Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD

PENDEKATAN DAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN


KONSELING

Disusun Oleh Kelompok 1:

1. Wahu Aknesia 204220101


2. Febra Marcanda 204220169
3. Azza Arkan Naupal 204220256

Dosen Pengampu :

Candres Abadi, M.Pd. Kons.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Pendekatan dan Perkembangan dalam Bimbingan
Konseling” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
yang diberikan oleh bapak Candres Abadi, M.Pd., Kons. Selaku dosen
pembimbing pada mata kuliah Bimbingan dan Konseling di SD pada Progran
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Terimakasih kami ucapkan kepada anggota
kelompok kami yang telah bekerjasama dalam pembuatan makalah tepat pada
waktunnya.

Kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan di


dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sekalian demi kesempurnaan pembuatan
makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Lubuklinggau, 29 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................................................i

Kata Pengatar....................................................................................................................ii

Daftar Isi.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Pengertian Pendekatan Bimbingan Konseling...................................................3


B. Perkembangan dalam Bimbingan Konseling......................................................4
C. Macam-Macam Pendekatan Bimbingan Konseling...........................................6

BAB III PENUTUP...........................................................................................................14

A. Kesimpulan.............................................................................................................14
B. Saran.......................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia pasti pernah memiliki kesulitan dan masalah hidup


dalam setiap langkah perjalananya, baik masalah yang mudah diatasi maupun
yang sulit diatasi. Rata-rata permasalahan yang dihadapi itu akan dibicarakan
dengan keluarga, guru atau teman bahkan ahli agama, walaupun tidak semua
dapat meyelesaikannya. Terkadang manusia pernah berada pada posisi
dimana dihadapkan pada lebih dari satu masalah dalam waktu yang
bersamaan sehingga banyak yang mengalah pada keadaan dan terpuruk dalam
keputusasaan.

Dalam kondisi itu perlu adanya proses pemulihan dengan bantuan


bimbingan konseling. Bimbingan konseling ini merupakan langkah efektif
yang dapat digunakan oleh setiap individu yang memiliki satu atau banyak
masalah. Karena konseling merupakan bantuan untuk menuntaskan masalah
dalam bentuk tatap muka antara dua individu yang terdiri dari pemberi
konseling yang memiliki bakat dan memenuhi kualifikasi yang disyaratkan
dengan seorang konseli yang menghadapi masalah. Proses bimbingan
konseling ini dimaksudkan agar konselor dapat membantu mengarahkan
konseli untuk memecahkan masalah yang dihadapinnya sehingga konseli
dapat kembali menata hidupnya dan berkembang kearah yang lebih baik.

Pada proses Bimbingan konseling, seorang konselor harus dapat


menggunakan pendekatan pendekatan yang tepat terhadap konseli sehingga
dapat membantu mengatasi masalah dengan cepat dan tepat tanpa menemui
hambatan apapun. Dalam proses penanganan masalah konseli tentu seorang
konselor akan menggunakan pendekatan yang berbeda-beda disesuaikan
dengan tingkat permasalahan yang diahadapi klien itu sendiri. Untuk itu pada
makalah ini akan kami uraikan tentang berbagai pendekatan bimbingan
konseling.

1
2

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa pengertian pendekatan bimbingan konseling?
2. Bagaimana cara mengetahui atau melihat perkembangan dalam bimbingan
konseling?
3. Apa saja macam-macam pendekatan bimbingan konseling?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah makalah ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan bimbingan konseling
2. Untuk mengetahui perkembangan dalam bimbingan konseling
3. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan bimbingan konseling
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Bimbingan Konseling

Pendekatan diambil dari kata dalam Bahasa Inggris yaitu Approach


dimana salah satu arti dari kata Approach ini adalah “Pendekatan”. Dalam arti
yang lebih luas pendekatan dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi
mengenai cara atau strategi dalam segala hal. Sedangkan dalam Bahasa
Indonesia, menurut Depdikbud (1990: 180) Pendekatan artinya cara, proses,
perbuatan mendekati (hendak berdamai, bersahabat dan sebagainya).

