Disusun oleh :
Indah Suraya : 20862081069
Nadiatul Amalia : 20862081072
Retno Tri Anjani : 20863081117
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat nikmat, taufik dan
hidayah-Nya serta kepada kita, sehingga dapat menyusun makalah ini dalam keadaan sehat
wal afiat.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada penganut agama islam yakni
nabi besar Muhammad Saw. Yang membawa dunia ini dari zaman kegelapan menuju zaman
terang benderang yaitu agama islam.
Kami sadar, bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan. Untuk itu
kami kami meminta maaf apabila ada kekurangan. Kami sangat mengharapkan kritik dan
saran guna meningkatkan kualitas penulis makalah selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Latar Belakan Bimbingan dan Konseling
2.2. Definisi Bimbingan dan Konseling
2.3. Tujuan, asas dan fungsi Bimbingan dan Konseling
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Latar Belakang Bimbingan dan Konseling
Sampai awal abad 20 belum ada konselor di sekolah, pada saat itu pekerjaan konselor
masih ditangani oleh para guru, gerakan bimbingan di sekolah mulai berkembang
sebagai sebagai dampak dari revolusi industri dan keberagaman latar belakang para
siswa yang masuk ke sekolah negeri. Pada tahun 1898 Jasse B. Davis seorang konselor di
Detroit mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA, pada
tahun 1907 ia memasukkan program bimbingan di kelas tersebut. Frank Person yang
dikenal sebagai “Father of The Guidance Movement in America Education”mendirikan
biro pekerjaan pada tahun 1908 di Boston yang bertujuan membantu pemuda dalam
memilih karier yang didasarkan atas proses secara ilmiah dan melatih guru untuk
memberikan pelayanan sebagai konselor.
Pada tahun 1993 pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah tidak jelas, dan
parahnya lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahabat
dengan BP, karena muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak yang
bermasalah. Hingga kemudian lahirnya sk Menpan No. 83/1993 tentang jabatan
fungsional guru dan angka kreditnya yang didalamnya termuat aturan tentang bimbingan
dan konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut
melalui SK Mendikbud No. 024/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional
guru dan angka kreditnya. Dalam SK Mendikbud ini, istilah bimbingan dan konseling di
sekolah dan dilaksanakan oleh guru pembimbing. Disinilah pola pelaksanaan bimbingan
dan konseling di sekolah mulai jelas.
Sesungguhnya bimbingan dan konseling telah lama dikenal di Indonesia, hanya saja
berbeda dalam pendekatannya. Dengan diadakannya Konferensi FKIP seluruh Indonesia
yang berlangsung di Malang telah diputuskan bahwa bimbingan dan konseling
dimasukkan dalam kurikulum FKIP. Dengan diadakannya bermacam latihan jabatan oleh
yang berwenang tersebut, menunjukkan bahwa masalah bimbingan dan konseling di
Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat di sekolah maupun di masyarakat.
Sejalan dengan kemajuan dalam pelayanan terhadap kebutuhan individu, keluarga dan
masyarakat di berbagai industri. Kini konseling telah dicoba dikembangkan ecara luas
baik melalui pendidikan, riset maupun praktik di lapangan. Konseling yang kini
berkembang di masyarakat selain konseling untuk reproduksi, konseling bidang
kesehatan, konseling keluarga untuk kesiapan purna tugas dan sebagainya. Dengan
demikian konseling menjadi pemecahan masalah yang melalui dirasakan manfatnya dan
perkembangannya menunjukkan tanggapan yang positif dari masyarakat.
Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu
yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada
teratasinya suatu masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai
potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu
dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri
serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan
hidup.
Jones, memandang konseling sebagai salah satu teknik dari bimbingan, demikian
bimbingan memiliki pengertian yang lebih luas dibandingkan pengertian konseling,
konseling merupakan sebagian dari bimbingan.
Menurut Mohammad Surya, ada 3 pandangan mengenai hubungan antara bimbingan
dan konseling. Pandangan yang pertama berpendapat bahwa bimbingan sama dengan
konseling. Kedua istilah tidak mempunyai perbedaan yang mendasar.
Pandangan yang kedua berpendapat bahwa bimbinagn berbeda dengan konseling
baik dasar maupun cara kerjanya. Menurut pandangan kedua, bimbingan merupakan
pendidikan sedangkan konseling merupakan psikoterapi yaitu usaha untuk menolong
individu yang mangalami masalah serius.
Pandangann yang ketiga berpendapat bahwa bimbingan dan konseling meruppakan
kegiatan yang terpadu, yang keduanya tidak saling tepisah.
