Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP DASAR BIMBINGAN KONSELING

(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Bimbingan Konseling)

Mata Kuliah : Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu : Siska Mardes, M.Pd

Disusun oleh:

Sariulina Stephany Manurung

2005113164

VB/Pendidikan Biologi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan kesempatan kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan “Makalah
Komsep Dasar Bimbingan Konseling” dengan tepat waktu. Penyusunan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Bimbingan Konseling.

Makalah ini ditulis sesuai dengan Rencana Pembelajaran Semester mata kuliah
Bimbingan Konseling. Makalah ini mencakup materi Pengertian, Persamaan &
Perbedaan Bimbingan dan Konseling serta Kesalahpahaman Bimbingan Konseling di
Sekolah.

Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada Siska Mardes, M.Pd selaku
dosen pengampu yang telah membimbing dan membagikan ilmunya kepada saya.
Tentunya makalah ini tidak akan bisa maksimal jika tanpa adanya sarana dan media
pendukung pembelajaran. Makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, maka
dari itu saya mohon maaf apabila terdapat kekeliruan dan kesalahan penulisan.

Pekanbaru, 4 September 2022

Sariulina Stephany Manurung


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang
bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu salah satunya
didukung oleh pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri
dalam memilih dan mengambil keputusan demi pencapaian cita-citanya. Sekolah
merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk
pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Sekolah
merupakan suatu sistim yang komponen-komponen didalamnya terintegrasi dengan
baik. Bimbingan dan konseling adalah salah satu komponen sekolah yang bertugas
membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi komponen sekolah yang lain.
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik
secara individu maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara
optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial,
kemampuan belajar dan perencanaan karier, melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Bimbingan dan Konseling?
2. Apa persamaan antara Bimbingan dan Konseling?
3. Apa perbedaan Bimbingan dan Konseling?
4. Bagaimana kesalahpahaman Bimbingan Konseling di Sekolah?

C. Tujuan Penulisan
1. Memaparkan pengertian dari Bimbingan dan Konseling
2. Menjelaskan persamaan antara Bimbingan dan Konseling
3. Menjelaskan perbedaan antara Bimbingan dan Konseling
4. Menjelaskan kesalahpahaman Bimbingan Konseling di Sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling
A. Pengertian Bimbingan
Bimbingan merupakan upaya pembimbing untuk membantu mengoptimalkan
individu. Donald G. Mortensen dan Alan M. Schmuller (1976) menyatakan,
Guidance may be defined as that part of the total educational program that helps
provide the personal apportunities and specialized staff services by which each
individual can develop to the fullest of his abilities and capacities in term of the
democratic idea.
Menurut (Jones, Staffire & Stewart, 1970) Bimbingan adalah bantuan yang
diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-
penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prinsip demokrasi yang
merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh
tidak mencampuri hak orang lain. Kemampuan membuat pilihan seperti itu tidak
diturunkan (diwarisi), tetapi harus dikembangkan.
Untuk memahami pengertian bimbingan, perlu dipertimbangkan beberapa
pengertian yang dikemukakan oleh para ahli berikut.
1) "Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk
memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan, serta
mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya." (Frank Parson,
1951),
2) "Bimbingan membantu individu untuk lebih mengenali berbagai informasi
tentang dirinya sendiri." (Chiskolm) Pengertian ini menitikberatkan pada
pemahaman terhadap potensi diri yang dimiliki,
3) "Bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi
pribadi setiap individu." (Bernard & Fullmer, 1969) Dari pengertian dapat
dipahami bahwa bimbingan membantu individu untuk mengaktualisasikan
diri dengan lingkungannya.
4) “Bimbingan merupakan pendidikan dan pengembangan yang menekankan
proses belajar yang sistematik." (Mathewson, 1969) Pengertian ini
menekankan bimbingan sebagai bentuk pendidikan dan pengembangan
diri, tujuan yang diinginkan diperoleh melalui proses belajar.
5) Penelusuran Ifdil Dahlani juga hampir sama dengan pengertian di atas. la
menyatakan pendapat para ahli sebagai berikut.
a) Prayitno dan Erman Amti (2004: 99) mengemukakan bahwa
bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik
anak-anak, remaja, maupun dewasa. Tujuannya adalah orang yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan
mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada
dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
b) Winkel (2005: 27) mendefinisikan bimbingan: (1) usaha untuk
melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi
tentang dirinya sendiri; (2) cara untuk memberikan bantuan kepada
individu untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan
efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan
pribadinya; (3) sejenis pelayanan kepada individu individu agar
mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat,
dan menyusun rencana yang realistis sehingga mereka dapat
menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam lingkungan tempat
mereka hidup; (4) proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada
individu dalam hal memahami diri sendiri menghubungkan
pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih,
menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan
tuntutan lingkungan.
6) Dhumbur dan Moh Surya, (1975: 15) berpendapat bahwa bimbingan
adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis
kepada individu untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Dengan
demikian, individu tersebut memiliki kemampuan untuk memahami
dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self
acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction), dan
kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan
potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan
lingkungan, baik keluarga, sekolah, dan masyarakat.
7) Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan
Menengah dikemukakan bahwa "Bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi,
mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan."