Bimbingan secara harfiah berasal dari bahasa Inggris yaitu guidance,


akar katanya adalah guide yang berarti: (1) mengarahkan (to direct), (2)
memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer).
Istilah bimbingan sering kali dirangkai dengan konseling. Konseling secara
etimologis berasal dari bahasa Latin, yaitu consilium yang berarti ‘dengan’
atau ‘bersama’ yang dirangkai dengan ‘menerima’ atau ‘memahami’. Istilah
counseling sendiri dalam KBBI diartikan sebagai (1) pemberian bimbingan
oleh yang ahli kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis dan
sebagainya; pengarahan; (2) pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli
sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri
meningkat dalam memecahkan berbagai masalah; penyuluhan.

Yang di maksud bimbingan dan konseling adalah suatu proses


bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sitematis, yang dilakukan
oleh seorang ahli yang telah mendapatkan latihan khusus untuk itu, dengan
tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat
mengarahkan dan menyesuiakan diri dengan lingkungan untuk
mengebangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya
dan kesejahteraan masyarakat.

Pendekatan dalam bimbingan konseling atau pendekatan konseling


juga dikenal dalam istilah asing yaitu “Counseling Approach” atau dikenal

3
4

dengan teori konseling adalah dasar bagi suatu praktek konseling. Pendekatan
itu dirasakan penting karena jika dapat dipahami berbagai pendekatan atau
teori-teori konseling, akan memudahkan dan menentukan arah proses
konseling. Akan tetapi, untuk kondisi Indonesia memilih pendekatan salah
satu atau fanatik tidaklah bijaksana. Hal ini disebabkan suatu pendekatan
konseling biasanya dilatar belakangi oleh paham filsafat tertentu mungkin
saja tidak sesuai sepenuhnya dengan faham filsafat di Indonesia.

B. Perkembangan dalam Bimbingan Konseling


Menurut Melik Budiarti didalam bukunya yang berjudul Bimbingan
Konseling Di Sekolah Dasar (2020:30) mengungkapkan bahwa
perkembangan bimbingan dan konseling dapat dilihat dari model pelaksanaan
dan orientasi layanannya. Model layanan bimbingan konseling dapat
dipahami sebagai arahan kerja dan orientasi pencapaiannya. Ada beberapa
pengelompokan dalam model bimbingan konseling, antara lain:
1. Model Bimbingan Periode Awal
Mencocokkan karakteristik individu dengan dunia pekerjaan
(kemampuan dan minat). Asumsinya adalah apabila individu bekerja
sesuai dengan karakteristik kemampuan dan minat yang dimilikinya,
pekerjaannya akan menjadi lebih baik. Artinya adalah individu tersebut
akan menikmati pekerjaannya, perusahaan dan masyarakat juga
diuntungkan karena menghasilkan pekerjaan yang lebih baik. Oleh sebab
itu, pendidikan dan bimbingan tujuannya sama yaitu mencapai kehidupan
yang efektif dalam berbagai aspek kesehatan, aspek mental,
kewarganegaraan, penggunaan waktu dan etika.
2. Model Bimbingan Periode Pertengahan
Bimbingan konseling pada periode ini orientasi layanannya adalah
membantu memecahkan problematika dan pengambilan keputusan peserta
didik, sifatnya directive. Dalam upaya memecahkan masalah harus
dilakukan secara efisien, efektif dan ekonomis, model ini menekankan
pada konselor atau pembimbing dalam menggunakan metode-metode
ilmiah secara obyektif. Jadi model ini hanya akan melakukan bimbingan
apabila peserta didik membutuhkan bantuan saja atau berfungsi sebagai
5

