PENDAHULUAN
Demikian pula halnya dengan jabatan fungsional guru bimbingan dan konseling
yangsesungguhnya hanya dapat dilaksanakan secara optimal oleh mereka yang memang
memilikilatar belakang kependidikan seperti itu. Jika suatu jabatan fungsional dilakukan oleh
orangyang tidak memiliki latar belakang pendidikan dan keprofesian yang benar, maka
sangatbesar kemungkinannya terjadi penyimpangan perilaku, penyimpangan kegiatan,
danpenyimpangan penafsiran di luar batas kewajaran yang seharusnya. Itulah yang terjadi
dalamruang lingkup bimbingan dan konseling ditingkat sekolah dasar pada dewasa ini.
Permasalahan yang telah penulis sampaikan perlu dibahas dengan cermat agar tujuandari
penulisan makalah ini bisa diketahui. Tujuan dalam pembahasan makalah ini disesuaikandengan
rumusan masalah sebagai awal dari hal yang perlu diberikan penjelasan danpembahasan.
Berikut tujuan penulisan dalam makalah ini, yaitu:
PEMBAHASAN
Istilah bimbingan dan konseling pada dasarnya merupakan satu kesatuan kata. Secarabahasa,
bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata yang memiliki arti berbeda, yaitubimbingan
yang berarti pendampingan dan konseling yang berarti pemecahan.
Bimbingan dalam kamus bahasa Inggris berasal dari kata guide yang dapat berartimenunjukkan
jalan, memimpin, menuntun, memberikan petunjuk, mengatur, mengarahkan,dan memberikan
nasihat. Donald G. Mortensen dan Alan M. Schmuller memahamibimbingan sebagai bagian
dari komponen pendidikan yang menyediakan dan memberikanlayanan khusus bagi peserta didik
untuk mengembangkan kemampuan dan kompetensinya.Pengertian tersebut menegaskan bahwa
bimbingan merupakan bagian dari pendidikan yangkhusus membantu peserta didik
mengembangkan setiap potensi dan kreativitasnya secaraterintegrasi dengan pendidikan secara
umum.
Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu ”consiliumí” yangberarti
“dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”.Sedangkan
dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari ”sellan” yang berarti“menyerahkan” atau
“menyampaikan”.
Shertzer dan Stone menjelaskan bahwa konseling merupakan sebuah proses interaksiindividual
untuk memberikan pemahaman tentang diri dan lingkungannya dalam menentukantujuan yang akan
dilakukan atas dasar nilai-nilai yang dianutnya. Konseling dalam pengertiantersebut menekankan
pada memunculkan keberanian dan kemampuan membuat danmengambil sebuah
keputusan. Keberanian peserta didik untuk menentukan tujuan yanghendak dicapai
berdasarkan nilai-nilai dan keyakinan yang dimilikinya.
Bimbingan konseling adalah pemberian bantuan kepada peserta didik yang dirancangdengan
memfokuskan pada kebutuhan, minat, dan isu-isu yang berkaitan dengan tahapanperkembangan
peserta didik dan merupakan bagian penting dan integral dari keseluruhanprogram pendidikan
(Mamat Supriatna: 2013).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa bimbingan konseling merupakan salah satu komponendalam
satuan sistem pendidikan khususnya di sekolah. Guru sebagai salah satu pendukungunsur pelaksana
pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksanalayanan bimbingan
pendidikan di sekolah, dituntut memiliki wawasan yang memadaiterhadap konsep-konsep
dasar bimbingan dan konseling di sekolah.
Bimbingan dan konseling ini sudah dimulai sejak zaman Yunani kuno, karena merekamenekankan
tentang upaya mengembangkan individu melalui pendidikan sehingga bisa dapatberperan dalam
masyarakat pada masa itu. Ada lima hal yang akan dicapai dengan usahabimbingan di sekolah yaitu:
2) Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis
Diharapkan siswa tidak saja mengenal kekuatan yang mereka miliki dan
mengenallingkungan yang serba memberi kemungkinan-kemungkinan yang baik saja, tetapi
merekajuga harus mengenal kekurangan serta keterbatasan yang ada pada diri
mereka. Denganmengenal kekurangan yang ada pada diri mereka, akhirnya diharapkan agar
mereka mampumenerima apa yang ada atau apa adanya yang terdapat pada diri mereka.
Dengan terpenuhinya tujuan yang pertama dan kedua, hendaknya siswa mampu
memutuskansendiri suatu tindakan yang akan mereka lakukan sesuai keadaan yang ada pada
diri merekadan lingkungan dimana mereka berada. Misalnya pemilihan terhadap
jurusan/sekolah yangakan mereka masuki, pemilihan pekerjaan yang akan mereka tempati,
dan sebagainya.
Sejalan dengan tujuan yang ketiga, kegiatan bimbingan juga bertujuan untuk
mengerahkanpeserta didik kepada sesuatu sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan
yang ada padamereka. Namun lebih jauh lagi, bimbingan menginginkan agar pada akhirnya
peserta didikmampu mengarahkan diri mereka sendiri yang didasarkan pada keputusan yang
mereka ambilsesuai dengan apa yang ada pada diri mereka.
