Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut laporan PISA 2015 - program yang mengurutkan kualitas

sistem pendidikan di 72 negara, Indonesia menduduki peringkat 62. Dua

tahun sebelumnya (PISA 2013), Indonesia menduduki peringkat kedua dari

bawah atau peringkat 71. PISA membuat peringkat tersebut dengan cara

menguji pelajar usia 15 tahun untuk mengetahui apakah mereka memiliki

kemampuan dan pengetahuan - di bidang ilmu pengetahuan alam, membaca,

dan matematika - yang diperlukan agar bisa berpartisipasi penuh dalam

masyarakat modern. PISA berlandaskan asumsi bahwa seseorang bisa

sukses di ekonomi modern bukan karena apa yang mereka tahu, tetapi apa

yang bisa mereka lakukan dengan apa yang mereka tahu.

Berdasarkan penilaian PISA, sistem pendidikan yang baik adalah

ketika para murid mendapatkan nilai lebih tinggi di bidang ilmu

pengetahuan alam serta punya keyakinan lebih kuat pada pentingnya

pertanyaan saintifik dan lebih cenderung berekspektasi untuk bekerja di

bidang pekerjaan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan alam. Hal ini

bisa dicapai jika guru sering menjelaskan dan mendemonstrasikan ide-ide

saintifik serta mendiskusikan pertanyaan murid.

Indonesia menginvestasikan banyak sumber daya di bidang

pendidikan mendominasi pengeluaran sosial Indonesia dan 20 persen

1
anggaran Indonesia dialokasikan di bidang pendidikan. Namun, ini bukan

berarti semua sekolah di Indonesia memiliki semua yang mereka butuhkan

karena sekolah di beberapa daerah masih belum difasilitasi dengan

memadai.

Pendidikan dasar dan menengah di Indonesia, berdasarkan riset

PISA, belum mampu menyiapkan murid dengan kemampuan berpikir kritis

dan analitis sebagaimana seorang ilmuwan perlukan serta belum mampu

menginspirasi murid untuk bercita-cita menjadi peneliti dalam bidang

apapun. Padahal, tanpa murid yang kemampuannya bagus, universitas di

Indonesia tidak akan bisa memperluas dan memperkuat program riset

mereka dan meningkatkan posisi mereka di dunia internasional.

Akibatnya, bidang swasta akan kesulitan berkompetisi secara

internasional dalam penciptaan pengetahuan sehingga akan lebih sulit bagi

Indonesia untuk bertransisi ke sistem ekonomi berbasis pengetahuan.

Sedikitnya peneliti dan ilmuwan juga berarti lebih sedikit pengetahuan dan

penelitian tersedia untuk membantu pengambil kebijakan membuat

keputusan.

Indonesia sekarang menganut berbagai macam sistem pendidikan

nasional. Namun sayangnya sistem pendidikan nasional Indonesia sampai

sekarang masih belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Problem di Bidang Pendidikan

Problem atau permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia di

bidang pendidikan mencakup tiga pokok hal, yaitu:

2
1. Pemerataan Pendidikan

Saat ini bangsa Indonesia masih mengalami masalah di bidang

pemerataan pendidikan terutama pemerataan di bagian barat dan timur

nusantara ini. Hal tersebut dikarenakan pendidikan di Indonesia hanya dapat

dirasakan oleh kaum menengah ke atas, fasilitas yang kurang memadai serta

aksesibilitas yang tidak mendukung untuk melaksanakan pendidikan. Agar

pendidikan di Indonesia tidak semakin terpuruk, maka pemerintah harus

mengambil kebijakan yang tepat dengan segera.

2. Biaya pendidikan

Keadaan ekonomi Indonesia yang semakin terpuruk berdampak pula

pada pendidikan di Indonesia. Banyak sekali anak yang tidak dapat

mengenyam pendidikan karena biaya pendidikan yang mahal. Maka dari

itu,  agar bangsa Indonesia tidak semakin terbelakang, Pemerintah mulai

mengeluarkan dana BOS, yang diberikan kepada peserta didik di SD dan

SMP. Hal tersebut dilakukan dengan membebaskan biaya SPP atau

membuat kebijakan free-school bagi pendidikan dasar. Dengan dikeluarkan

kebijakan tersebut, di harapkan semua pendidikan dapat dirasakan di semua

kalangan masyarakat Indonesia. Namun nyatanya hal ini belum sepenuhnya

dapat dirasakan oleh siswa yang berada di wilayah pedalaman. Masih ada

saja sekolah yang dapat dikatakan tidak layak untuk dijadikan tempat

belajar.

3. Kualitas Pendidikan

3
Selain kedua masalah tersebut, permasalahan yang paling mendasar

adalah masalah mutu pendidikan. Karena sekarang ini pendidikan kita

masih jauh tertinggal jika di bandingkan dengan negara-negara lain. Hal

tersebut di buktikan dengan banyaknya tenaga pendidik yang mengajar

namun tidak sesuai dengan bidangnya. Selain itu, tingkat kejujuran dan

kedisiplinan peserta didik masih rendah. Hal ini disebabkan karena adanya

oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab atas kemajuan pendidikan di

Indonesia.

Sitem Zonasi di Indonesia

JAKARTA, (PR).- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)

menilai membangun pendidikan berbasis zonasi merupakan yang terbaik

bagi masa depan anak. Kendati demikian, pemerintah harus terus

memperbaiki pelaksanaannya agar tindak kecurangan tidak terus berulang.

Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti menyatakan,

tujuan dari sistem zonasi adalah untuk memberi layanan akses yang

berkeadilan bagi masyarakat. Melalui pemerataan mutu pada semua satuan

pendidikan dan partisipasi masyarakat. 

“Namun pemerintah tidak boleh hanya berhenti pada zonasi siswa,

namun harus disertai zonasi pendidikan, termasuk zonasi guru. Untuk

pemerataan pendidikan yang berkualitas, pemerintah harus memetakan

pemerataan guru, pemerataan infrastruktur dan integrasi pendidikan formal

dan nonformal,” kata Retno dalam diskusi Fungsi Zonasi bagi Anak di

Kantor KPAI, Jakarta, Kamis, 5 September 2019.

4
Ia menjelaskan, kebijakan zona sejalan dengan kepentingan terbaik

anak. Pasalnya, sistem zonasi mendekatkan jarak rumah ke sekolah. Hal

tersebut memberikan manfaat bagi tumbuh kembang anak. Di antaranya,

anak menjadi sehat karena setiap hari ke sekolah cukup jalan kaki atau naik

sepeda. Menurut dia, selama ini banyak anak usia SMP dan SMA/SMK

sudah diberikan sepeda motor untuk ke sekolah meskipun belum memiliki

SIM. Pertimbangan jarak yang jauh menjadi alasan bagi orang tua untuk

membelikan anaknya motor atau mobil.

“Angka tawuran pelajar juga bisa diturunkan. Karena selama ini

tawuran kerap dipicu oleh perjumpaan anak-anak berbeda sekolah di

perjalanan dan di kendaraan umum menuju dan pulang sekolah,” katanya.

Ia sepakat bahwa ke depan penerapan sistem zonasi secara perlahan

akan menghilangkan label sekolah unggulan dan non unggulan. Dengan

demikian, kualitas semua sekolah negeri diharapkan menjadi setara. 

Sistem zonasi juga dapat mendorong setiap anak mengoptimalkan

diri sesuai dengan potensi dan kecerdasan yang dimilikinya. Ia menilai,

selama ini, sekolah-sekolah hanya menghargai kecerdasan akademik.

“Padahal, tidak ada anak yang bodoh. Setiap anak memiliki kepintarannya

masing-masing,” ujarnya. 

Dalam diskusi tersebut, KPAI merilis ada 95 aduan yang diterima

posko pengaduan KPAI yang berasal dari 10 provinsi dan 33

kabupaten/kota selama PPDB zonasi 2019. Aduan tersebut didominasi

dugaan kecurangan, penolakan siswa oleh sekolah dan domisili bermasalah.

5
“Sekitar 10% dari total aduan menolak sistem zonasi. Mayoritas

pengadu mendukung sistem zonasi dengan berbagai catatan. Mayoritas

pengadu menyayangkan penerapan 90% zonasi murni dalam Permendikbud

No. 51/2019 sementara jumlah sekolah negeri belum merata penyebarannya

dan masih minim jumlahnya terutama di jenjang SMP dan SMA,” kata

Retno.

Ia mendorong Kemendikbud untuk melakukan perbaikan yang

menyeluruh dalam penerasan sistem zonasi tahun depan. Mulai dari

menyiapkan sekolah baru, distribusi guru yang merata dan evaluasi

komposisi jalur penerimaannya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengklaim, berdasarkan

hasil evaluasi, penerapan penerimaan peserta didik baru berbasis zonasi

berjalan dengan baik atau sesuai target. Zonasi mampu menciptakan sekolah

yang tak homogen. Setiap sekolah kini diisi oleh peserta didik dengan latar

belakang nilai akademik dan ekonomi yang beragam dan sebarannya

merata.

Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, dengan latar belakang

siswa yang heterogen secara akademik, ke depan, tidak akan ada lagi

sekolah yang mendapat predikat unggulan dan nonunggulan. Semua sekolah

akan mampu mengembangkan potensi peserta didiknya masing-masing

untuk meraih prestasi. Kebijakan zonasi ini akan terus diterapkan pada

PPDB tahun depan dan program redistribusi guru.

"Sekarang merata. Setiap sekolah itu diisi peserta didik yang sangat

bagus nilai akademiknya dan sangat rendah juga ada. Ini yang namanya

6
sekolah klasikal. Untuk rotasi dan redistribusi guru, kami masih menunggu

Perpres diterbitkan. Rencananya diterapkan tahun ini juga," kata Muhadjir.

[https://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-01318695/kpai-sistem-zonasi-

terbaik-bagi-anak (2019)]-

Jakarta – jalur zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru

(PPDB) menuai protes orang tua murid, padahal sistem ini diterapkan untuk

mengatasi ketimpangan kualitas sekolah atau dengan yang lainnya. Presiden

Joko Widodo merespons keluh kesah warga. Dia mengakui, sistem itu perlu

dikaji ulang karena menimbulkan banyak masalah.

“Tanyakan kepada Menteri Pendidikan. Memang si lapangan banyak

masalah yang perlu dievaluasi,” kata Jokowi usai menyerahkan 3.200

sertifikat kepada warga Gresik di GOR Tri Dharma, Kamis (20/06/2019).

Nama Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy disebut-sebut demonstran

yang protes terhadap kebijakan sistem zonasi. Bahkan para demonstran

ingin Jokowi memecat Muhadjir.

Dari DPR, Komisi X yang membidangi DPR telah mengagendakan

rapat kerja dengan mengundang Muhadjir, rencananya digelar Senin (24/6)

besok. Mereka akan membahas soal sistem zonasi ini. Wakil Ketua Komisi

X Hetifah Sjaifudian berpandangan Indonesia belum siap menerapkan

sistem zonasi, karena kondisi sarana dan prasarana belum sama baik antara

satu sekolah dengan yang lainnya. Kuantitas dan kualitas guru juga belum

merata.

