Anda di halaman 1dari 8

KEBIJAKAN SISTEM ZONASI

DALAM UPAYA PEMERATAAN PENDIDIKAN


(Jumlah Kata: 2158)

Disusun Oleh:
Sariulina Stephany Manurung
2005113164
VB / Pendidikan Biologi

Dosen Pembimbing:
Dr. Daeng Ayab, M.Pd
Muryanti/ S.Pd., M.Sc

Matakuliah:
Pengelolaan Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2022
Latar Belakang
Memasuki tahun ke-77 bagi Indonesia dalam memperingati Kemerdekaan
Indonesia pada masa reformasi 1945. Cita-cita para pendiri bangsa kala itu masih
terus diperjuangkan hingga saat ini, salah satunya ialah mencerdaskan kehidupan
bangsa guna membangun wajah dan masa depan Indonesia yang lebih baik.
Pendidikan sendiri menjadi faktor penting dalam mewujudkan cita-cita
dan harapan bangsa. Seperti yang telah disebutkan tadi, dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa maka peran pendidikan itu sendiri yang harus dikembangkan
dan dijalankan dengan semaksimal mungkin. Hal ini termuat dalam UU No. 20
Tahun 2003 Pasal 5 yang menyatakan dengan tegas bahwa pendidikan itu dapat
dinikmati dan diperoleh seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.
Dalam akses pemerataan pendidikan ada dua aspek yang perlu
diperhatikan, yaitu persamaan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yaitu
akses pendidikan bisa dinikmati oleh semua penduduk yang berusia sekolah.
Kedua, keadilan dalam memperoleh pendidikan yang sama dalam masyarakat
yaitu pendidikan dapat diakses oleh antar suku, agama dan kelompok secara sama.
Upaya pemerintah untuk mempercepat pemerataan pendidikan adalah
penetapan sistem zonasi yang tertera pada Permendikbud Nomor 14 tahun 2018,
yaitu Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang menekankan pada jarak atau
radius antara rumah siswa dengan sekolah, dengan demikian siapa yang lebih
dekat dengan sekolah ia lebih berhak mendapatkan layanan pendidikan dari
sekolah tersebut. Kebijakan ini bertujuan untuk mempercepat pemerataan
pendidikan yang berkualitas dan diharapkan mampu menyinergikan tripusat
pendidikan yaitu sekolah, masyarakat dan keluarga untuk memberikan kesadaran
kepada masyarakat secara umum bahwa tanggung jawab pendidikan tidak hanya
di satu pihak, melainkan tanggung jawab bersama.
Kebijakan Pemerintah mengenai sistem zonasi merupakan salah satu
langkah dalam mewujudkan pemerataan mutu pendidikan di Indonesia.
Implementasi sistem zonasi bertujuan menghapusistilah sekolah favorit yang
selama ini disematkan pada beberapa sekolah,sebab semua sekolah akan dianggap
favorit. Pemerintah dalam usaha mewujudkan pemerataan mutu pendidikan
mustimenyiapkan sistem pengelolaan dan penyelenggaraan pembelajaran yang
merata mutunya berdasarkan standar mutu yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan (SNP).
Namun dalam realitanya, penerapan sistem zonasi ini mengakibatkan
pemerataan pendidikan hanya melihat dari satu sudut pandang saja yakni
memudahkan membimbing dan membelajarkan siswa akan tetapi berpacu dalam
bidang keragaman sangat minim. Di mana hanya lingkungan sekitar sekolah yang
berpeluang lulus di sekolah yang dituju. Kemudian sistem zonasi ini
menimbulkan kontra seperti anak-anak yang cerdas dan berkualitas yang tempat
tinggalnya berdekatan dengan sekolah non favorit tentunya mereka dengan berat
hati menerima untuk menempuh pendidikan di sana. Banyak juga siswa tidak mau

1
sekolah yang berdekatan dengan rumahnya sehingga lebih memilih sekolah
swasta. Dalam pelaksanaannya, sistem zonasi PPDB masih diwarnai sejumlah
permasalahan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, tulisan ini dibuat
guna menganalisis Bagaimana Implementasi Sistem Zonasi terhadap Kualitas
Pendidikan Saat Ini sebagai Jawaban dari Pemerataan Pendidikan di Indonesia.