Dengan pengenalan diri sendiri dan lingkungan, dengan pengambilan keputusan sendiri
dandengan pengarahan diri, akhirnya diharapkan peserta didik dapat mewujudkan dirinya
sendiri.Sebagian orang atau peserta didik dalam bertindak akan dipengaruhi oleh berbagai
unsur(seperti paksaan, imbalan, dan sebagainya) sehingga kalau dianalisa secara
mendalam,tindakan yang mereka lakukan itu dapat menggambarkan siapa mereka
sebenarnya. Olehsebab itu kegiatan bimbingan berusaha agar dalam bertindak benar-benar
menggambarkandiri mereka yang sebenarnya.
Tujuan pelayanan bimbingan konseling pada intinya ialah supaya orang yang
dilayanmenjadi mampu mengatur kehidupannya sendiri, memiliki pandangannya sendiri dan
tidaksekedar mengikuti pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri, dan berani
menanggungsendiri akibat dan konsekuensi dari tindakan-tindakannya.
Prinsip ini yaitu seorang konselor memberikan pelayanan kepada klien itu secara
langsungsesuai dengan permasalahan pada diri klien ketika klien itu datang kepada
konselor tersebut,dan konselor juga tidak menyediakan program dan jadwal khusus
untuk itu. Namun tempatkerjanya yaitu di luar lembaga tempat ia bertugas.
Pelayanan ini bersifat “insidentil dan terporgram” yang dimulai dengan pemahaman
tentangtujuan layanan itu. Dan dilanjutkan dengan melalui proses yang sudah
ditentukan yangdikerjakan oleh orang yang ahli dibidangnya yaitu seorang konselor
yang sudah profesionalyang sudah bekejra disuatu lembaga yang besar misalnya di
lembaga sekolah.
Prinsip di lembaga sekolah ini merupakan lembaga yang wajah dan sosoknya sangat
jelas. Disekolah layanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan
berkembang denganamat baik, mengingat sekolah merupakan lahan yang secara
potensial sangat subur dansekolah juga memiliki kondisi dasar yang justru menurut
adanya pelayanan ini pada kadaryang tinggi. Karena para siswa yang sedang dalam
tahap perkembangan ini “meranjak”memerlukan segala jenis layanan bimbingan dan
konseling dalam fungsinya.
1) Fungsi pemahaman: membantu konseli (dalam hal ini peserta didik) agar
memilikipemahaman terhadap dirinya dan lingkungannya.
2) Fungsi fasilitasi: bertujuan memberikan kemudahan kepada konseli dalam
mencapaiperkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek pada
diri konseling.
3) Fungsi penyesuaian: membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan
dirinyasendiri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
4) Fungsi adaptasi: membantu para pelaksana pendidikan untuk menyesuaikan
programpendidikan dengan minat, kemampuan, dan kebutuhan konseling.
5) Fungsi penyaluran: membantu konseli memilih kegiatan ekstra kurikuler, jurusan
atauprogram studi.
6) Fungsi pencegahan: berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasiberbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya mencegahnya
supaya tidak dialamikonseli.
7) Fungsi perbaikan: membantu konseli hingga dapat memperbaiki kekeliruan
dalamberfikir, berperasaan dan bertindak.
8) Fungsi pemeliharaan: membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan
mempertahankansituasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya.
9) Fungsi pengembangan: konselor senantiasa berupaya menciptakan lingkungan
belajaryang kondusif.
1) Asas kerahasiaan: dituntut kerahasiaan segenap data dan keterangan tentang konseli
yang tidak layak diketahui orang lain.
2) Asas kesukarelaan: menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan konseli mengikuti
atau menjalani pelayanan kegiatan yang diperlukan baginya.
3) Asas keterbukaan: menghendaki agar konseli yang menjadi sasaran pelayanan
bersifat terbuka dan tidak berpura-pura tentang keterangan yang disampaikannya.
4) Asas kegiatan: menghendaki konseli berpartisipasi secara aktif dalam
penyelenggaraan Kegiatan.
5) Asas kemandirian merujuk pada tujuan bimbingan dan konseling yakni konseli
diharapkan menjadi konseli yang mandiri.
6) Asas kekinian: menghendaki agar obyek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling
Ialah permasalahan konseli dalam kondisi sekarang.
7) Asas kedinamisan: menghendaki perkembangan konseli selalu bergerak maju, tidak
monoton, dan terus berkembang secara berkelanjutan.
8) Asas keterpaduan asas bimbingan dan konseling agar berbagai pelayanan kegiatan
bimbingan dan konseling saling menunjang harmonis dan terpadu.
9) Asas keharmonisan menghendaki agar pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norman
yang ada. 10) Asas keahlian: menghendaki kegiatan bimbingan dan konseling
diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional
10) Asas alih tangan kasus: menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarkan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas
mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penulis membahas secara rinci dalam setiap poin pada makalah ini. Penulis
berharappenjelasan yang penulis jelaskan bisa dipahami dengan baik. Setelah melakukan
pembahasanmengenai Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling, penulis dapat
menyimpulkan menjadibeberapa poin penting. Berikut kesimpulan dari makalah ini:
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat mewujudkan suatu kemampuan yangdapat
berkembang secara optimal apabila mendapat bimbingan dan konseling yang terarah.
DAFTAR PUSTAKA
Irham, Ardy Novan. 2014. Bimbingan Konseling Teori dan Aplikasi di Sekolah
Dasar.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Supriatna Mamat. 2013. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi Edisi Revisi.Jakarta:
Balai Pustaka