Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING

TENTANG
PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
1. Aida Hesti Febrina NIM. 21129340
2. Anggi Aksara NIM. 21023049
3. Anisa Fadilah NIM. 21002036
4. Adella Suharningsih NIM. 21022046

DOSEN PENGAMPU :
Drs. Taufik, M.Pd., Kons.

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala karunia nikmat-
Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan
Konseling yang diampu oleh Bapak Drs. Taufik, M.Pd., Kons. Makalah ini berisi
tentang “Pelayanan Bimbingan dan Konseling”. Kami sangat berharap makalah
ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai Bimbingan dan konseling. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik dan
saran. Terimakasih.

Padang, 31 Agustus 2022

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Pelayanan Bimbingan dan Konseling 3
B. Tujuan Pelayanan Bimbingan dan Konseling 5
C. Fungsi Pelayanan Bimbingan dan Konseling 7
D. Kesalahpahaman terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling 8
BAB III PENUTUP 14
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan komponen penting dalam proses
pendidikan sebagai suatu sistem. Sebagai suatu sistem, kehadirannya
diperlukan dalam upaya membimbing sikap perilaku siswa, terutama dalam
menghadapi perubahannya menuju tingkat usia yang lebih maju.
Permasalahan yang dialami siswa di sekolah seringkali tidak dapat dihindari
walaupun dengan proses belajar dan pembelajaran yang sangat baik. Dalam
hal ini permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja, termasuk
perilaku siswa yang tidak dapat mengatur waktu untuk mengikuti
pembelajaran dan proses pembelajaran sesuai dengan yang dibutuhkan, diatur,
atau diharapkan. Layanan bimbingan dan konseling itu sendiri harus
dikonseptualisasikan dengan baik karena layanan ini dapat membantu
meningkatkan perkembangan siswa dan membantu membuat pilihan yang
bermakna untuk setiap fase pendidikan yang dialami siswa.
Potensi peserta didik yang harus dikembangkan tidak hanya menyangkut
kecerdasan dan keterampilan, tetapi melibatkan semua aspek kepribadian.
Sehubungan dengan hal tersebut, guru tidak hanya dituntut untuk memiliki
pemahaman atau kemampuan dalam bidang belajar dan pembelajaran tetapi
juga dalam bidang bimbingan dan konseling. Dalam UU no. 14 tahun 2015
pasal 1 yang menyatakan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan
tugas pokok mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini melalui
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Dengan
memahami konsep bimbingan dan konseling, guru diharapkan mampu
berfungsi sebagai fasilitator perkembangan siswa, baik yang menyangkut
aspek intelektual, emosional, sosial, maupun mental spiritual. Berdasarkan
uraian di atas, dapat dipahami bahwa layanan bimbingan dan konseling di
sekolah tidak hanya menjadi tanggung jawab guru bimbingan dan konseling.

1
Oleh karena itu, disini guru memiliki kontribusi yang signifikan dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terkait dengan 4 kompetensi
yang dimiliki oleh seorang guru.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pelayanan bimbingan dan konseling?
2. Apa tujuan dari pelayanan bimbingan dan konseling?
3. Apa fungsi dari adanya pelayanan bimbingan dan konseling?
4. Bagaimana dengan kesalahpahaman pelayanan bimbingan dan konseling?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang pengertian pelayanan bimbingan dan konseling
2. Menjelaskan tujuan pelayanan bimbingan dan konseling
3. Menjelaskan tentang fungsi pelayanan bimbingan dan konseling
4. Menjelaskna mengenai kesalahpahaman pelayanan bimbingan dan
konseling

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pelayanan Bimbingan dan Konseling


Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkai
bagai kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan
kadang kadang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Beberapa ahli
menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung hati dari kegiatan
bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah satu
jenis layanan bimbingan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam
proses kegiatan konseling di dalamnya sudah tersirat kegiatan bimbingan.
Istilah bimbingan dan konseling, sebagaimana digunakan dalam literatur
profesional di Indonesia merupakan terjemahan dari guidance and counseling
dalam bahasa Inggris. Dalam kamus bahasa Inggris guidance dikaitkan dengan
kata asal guide yang diartikan menunjukkan jalan, memimpin, menuntun,
memberi petunjuk, mengatur, mengarahkan dan menasihatkan. Adapun dalam
bahasa ini istilah guidance digunakan untuk pengertian bimbingan.
Dalam kamus yang sama counseling dikaitkan dengan kata counsel,
yang diartikan sebagai nasihat, anjuran, pembicaraan, dengan demikian
konseling diartikan sebagai pemberi nasihat, pemberian anjuran dan
pemberian pembicaraan dengan bertukar pikiran.
Layanan bimbingan dan konseling adalah pelayanan yang diberikan oleh
konselor berupa bantuan atau pertolongan serta pengerahan kepada individu
atau kelompok individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di dalam
hidupnya. Maka, di dalam pengertian bimbingan dan konseling merupakan
bantuan atau pertolongan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-
kesulitan.
Definisi bimbingan menurut para ahli
1. Menurut Prayitno & Erman Amti (1994:99) Bimbingan adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak,

