling di sekolah, guru kelas menyelesaikan masalah siswa sendiri dan
itu dirasa sangat menyulitkan bagi guru kelas (Kulsum & Aziz, 2019).

B. Kegiatan Pendukung Layanan BK


Kegiatan pendukung pada umumnya ditujukan secara langsung untuk memecahkan
masalah klilen melainkan diperolehnya dan keterangan lain serta kemudahan atau
komitmen yang membantu kelancaran dan keberhasilan kegiatan layanan terhadap klien.
Kegiatan pendukung ini umumnya dilaksanakan tanpa kontak langsung dengan sasaran.
Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling meliputi kegiatan aplikasi
instrumen bimbingan dan konseling, himpunan data, kunjungan rumah, konferensi kasus,
tampilan kepustakaan, dan alih tangan kasus. Semua jenis kegiatan pendukung
dilaksanakan secara langsung, dikaitkan pada keempat bidang bimbingan serta disesuaikan
dengan karakteristik dan kebutuhan klien. Hasil kegiatan pendukung dipakai untuk
memperkuat satu atau beberapa jenis layanan bimbingan dan konseling.
1. Aplikasi Instrumentasi
Guru pembimbing senantiasa mengumpulkan data dan keterangan siswa,
keterangan tentang pribadi, lingkungan siswa dan sebagainya. Hal tersebut ditunjukkan
dengan adanya form identitas siswa, keterangan keluarga dan sebagainya dalam buku
pribadi siswa. Form-form tersebut diisi oleh siswa sebagai rujukan dalam kegiatan
bimbingan dan konseling bagi siswa yang bersangkutan.
Aplikasi instrumentasi objek yang menjadi pengukuran adalah kondisi fisik dan
kondisi dasar psikologis siswa ditetapkan. Kondisi fisik seperti keadaan jasmani dan
kesehatan, sedangkan kondisi psikologis seperti potensi dasar, bakat, minat dan sikap.
Siswa adalah subyek yang dijadikan konselor dalam merencanakan aplikasi
instrumentasi. Konselor dalam menyusun instrumen disesuaikan dengan objek yang
akan diungkap. Instrumen yang digunakan konselor yaitu instrumen tes dan non tes.
Instrumen tes, seperti tes psikologi dilaksanakan bekerjasama dengan psikolog.

6
Konselor di sekolah sudah melaksanakan tes psikologi bekerjasama dengan psikolog.
Di sekolah konselor sudah mengaplikasikan instrumen non tes berupa angket
sosiometri, angket pribadi, angket pengembangan diri dan angket penjurusan.
Setelah menyusun instrumen yang digunakan, konselor membuat prosedur
pengungkapan seperti menyiapkan instrumen yang telah disusun, menyiapkan
responden, mengadministrasikan instrumen, melaksanakan pengelolaan jawaban
responden, menyampaikan jawaban responden dan menggunakan hasil aplikasi
instrumentasi. Merujuk pada hasil penelitian Neni Nurtiawan (2011) konselor di
sekolah masih kesulitan dalam analisis instrumen yang digunakan sehingga dalam
pelayanan tidak sesuai dengan kebutuhan siswa.
Ada beberapa pertimbangan dalam penerapan instrumen BK seperti yang
dikemukakan Prayitno (2004: 316) sebagai berikut:
a. Instrumen haruslah sahih dan terandalkan
b. Konselor bertanggung jawab atas pemilihan instrumen yang akan dipakai
c. Pemakaian instrumen harus dipersiapkan secara matang baik pada persiapan
instrumennya maupun persiapan klien yang akan mengambil tes itu.
d. Pemahaman terhadap klien tidak hanya didasarkan atas data tunggal yang dihasilkan
oleh tes, melainkan harus dilengkapi dengan data lain dari sumber-sumber relevan
agar gambaran tentang klien lebih bersifat komprehensif.
e. Instrumen yang ada hanya sebagai alat bantu, oleh karena itu kekurangan atas
ketiadaan instrumen hendaknya tidak menjadi penghambat bagi pelaksanaan BK.
2. Himpunan Data
Guru pembimbing senantiasa mengumpulkan data tentang siswa sebagai bahan
pengembangan siswa. Hal tersebut ditunjukkan dengan mencari informasi tentang
siswa yang bersangkutan. Hinpunan data digunakan untuk merencanakan,
menyelenggarakan dan mengevaluasi program bimbingan dan konseling, menetapkan
peserta layanan, digunakan sebagai isi materi layanan dan untuk menunjang
pengembangan program-program pelayanan bimbingan dan konseling.
Ada beberapa jenis data yang perlu dikumpulkan oleh guru pembimbing, dari
siswa seperti yang dikemukakan Prayitno (2004 : 320) sebagai berikut:
a. Identitas pribadi
b. Latar belakang keluarga
c. Kemampuan mental, bakat dan kondisi kepribadian
d. Sejarah pendidikan, hasil belajar, nilai mata pelajaran