7
“Ini belum siap. Prasyaratnya (pemerataan) belum dipenuhi, tapi

sistem zonasi sudah dilakukan,” ujar Hetifah kepada wartawan, Jum’at

(21/06/2019).

Hetifah tak setuju bila kebijakan zonasi dibatalkan karena itu akan

mengakibatkan sistem kembali dari nol lagi. Namun, dia setuju sistem itu

dievaluasi. Fraksi PKS juga mendorong adanya evaluasi terhadap sistem

zonasi.

"Solusinya, pertama, evaluasi menyeluruh kebijakan sistem zonasi.

Kedua, beri keleluasaan pada daerah untuk menyesuaikan kondisinya," kata

Ketua DPP PKS yang duduk di Komisi X DPR, Ledia Hanifa Amaliah,

kepada wartawan.

Giliran Muhadjir yang menjelaskan kebijakannya ini. Sistem zonasi

menimba inspirasi dari negara maju seperti Amerika, Australia, Jepang,

negara-negara Skandinavia, Jerman, dan Malaysia. Negara tersebut bisa

maju antara lain karena menerapkan sistem zonasi. Persoalan yang

dihadapai negara-negara itu pun pada awalnya sama dengan Indonesia,

terkait infrastruktur dan kualitas guru yang belum merata. Secara bertahap

mereka terus menyempurnakannya sehingga maju seperti sekarang.

"Jadi kalau dibilang sebaiknya menunggu semua infrastruktur sudah

baik secara merata, ya tidak perlu ada zonasi. Justru sistem zonasi ini

diterapkan untuk mengoreksi dan mengejar ketimpangan secara radikal,"

Muhadjir menegaskan. [https://news.detik.com/pro-kontra/d-4594558/sekolah-

berdasarkan-sistem-zonasi-setuju-atau-tidak(2019)].

8
Ini adalah isu pendidikan, isu yang luar biasa penting bagi masa

depan bangsa. Jadi, peneliti tertarik untuk membahas tentang pengaruh

sistem zonasi terhadap motivasi belajar di SMPIT ‘Alamy Subang dan

SMPN 1 Pagaden.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan

masalah dalam penilitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apa pendapat pelajar pada sistem zonasi?

2. Bagaimana pengaruh sistem zonasi terhadap motivasi belajar

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Sistem Zonasi

Sistem zonasi adalah sebuah sistem pengaturan proses penerimaan

siswa baru sesuai dengan wilayah tempat tinggal. Sistem tersebut diatur

dalam Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018 dan ditujukan agar tak ada

sekolah-sekolah yang dianggap sekolah favorit  dan non-

favorit. [https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_zonasi]

Kementrian pendidikan dan kebudayaan menerbitkan Permendikbud

baru yakni Nomor 14 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru

(PPDB) yang merupakan pengganti dari peraturan sebelumnya yaitu Nomor

17 Tahun 2017 Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak,

9
Sekolah Dasar, Sekolah Menenganh Pertama, Sekolah Menegah Atas,

Sekolah Menengah Kejuruan, atau Bentuk Lain yang sudah Sederajat sudah

tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan layanan sehingga perlu

diganti. dimana dalam peraturan baru ini diwajibkan sekolah yang

diselenggarakan oleh pemerintah untuk memberlakukan sistem zonasi

dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

Dimana sistem zonasi ini mewajibkan sekolah yang diselenggarakan

oleh pemerintah daerah menerima calon peserta didik yang berdomisili pada

radius zona terdekat dari sekolah dengan kuota 90% (sembilan puluh

persen) dari keseluruhan peserta didik yang nantinya diterima. Sedangkan

5% berdasarkan jalur prestasi diluar radius zona terdekat dari sekolah dan

alasan khusus bagi calon peserta didik dimana domisili orangtua/wali

peserta didik atau terjadi bencana alam/sosial, paling banyak 5% (lima

persen) dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima.

Pemberlakuan sistem zonasi sesuai dengan peraturan Permendikbud

terbaru ini bertujuan untuk menjamin bahwa penerimaan peserta didik baru

akan berjalan secara objektif, transparan, akuntabel, nondiskriminati, dan

berkeadilan dalam rangka mendorong peningkatan akses layanan

pendidikan maupun pemerataan pendidikan. Namun hal tersebut juga

menyebabkan masalah bagi calon peserta didik dan orang tua /wali.

Orang tua yang memiliki anak berprestasi merasa khawatir untuk

mendaftarkan anaknya disekolah favorit diluar zona domisilinya. Jumlah

kuota sebesar 5% untuk jalur prestasi dinilai cukup kecil untuk calon peserta

didik dari luar zona domisili, hal tersebut yang membuat banyak orang tua

10
merasa ragu untuk mendatarkan anaknya diluar zona domisili dimana

sekolah favorit berada. Sedangkan sekolah dimana calon peserta didik

berdomisili dinilai memiliki fasilitas yang kurang memadai daripada

sekolah favorit yang mereka inginkan diluar zona domisili.

[https://www.tribunnews.com/tribunners/2018/07/11/dampak-sistem-

zonasi-ppdb-yang-diterapkan-kemendikbud. (2018)]

2.2. Aturan Mengenai Sistem Zonasi

KOMPAS.com – Pendaftaran PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) di

beberapa daerah telah dibuka. Pelaksanaan PPDB 2018 mengacu pada

peraturan terbaru tentang PPDB yakni. Permendikbud Nomor 14 Tahun

2018. Salah satunya mengatur tentang sistem zonasi yang mulai diterapkan

dalam PPDB tahun ini.