penyembuhan terhadap permasalahan bukan sebagai bentuk/usaha prevetif


pada peserta didik, selain itu selama proses bimbingan konseling perlu
memperhatikan keseluruhan aspek-aspeknya dengan kata lain proses
bimbingan dan konselingdilakukan dengan memadukan barbagai model
yang ada.
3. Model Bimbingan Kontemporer
Meliputi model perkembangan, model ketrampilan hidup dan
model religius. Pada model perkembangan dijelaskan bahwa setiap peserta
didik membutuhkan bimbingan yang utuh dan menyeluruh selama tahap
perkembangannya karena beberapa alasan dibawah ini:
1) Kebutuhan individu untuk memahami diri
2) Kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
3) Kebutuhan memiliki wawasan dan orientasi kondisi saat ini dan di masa
mendatang
4) Kebutuhan untuk mengembangkan potensi pribadi
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa landasan dan prinsip
bimbingan dan konseling perkembangan antara lain kebutuhan peserta
didik akan layanan bimbingan konseling, proses pelaksanaan yang bersifat
komprehensif, dan tujuan pelaksanaannya adalah perkembangan peserta
didik secara optimal agar bermakna bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Model berikutnya adalah model pengembangan pribadi melalui
pendidikan. Pada model ini fokus bimbingan konseling adalah fokus
pendidikan. Oleh karena itu, hanya ada satu orang yang mampu membawa
peserta didik pada perkembangan optimalnya, yaitu pendidik atau guru.
Dengan demikian pendidikan dan bimbingan konseling merupakan dua
buah pendekatan yang saling berhubungan, komplementer dan kolaboratif.
Model yang terakhir adalah model konseling religius. Tujuannya
adalah membantu peserta didik membangun jati diri sebagai hamba Allah
sehingga peserta didik selalu beramal saleh, baik secara individual maupun
sosial demi mencapai kebhagiaan hidup yang hakiki. Dari ketiga model
tersebut membentuk bimbingan konseling yang utuh & menyeluruh karena
6

didalamnya memberikan aspek baik pekerjaan, pendidikan, pribadi dan


sosial.
C. Macam-Macam Pendekatan Bimbingan Konseling

Pendekatan-pendekatan dalam bimbingan konseling diambil sesuai


dengan karakteristik permasalahan dan ruang lingkup bimbingan konseling
yang ditangani. Dan menurut Wiwik Dyah Aryani, dkk didalam jurnalnya
yang berjudul Ragam Pendekatan Bimbingan Konseling (2022:4-9)
mengemukakan sebelas pendekatan bimbingan konseling secara umum yaitu:

1. Pendekatan Psikoanalisis
Dikembangkan oleh tokoh bernama Sigmund Freud (1856-1939),
dimana pendekatan psikoanalisis ini memiliki teori struktur kepribadian
yang terdiri dari 3 system yaitu “Id, Ego, dan Superego”. Id, merupakan
system utama kepribadian dan sumber utama dan merupakan penggerak
ego dan superego yang erat kaitan nya dengan aktivitas jasmani. Ego,
berfungsi sebagai eksekutif yang mengatur, mengontrol Id dan superego
dan meregulasi kepribadian untuk mengesksekusi kebutuhan pada dunia
nyata. Superego, merupakan wewenang moral dari kepribadian dan
perwujudaninternal dari nilai nilai dan prinsip moral dan cita cita
tradisional masyarakat. System Id, Ego dan Superego saling berinteraksi,
jika ego gagal menyalurkan kehendak Id menurut batasan realita dan nilai
nilai moral, ia kan dihukum dengan kecemasan. Menurut Freud terdapat
tiga kecemasan yang dapat di alami individu yaitu kecemasan realitas,
kecemasan moral, dan kecemasan neurotic.
2. Pendekatan Eksistensial Humanistik
Pendekatan Eksistensial Humanistik adalah pendekatan yang
dikembangkan oleh viktor prank dan Abraham Maslow, Berfokus pada
sifat dan kondisi manusia dimana Hakikat konselingnya menekankan
renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia. Terapi eksistensial
bertujuan agar klien mengalami keberadaan secara otentik dengan menjadi
sadar atas keberadaan dan potensipotensi serta sadar bahwa ia dapat
membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Tujuan terapi
7