7
e. Hasil tes diagnostik
f. Data kesehatan
g. Pengalaman ekstrakurikuler dan kegiatan di luar sekolah
h. Minat dan cita-cita pendidikan dan pekerjaan i. Prestasi khusus yang pernah
diperoleh
Selain data siswa diperlukan juga data tentang lingkungan. Data tentang
lingkungan ini berguna dalam rangka memberi informasi dan penjelasan kepada siswa
yang memerlukan informasi seperti informasi pendidikan. Data tentang lingkungan ini
dapat berupa:
a. Data tentang informasi pendidikan meliputi jenis program, kurikulum sistem belajar
dan sebagainya.
b. b. Data tentang informasi jabatan/pekerjaan, meliputi jenis-jenis jabatan, kesempatan
dan syarat-syarat bekerja dan sebagainya.
c. Data tentang lingkungan sosial, meliputi adat istiadat, norma dan nilai-nilai
lembaga/organisasi dan seterusnya.
3. Konferensi Kasus
Guru pembimbing senantiasa menghadirkan pihak- pihak tertentu untuk
menyelesaikan masalah siswa, seperti menghadirkan saksi untuk membuktikan bahwa
siswa tersebut memang melanggar peraturan sekolah. Dalam merencanakan konferensi
kasus ditunjukkan dengan adanya satuan kegiatan pendukung (SATKUNG) yang
memuat masalah yang dibahas, tujuan, subyek, tempat atau alamat yang akan
dikunjungi, waktu, petugas yang mengunjungi, anggota yang dikunjungi dan apa yang
diharapkan dari masing-masingmasing anggota, bahan dan keterangan yang dibawa
dalam kunjungan rumah, penggunaan hasil dan rencana penilaian dan tindak lanjut
(Prayitno, 2004).
Adapun tujuan dilaksanakannya konferensi kasus menurut Prayitno (2004 : 322)
sebagai berikut :
a. Diperolehnya gambaran yang jelas, mendalam dan menyeluruh tentang
permasalahan siswa.
b. Terkomunikasinya sejumlah aspek permasalahan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dan bersangkutan, sehingga penanganan masalah itu menjadi lebih
mudah dan tuntas
c. Terkoordinasinya penanganan masalah yang dimaksud sehingga upaya penanganan
itu lebih efektif dan efisien.

8
4. Kunjungan Rumah
Guru pembimbing selalu menghadirkan orang tua siswa ketika siswa memiliki
permasalahan dengan sekolah. Dalam hal itu guru pembimbing bekerjasama dengan
orang tua siswa. Dalam merencanakan kunjungan rumah yang pertama dilakukan
adalah menetapkan kasus yang memerlukan kunjungan rumah dan menetapkan materi
kunjungan rumah sebaiknya ditingkatkan. Kinerja konselor dalam menetapkan kasus
kunjungan rumah terlebih dahulu dianalisis, dipahami, disikapi, dilaksanakan suatu
perlakuan awal tertentu, untuk selanjutnya diberikan pelayanan konseling yang
memadai. Kunjungan rumah difokuskan pada penanganan kasus yang dialami klien
yang terkait dengan faktor-faktor keluarga.
Konselor dalam menetapkan materi kujungan rumah sebaiknya mempersiapkan
berbagai informasi umum dan data tentang klien yang layak diketahui oleh orang tua
dan anggota keluarga, dengan catatan tidak melanggar asas kerahasiaan klien. Konselor
juga meyakinkan klien dengan membahas kegunaan kunjungan rumah terkait dengan
masalah yang dialami.
Kegiatan kunjungan rumah menurut Prayitno (2004 : 424) memiliki tiga tujuan
utama yaitu:
a. Memperoleh data tambahan tentang permasalahan siswa, khususnya yang
bersangkut paut dengan keadaan rumah/orang tua.
b. Menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya
c. Membangun komitmen orang tua terhadap
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru pembimbing berkenaan dengan
kegiatan kunjungan rumah yaitu: 1) guru pembimbing menyampaikan perlunya
kunjungan rumah kepada siswa yang bersangkutan, 2) menyusun rencana dan agenda
yang konkrit dan menyampaikannya kepada orang tua dan kunjungan rumah tidak
dapat dilakukan sebelum orang tua mengizinkannya.
5. Alih Tangan Kasus
Kegiatan ini seringkali dilakukan guru pembimbing, mengingat adanya
permasalahan siswa yang memang diluar kemampuan guru pembimbing dan
sebagainya. Seperti halnya siswa yang berulangkali melanggar peraturan sekolah,
biasanya guru pembimbing meminta bantuan kepada pihak lainnya di sekolah (Harahap
et al., 2022).
Alih tangan merupakan kegiatan pendukung untuk mendapatkan penanganan
yang lebih cepat, tepat dan tuntas masalah yang dihadapi siswa dengan memindahkan

