Disusun Oleh :
1. Azza Nur Laila (20220118016)
2. Juliyanto Puji Handoko (20220118035)
3. Khonif Ayu Cahyanti (20220118036)
4. Muhammad Basyaiban (20220118045)
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya dan perkembangan dunia
Pendidikan.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................2
A. Latar Belakang................................................................................................3
B. Rumusan masalah...........................................................................................3
C. Tujuan penulisan.............................................................................................3
D. Manfaat Penulisan...........................................................................................3
A. Orientasi Bimbingan Konseling......................................................................5
B. Lingkup Bimbingan Konseling.....................................................................11
KESIMPULAN........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................18
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari
pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan
bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus
berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada
hasil- hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Bimbingan dan konseling juga haruslah dikenalkan kepada setiap peserta
didik sejak dini dan karena layanan bimbingan dan konseling ini haruslah
diperkenalkan kepada saat yang tepat dan jangan sampai menjadi salah sasaran.
Dalam hal ini pula cakupan bimbingan dan konseling haruslah sesuai dengan apa
yang diharapkan dari tujuan bimbingan dan konseling ini. Karena dalam
kehidupan di sekolah sering terjadi pemahaman yang salah tentang bimbingan dan
konseling dimata para pendidik maupun peserta didik itu sendiri yang notabennya
menjadi objek kajian bimbingan dan konseling
Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang orientasi
dan ruang lingkup yang harus di capai bimbingan dan konseling, melalui tulisan
ini akan dipaparkan tentang orientasi atau pengenalan dan ruang ingkup
bimbingan dan konseling.
B. Rumusan masalah
a. Apa Orientasi Bimbingan dan Konseling ?
b. Apa Ruang Lingkup Bimbingan Konseling ?
C. Tujuan penulisan
a. Untuk mengetahui Orientasi Bimbingan dan Konseling
b. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Bimbingan Konseling
D. Manfaat Penulisan
a. Manfaat Teoritis
3
a. Penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah dan
yang berkepentingan.
b. Manfaat Praktis
penting.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti pendapat Surya (1988) mengutip pendapat Crow & Crow (1960)
menyatakan bahwa: Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang
baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan
yang memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya
mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan
memikul bebannya sendiri. 1
Sementara konseling menurut Mortensen
(1964)menyatakan bahwa “Konseling merupakan proses hubungan antarpribadi
dimana orang yang satu membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman
dan kecakapan menemukan masalahnya.” 2
Jadi konseling adalah proses
pemberian pandangan seseorang kepada orang lain dengan tujuan agar orang
tersebut lebih mampu memahami masalah yang sedang dihadapinya. Sementara
arti bimbingan konseling sendiri adalah proses pemberian bantuan berupa
tuntunan dan pemberian
1
Tohirin. (2011). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Integrasi). Jakarta: PT. Grafindo Persada. Hal. 17
2
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), hal.
5
22
6
pendapat ataua pandangan dari seorang konselor kepada seseorang agar dapat
lebih memahami suatu masalah serta dapat mengambil keputusan yang tepat.
Jika berbicara orientasi berarti kita sedang berbicara sudut pandang atau
titik berat. Sebagai contoh di sebuah desa dengan orientasi pendidikan, maka
dalam desa tersebut akan melihat strata pendidikan seseorang untuk menentukan
kehormatannya dalam masyarakat desa tersebut.
1. Orientasi Perseorangan
3
Sukardi, D. K., & Kusmawati, D. N. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling Di Sekolah.
7
Jakarta: Rineka Cipta, Hal. 56
8
mengutamakan individu dan kelompok atau kelas adalah faktor yang mampu
berpengaruh dalam hal tertentu pada individu. Dengan begitu, maka kelompok
atau kelas dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan individu
tersebut.
Menurut pendapat Prayitno dan Erman (2004, hal. 234) ada sejumlah kaidah
yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam bimbingan dan konseling dapat
dicatat sebagai berikut :
c. Setiap klien harus diterima sebagai indvidu dan harus ditangani secara
individual ( Rogers, dalam McDaniel,1956).
2. Orientasi Perkembangan
9
4
Prayitno, H., & Amti, E. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Hal, 234
1
0
kata lain, peranan bimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan-
kemudahan bagi gerak individu menjalani alur perkembangannya. Pelayanan
bimbingan dan konseling berlangsung dan dipusatkan untuk menunjang
kemampuan intern individu bergerak menuju kematangan dalam
perkembangannya. Ivey dan Rigazio Digilio (dalam Mayers,1992) menekankan
bahwa :
Orientasi perkembangan justru merupakan ciri khas yang menjadi inti gerakan
bimbingan. Perkembangan merupakan konsep inti dan terpadukan,serta menjadi
tujuan dari segenap layanan bimbingan dan konseling. Selanjutnya ditegaskan
bahwa, praktek bimbingan dan konseling tidak lain adalah memberikan
kemudahan yang berlangsung perkembangan yang berkelanjutan.