eksistensial humanistik adalah meluaskan kesadaran diri klien, dan


karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas
dan bertanggungjawab atas arah hidupnya. Terapi eksistensial juga
bertujuan membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan
sehubungan dengan tindakan memilih diri dan menerima kenyataan bahwa
dirinya lebih dari sekedar korban kekuatan-kekuatan deterministik di luar
dirinya.
3. Pendekatan Person Cintered Counseling
Dikembangkan oleh Carl Rogers pada tahun 1940-an, semula
pendekatan ini bernama non-dirictive counseling yang hadir sebagai reaksi
kontra terhadap pendekata psikoanalisis yang bersifat direktif dan
tradisional. Pada tahun 1951Rogers merubah nama pendekatannya
menjadi Client-dirictive theraphy (Pemusatan terapi pada diri klien)
dimana memberikan kebebasan kepada konseli untuk mengungkapkan
perasaan nya lebih jauh lagi. Perkembangan selanjutnya yaitu pada tahun
1957-1970-an yang menekankan pada pentingnya pemenuhan syarat untuk
memulai suatu terapi. Dan perkembangan terakhir dimulia pada tahun
1980-an sampai pada tahun 1990-an yang berubah nama kembali menjadi
Person Cintered Therapy yang disesuaikan dengan aplikasinya untuk
semua pribadi menurut pandangan humanistic dan eksistensialisme.
4. Pendekatan Behavioral
Dikembangkan oleh Albert Bandura pada tahun 1970-an tokoh
lainya yang membantu adalah Skinner. Konseling behavior muncul
sebagai kekuatan utama dalam psikologi dan memiliki pengaruh yang
berarti dalam pendidikan, psikologi, psikoterapi, psikiatri, dan kerja sosial.
Hakikat konseling menurut behavioral adalah proses membantu orang
dalam situasi kelompok belajar tertentu dalam menyelesaikan masalah-
masalah interpersonal, emosional dan pengambilan keputusan dalam
mengontrol kehidupan mereka sendiri untuk mempelajari tingkah laku
baru yang sesuai. Prosedur konseling dalam pendekatan behavior adalah
penyusunan kontrak, asesmen, penyusunan, tujuan, implementasi, startegi
dan evaluasi perilaku. Dengan prosedur konseling tersebut maka orientasi
8

konseling behavior adalah pada pengubahan tingkah laku yang maladatif


menjadi adaptif.
5. Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Diciptakan dan dikembangkan oleh Albert Ellis pada tahun1955,
Ellis adalah seorang psikoterapis yang terinspirasi oleh ajaran-ajaran filsuf
Asia, Yunani, Romawi dan modern yang lebih mengarah pada teori belajar
kognitif. Teori REBT dari Ellis merupakan filsafat rasional yang
diekspresikan lewat beberapa tingkah laku dalam bentuk tingkah laku
emosional neurotik Manusia dapat menyusun kembali pemikiran
rasionalnya, yang dikuti selanjutnya dengan pola tingkah laku. Konselng
rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi
dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah
laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh
konselor dan klien.
6. Pendekatan Gestalt
Dikembangkan oleh Federick Pearls yang dibantu oleh laura
Pearls. Dalam teori Gestlat Manusia dipandang memiliki kesanggupan
memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi
yang terpadu. Konseli terdorong ke arah keseluruhan dan integrasi
pemikiran perasaan serta perilaku. Pandangannya anti deterministik dalam
arti individu dipandang memiliki kesanggupan untuk menyadari
bagaimana pengaruh masa lampau berkaitan dengan kesulitan-kesulitan
sekarang. Konseling Gestalt membantu konseli agar berani mengahadapi
berbagai macam tantangan maupun kenyataan yang harus dihadapi.
Tujuan ini mengandung makna bahwa konseli haruslah dapat berubah dari
ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri,
dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya.
7. Pendekatan Analisis transaksional
Dikembangkan oleh Eric berneu pada tahun 1910-1970. Analisis
Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang
menekankan pada hubungan interaksional. Transaksional maksudnya ialah
hubungan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Adapun hal
9

