TENTANG
PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
1. Aida Hesti Febrina NIM. 21129340
2. Anggi Aksara NIM. 21023049
3. Anisa Fadilah NIM. 21002036
4. Adella Suharningsih NIM. 21022046
DOSEN PENGAMPU :
Drs. Taufik, M.Pd., Kons.
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala karunia nikmat-
Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan
Konseling yang diampu oleh Bapak Drs. Taufik, M.Pd., Kons. Makalah ini berisi
tentang “Pelayanan Bimbingan dan Konseling”. Kami sangat berharap makalah
ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai Bimbingan dan konseling. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik dan
saran. Terimakasih.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Pelayanan Bimbingan dan Konseling 3
B. Tujuan Pelayanan Bimbingan dan Konseling 5
C. Fungsi Pelayanan Bimbingan dan Konseling 7
D. Kesalahpahaman terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling 8
BAB III PENUTUP 14
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan komponen penting dalam proses
pendidikan sebagai suatu sistem. Sebagai suatu sistem, kehadirannya
diperlukan dalam upaya membimbing sikap perilaku siswa, terutama dalam
menghadapi perubahannya menuju tingkat usia yang lebih maju.
Permasalahan yang dialami siswa di sekolah seringkali tidak dapat dihindari
walaupun dengan proses belajar dan pembelajaran yang sangat baik. Dalam
hal ini permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja, termasuk
perilaku siswa yang tidak dapat mengatur waktu untuk mengikuti
pembelajaran dan proses pembelajaran sesuai dengan yang dibutuhkan, diatur,
atau diharapkan. Layanan bimbingan dan konseling itu sendiri harus
dikonseptualisasikan dengan baik karena layanan ini dapat membantu
meningkatkan perkembangan siswa dan membantu membuat pilihan yang
bermakna untuk setiap fase pendidikan yang dialami siswa.
Potensi peserta didik yang harus dikembangkan tidak hanya menyangkut
kecerdasan dan keterampilan, tetapi melibatkan semua aspek kepribadian.
Sehubungan dengan hal tersebut, guru tidak hanya dituntut untuk memiliki
pemahaman atau kemampuan dalam bidang belajar dan pembelajaran tetapi
juga dalam bidang bimbingan dan konseling. Dalam UU no. 14 tahun 2015
pasal 1 yang menyatakan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan
tugas pokok mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini melalui
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Dengan
memahami konsep bimbingan dan konseling, guru diharapkan mampu
berfungsi sebagai fasilitator perkembangan siswa, baik yang menyangkut
aspek intelektual, emosional, sosial, maupun mental spiritual. Berdasarkan
uraian di atas, dapat dipahami bahwa layanan bimbingan dan konseling di
sekolah tidak hanya menjadi tanggung jawab guru bimbingan dan konseling.
1
Oleh karena itu, disini guru memiliki kontribusi yang signifikan dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terkait dengan 4 kompetensi
yang dimiliki oleh seorang guru.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pelayanan bimbingan dan konseling?
2. Apa tujuan dari pelayanan bimbingan dan konseling?
3. Apa fungsi dari adanya pelayanan bimbingan dan konseling?
4. Bagaimana dengan kesalahpahaman pelayanan bimbingan dan konseling?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang pengertian pelayanan bimbingan dan konseling
2. Menjelaskan tujuan pelayanan bimbingan dan konseling
3. Menjelaskan tentang fungsi pelayanan bimbingan dan konseling
4. Menjelaskna mengenai kesalahpahaman pelayanan bimbingan dan
konseling
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
remaja, maupun dewasa agar orang-orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
2. Menurut Rochman Natawidjaja (1981) Bimbingan adalah proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami
dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak
wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta
masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan
hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti (Winkel
& Sri Hastuti 2007:29).
3. Menurut Bimo Walgito (1982 : 11) bimbingan adalah bantuan atau
pertolongan yang di berikan kepada individu atau sekumpulan
individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di
dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-
individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
4. Menurut Miller (1961) menyatakan bahwa bimbingan merupakan
proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri
dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian
diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara
maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madarasah),
keluarga, dan masyarakat.
5. Menurut Arthur J. Jones (1970) mengartikan bimbingan sebagai
“The help given by one person to another in making choices and
adjustment and in solving problems”. Pengertian bimbingan yang
dikemukakan Arthur ini amat sederhana yaitu bahwa dalam proses
bimbingan ada dua orang yakni pembimbing dan yang dibimbing,
dimana pembimbing membantu si terbimbing sehingga si terbimbing
mampu membuat pilihan-pilihan, menyesuaikan diri, dan
4
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya (Sofyan S. Willis
2009:11).