Jadi, bimbingan dan konseling adalah suatu proses usaha dalam pemberian bantuan
kepada peserta didik atau suatu interaksi anatara konselor (yang memberi bantuan)
kepada konseli (yang dibantu) secara perorangan maupun sekelompok orang untuk
menentukan dirinya, serta dapat berkembang secara optimal dalam pembelajaran,
kesosialisasian dan karier.
Secara garis besar, tujuan bimbingan dan konseling dibagi menjadi 2 yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan umum
Ditinjau dari perkembangan konsepsinya, bimbingan dan konseling
senantiasa mengalami perubahan dari yang sederhana sampai yang komprehensif.
Tujuan bimbingan dan konseling dengan mengikuti perkembangan konsepsi
bimbingan dan konseling pada dasarnya adalah untuk membantu individu dalam
mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan, berbagai
latar belakang yang ada serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan
umum yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami
individu yang bersangkutan, sesuai dengan permasalahannya. Dengan demikian
maka tujuan khusus bimbingan dan konseling tiap indiividu bersifat unik, artinya
tujuan bimbingan dan konseling untuk individu yang satu dengan individu lain
tidak boleh disamakan.
Sumber lain menjelaskan tujuan bimbingan dan konseling dalam aspek
pribadi dan sosial, tujuan bimbingan dan konseling dalam aspek belajar dan
tujuan bimbingan bimbingan dan konseling dalam aspek karier.
1. Tujuan bimbingan dan konseling dalam aspek pribadi dan sosial
Tujuan yang ingin dicapai layanan bimbingan dan konseling pada
aspek pribadi dan sosial peserta didik antara lain agar:
a. Memiliki komitmen untuk mengamalkan nilai keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan
pribadi, keluarga, teman sebaya, sekolah, dan masyarakat.
b. Memiliki toleransi terhadap umat beragama lain, saling
menghormati, serta memelihara hak dan kewajiban masing-masing
serta tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
c. Memiliki sikap positif serta menghargai diri sendiri dan orang ain.
d. Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat, positif dan
efektif.
e. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik internal
maupun eksternal.
2. Tujuan bimbingan dan konseling dalam aspek belajar
a. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar positif misalnya kebiasaan
membaca buku, disiplin belajar, memperhatikan semua materi
pelajaran dan aktif mengikuti kegiatan belajara yang diprogramkan.
b. Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajara sepanjang hayat.
c. Memiliki keterampilan dan teknik belajar yang efektif seperti
keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan
pendidikan seperti membuat jadwal belajar.
d. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi
ujian.
3. Tujuan bimbingan dan konseling dalam aspek karier.
a. Memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait
dengan bidang-bidang dan jenis pekerjaan.
b. Memiliki sikap poitif terhadap dunia kerja, artinya mau bekerja
dalam bidang apapun tanpa merasa rendah diri asala bermanfaat
sesuai dengan norma dan agama yang diyakini.
c. Memiliki kemampuan membentuk identitas karier dengan cara
mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan dan persyaratan yang
dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja dan
kesejahteran kerja.
d. Memiliki rencana masa depan, yaitu merancang kehidupan secara
rasional untuk memperoleh peran-peran sesuai minat, kemampuan
dan kondisi sosial ekonomi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada
individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara
pada teratasinya suatu masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan
berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok
individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang
optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk
mencapai kesejahteraan hidup.
2. Tujuan bimbingan dan konseling tersebut secara khusus adalah untuk menghendaki
peserta didik menjadi pribadi yang utuh dan sebanding secara aspek kepribadian,
sosial, kemasyarakatan, belajar dan karier, serta mencapai tujuan dan perkembangan
dalam aspek tersebut.
3. Asas- asas Bimbingan dan konseling
a. Asas kerahasiaan
b. Asas kesukarelaan
c. Asas keterbukaan
d. Asas kekinian
e. Asas kemandirian
f. Asas kegiatan
g. Asas kedinamisan
h. Asas keterpaduan
i. Asas kenormatifan
j. Asas keahlian
k. Asas alih tangan
l. Asas tutwuri handayani
4. Fungsi bimbingan dan konseling
a. Fungsi pemahaman
b. Fungsi pencegahan
c. Fungsi pengentasan
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
e. Fungsi advokasi
DAFTAR PUSTAKA
Suryanto, Agus Totok. 2021. Memahami Bimbingan dan Konseling Belajar. Indramayu:
Penerbit Adab.