Dikutip dari akun Instagram resmi Kemendikbud @kemendikbud.ri dan

Permedikbud Nomor 14 Tahun 2018, beberapa hal yang perlu diperhatikan

mengenai sistem zonasi dalam PPDN 2018 diantaranya:

1. Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah (pemda)

wajib menerima calon peserta didik berdomisili pada radius zona

terdekat dari sekolah dengan kuota paling sedikit 90% dari total

jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima.

2. Domisili calon peserta didik yang termasuk dalam zonasi sekolah

didasarkan pada alamat pada kartu keluarga (KK) yang diterbitkan

paling lambat 6 (enam) bulan sebelum pelaksanaan PPDB.

3. Radius zona terdekat dalam sistem zonasi ditetapkan oleh pemda

sesuai dengan kondisi di daerah tersebut dengan memperhatikan

11
ketersediaan anak usia sekolah di daerah tersebut; dan jumlah

ketersediaan daya tamping sekolah.

4. Penetapan radius zona pada sistem zonasi ditentukan oleh pemda

dengan melibatkan musyawarah/kelompok kerja kepala sekolah.

5. Bagi sekolah yang berada di daerah perbatasan

provinsi/kabupaten/kota. Ketentuan persentase penerimaan siswa

dan radius zona terdekat dapat ditetapkan melalui kesepakatan

tertulis antarpemerintah daerah yang saling berbatasan.

6. Calon siswa di luar zonasi dapat dinerima melalui beberapa cara

yakni:

a. Melaui jalur prestasi dengan kuota paling banyak 5% (lima

persen) dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang

dinerima.

b. Alasan perpindahan domisili orang tua/wali atau alasan terjadi

bencana alam/social dengan paling banyak 5% (lima persen) dari

total keseluruhan siswa yang diterima.

7. Sistem zonasi menjadi prioritas utama atau terpenting dalam PPDB

jenjang SMP dan SMA. Setelah seleksi zonasi baru kemudian

dipertimbangkan hasil seleksi ujian tingkat SD atau hasil ujian

nasional SMP untuk tingkat SMA.

8. Untuk jenjang SD, sistem zonasi menjadi pertimbangan seleksi

tahap kedua setelah factor minimum usia masuk sekolah sudah

12
terpenuhi. Sedangkan bagi SMK sama sekali tidak terikat mengikuti

sistem zonasi.

2.3. Aturan PPDB SMA di Jawa Barat

Bandung - Dinas Pendidikan Jawa Barat merampungkan Peraturan

Gubernur (Pergub) Nomor 16 Tahun 2019 tentang pedoman penerimaan

peserta didik baru (PPDB) SMA. Ditetapkan 91 titik zonasi untuk PPDB di

Jabar.

Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jabar Dewi Sartika mengatakan

PPDB tahun ini tetap merujuk Permendikbud Nomor 51 Tahun 2018.

Formasi PPDB tahun ini, hanya 34 persen lulusan SMP yang akan diterima

SMA negeri.

"Kami masih tetap mengacu pada Permendikbud ya. Kita hanya

menerima 34 persen untuk SMA negeri, otomatis 66 persen sisanya swasta,"

kata Dewi saat dihubungi, Selasa (14/5/2019).

Ia menuturkan PPDB tahun ini kuotanya terbagi menjadi tiga yakni jalur

zonasi 90 persen, prestasi 5 persen dan perpindahan dinas orang tua 5

persen. Skema tersebut hampir sama dengan tahun lalu.

"Dari yang 90 persen zonasi itu, 20 persennya untuk keluarga

ekonomi tak mampu. Sementara kuota perpindahan kalau tidak sampai 5

persen realisasinya, bisa dialihkan ke kuota prestasi," ucap Dewi.

Dewi menjelaskan pihaknya sudah menetapkan 91 titik zonasi untuk PPDB

di 27 kabupaten dan kota di Jabar. Zonasi tersebut tidak hanya

mempertimbangkan jarak saja melainkan ketersediaan sekolah di wilayah

tersebut.

13
"Itu kan masukan dari bawah penetapan titiknya. Yakni, dari

Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS). Sehingga titik-titik jalan

misalnya ada yang harus muter itu dihitung seperti apa jaraknya," ujarnya.

Menurutnya, petunjuk teknis PPDB tahun ini sudah diupayakan mendekati

adil. Salah satunya dengan mengakomodir siswa-siswa yang tinggal di

wilayah tidak memiliki sekolah SMA.

"Pak gubernur sudah mewanti-wanti harus mendekati adil. Kita

sudah berupaya mengakomodir kekurangan tahun-tahun sebelumnya," ucap

Dewi.

Pendaftaran PPDB tahun ini tetap menggunakan sistem online

melalui website ppdb.disdik.jabarprov.go.id. Pendaftaran dimulai dari

tanggal 17 - 22 Juni 2019.

Tahapan selanjutnya yaitu verifikasi administrasi mulai 24 - 26 Juni

dan pengumuman pada 29 Juni. Nantinya pengumuman dilakukan oleh

sekolah masing-masing. "Daftar ulang itu 1 - 2 Juli. Sedangkan MPLS

mulai 16 - 18 Juli," kata Dewi. 