6. Menurut Moegiadi (1970) bimbingan berarti suatu proses pemberian
bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal: memahami diri
sendiri; menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan
lingkungan; memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai
dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan (Winkel
& Sri Hastuti 2007:29).
7. Menurut Andi Mappiare (1984) berpendapat bahwa bimbingan
merupakan serangkaian kegiatan paling pokok bimbingan dalam
membantu konseli/klien secara tatap muka, dengan tujuan agar klien
dapat mengambil taanggung jawab sendiri terhadap berbagai
persoalan atau masalah khusus (Winkel & Sri Hastuti 2007:35).
8. Menurut Surya (1988) mengutip pendapat Crow & Crow (1960)
menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh
seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pribadi
baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari
setiap usia untuk menolongnya mengembangkan kegiatan-kegiatan
hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri,
membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri (M. Tohirin
2008:17).
6
didik lebih memahami dirinya sendiri baik dari kekurangannya maupun
kelebihannya. Dan juga, membantu peserta didik untuk berani
mengambil sendiri keputusan yang baik (sesuai dengan bakat,
kemampuan dan minat) untuk dirinya.
8
3) Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses
pemberian nasehat.
4) Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah
yang bersifat insidental.
5) Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu
saja.
6) Bimbingan dan konseling melayani “orang sakit” dan/atau “kurang
normal”.
7) Bimbingan dan konseling bekerja sendiri.
8) Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain pasif.
9) Menganggap cpoemkemrijtaaton usbeirmbingan dan konseling
dapat dilakukan oleh siapa saja.
10) Pelayanan bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama
saja.
11) Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan
dokter atau psikiater.
12) Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera
dilihat.
13) Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien.
14) Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada
penggunaan instrumentasi bimbingan dan konseling (misalnya tes,
inventori, angket, dan alat pengungkap lainnya).
15) Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-
masalah yang ringan saja.
9
Kesalahpahaman yang dijelaskan kedua tokoh tersebut
dapat disimpulkan bahwa kesalahpahaman terhadap BK yaitu BK
disamakan saja dengan atau dipisahkan dari pendidikan,konselor
dianggap polisi sekolah, BK dianggap prcoosmems ipt etmo ubeseriran
nasehat, dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat
insidental, untuk klien-klien tertentu saja, melayani “orang sakit”
dan/atau “kurang normal”, bekerja sendiri, konselor harus aktif,
sedangkan pihak lain pasif, menganggap pekerjaan BK dapat dilakukan
oleh siapa saja, berpusat pada keluhan pertama saja, menyamakan
pekerjaan BK dengan pekerjaan dokter atau psikiater, menganggap hasil
pekerjaan BK harus segera dilihat, menyamaratakan cara pemecahan
masalah bagi semua klien, memusatkan pada penggunaan instrumentasi
BK, dibatasi pada hanya menangani masalah yang ringan.
Kesalahpahaman terhadap BK jika dibiarkan terjadi dapat
mengakibatkan siswa menjadi salah paham dengan adanya BK di
sekolah, sehingga siswa beranggapan BK merupakan tempat siswa yang
bermasalah saja, BK sebagai polisi sekolah yang bertugas menghukum
siswa yang melakukan kesalahan, serta dapat mengakibatkan siswa
menjadi takut dengan guru BK. Hal tersebut tentunya dapat menghambat
tujuan pelayanan BK di sekolah yaitu memandirikan siswa dan
membantu siswa mengenali potensi yang dimiliki serta membantu
mengembangkan potensi siswa seoptimal mungkin.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkai
bagai kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan
kadang kadang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Beberapa ahli
menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung hati dari kegiatan
bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah satu
jenis layanan bimbingan.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam proses kegiatan
konseling di dalamnya sudah tersirat kegiatan bimbingan. Istilah bimbingan
dan konseling, sebagaimana digunakan dalam literatur profesional di
Indonesia merupakan terjemahan dari guidance and counseling dalam bahasa
Inggris.
Di dalam suatu kegiatan baik itu formal maupun non formal pasti akan
ada tujuannya. Begitu juga dengan Bimbingan dan Konseling. Tujuan dari
Bimbingan dan Konseling yaitu: Menurut Tohirin, tujuan Bimbingan dan
Konseling yaitu: memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap diri klien,
mengarahkan diri klien sesuai dengan potensi yang dimilikinya, mampu
memecahkan sendiri masalah yang dihadapi klien, dapat menyesuaikan diri
secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya
sehingga memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.
B. Saran
Dalam melakukan layanan bimbingan karir dapat di integrasikan dengan
kegiatan belajar mengajar. Dengan mengintegrasikan materi bimbingan
dengan materi pembelajaran. Guru sebaiknya dalam memilih dan
menggunakan media video yang berhubungan dengan karir disesuaikan
dengan karakteristik dan perkembangan siswa.
11
DAFTAR PUSTAKA