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa bimbingan pada


prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri,
menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih,
menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan
lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

B. Pengertian Konselling
Shertzer dan Stone (1980) telah membahas berbagai definisi yang terdapat di
dalam literatur tentang konseling, Dari hasil bahasannya itu, mereka sampai pada
kesimpulan, bahwa Counseling is an interaction process which facilitates meaningful
understanding of self and environment and result in the establisment and/or
clarification of goals and values of future behavior.
Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat
pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan
lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai
yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
Adapun konseling menurut Prayitno dan Erman Amti (2004: 105) adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli
(disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut
klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Sejalan dengan
itu, Winkel (2005: 34) mendefinisikan konseling sebagai serangkaian kegiatan paling
pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan
tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai
persoalan atau masalah khusus.
Berdasarkan pengertian konseling tersebut, dapat dipahami bahwa konseling
adalah usaha membantu konseli atau klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien
dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah
khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli atau klien.
Dari beberapa pengertian bimbingan dan konseling yang dikemukakan oleh para
ahli di atas, dapat dinyatakan bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu proses
pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang
dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dengan
tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat
mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan
potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan
masyarakat.

2.2 Persamaan Bimbingan dan Konseling

Dari beberapa pengertian bimbingan dan konseling yang telah dijabarkan, dapat
menjelaskan persamaan antara bimbingan dan konseling, sebagai berikut:

a) Bimbingan dan konseling sama-sama merupakan suatu proses bantuan kepada


individu dalam memcahkan sebuah masalah hanya saja bimbingan menitik
beratkan kepada masalah yang relative ringan sementara konseling menitik
beratkan kepada masalah yang relative berat.
b) Bimbingan dan konseling sama-sama melayani semua individu tanpa memandang
umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi. Dalam hal ini
bimbingan dan konseling harus bisa melayani tanpa pandang bulu dan juga bisa
memberikan solusi yang tepat tanpa harus memberatkan atau mengubah
pandangan tentang suatu agama atau ras tertentu.
c) Bimbingan dan konseling sama-sama berurusan dengan pribadi dan tingkah laku
yang unik dan dinamis. Dalam hal ini bimbingan dan konseling sama-sama
menemukan individu yang berbeda-beda sifat pribadi maupun tingkah laku
seseorang.
d) Bimbingan dan konseling sama-sama mengarahkan individu untuk mampu
membimbing dirinya sendiri dalam menghadapi permasalahan. Sifat ini
mengartikan bahwa bimbingan dan konseling sama sama memecahkan masalah
dan mencoba untuk membimbing individu dalam mencegah permasalahannya,
namun dalam hal ini perbedaan hanya pada menitik beratkannya.
e) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan dan
pengembang individu. Setiap pendidikan pasti mempunyai bimbingan dan
konseling yag tak terpisahkan karna bimbingan dan konseling adalah hubungan
psikologis antara guru dan muridnya.
f) Bimbingan dan konseling sama-sama menyusun programnya dari jenjang
pendidikannya dari terendah sampai yang tertinggal. Bimbingan konseling tidak
memandang pendidikan sebagai aspek dalam pengajaran bimbingan dan konseling
oleh karna itu bimbingan dan konseling harus bisa diterima dari jenjang
pendidikan dari terendah sampai yang tertinggal.
2.3 Perbedaan Bimbingan dan Konseling
Dari beberapa penjelasan Bimbingan dan Konseling di atas, dapat dilihat perbedaan
antara keduanya, yaiu :
a) Konseling merupakan salah satu metode dari bimbingan, sehingga pengertian
bimbingan lebih luas daripada pengertian konseling (penyuluhan). Oleh karena
itu, konseling merupakan guidance, tetapi tidak semua bentuk guidance
merupakan kegiatan konseling.
b) Dalam konseling terdapat masalah tertentu, yaitu masalah yang dihadapi oleh
conselee, sedangkan guidance tidak demikian. Guidance lebih bersifat preventif
atau pencegahan. Guidance dapat diberikan sekalipun tidak ada masalah.
Sekalipun demikian, keadaan ini tidak berarti bahwa pada bimbingan sama sekali
tidak ada segi kuratif, dan sebaliknya pada konseling tidak ada tindakan segi
preventifnya. Dalam konseling, kita mendapati segi preventif dalam arti menjaga
atau mencegah terjadinya masalah yang lebih mendalam.
c) Konseling pada prinsipnya dijalankan secara individu, yaitu antara conselor dan
conselee secara face to face (tatap muka). Adapun guidance dijalankan secara
grup atau kelompok. Misalnya suatu bimbingan cara belajar yang efisien dapat
diberikan kepada seluruh kelas pada waktu tertentu secara bersama-sama.