[https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-4548861/ini-aturan-ppdb-sma-

di-jawa-barat]

2.4. Dampak Sistem Zonasi

Dampak dari pemberlakuan sistem zonasi ini yakni masih ada saja

sekolah yang kekurangan peserta didik baru atau kuota yang telah

ditetapkan sekolah belum semuanya terpenuhi. Hal ini disebabkan karena

sebelum diberlakukannya sistem zonasi, banyak peserta didik baru yang

berasal dari luar daerah dan karena keterbatasan daerah penetapan zonasi,

14
dimana hal tersebut menyebabkan terbatasnya juga calon peserta didik baru

yang mendaftar.

Sistem zonasi ini juga membuka peluang bagi oknum-oknum

internal maupun eksternal yang tidak bertanggungjawab. Oknum internal

misalnya berasal dari sekolah yang bersangkutan dengan menawarkan

kepada orangtua calon peserta didik yang untuk meloloskan anaknya dalam

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan membayar biaya sesuai

yang mereka inginkan.

Sedangkan, oknum internal ini orangtua calon peserta didik dalam

ekonomi yang mampu bisa memuat dan melampirkan Surat Keterangan

Tidak Mampu (SKTM) palsu atau bukti lainnya yang diterbitkan oleh

pemerintah daerah agar anaknya bisa diterima pada sekolah yang mereka

inginkan.

Dimana sesuai pada Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018 tentang

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tersebut pada pasal 16 dikatakan

bahwa peserta didik baru yang berasal dari keluarga ekonomi tidak mampu

yang berdomisili dalam satu wilayah daerah provinsi paling sedikit 20%

(dua puluh persen) dari jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima

dengan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) atau bukti lainnya yang

diterbitkan oleh pemerintah daerah.

Dalam penetapan sistem zonasi ini sebaiknya pemerintah daerah,

dalam hal ini Dinas Pendidikan (Disdik) memperhatikan berapa banyak

proyeksi lulusan sekolah. Dari data tersebut bisa dilihat berapa jumlah

lulusan sekolah dan berapa tersedianya jumlah penerimaan. Jika ditemukan

15
jumlah lulusan sekolah yang kurang banyak dibandingkan dengan

ketersedianya penerimaan, maka bisa dilakukan pelebaran atau penambahan

daerah zonasi.

Sedangkan masalah dimana kecurangan oknum-oknum yang tak

bertanggungjawab lakukan harus adanya pengawasan terhadap hasil dari

penerimaan peserta didik dan untuk calon peserta didik dengan

menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) ini harus ada

pengecekan apakah surat tersebut sesuai dengan keadaan ekonomi calon

peserta didik yang bersangkutan.

Sosialisasi sistem zonasi ini seharusnya sering dilakukan sebelum

hari dimana Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dilaksanakan untuk

memberikan pemahaman kepada orang tua/wali calon peserta didik bahwa

sistem ini diterapakan untuk memberikan kelayakan pendidikan dan

pemerataan pendidikan.

Pola pikir orang tua yang menginginkan anaknya bersekolah sekolah

favorit atau unggulan harus dirubah dengan adanya sosialisasi yang

berkelanjutan tersebut. Orang tua harus diberikan pemahaman bahwa

sekolah dengan predikat favorit atau unggulan pada nantinya dengan

sendirinya hilang karena pemerataan kualitas pendidikan dengan

pemberlakuannya peraturan zonasi ini.

[https://www.tribunnews.com/tribunners/2018/07/11/dampak-

sistem-zonasi-ppdb-yang-diterapkan-kemendikbud.(2018)]

2.5. Pengertian Motivasi Belajar

16
Winkel, 2003 dalam Puspitasari, 2012 definisi motivasi belajar

adalah segala usaha di dalam diri sendiri yang menimbulkan kegiatan

belajar dan menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar serta memberi

arah pada kegiatan-kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki

tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat intelektual

dan berperan dalam hal menumbuhkan semangat belajar untuk individu.

Motivasi belajar adalah dorongan dari proses belajar dan tujuan dari

belajar yakni mendapatkan manfaat dari proses belajar tersebut. Beberapa

siswa mengalami masalah dalam belajar yang berdampak pada prestasi

belajar mereka yang tidak diharapkan. Untuk menangani masalah ini perlu

dicari faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah motivasi

belajar siswa, dimana motivasi belajar adalah syarat mutlak untuk belajar,

serta sangat memberikan pengaruh besar dalam memberikan gairah atau

semangat dalam belajar (Puspitasari, 2012).

Menurut Clayton Alderfer dalam Hamdhu, 2011 motivasi belajar

adalah kecenderungan siswa dalam melakukan segala kegiatan belajar yang

didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik

mungkin. [http://etheses.uin-malang.ac.id]

Menurut Tadjah, motivasi belajar adalah keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,

menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada

kegiatan belajar itu, demi mencapai suatu tujuan (1994: 102).

Selanjutnya yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah

keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan

17
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan

arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan (Ali Imron, 1988, hal

87-88).

Jadi pengertian motivasi belajar adalah suatu keadaan atau kondisi

yang mendorong, merangsang atau menggerakkan seseorang untuk belajar

sesuatu atau melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan.

A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Dalam bidang pendidikan, guru dan siswa sama-sama memerlukan

motivasi untuk menggerakkan dirinya dalam mencapai kualitas kerja yang

optimal sehingga dapat dipastikan hasilnya akan optimal pula. Usaha untuk

mendapatkan hasil prestasi yang optimal dibutuhkan motivasi belajar yang

tinggi dari diri sendiri ataupun dari luar, karena itu faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar sebagai berikut:

1) Faktor internal siswa (faktor dari dalam diri siswa) yakni kondisi

jasmani dan rohani siswa meliputi:

a) Aspek fisiologis seperti keadaan telinga dan mata

b) Aspek psikologis seperti inteligensi, motivasi siswa, sikap,

bakat dan minat.