3
remaja, maupun dewasa agar orang-orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
2. Menurut Rochman Natawidjaja (1981) Bimbingan adalah proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami
dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak
wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta
masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan
hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti (Winkel
& Sri Hastuti 2007:29).
3. Menurut Bimo Walgito (1982 : 11) bimbingan adalah bantuan atau
pertolongan yang di berikan kepada individu atau sekumpulan
individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di
dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-
individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
4. Menurut Miller (1961) menyatakan bahwa bimbingan merupakan
proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri
dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian
diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara
maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madarasah),
keluarga, dan masyarakat.
5. Menurut Arthur J. Jones (1970) mengartikan bimbingan sebagai
“The help given by one person to another in making choices and
adjustment and in solving problems”. Pengertian bimbingan yang
dikemukakan Arthur ini amat sederhana yaitu bahwa dalam proses
bimbingan ada dua orang yakni pembimbing dan yang dibimbing,
dimana pembimbing membantu si terbimbing sehingga si terbimbing
mampu membuat pilihan-pilihan, menyesuaikan diri, dan

4
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya (Sofyan S. Willis
2009:11).
6. Menurut Moegiadi (1970) bimbingan berarti suatu proses pemberian
bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal: memahami diri
sendiri; menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan
lingkungan; memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai
dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan (Winkel
& Sri Hastuti 2007:29).
7. Menurut Andi Mappiare (1984) berpendapat bahwa bimbingan
merupakan serangkaian kegiatan paling pokok bimbingan dalam
membantu konseli/klien secara tatap muka, dengan tujuan agar klien
dapat mengambil taanggung jawab sendiri terhadap berbagai
persoalan atau masalah khusus (Winkel & Sri Hastuti 2007:35).
8. Menurut Surya (1988) mengutip pendapat Crow & Crow (1960)
menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh
seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pribadi
baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari
setiap usia untuk menolongnya mengembangkan kegiatan-kegiatan
hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri,
membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri (M. Tohirin
2008:17).

B. Tujuan Pelayanan Bimbingan dan Konseling


Di dalam suatu kegiatan baik itu formal maupun non formal pasti akan
ada tujuannya. Begitu juga dengan Bimbingan dan Konseling. Tujuan dari
Bimbingan dan Konseling yaitu: Menurut Tohirin, tujuan Bimbingan dan
Konseling yaitu: memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap diri klien,
mengarahkan diri klien sesuai dengan potensi yang dimilikinya, mampu
memecahkan sendiri masalah yang dihadapi klien, dapat menyesuaikan diri
secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya
sehingga memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.
Adapun tujuan Bimbingan dan Konseling menurut Hallen adalah:
a. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, dimaksudkan5 agar
peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri.
b. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar
peserta mengenal lingkungannya secara obyektif, baik sosial maupun
ekonomi.
c. Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan
agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil
keputusan tentang masa depan dirinya, baik pendidikan, karier
maupun bidang budaya, keluarga dan masyarakat.

Menurut H. Prayitno dan Erman Amti, Bimbingan dan Konseling


memiliki tujuan yang terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umun Bimbingan dan Konseling membantu individu agar dapat
mencapai perkembangan secara optimal sesuai dengan bakat,
kemampuan, minat dan nilai-nilai, serta terpecahnya masalahmasalah
yang dihadapai individu (klien). Termasuk tujuam umum Bimbingan dan
Konseling adalah membantu individu agar dapat mandiri dengan ciri-ciri
mampu memahami dan menerima dirinya sendiri dan lingkungannya,
membuat keputusan dan rencana yang realistik, mengarahkan diri sendiri
dengan keputusan dan rencananya itu serta pada akhirnya mewujudkan
diri sendiri.
Tujuan khusus Bimbingan dan Konseling langsung terkait pada
arah perkembangan klien dan masalah-masalah yang dihadapi. Tujuan
khusus itu merupakan penjabaran tujuan-tujuan umum yang dikaitkan
pada permasalahan klien, baik yang menyangkut perkembangan maupun
kehidupannya.
Dari pendapat para ahli jelaslah bahwa, tujuan dari Bimbingan dan
Konseling semuanya mengarahkan kepada peserta didik agar peserta