yang dianalisis yaitu meliputi bagaimana bentuk cara dan isi dari
komunikasi mereka. Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan apakah
transaksi yang terjadi berlangsung secara tepat, benar dan wajar. Bentuk,
cara dan isi komunikasi dapat menggambarkan apakah seseorang tersebut
sedang mengalami masalah atau tidak (Gantina, 2011: 30). Pendekatan ini
memiliki Struktur Ego yang terdiri dari 3 jenis ego, yaitu
a) Ego orang tua. Terdapat dua jenis ego orang tua, yaitu sebagai berikut:
1) Orangtua yang membimbing, yakni empatik dan penuh
pengertian,peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain,serta
menilai dan memberi batasan benar dan salah yang tegas
2) Orangtua yang mengkritik, hal ini cenderung mengkritik dan
menggurui. Nada suara tinggi dan keras, sering mengatakan “Tidak,
Jangan” biasanya kalau bicara sambil menunjuk
b) Ego dewasa. Ciri-cirinya berpikir logis berdasarkan fakta-fakta yang
obyektif dalam mengambil keputusan, nalar, tidak emosional dan
bersifat rasional. Kata-kata yang ditampilkan netral diplomatis, jelas
dan tidak tergesa-gesa. Ekspresi wajah tenang dan nada suara datar
c) Ego Anak anak. Ada 3 jenis ego anak anak yaitu
1) Anak yang alamiah (spontan mengungkapkan perasan dan
keinginan nya baik positif /negatif.)
2) Profesor kecil, menunjukkan kebijaksanaan. Ciri-cirinya adalah
egosentris, manipulatif, dan kreatif.
3) Anak yang menyesuaikan diri. Melakukan penyesuaian diri terdapat
ego orangtua yang dimainkan orang lain. Jenis ego state anak yang
menyesuaikan diri adalah anak yang penurut dan anak yang
pemberontak.
8. Pendekatan Konseling Realitas
Dikembangkan oleh William Glasser pada tahun 1962. Terapi
Realitas muncul dari ketidakpuasan Glasser terhadap psikiatri
psikoanalitik yang menitik berakkan fokus pada masa lalu. Terapi realitas
adalah system yang difokuslan pada tingkah laku sekarang. Menurut
Glasser ketika identtas sukses. tepat. kebutuhannya, orang tersebut
10

Pencaparan identitas sukses ini terkait pada konsep 3R, yattu keadaan telah
mencapai dimana mdividu dapat menerima kondisi yang dihadapinya,
dicapai dengan menunjukkan fotal behavior (perilaku total), yakni
tmdakan (acting), pikiran (thingking), perasaan (feeling), dan fisik
(physiology) secara bertanggungjawab (responsibility), sesuatu realita
(reality), dan benar (right), adapun konsep 3R yaitu:
a). Tanggung jawab (Responsibility); Merupakan kemampuan individu
untuk memenuhi kebutuhannya tanpa harus merugikan orang lain.
b). Kenyataan (Reality); Merupakan kenyataan yang akan menjadi
tantangan bagi individu untuk memenuhi kebutuhanya. Setiap individu
harus memahami bahwa ada dunia nyata, dimana mereka harus memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dalam rangka mengatasi masalahnya. Realita yang
dimaksud adalah sesuatu yang tersusun dari kenyataan yang ada dan apa
adanya.
c). Kebenaran (Right); Merupakan ukuran atau norma-norma yang
diterima secara umum, sehingga tingkah laku dapat diperbandmgkan.
Individu yang melakukan hal ini mampu mengevaluasi diri sendiri bila
melakukan sesuatu melalui perbandingan tersebut ia merasa nyaman bila
mampu bertingkah laku dalam tata cara yang diterima secara umum.
9. Pendekatan Naratif Konseling
Terapi dikembangkan oleh Michael White dan David Epson pada
tahun 1990. Terapi naratif mempunyai pandangan konstruktionist sosial,
naratif, postmodern yang menyoroti bagaimana kekuatan,pengetahuan
dalam keluarga dan kebenaran serta sosial lainya. Hakikat konseling
naratif ini adalah untuk menekankan konselor untuk mendengarkan tanpa
menghakimi atau menyalahkan, menengaskan dan menghargai konseli.
Konselor naratif melakukan upaya tanpa memaksakan sistem nilai mereka
dan interpretasi. Berdasarkan konsep perilaku manusia, prinsip kerja
konseling berdasarkan konseling naratif ini didasarkan atas asumsi sebagai
barikut:
a) Perspektif Naratif berfokus pada kemampuan manusa untuk berpikir
kreatif dan imajinatif Praktisi Naratif tidak pernah menganggap bahwa
11