2) Faktor eksternal siswa (faktor dari luar diri siswa) yakni kondisi

lingkungan disekitar siswa. Lingkungan sosial ini ada dua, yaitu:

a) Lingkungan sosial sekolah, seperti para guru, para staf

administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi

semangat belajar seorang siswa.

18
b) Faktor pendekatan belajar (Approach to Learning) yaitu jenis

upaya belajar siswa meliputi strategi yang digunakan siswa

untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi

pelajaran. (muhibbin Syah, 2003, hal 144).

Untuk menghindari adanya gejala krisis motivasi belajar, maka para

ahli psikologi pendidikan menghendaki adanya daya penggerak dalam diri

siswa untuk mencapai taraf prestasi belajar yang setinggi mungkin, demi

penghargaan kepada diri sendiri. Kemudian untuk membangkitkan motivasi

belajar di sekolah, maka guru atau tenaga bimbing perlu mengenal murid

dan mempunyai kesanggupan kreatif untuk menghubungkan pelajaran

dengan kebutuhan dan minat anak. Dalam hal ini bermacam-macam cara

untuk membangkitkan motivasi anak di sekolah.

Di antara cara membangkitkan motivasi belajar itu adalah sebagai

berikut: Menjelaskan kepada siswa, mengapa bidang studi dimasukkan

dalam kurikulum sekolah dan apa gunanya untuk kehidupan kelak,

meningkatkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa di luar sekolah

sepanjang hal itu mungkin, menunjukkan antusiasme dalam mengajarkan

bidang studi yang di pegang dan menggunakan prosedur menganjal yang

sesuai, mendorong siswa untuk memandang belajar di sekolah sebagai suatu

tugas yang tidak harus serba menekan, sehingga siswa mempunyai intensi

untuk belajar dan menyelesaikan tugasnya dengan sebaik mungkin,

menciptakan iklim dan suasana dalam kelas yang sesuai dengan kebutuhan

siswa untuk menghindari kegagalan. Lebih-lebih bagi siswa yang cenderung

takut gagal. Hal ini berarti bahwa ada siswa yang perlu di tantang dan perlu

19
di tuntun dan didampingi selamanya, memberikan hasil ulangan dalam

waktu sesingkat mungkin dan mengembalikan tugas PR yang telah di

koreksi, partisipasi dalam kegiatan ekstra kurikuler demi meningkatkan

hubungan kemanusiaan, menggunakan bentuk-bentuk kompetisi

(persaingan) antara siswa dengan siswa atau kelompok-kelompok siswa

dengan menjaga jangan sampai kompetisi menjadi alasan untuk saling

bermusuhan, menggunakan intensif seperti pujian dan hadiah berupa materi

secara wajar dan tidak secara berlebih-lebihan.

Demikian pula dengan hukuman dan celaan, patut di berikan bila

ada alasan yang cukup kuat dengan cara di beritahu terus terang, apa yang

salah dan bagaimanakah bentuk tingkah laku yang tepat. (Tadjah, 1992, hal:

109- 111)

B. Ciri-ciri Individu Yang Mempunyai Motivasi Belajar

Menurut Sardiman A.M, ciri-ciri motivasi belajar yang ada pada diri

seseorang adalah: Tekun menghadapi tugas dapat bekerja terus menerus

dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai, ulet

menghadapi kesulitan. tidak memerlukan dorongan dari luar untuk

berprestasi sebaik mungkin, tidak cepat puas dengan prestasi yang telah

dicapainya, Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk

orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi,

keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindakan

kriminal, amoral dan sebagainya), Lebih senang bekerja sendiri, tidak cepat

bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya

(kalau sudah yakin akan sesuatu), tidak mudah melepaskan hal yang

20
diyakini itu, Senang mencari dan memechkan masalah soal-soal. (Sardiman,

1986: 82-83).

C. Fungsi Motivasi Dalam Belajar

1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa

motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti

belajar,

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan

perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.

3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai

mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan

cepat atau lambatnya suatu pekerjaan (Oemar Hamalik, 2004:

161).

D. Jenis- Jenis Motivasi

1) Motivasi Instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam

setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan

sesuatu. Motivasi Instrinsik bila tujuannya inheren dengan

situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak

didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam

pelajaran itu. Anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata

mengusai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran,

bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai

21
yang tinggi, atau hadiah dan sebagainya. Jadi motivasi instrinsik

muncul berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan

sekedar atribut dan seremonial.

2) Motivasi Ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi instrinsik.

motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi

karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan

ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar

faktor-faktor situasi belajar (resides in some factors outside the

learning situasition). Anak didik belajar karena hendak mencapai

tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya. Motivasi

ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak

baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak

didik mau belajar (Djamarah, 2008: 149).

E. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar

Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada

motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih

optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar

diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar.

1) Motivasi sebagai Dasar Penggerak yang biasa Mendorong

Aktivitas Belajar.

Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang

mendorongnya.motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang mendorong

seseorang untuk belajar.seseorang yang berminat untuk belajar belum

22
sampai pada tataran motivasi sebelum menunjukkan aktivitas nyata.minat

merupakan kecenderungan sikologis yang menyenangi suatu obyek, belum

sampai melakukan kegiatan.

Namun,minat adalah alat motivasi dalam belajar.minat merupakan

potensi sikologi yang dapat di manfaatkan untuk menggali motivasi.bila

seorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas

belajar,dalam rentangan waktu tertentu.oleh karena itulah, motivasi di akui

sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang.