Rumusan Masalah:
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, diketahui beberapa rumusan
masalah yakni:
1. Bagaimana implementasi kebijakan sistem zonasi di Indonesia?
2. Permasalahan apa saja yang timbul akibat penerapan sistem zonasi?
3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh sistem zonasi terhadap peserta
didik dan kualitas pendidikan?

Pembahasan
A. Implementasi Kebijakan Sistem Zonasi
Implementasi kebijakan merupakan usaha atau pengupayaan agar rumusan
kebijakan pendidikan bisa dilaksanakan dalam praktik, sebab sebaik apapun
rumusan kebijakan pendidikan, jika tidak di implementasikan, tidak akan
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sebaliknya sesederhana apapun
rumusan kebijakan pendidikan itu, jika sudah diimplementasikan, akan lebih
berguna apapun dan seberapa pun hasilnya.
Kebijakan pendidikan merupakan kebijakan publik, dimana pengambilan
keputusan dilakukan oleh pemerintah. Pendidikan berperan penting bagi
sebuah bangsa, dapat dikatakan penentu kualitas sebuah bangsa terletak pada
tingkat pendidikan yang dicapai (SUPRIANTO TRY ANDI AMA, 2021)
Kebijakan Pendidikan Penerimaan Peserta Didik Baru dalam
Permendikbud No. 44 Tahun 2019 bertujuan untuk pemerataan mutu
pendidikan di Indonesia. Kebijakan ini dalam penerapannya bertujuan untuk
menghapus adanya sekolah favorit yang telah disematkan pada beberapa
sekolah selama ini. Kebijakan penerimaan peserta didik baru dengan sistem
zonasi dibuat dengan tujuan yakni pemerataan mutu pendidikan. Kebijakan
Penerimaan Peserta Didik Baru dalam Permendikbud No. 44 Tahun 2019
merupakan revisi/pengembangan dari permendikbud No. 14 Tahun 2018.
Kebijakan ini di Evaluasi oleh pemerintah agar dalam penerapan ditiap satuan
pendidikan dari Sabang sampai Merauke dapat mengembangkan kualitas mutu
pendidikan.

2
Sistem Zonasi mulai digunakan pada tahun 2017 dalam penataan sistem
Penerimaan Peserta Didik Baru yang mengacu pada Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 17 Tahun 2017 tentang Penerimaan
Peserta Didik Barupada Taman Kanak kanak, Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan,
atau bentuk lain yang sederajat. Penerapan sistem zonasi diwajibkan pada
sekolah negeri untuk memberikan layanan pendidikan yang bermutu dan
merata bagi masyarakat pada suatu areal atau kawasan tertentu sehingga anak-
anak usia sekolah tidak perlu mencari sekolah yang lokasinya jauh dari tempat
tinggalnya.
Maksud dari adanya kebijakan sekolah sistem zonasi juga untuk
menghilangkan suatu kastanisasi sekolah, dimana tidak ada lagi image sekolah
yang baik dan buruk. Semua sekolah disamaratakan, tidak ada sekolah favorit
dan non favorit juga tidak ada sekolah yang dispesialkan dalam perbaikan
kualitas pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian Novrian dalam jurnalnya menyatakan bahwa
pelaksanaan PPDB Zonasi telah berhasil dalam upaya memeratakan akses dan
mutu pendidikan. Sebaran siswa dari sisi jarak sudah mendekat ke rumah
siswa dan dari sisi mutu input juga telah menyebar di berbagai sekolah
sehingga sudah tidak ada lagi dikotomi sekolah unggulan dan non unggulan.
Hal ini sesuai dengan tujuan program zonasi pendidikan (Novrian dalam
(Risna et al., 2020)