6
didik lebih memahami dirinya sendiri baik dari kekurangannya maupun
kelebihannya. Dan juga, membantu peserta didik untuk berani
mengambil sendiri keputusan yang baik (sesuai dengan bakat,
kemampuan dan minat) untuk dirinya.

C. Fungsi Pelayanan Bimbingan dan Konseling


Fungsi Bimbingan dan Konseling menurut Syamsu Yusuf dan A.Juntika
Nurihsan adalah:
a. Pemahaman, yaitu membantu peserta didik agar memiliki pemahaman
terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan,
dan norma agama).
b. Preventif (pencegahan), yaitu upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya
untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik.
c. Pengembangan, yaitu konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif.
d. Perbaikan (penyembuhan), yaitu fungsi Bimbingan yang bersifat kuratif.
Fungsi ini berkaitan erat dengan pemberian bantuan kepada siswa yang
telah mengalami masalah.
e. e.Penyaluran, yaitu fungsi Bimbingan dalam membantu individu memilih
kegiatan ekstrakurikuler, jurusan yang sesuai dengan minat, bakat siswa.
f. Penyesuaian, yaitu fungsi Bimbingan dalam membantu individu (siswa)
agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap
program pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari
Bimbingan dan Konseling selain sebagai pemahaman untuk dirinya sendiri
(peserta didik) maupun lingkungannya, fungsi dari Bimbingan dan Konseling
juga sebagai penyembuh (perbaikan) bagi peserta didik yang mengalami
kesulitan ketika mendapatkan suatu permasalahan yang sulit untuk dipecahkan
yang menyebabkan peserta didik itu pesimis dan rendah diri.
D. Kesalahpahaman terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Kesalahpahaman terhadap BK dapat menjadikan anggapan yang keliru
tentang BK. Kesalahpahaman terhadap BK merupakan suatu kondisi di7mana
antara penyampaian dan penerima informasi tentang BK dalam mengartikan
informasi yang diterima mempunyai makna yang berbeda dari yang dimaksud
penyampaian informasi tentang BK yang sesungguh BK.
Tohirin (2009:258) menjelaskan : Munculnya persepsi negatif tentang
BK dan tudingan-tudingan miring terhadap guru BK antara lain disebabkan
ketidaktahuan akan tugas, peran, fungsi, dan tanggung jawab guru bimbingan
dan konseling baik oleh para guru mata pelajaran, pengawas, kepala sekolah,
dan madrasah, para siswa, dan orang tua siswa maupun oleh guru bimbingan
dan konseling itu sendiri. Selain itu, bisa disebabkan oleh tidak disusunnya
program bimbingan dan konseling secara terencana dan sistematis di sekolah
dan madrasah.
Sedangkan Prayitno & ErmanAmti (1994:122) mengungkapkan bahwa
kesalahpahaman terhadap BK pertama-tama perlu dicegah penyebarannya,
dan kedua perlu diluruskan apabila diinginkan agar gerakan pelayanan
bimbingan dan konseling pada umumnya dapat berjalan dan berkembang
dengan baik sesuai kaidah dan praktek penyelenggaraannya.
Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut kesalahpahaman terhadap BK
disebabkan karena ketidaktahuan tugas, peran, fungsi, tanggung jawab, dan
penyusunan program BK yang kurang terencana, serta kesalahpahaman
tersebut perlu dicegah penyebarannya agar pelayanan BK dapat berjalan
dengan baik. Kesalahpahaman terhadap BK dapat mengakibatkan seseorang
mempunyai anggapan yang keliru terhadap BK dan dapat menimbulkan tidak
berfungsinya program dan kegiatan BK di sekolah. Prayitno & Erman Amti
(1994:121) mengemukakan 15 kesalahpahaman terhadap BK, yaitu:
1) Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan
sama sekali dari pendidikan.
2) Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah.