2) Motivasi Intrinsik Lebih Utama dari pada Motivasi Ekstrinsik

dalam Belajar

Efek yang tidak di harapkan dari pemberian motivasi ekstrinsik

adalah kecendrungan ketergantungan anak didik terhadap segala sesuatu di

luar dunia selain kurang percaya diri,anak didik juga bermental berharapan

dan mudah terpengaruh terkenal.oleh karena itu,motivasi intrinsik lebig

utama dalam belajar.

3) Motivasi Berupa Pujian Lebih Baik dari pada Hukuman.

Meski hukuman tetap di berlakukan dalam memicu semangat belajar

anak didik,tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian setiap orang

senang di hargai dan tidak suka di hukum dalam bentuk apapun memuji

orang lain berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja orang lain.hal

ini akan memberikan semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan

prestasi kerjanya.

4) Motivasi Berhubungan Erat dengan Kebutuhan dalam Belajar

23
Kebutuhan yang tidak bisa di hindari oleh anak didik adalah

keinginanya untuk menguasai sejumlah ilmu pengetahuan.oleh karena itulah

anaqk didik belajar.karene bila tidak belajar berarti anak didik tidak akan

mendapat ilmu pengetahuan.bagaimana untuk mengembangkan diri dengan

memanfaatkan potensi-potensi yang di miliki bila potensi-potensi itu tidak

di Tumbuhkembangkan melalui penguasaan ilmu pengetahuan.jadi,belajar

adalah santapan utama anak didik.

5) Motivasi dapat Memupuk Optimisme dalam Belajar

Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin

dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin bahwa

belejar bukanlah kegiatan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak

hanya kini, tetapi juga di hari-hari mendatang.

6) Motivasi Melahirkan Prestasi dalam Belajar

Dari berbagai hasil pengetahuan selalu menyimpulkan bahwa

motivasi mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi 28

selalu di jadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seaeorang anak

didik. (syaiful, 2008 :155).

F. Pentingnya Motivasi Belajar

Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja.

Belajar menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja

menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri pelaku dan orang lain.

Motivasi belajar dan bekerja merupakan penggerak kemajuan masyarakat.

24
Kedua motivasi ini harus dimiliki oleh siswa. Sedangkan guru dituntut

untuk memperkuat motivasi siswa. (Dimyati, M, 1999:84). Motivasi belajar

penting bagi siswa dan guru.

Bagi siswa pentingnya motivasi belajar:

1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil

akhir.

2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar dibandingkan

dengan teman sebagai ilustrasi. Jika terbukti usaha belajar

seorang siswa belum memadai, maka ia berusaha dengan tekun

untuk berhasil

3) Mengarahkan kegiatan belajar.

4) Membesarkan semangat belajar.

5) Mengadakan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian

bekerja yang berkesinambungan.

Motivasi juga penting bagi guru. Pengetahuan dan pemahaman

tentang motivasi kegiatan pada siswa bermanfaat bagi guru, antara lain:

1) Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semmangat

siswa untuk belajar sampai berhasil.

2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa yang

bermacam ragam. Meningkatkan dan menyadarkan guru, untuk

memilih satu diantara bermacam-macam peran sebagai

penasehat, fasilitator instruktur, teman diskusi, penyemangat,

pemberi hadiah, atau pendidik. (Dimyati, M, 1999:85).

[http://digilib.uinsby.ac.id/ 9766/4/bab%202.pdf].

25
2.6. Kerangka berpikir

Pengertian Dampak sistem Pendapat para


sistem zonasi zonasi pelajar kepada
sistem zonasi

Pengertian Faktor faktor yang Ciri-ciri individu


motivasi mempengaruhi motivasi yang mempunyai
belajar motivasi belajar

Prinsip-prinsip Jenis-jenis motivasi Fungsi motivasi belajar


motivasi belajar belajar

Pentingnya Hasil
penelitian penelitian 26
motivasi belajar
kesimpulan

2.7. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah

sistem zonasi berpengaruh terhadap motivasi belajar.

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pendapat pelajar pada sistem zonasi.

2. Mengetahui pengaruh sistem zonasi terhadap motivasi belajar.

3.2 Manfaat Penelitian

27
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat, adalah sebagai

berikut :

1. Manfaat bagi siswa :

Jadi mengetahui kelebihan dan kekurangan pada sistem

zonasi.

2. Manfaat bagi guru :

Jadi mengetahui pendapat-pendapat para pelajar sistem

zonasi.

3. Manfaat bagi sekolah :

Jadi referensi dari pandangan siswa.

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Setting Penelitian

1. Tempat

Tempat penelitian ini dilakukan di SMPIT ‘Alamy Subang dan

SMPN 1 Pagaden.

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 November hingga 6

Desember 2019.

28
4.2 Metode dan Desain Penelitian

1. Metode penelitian

Menurut Sugiyono (2013:2), Metode penelitian pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang

perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Menurut

Darmadi (2013:153), Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti

kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciriciri keilmuan yaitu rasional,

empiris, dan sistematis. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan

bahwa metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk memperoleh data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu

2. Desain penelitian

• Kajian Pustaka • mengetahui


• Observasi pendapat para pelajar
• Rumusan Masalah pada sistem zonasi.
Tahap Awal • Menentukan • mengetahui
Metode penelitian pengaruh sistem
• Menyusun Insrumen zonasi terhadap
Penelitian motivasi belajar

• Identifikasi Data • Wawancara


Tahap • Masalah
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian • Implementasi
Instrumen

• Reduksi Data
Tahap Akhir Pengolahan data • Analisis Data
• Display Data29
• Verifikasi Data

Penyusunan Data Hasil Temuan


4.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian yaitu siswa-siswi kelas 9 SMPIT ‘Alamy Subang

dan siswa-siswi kelas 9 SMPN 1 Pagaden.