B. Permasalahan yang Ditimbulkan oleh Sistem Zonasi


Permasalahan yang paling tinggi terjadi dalam pelaksanaan sistem zonasi
selama kurun waktu 2017-2018, adalah kendala teknis sebesar 55,1% dari
total permasalahan yang muncul. Kendala teknis yang terjadi seperti
kurangnya koordinasi di antara lembaga pendidikan terkait, ketersediaan
layanan internet, kurangnya pemahaman orang tua calon siswa mengenai alur
pendaftaran PPDB, serta ketiadaan training kepada panita penyelenggara yang
menyebabkan terjadi banyak kendala. Persentase permasalahan kapasitas
ruang kelas yang tidak memadai sebesar 1,2% dimuat dalam pemberitaan
Tempo. Permasalahan tersebut terjadi di Kabupaten Tangerang. Berdasarkan
data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, lulusan SD
di setiap kecamatan mencapai ribuan siswa dan dipastikan tidak dapat
ditampung di semua SMP negeri.
Selain itu tidak jarang dijumpai juga permasalahan manipulasi data sebesar
12,8%. Manipulasi data dilakukan orang tua calon peserta didik agar anaknya
dapat diterima disekolah favorit seperti mengakali jarak rumah ke sekolah dan
mengganti (KK) Kartu Keluarga. Tindakan yang melanggar peraturan lainnya
dalam sistem zonasi adalah jual beli kursi. Fenomena jual beli kursi sebesar

3
12,8% yang terjadi dalam PPDB zonasi ini juga tidak lepas dari mentalitas
masyarakat itu sendiri yang masih berpikir secara pragmatis. Pada
kenyataannya masyarakat secara umum telah meyakini jika sekolah yang baik
merupakan sekolah favorit, sehingga banyak masyarakat yang berlomba-
lomba agar diterima di sekolah tersebut. Pemerintah juga mengalami
permasalahan yang harus cepat diselesaikan jika sistem zonasi ini akan tetap
dilanjutkan dalam upaya pemerataan pendidikan di Indonesia. Blackzone atau
zona hitam merupakan salah satu permasalahan serius dalam sistem zonasi.
Faktor terbesar munculnya blackzone adalah ketidakmerataan fasilitas sekolah
di Indonesia.

C. Dampak Sistem Zonasi terhadap Peserta Didik dan Kualitas Pendidikan


Suatu kebijakan sistem zonasi yang diterapkan diharapkan dapat menjadi
solusi bagi permasalahan yang ada agar dapat menghilangkan atau
meminimalisir suatu masalah yang ada di wilayah atau negara. Tetapi
meskipun kebijakan adalah langkah atau cara untuk menghindari masalah,
bukan berarti tidak ada kendala dalam mengimplementasikan kebijakan
tersebut. Dalam penerapannya terdapat dampak negatif yang dirasakan dari
kebijakan sistem zonasi terhadap peserta didik antara lain:
1. Dengan adanya kebijakan sekolah sistem zonasi ini, siswa bisa
mendapatkan sekolah yang lebih dekat dengan rumah yang
memungkinkan siswa berangkat menggunakan sepeda dan kendaraan
umum. Tetapi masih banyak peserta didik yang tidak diterima meski
jaraknya termasuk pada zona yang sama, maka dari itu banyak orangtua
yang kecewa lantaran anaknya tidak diterima disekolah yang dituju, dan
mereka juga semakin kecewa lantaran pihak sekolah melihat jarak melalui
aplikasi yang lebih banyak tidak cocoknya dengan kenyataan karena dalam
aplikasi jarak itu selalu dilebihkan, dengan begitu banyak murid yang
gagal lolos karena jarak rumah dengan sekolah menjadi terlalu jauh.
2. Sistem zonasi ini menyebabkan banyaknya calon siswa yang terlantar dan
kebingungan mencari sekolah cadangan ketika mereka tidak diterima di
sekolah yang telah dituju. Hal itu lantaran mereka harus tergeser dari siswa
lain yang terpilih dan lolos dalam sekolah itu. Sistem zonasi tidak
mempertimbangkan kepadatan penduduk, jumlah siswa yang lulus dan
ingin melanjutkan sekolah serta daya tampung sekolah yang kurang.
3. Penerapan sistem zonasi sekolah ini juga mampu menghilangkan motivasi
anak untuk lebih giat belajar. Siswa pun memerlukan suasana baru dengan
bersosialisasi lebih luas guna meningkatkan perkembangan serta wawasan
bagi mereka. Lingkungan sangat mempengaruhi bagaimana anak dalam
perkembangannya ketika belajar. Jika dari SD hingga SMA berada di
lingkungan yang sama, dikhawatirkan siswa- siswi tidak terpacu belajar
hal baru. Lagipula siswa-siswi memerlukan keberagaman agar mereka
memiliki pengetahuan yang lebih banyak dan beragam.