2.4 Kesalahpahaman Bimbingan Konseling di Sekolah


Ada beberapa kesalahpahaman yang sering dijumpai di sekolah, diantaranya:
1) Bimbingan dan Konseling Disamakan Saja dengan atau Dipisahkan Sama Sekali
dari Pendidikan
Ada dua pendapat yang ekstrem berkenaan dengan pelaksanaan bimbingan dan
konseling. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa bimbingan dan konseling sama
saja dengan pendidikan. Pendapat ini menganggap bahwa pelayanan khusus
bimbingan dan konseling tidak perlu di sekolah. Bukankah sekolah telah
menyelenggarakan pendidikan? Jadi, dengan sendirinya bimbingan dan konseling
sudah termasuk ke dalam usaha sekolah yang menyelenggarakan pendidikan itu.
Sekolah tidak perlu bersusah payah melaksanakan pelayanan bimbingan dan
konseling secara mantap dan mandiri. Mantapkan saja pengajaran sebagai
pelaksanaan nyata dari usaha pendidikan. Pendapat ini akhirnya cenderung terlalu
mengutamakan pengajaran dan mengabaikan aspek-aspek lain dari pendidikan serta
tidak melihat sama sekali pentingnya bimbingan dan konseling.
Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling
harus benar-benar dilaksanakan secara khusus oleh tenaga yang benar-benar ahli
dengan perlengkapan (alat, tempat dan sarana) yang benar benar memenuhi syarat.
Pelayanan bimbingan dan konseling harus secara nyata dibedakan dari praktek
pendidikan sehari-hari.
Kedua pendapat di atas tidak seharusnya kita tanamkan. Bimbingan dan
konseling di sekolah secara umum termasuk ke dalam ruang lingkup upaya
pendidikan di sekolah, namun tidak berarti bahwa dengan penyelenggaraan
pengajaran (yang baik) saja seluruh misi sekolah akan dapat dicapai dengan penuh.
Kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak hal yang menyangkut kepentingan
siswa yang harus ditanggulangi oleh sekolah yang tidak dapat teratasi dengan
pengajaran semata-mata. Jika sekolah dengan penuh perhatian menyimak dan
mengikuti kepentingan siswa, maka akan tampaklah berbagai hal yang perlu
mendapat penanganan khusus demi perkembangan siswa itu secara optimal. Usaha
bimbingan dan konseling dapat memainkan peranan yang amat berarti dala melayani
kepentingan siswa, khususnya yang belum terpenuhi secara baik Dalam hal ini
peranan bimbingan dan konseling ialah menunjang selun usaha sekolah demi
keberhasilan anak didik.
2) Konselor di Sekolah Dianggap sebagai Polisi Sekolah
Masih banyak anggapan bahwa peranan konselor di sekolah ada sebagai polisi
sekolah yang harus menjaga dan mempertahankan tata tertib disiplin, dan keamanan
sekolah. Anggapan ini mengatakan "Barangsia di antara siswa-siswa melanggar
peraturan dan disiplin sekolah hans berurusan dengan konselor". Tidak jarang pula
konselor sekolah diserahi tugas mengusut perkelahian ataupun pencurian. Konselor
ditugaskan mencari siswa yang bersalah dan diberi wewenang untuk mengambil
tindakan bag siswa-siswa yang bersalah itu. Konselor didorong untuk mencari buki
bukti atau berusaha agar siswa mengaku bahwa ia telah berbuat sesuat yang tidak
pada tempatnya atau kurang wajar, atau merugikan. Misalnya konselor ditugasi
mengungkapkan agar siswa mengakui bahwa ia mengisap ganja, dan sebagainya.
Dalam hubungan ini pengertian konselor sebagai mata-mata yang mengintip segenap
gerak-gerak siswa agar dapat berkembang dengan pesat.
Dapat dibayangkan bagaimana tanggapan siswa terhadap konselor yang
mempunyai wajah seperti tersebut. Adalah wajar siswa menjadi takut dan tidak mau