Permasalahannya yang dihadapi oleh individu harus diartikan sebagai
terhalangnya perkembangan, dan hal itu semua mendorong konselor dan klien
bekerjasama untuk menghilangkan penghalang itu serta memperngaruhi lajunya
perkembangan klien.
11
adalah menangani hambatan-hambatan perkembangan itu
12
3. Orientasi Permasalahan
1. Perkembangan jasmani dan kesehatan (PJK) Masalah ini biasanya terjadi pada
individu yang memiliki masalah pada gaya hidupnya. Mereka yang memiliki gaya
hidup yang buruk cenderung memiliki masalah pada kesehatan tubuhnya. Masalah
ini biasanya terjadi pada usia-usia lanjut, namun dewasa ini juga banyak yang
masih terlihat muda yang memiliki masalah kesehatan yang serius.
3. Kegiatan sosial dan reaksi (KSR) Manusia adalah individu yang akan selalu
berhubungan dengan individu lainnya. Dan sebagai makhluk sosial, hubungan
tidak selalu berjalan baik. Masalah ini biasa terjadi pada suatu kelompok
masyarakat.
13
5. Hubungan sosial kejiwaan (HSK) Kejiwaan merupakan bagian dari individu
yang tidak bisa terlepaskan. Jika kejiwaan seseorang sedang terganggu, maka
secara otomatis pribadi tersebut bermasalah. Sosial kejiwaan adalah masalah
kejiwaan yang diakibatkan karena hubungan sosial yang tidak baik. Ini biasanya
sangat berkaitan dengan faktor lingkungan
7. Moral dan agama (MDA) Manusia selalu butuh kepercayaan atau agama.
Namun terkadang agama memerlukan penjelasan lebih. Dan sesuatu yang
menimbulkan ketidakpahaman itu biasanya menimbulkan masalah.
8. Keadaan rumah dan keluarga (KRK) Masalah ini meliputi tentang urusan
rumah tangga, seperti masalah anak atau istri.
9. Masa depan pendidikan dan pekerjaan (MPP) Setiap individu yang sedang
sekolah atau universitas, ketika sudah menyelesaikan belajarnya pasti punya
rencana kedepan. Namun terkadang mereka juga bingung tentang masa depan
tersebut. Kebingungan ini yang menimbulkan masalah.
10. Penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah (PTS) Sekolah atau kuliah pastilah
memiliki tugas-tugas yang harus dikerjakan. Namun terkadang tugas itu memiliki
kendala yang tak terduga.
5
Prayitno, H., & Amti, E. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Hal, 234
14
B. Lingkup Bimbingan Konseling
Pelayanan bimbingan konseling merupakan peranan yang paling penting,
bagi individu yang berada di lingkungan sekolah, keluarga ataupun
masyarakat. Oleh karena itu, sebagaimana pendapat Abu Bakar M.
Ludddin(2010:29) ruang lingkup bimbingan konseling terbagi menjadi 2 (dua)
bagian yaitu sebagai berikut:
Ketiga, bidang kesiswaan yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi dan
kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara individu agar
masing-masing peserta didik dapat berkembang sesuai dengn bakat, potensi
dan minatnya. Dan bidang ini dikenal sebagai bidang pelayanan bimbingan
dan konseling.
15
dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu dari segi fungsi, segi sasaran, segi
layanan dan segi masalah.(Sukardi & Kusmawati, 2008, hal. 9)6
b. Segi Sasaran
6
, Prayitno, H., & Amti, E. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Hal, 234
16
c. Segi Pelayanan
a) bidang pendidikan;
b) bidang belajar;
c) bidang sosial;
d) bidang pribadi;
e) bidang karir;
17
4) Dukungan sistem, adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan
memantapkan, memelihara dan meningkatkan progam bimbingan secara
menyeluruh.
d. Segi Masalah Ditinjau dari segi masalah yang dihadapi oleh siswa, bimbingan
di sekolah mencangkup 4 bidang yaitu:
7
Luddin, A. B. (2010). Dasar-dasar Konseling. Bandung: Citapustaka Media Perintis. Hal. 31
19
Adapun fungsi layanan bimbingan dan konseling di masyarakat sebagai berikut:
8
https://www.kompasiana.com/sutirna/63116ca608a8b53ff86c8432/pentingnya-layanan-bimbingan-dan-
konseling-di-masyarakat
20
KESIMPULAN
1. Orientasi Perseorangan
2. Orientasi Perkembangan
3. Orientasi Permasalahan
21
DAFTAR PUSTAKA
Tohirin. (2011). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi)
Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Sukardi, D. K., & Kusmawati, D. N. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling Di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta.
Prayitno, H., & Amti, E. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta.
https://www.kompasiana.com/sutirna/63116ca608a8b53ff86c8432/pentingnya-layanan-
bimbingan-dan-konseling-di-masyarakat
22