ia tahu lebih banyak tentang kehidupan klien daripada yang mereka


lakukan.
b) Klien adalah penafsir utama pengalaman mereka sendiri.
c) Praktsi Naratif melihat orang sebagai agen aktif yang mampu
memperoleh makna keluar dari duna pengaaman mereka.
10. Pendekatan SFBC/SFBT

Dikembangkan oleh Steve de Shazer didukung oleh Insoo kim


Berg. Pendekatan ini merupakan terapi singkat yang berfokus solusi.
Prinsip dasar dari terapi ini berfokus solusi sebagai berikut: Manusia pada
dasarnya sehat, memiliki kekuatan atau kelebihan. Insoo Kim Berg dan
Steve de Shazer mengatakan bahwa kekuatan-kekuatan tersebut aktif
dalam membantu klien/manusia menangani situasi mereka. Masalahnya
bukan pada klien tidak dapat menyelesaikan masalahnya tanpa pelatihan
tambahan atau kepatuhan terhadap pandangan/nasihat konselor tentang
masalah tersebut. Melainkan kekuatan yang melekat pada mereka lah yang
pada akhirnya akan mereka gunakan dalam memecahkan masalah.

a) Manusia memiliki kemampuan (kompetensi)

b) Manusia memilki keberdayaan (kapasitas) untuk membangun solusi

c) Manusia tidak terpaku pada masalah tetapi berfokus pada solusi

d) Perubahan terjadi sepanjang waktu

e) Manusia tidak bisa mengubah masa lalunya.

11. Pendekatan Feminst

Pendekatan Feminst adalah terapi konseling yang berfokus pada


isu gender dan kekuatan (power) sebagai inti dari proses terapi.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Mary Putman Jacobi pada tahun 1960.
Hakikat manusia menurut teori Feminst ini adalah bahwa perempuan dan
laki laki bersosialisasi dengan cara yang berbeda. Ekspektasi peran gender
sangat berpengaruh besar pada laki laki dan perempuan. Femininitas
12

adalah kebalikan dari kekuatan, asertivitas dan kompeten, sedangkan


maskulinitas adalah kebalikan dari rasa takut, ketergantungan
emosionalitas atau kelemahan.

Sedangkan Melik Budiarti didalam bukunya yang berjudul Bimbingan


Konseling Di Sekolah Dasar (2017:32) mengungkapkan penjelasannya
mengenai pendekatan-pendekatan bimbingan konseling yaitu sebagai berikut:

1. Pendekatan Krisis, dipengaruhi oleh teori Psikoanalisa (sumber masalah


ada di masa lalunya), bimbingan konseling sifatnya pasif karena hanya
menunggu peserta didik bermasalah untuk dibantu di dalam memecahkan
masalahnya saja. Jadi pendekatan ini hanya berorientasi pada penyelesaian
krisis saja.
2. Pendekatan Remedial, di pengaruhi oleh teori Behavioristik (dalam
memahami perilaku sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan
sosialnya). Pendekatan ini mengarahkan pada perbaikan kesulitan dalam
bentuk mengoptimalkan kelemahan peserta didik. Jadi fokus kegiatan
layanan hanya untuk memecahkan permasalahan yang terjadi sehingga
layanan hanya bagi peserta didik yang membutuhkan.
3. Pendekatan Preventif, konsep pada pendekatan ini adalah upaya
pencegahan atau antisipasi terjadinya permasalahan pada peserta didik.
Jadi fokus dari bimbingan. konselingnya adalah bagaimana pembimbing
mengajarkan pengetahuan dan ketrampilan untuk mencegah munculnya
permasalahan.
4. Pendekatan Perkembangan, pola bimbingan konseling perkembangan
memiliki kegiatannya yang lebih kompleks dan menyeluruh dengan visi
educatif, pengembangan dan menyeluruh. Fungsi edukatif menekanan
pada upaya pencegahan dan pengembangan. Outrech artinya bimbingan
konseling diberikan kepada semua peserta didik. Kelebihan pendekatan
ini:
1) Orientasi bimbingan konseling pada perkembangan fisik, ekologi dan
psikologi
13