dekat kepada konselor. Konselor di satu pihak dianggap sebagai "keranjang sampah",
yaitu tempat ditampungnya siswa-siswa yang rusak atau tidak beres, di lain pihak
dianggap sebagai "manusia super yang harus dapat mengetahui dan dapat
mengungkapkan hal-hal yang musykil yang melatarbelakangi suatu kejadian atau
masalah.
Berdasarkan pandangan di atas, adalah wajar bila siswa tidak mau datang
kepada konselor karena menganggap bahwa dengan datang kepada konselor berarti
menunjukkan aib, ia mengalami ketidakberesan tertentu, ia tidak dapat berdiri sendiri,
ia telah berbuat salah, atau predikat-predikat negatif lainnya. Padahal, sebaliknya dari
segenap anggapan yang merugikan itu, di sekolah konselor haruslah menjadi teman
dan kepercayaan siswa. Di samping petugas-petugas lainnya di sekolah, konselor
hendaknya menjadi tempat pencurahan kepentingan siswa, pencurahan apa yang
terasa di hati dan terpikirkan oleh siswa. Petugas bimbingan dan konseling bukanlah
pengawas ataupun polisi yang selalu mencurigai dan akan menangkap siapa saja yang
bersalah. Petugas bimbingan dan konseling adalah kawan pengiring penunjuk jalan,
pembangun kekuatan, dan pembina tingkah laku-tingkah laku positif yang
dikehendaki. Petugas bimbingan dan konseling hendaknya bisa menjadi sitawar-
sidingin bagi siapa pun yang datang kepadanya. Dengan pandangan, sikap,
keterampilan, dan penampilan konselor siswa atau siapa pun yang berhubungan
dengan konselor akan memperoleh suasana sejuk dan memberi harapan.
3) Bimbingan dan Konseling Dianggap Semata-Mata Sebagai Proses Pemberian
Nasihat
Bimbingan dan konseling bukan hanya bantuan yang berupa pem berian
nasihat. Pemberian nasihat hanya merupakan sebagian kecil dari upaya-upaya
bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling menyangkut seluruh
kepentingan klien dalam rangka pengembangan pribadi klien secara optimal. Di
samping memerlukan pemberian nasihat, pada umumnya klien sesuai dengan masalah
yang dialaminya, memerlukan pula pelayanan lain, seperti pemberian informasi,
penempatan dan penyaluran, konseling, bimbingan belajar, pengalihtangan kepada
petugas yang lebih ahli dan berwenang, layanan kepada orang tua siswa dan
masyarakat, dan lain sebagainya.
Konselor juga harus melakukan upaya-upaya tindak lanjut serta
mensinkronisasikan upaya yang satu dengan upaya yang lainnya sehingga
keseluruhan upaya itu menjadi suatu rangkaian yang terpadu dan ber sinambungan
4) Bimbingan dan Konseling Dibatasi pada Hanya Menangani Masalah yang
Bersifat Insidental
Memang, sering kali pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari
masalah yang dirasakan klien sekarang, yang sifatnya diadakan Namun pada
hakikatnya pelayanan itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas, yaitu
yang lalu, sekarang, dan yang akan datang. Di samping itu konselor tidaklah
seyogianya menunggu saja klien datang dan mengemukakan masalahnya.
Keperluan tersebut, petugas bimbingan dan konseling harus terus
memasyarakatkan dan membangun suasana bimbingan dan konseling, serta mampu
melihat hal-hal tertentu yang perlu diolah, ditanggulangi, diarahkan, dibangkitkan,
dan secara umum diperhatikan demi perkembangan segenap individu (misalnya siswa
di sekolah) yang menjadi tanggung jawabnya secara penuh dan menyeluruh. Konselor
yang bertugas di lembaga tertentu (misalnya di sekolah harus menyusun program
menyeluruh yang berkesinambungan dari waktu ke waktu).