8
3) Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses
pemberian nasehat.
4) Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah
yang bersifat insidental.
5) Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu
saja.
6) Bimbingan dan konseling melayani “orang sakit” dan/atau “kurang
normal”.
7) Bimbingan dan konseling bekerja sendiri.
8) Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain pasif.
9) Menganggap cpoemkemrijtaaton usbeirmbingan dan konseling
dapat dilakukan oleh siapa saja.
10) Pelayanan bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama
saja.
11) Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan
dokter atau psikiater.
12) Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera
dilihat.
13) Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien.
14) Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada
penggunaan instrumentasi bimbingan dan konseling (misalnya tes,
inventori, angket, dan alat pengungkap lainnya).
15) Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-
masalah yang ringan saja.

Selanjutnya Ramdzi (dalam Anas Salahudin 2010:229)


memaparkan kesalahpahaman BK dalam dunia pendidikan yaitu:
1) Bimbingan dan konseling hanya pelengkap kegiatan pendidikan.
2) Guru bimbingan dan konseling di sekolah adalah “polisi sekolah”.
3) Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk siswa tertentu saja.

9
Kesalahpahaman yang dijelaskan kedua tokoh tersebut
dapat disimpulkan bahwa kesalahpahaman terhadap BK yaitu BK
disamakan saja dengan atau dipisahkan dari pendidikan,konselor
dianggap polisi sekolah, BK dianggap prcoosmems ipt etmo ubeseriran
nasehat, dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat
insidental, untuk klien-klien tertentu saja, melayani “orang sakit”
dan/atau “kurang normal”, bekerja sendiri, konselor harus aktif,
sedangkan pihak lain pasif, menganggap pekerjaan BK dapat dilakukan
oleh siapa saja, berpusat pada keluhan pertama saja, menyamakan
pekerjaan BK dengan pekerjaan dokter atau psikiater, menganggap hasil
pekerjaan BK harus segera dilihat, menyamaratakan cara pemecahan
masalah bagi semua klien, memusatkan pada penggunaan instrumentasi
BK, dibatasi pada hanya menangani masalah yang ringan.
Kesalahpahaman terhadap BK jika dibiarkan terjadi dapat
mengakibatkan siswa menjadi salah paham dengan adanya BK di
sekolah, sehingga siswa beranggapan BK merupakan tempat siswa yang
bermasalah saja, BK sebagai polisi sekolah yang bertugas menghukum
siswa yang melakukan kesalahan, serta dapat mengakibatkan siswa
menjadi takut dengan guru BK. Hal tersebut tentunya dapat menghambat
tujuan pelayanan BK di sekolah yaitu memandirikan siswa dan
membantu siswa mengenali potensi yang dimiliki serta membantu
mengembangkan potensi siswa seoptimal mungkin.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkai
bagai kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan
kadang kadang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Beberapa ahli
menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung hati dari kegiatan
bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah satu
jenis layanan bimbingan.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam proses kegiatan
konseling di dalamnya sudah tersirat kegiatan bimbingan. Istilah bimbingan
dan konseling, sebagaimana digunakan dalam literatur profesional di
Indonesia merupakan terjemahan dari guidance and counseling dalam bahasa
Inggris.
Di dalam suatu kegiatan baik itu formal maupun non formal pasti akan
ada tujuannya. Begitu juga dengan Bimbingan dan Konseling. Tujuan dari
Bimbingan dan Konseling yaitu: Menurut Tohirin, tujuan Bimbingan dan
Konseling yaitu: memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap diri klien,
mengarahkan diri klien sesuai dengan potensi yang dimilikinya, mampu
memecahkan sendiri masalah yang dihadapi klien, dapat menyesuaikan diri
secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya
sehingga memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.

B. Saran
Dalam melakukan layanan bimbingan karir dapat di integrasikan dengan
kegiatan belajar mengajar. Dengan mengintegrasikan materi bimbingan
dengan materi pembelajaran. Guru sebaiknya dalam memilih dan
menggunakan media video yang berhubungan dengan karir disesuaikan
dengan karakteristik dan perkembangan siswa.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 1982. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama.


Jakarta: Golden Terayo Press.
Arifin, M. 1976. Pokok-pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Konseling
Penyuluhan Agama (di Sekolah dan di Luar Sekolah). Jakarta: Bulan
Bintang.
Deliani, N. 2018. Konsep (Kesalahpahaman) Bimbingan dan Konseling dalam
Pendidikan. Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam,111-126
Mulyadi. 2016. Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Grup
Media Prenada.

Anda mungkin juga menyukai