4
4. Dampak buruk lainnya juga dirasakan oleh siswa-siswi yang memiliki
nilai UN tinggi dan mendaftar ke sekolah yang menjadi tujuannya, tetapi
mereka kalah dengan sisa lain yang nilai UN nya rendah tetapi bisa lolos
sekolah idaman hanya bermodal jarak rumah yang lebih dekat. Hal itu
menyebabkan sistem zonasi ini dinilai tidak adil karena mereka yang
memiliki nilai baik merasa tidak dihargai. Belum meratana pembangunan
sekolah negeri yang memiliki fasilitas dan infastruktur yang baik membuat
orangtua siswa ragu untuk mengambil langkah lain dalam mendaftarkan
anaknya.
5. Sosialisasi mengenai PPDB sistem zonasi tidak merata sehingga masih
banyak orangtua yang berebut mendaftar ke sekolah favorit meski jarak
tempat tinggal dengan sekolah terbilang jauh. Hal itu diakibatkan karena
pemerintah belum sepenuhnya bekerjasama dengan seluruh sekolah di
daerah dalam pemerataan perbaikan fasilitas pendidikan sehingga
masyarakat masih menganngap remeh sekolah pinggiran sehingga
mengakibatkan kekurangan murid di sekolah pinggiran tersebut yang
selama ini dianggap sekolah non favorit yang kualitasnya kurang bagus
sehingga tidak banyak diminati.
Selain itu Implementasi sistem zonasi ini juga berdampak bagi para guru
di sekolah, Dampak negatif bagi sekolah dan guru akibat implementasi sistem
zonasi antara lain yaitu;
1. Sebagian guru mengeluh siswa banyak memperoleh nilai di bawah KKM
(terutama mata pelajaran yang terlalu banyak teori),
2. Semakin banyak pula terjadi pelanggaran tata tertib seperti membolos,
terlambat, berkelahi, tidak mengenakan atribut lengkap dll,
3. Dirasa lebih sulit untuk dibimbing,
4. Memunculkan pelanggaran-pelanggaran baru yang belum pernah terjadi di
tahun-tahun sebelumnya,
5. Daya juang siswa rendah sehingga banyak siswa zonasi yang meremehkan
guru misalnya menunda-nunda tugas yang diberikan,
6. Kurang memiliki sopan santun terhadap guru,
7. Guru merasa kesulitan mengondisikan kelas terutama guru yang sudah
senior,
8. Terbentuknya circle negatif, warisan dari sekolah pada jenjang pendidikan
sebelumnya,
9. Terjadi banyak perkelahian di luar sekolah karena sudah paham seluk
beluk lingkungan,
10. Kebiasaan kurang baik di rumah di bawa ke sekolah; (11) pihak sekolah
hampir setiap hari mendapat laporan tentang pelanggaran siswa,
11. Pengawasan orang tua beum efektif meskipun jarak sekoah dekat,
12. Prestasi sekolah menurun.
Keadaan ini menuntut guru-guru di sekolah negeri untuk beradaptasi
dengan cepat. Para guru yang terbiasa mengajar siswa dengan kemampuan