5) Konselor Harus Aktif, Sedangkan Pihak Lain Pasif
Sesuai dengan asas kegiatan, di samping konselor yang bertindak sebagai
pusat penggerak bimbingan dan konseling, pihak lain pun, terutam klien, harus secara
langsung aktif terlibat dalam proses tersebut. Lebih jauh, pihak-pihak lain hendaknya
tidak membiarkan konselor bergerak dan berjalan sendiri. Mereka hendaknya
membantu kelancaran usaha pelayanan itu. Pada dasarnya pelayanan bimbingan dan
konseling adalah usaha bersama yang beban kegiatannya tidak semata-mata
ditimpakan hanya kepada konselor saja. Jika kegiatan yang pada dasarnya bersifat
usaha bersama itu hanya dilakukan oleh satu pihak saja, dalam hal ini konselor, maka
hasilnya akan kurang mantap, tersendat-sendat, atau bahkan tidak berjalan sama
sekali.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri,
menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih,
menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan
lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku
Konseling adalah usaha membantu konseli atau klien secara tatap muka dengan tujuan
agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau
masalah khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli atau
klien.
Bimbingan dan Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu
secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah
mendapat latihan khusus untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami
dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan
dirinya dan kesejahteraan masyarakat.
Terdapat persamaan antara bimbingan dan konseling, diantaranya: Proses bantuan
kepada individu dalam memcahkan sebuah masalah; Melayani semua individu tanpa
memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi; Berurusan
dengan pribadi dan tingkah laku yang unik dan dinamis; Mengarahkan individu untuk
mampu membimbing dirinya sendiri dalam menghadapi permasalahan; Bagian integral
dari pendidikan dan pengembang individu; Membantu menemukan pribadi, mengenal
lingkungan, dan merencanakan masa depan.
Terdapat juga perbedaan antara bimbingan dan konseling, diantaranya: Konseling
merupakan guidance, tetapi tidak semua bentuk guidance merupakan kegiatan konseling;
Konseling merupakan guidance, tetapi tidak semua bentuk guidance merupakan kegiatan
konseling sedangkan Guidance dapat diberikan sekalipun tidak ada masalah; Konseling
dijalankan secara individu sedangkan guidance dijalankan secara grup atau kelompok.
Beberapa kesalahpahaman yang sering dijumpai di sekolah, diantaranya: Bimbingan dan
Konseling Disamakan Saja dengan atau Dipisahkan Sama Sekali dari Pendidikan;
Konselor di Sekolah Dianggap sebagai Polisi Sekolah; Bimbingan dan Konseling
Dianggap Semata-Mata Sebagai Proses Pemberian Nasihat; Bimbingan dan Konseling
Dibatasi pada Hanya Menangani Masalah yang Bersifat Insidental; Konselor Harus
Aktif, Sedangkan Pihak Lain Pasif.

3.2 Saran
Dengan adanya bimbingan dan konseling, diharapkan semua mahasiswa untuk selalu
menggunakannya secara baik agar tujuan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan
efisien. Selain itu saya beharap semoga makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Nurihsan, Achmad Juntika. 2010. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan. PT Refika Aditama
Prayitno dan Erman. 1999. DASAR-DASAR BIMBINGAN & KONSELING. PT
RINEKA CIPTA
Salahudi, Anas. 2010. BIMBINGAN & KONSELING. CV. PUSTAKA SETIA

Anda mungkin juga menyukai