9
penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. Dalam permendikbud nomor 81 A
menyebutkan bahwa alih tangan kasus yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan
masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangan ahli yang
dimaksud (Aprilli, 2021).
6. Tampilan Kepustakaan
Kegiatan Pendukung Tampilan Kepustakaan (PTK) merupakan “plus” dari “BK
Pola 17”. Tampilan kepustakaan ini dimaksudkan membantu permasalahan klien
dengan cara memanfaatkan permasalahan klien dengan cara memanfaatkan pustaka,
karena pustaka itu merupakan gudang ilmu yang terekam melalui buku, majalah,
koran,tabloid, film. Berbagai uraian, penjelasan, cerita, ide, contoh dan bermacam-
macam. Informasi sebagai hasil budaya manusia tersimpan di pustaka.
Semua yang ada pada pustaka dapat memperkuat dan memantapkan atau
menjadi bahan perbandingan serta menambahan wawasan klien serta mempertajam
analisis terhadap permasalahan klien. Tentang tampilan kepustakaan ini Prayitno
(2006 : 2) mengemukakan sebagai berikut:
“Kegiatan pendukung tampilan kepustakaan (TKP) membantu klien dalam
memperkaya dan memperkuat diri berkenaan dengan permasalahan yang dialami dan
dibahas bersama konselor”.
Adapun tujuan umum tampilan kepustakaan dalam rangka pelayanan konseling
ialah:
a. Melengkapi substansi pelayanan konseling berupa bahan-bahan tertulis dan/atau
rekaman lainnya yang ada dalam tampilan kepustakaan.
b. Mendorong klien memanfaatkan bahan-bahan yang ada dalam tampilan kepustakaan
untuk memperkuat pengentasan masalah dan pengembangan.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelayanan khusus diselenggarakan di sekolah dengan maksud untuk memperlancar
pelaksanaan pengajaran dalam rangka pencapain tujuan pendidikan di sekolah. Layanan
bimbingan konseling sendiri sejatinya merupakan bagian integral dari Pendidikan dalam
upaya membantu siswa agar mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan
potensinya, oleh karena itu sebagai wujud penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling terhadap sasaran layanan, yaitu peserta didik. Layanan yang dimiliki oleh
bimbingan konseling antara lain layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran,
bimbingan belajar, konseling perorangan, dan bimbingan konseling kelompok.
Keberhasilan layanan bimbingan konseling tidak terjadi dengan sendirinya, hal ini
terjadi karena beberapa kegiatan yang mendukung layanan bimbingan konseling tersebut
sehingga layanan bimbingan konseling dapat dinikmati pihak-pihak yang membutuhkan
layanan tersebut. Kegiatan yang mendukung layanan bimbingan konseling ini antara lain
aplikasi instrument data, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, alih tangan
kasus, dan tampilan kepustakaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aprilli, E. (2021). Kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling. Universitas Negeri


Padang, 19035014.
Harahap, A. C. P., Rahmi, A. M., Jahara, A., Purba, A. A., Sembiring, A. A. L. B., &
Hasibuan, A. A. (2022). Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Pendukung oleh Guru BK di
MAN 3 Langkat. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4(5), 1349–1358.
Jarkawi, J., & Abidarda, Y. (2022). Pengembangan Model Manajemen Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Dasar. Bulletin of Counseling and Psychotherapy, 4(3), 540–546.
https://doi.org/10.51214/bocp.v4i3.357
Kulsum, U., & Aziz, A. (2019). Pengaruh Layanan Bimbingan Konseling Terhadap
Penurunan Kenakalan Siswa. Educazione, 7(2), 95–102.
Kurniati, E. (2018). Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah; Prinsip Dan Asas. RISTEKDIK :
Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 3(2), 54.
https://doi.org/10.31604/ristekdik.2018.v3i2.54-60

12

Anda mungkin juga menyukai