2) Pelaksanaannya melibatkan orang tua, guru dan semua pihak sekolah


sehingga lebih efektif
3) Mengintegrasikan berbagai pendekatan dan lintas budaya
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pengertian pendekatan bimbingan konseling yang telah


dikemukakan pada bab pembahasan, maka dapat diambil pemahaman bahwa
pendekatan konseling adalah usaha cara atau proses yang dilakukan oleh
konselor kepada konseli untuk mengembangkan potensi dan mengatasi
masalah yang dimiliki konseli. Pendekatan dalam bimbingan konseling
adalah dasar bagi suatu praktek konseling. Pendekatan itu dirasakan penting
karena jika dapat dipahami berbagai pendekatan atau teori-teori konseling,
akan memudahkan dan menentukan arah proses konseling. Perkembangan
bimbingan dan konseling dapat dilihat dari model atau rencana pelaksanaan
pendekatan yang dilakukan. Model layanan bimbingan konseling dapat
dipahami sebagai arahan kerja dan orientasi pencapaiannya.

Dan sebagaimana telah diuraikan pada bab pembahasan, terdapat


beberapa pendekatan bimbingan konseling yang dapat digunakan sebagai
metode dalam proses bimbingan dan konseling yang dapat membantu guru
yang bertindak sebagai konselor agar memberikan metode bimbingan dan
terapi yang tepat bagi siswa sebagai konselinya. Dan dari beberapa
pendekatan tersebut, menurut penulis pendekatan yang bias diterapkan
kepada anak sekolah dasar dan sering dilakukan oleh guru disekolah dasar
adalah:

1. Pendekatan Krisis, bimbingan konseling sifatnya pasif karena hanya


menunggu peserta didik bermasalah untuk dibantu di dalam memecahkan
masalahnya saja.
2. Pendekatan Remedial, pendekatan ini mengarahkan pada perbaikan
kesulitan dalam bentuk mengoptimalkan kelemahan peserta didik.
3. Pendekatan Preventif, konsep pada pendekatan ini adalah upaya
pencegahan atau antisipasi terjadinya permasalahan pada peserta didik.

14
15

4. Pendekatan Perkembangan, pola bimbingan konseling perkembangan


memiliki kegiatannya yang lebih kompleks dan menyeluruh dengan visi
edukatif, pengembangan dan menyeluruh.

B. Saran
Dunia bimbingan konseling memilih berbagai macam pendekatan
yang dapat dijadikan acuan dasar pada semua praktek konseling. Guru
memiliki kewajiban untuk memahami berbagai pendekatan yang ada dalam
konseling. Karena tidak bisa disangkal lagi bahwa pendekatan bimbingan
konseling merupakan landasan dasar terbentuknya konseling yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Aryani, Wiwik Dyah, dkk. 2022. Ragam Pendekatan Bimbingan Konseling.


Program Pascasarjana Pendidikan Agama Islam Universitas Islam
Nusantara (jurnal hal 4-8)

Budiarti, Melik. 2017. Bimbingan Konseling Di Sekolah Dasar. Magetan: CV. AE


MEDIA GRAFIKA

Lestari, Myrna Apriany. 2020. Bimbingan Konseling di Sd (Mendampingi Siswa


Meraih Mimpi). Yogyakarta: DEEPUBLISH (Grup Penerbitan CV
Budi Utama)

16

Anda mungkin juga menyukai