5
rata- rata tinggi, kini harus mengajar siswa dengan nilai rata-rata rendah
dengan kemampuan yang sangat beragam. Padahal, keterampilan yang
dibutuhkan oleh guru yang mengajar anak-anak berkemampuan tinggi dan
berkemampuan rendah berbeda. Oleh karena itu, Kepribadian guru yang utuh
dan berkualitas sangat penting karena dari sinilah muncul tanggung jawab
professional sekaligus menjadi inti kekuatan professional dan kesiapan untuk
selalu mengembangkan diri. Tugas guru adalah merangsang potensi peserta
didik dan mengajarnya supaya belajar. Guru tidak membuat peserta didik
pintar tetapi guru hanya memberikan peluang agar potensi itu ditemukan dan
dikembangkan.
Dari temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa guru yang akan merasakan
dampak langsung dari adanya sistem zonasi sehingga beban berat yang dipikul
seorang guru ini tidak akan terbantu jika pemerintah dalam hal ini kementrian
pendidikan tidak mengevaluasi kebijakan ini.
Banyak pihak yang menyayangkan adanya sistem zonasi dalam PPDB
karena sangat menurunkan semangat belajar dan kompetisi peserta didik.
Sebagian besar masyarakat menganggap dengan adanya zonasi maka mereka
tidak susah payah untuk masuk ke sekolah favorit namun di sisi lain ada juga
yang menganggap jika dengan adanya sistem zonasi mau sebesar apapun
upaya belajar mereka tetap akan diterima di sekolah yang sesuai dengan
wilayahnya, bukan sekolah yang mereka harapkan. Selain itu patokan sebesar
90% untuk siswa sekitar sekolah dirasa tidak berdasarkan pemetaan masing-
masing sekolah karena tidak berdasarkan jumlah calon peserta didik di
wilayah tersebut. Sisi buruk dari pelaksanaan zonasi jika memang tidak dapat
berjalan dengan baik tanpa adanya pembenahan yang mendasar dari
pemerintah sebagai pihak pemangku kebijakan, justru sistem ini akan
menurunkan kualitas pendidikan nasional.

Kesimpulan
Implementasi kebijakan zonasi adalah salah satu upaya pemerintah untuk
mempercepat pemerataan pendidikan yang tertera pada Permendikbud Nomor 14
tahun 2018. Kebijakan ini bertujuan untuk mempercepat pemerataan pendidikan
yang berkualitas dan diharapkan mampu menyinergikan tripusat pendidikan.
Pelaksanaan sistem zonasi pendidikan belum sepenuhnya dilaksanakan dengan
baik dimana masih banyak ditemui permasalahan terkait implementasi kebijakan
tersebut. Dimana implementasi kebijakan tersebut lebih banyak ditemui dampak
negatifnya dibandingkan dampak positifnya.
Pemerataan pendidikan adalah di mana tidak hanya persamaan dalam
memperoleh kesempatan pendidikan, tapi juga setelah menjadi siswa harus
diperlakukan sama guna memperoleh pendidikan dan mengembangkan potensi
akademik yang dimilikinya untuk dapat berwujud secara optimal. Oleh karena itu

6
pemerataan pendidikan juga harus berperan mengubah mindsite peserta didik dan
masyarakat bahwa setiap sekolah memiliki kuaitas pengajar dan pendidik yang
sama. Untuk itu, pemerintah harus berupaya pasti memaksimalkan mutu setiap
sekolah agar tidak ditemukan pengkastaan sekolah favorit dan non favorit. Karna
pemerataan pendidikan sangatlah penting untuk dilakukan karena dengan
pendidikan dapat menghasilkan masyarakat yang siap menghadapi kondisi apapun
dan mampu bersaing dengan negara lain.
Daftar Pustaka
Aristantia. PROBLEMATIKA PENERAPAN SISTEM ZONASI PENERIMAAN
PESERTA DIDIK BARU DI INDONESIA.
https://www.academia.edu/56837241/PROBLEMATIKA_PENERAPAN
SISTEM_ZONASI_PENERIMAAN_PESERTA_DIDIK_BARU_DI_IN
ONESIA
Risna, Lisdahlia, & Edi, S. (2020). Analisis Implementasi Kebijakan Zonasi
Dalam Pemerataan Pendidikan. Mappesona, 2(1), 1.
https://jurnal.uns.ac.id/candi/article/viewFile/44799/28330
SUPRIANTO TRY ANDI AMA. (2021). ANALISIS IMPLEMENTASI SISTEM
ZONASIPADA KEBIJAKAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU DI
SMA NEGERI 1 WEWEWA TIMUR KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA.
26(2), 173–180. http://www.ufrgs.br/actavet/31-1/artigo552.pdf

Anda mungkin juga menyukai