2. Sampel

Berdasarkan populasi yang sudah ditentukan, peneliti

mengerucutkan sampel sebanyak 46 responden, diantaranya :

1) Balqis Shafa Ramadhanti (SMPIT ‘Alamy)

2) Berliany Neptania Soekarno Putri (SMPIT ‘Alamy)

3) Della Pirla Maulidya (SMPIT ‘Alamy)

4) Dwike Zaira Nurmila (SMPIT ‘Alamy)

5) Gita Gunawan (SMPIT ‘Alamy)

6) Hana Khoirunnisa (SMPIT ‘Alamy)

7) Hilda Aulia Suherman (SMPIT ‘Alamy)

8) Karina Damayanti (SMPIT ‘Alamy)

9) Karina Dhisty Fitria (SMPIT ‘Alamy)

10) Kintan Lestari (SMPIT ‘Alamy)

11) Muharnisa Aulia (SMPIT ‘Alamy)

12) Nisrina Aufa (SMPIT ‘Alamy)

13) Naufalita Aghna Auliya (SMPIT ‘Alamy)

30
14) Pebriani (SMPIT ‘Alamy)

15) Sella Aulia Rahmat (SMPIT ‘Alamy)

16) Selly Aulia Rahmat (SMPIT ‘Alamy)

17) Silvia Adzhani Fadhillah (SMPIT ‘Alamy)

18) Tiara Istighfari (SMPIT ‘Alamy)

19) Tsabita El Azmi (SMPIT ‘Alamy)

20) Zalfa Salsabilla (SMPIT ‘Alamy)

21) Aldi Rodhibillah (SMPIT ‘Alamy)

22) Alfi Adriansyah (SMPIT ‘Alamy)

23) Angga Ridho Abdllah (SMPIT ‘Alamy)

24) Arya Raka Wiguna (SMPIT ‘Alamy)

25) Azka Aulia Pratama (SMPIT ‘Alamy)

26) Didan Wijaya (SMPIT ‘Alamy)

27) Dzikran Abdur Raafi (SMPIT ‘Alamy)

28) Fadhil Muhammad Sopiyan (SMPIT ‘Alamy)

29) Fadl Kamal Abdurasyid (SMPIT ‘Alamy)

30) Farhan Maulana (SMPIT ‘Alamy)

31) Ilham Maulana Rustandi (SMPIT ‘Alamy)

32) Jauhar Rifqi Alamsyah (SMPIT ‘Alamy)

33) Klafinova (SMPIT ‘Alamy)

34) Maajid Nazhirul Adlan (SMPIT ‘Alamy)

35) Muhammad Ikbal Bayehaqi (SMPIT ‘Alamy)

36) Muhammad Luqman (SMPIT ‘Alamy)

37) Muhammad Rafi Fauzi (SMPIT ‘Alamy)

31
38) Nabil Hilmy (SMPIT ‘Alamy)

39) Naufal Alfiqran (SMPIT ‘Alamy)

40) Raissa Zaky Fadhilah (SMPIT ‘Alamy)

41) Yoga Prasetyo Nurdzakkii (SMPIT ‘Alamy)

42) Zidane Qodrat Khoerul (SMPIT ‘Alamy)

43) Agustian I.W (SMPN 1 Pagaden)

44) Annisa Al Fitri Yeni (SMPN 1 Pagaden)

45) Dina Fitriawati (SMPN 1 Pagaden)

46) Krisna Wibowo (SMPN 1 Pagaden)

4.4 Prosedur Penelitian

1. Tahap awal

Peneliti melakukan persiapan awal dengan menyiapkan pertanyaan-

pertanyaan berdasarkan rumusan masalah yang akan dikaji.

2. Tahap penelitian

Peneliti menyediakan instrumen berupa angket wawancara dan

disebarkan kepada responden secara tatap muka maupun tidak langsung.

3. Tahap akhir

Setelah mengumpulkan data penelitian, peneliti mengolah data dan

kemudian menganalisisnya.

4.5 Instrumen penelitian atau alat dan bahan

32
Peneliti ini menggunakan instrumen angket wawancara untuk

mengumpulkan data penelitian yang terdiri dari yang didasari oleh rumusan

masalah. Instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut :

Instrumental Wawancara

Nama: Sekolah:
Kelas: SMA tujuan:
“Pengaruh Sistem Zonasi Terhadap Motivasi Belajar Siswa”

Jawab pertanyaan berikut!

1. Bagaimana pendapat kamu tentang sistem zonasi, setuju atau tidak?

Berikan alasannya !

 Setuju  Tidak Setuju


__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

2. Dengan adanya sistem zonasi, bagaimana motivasi belajar kamu untuk


menghadapi UNBK?
 Termotivasi,
Alasan :
__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

 Tidak Termotivasi,
Alasan :
__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

33
TTD RESPONDEN

(……………..........)

4.6 Analisis data

Setelah mengolah data, peneliti menganalisis data yang disajikan

dalam bentuk tabel dan esei padat sebagai berikut.

34
BAB V

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Temuan Penelitian

1. Bagaimana pendapat kamu tentang sistem zonasi, setuju atau


tidak? Berikan alasannya! dan Dengan adanya sistem zonasi,
bagaimana motivasi belajar kamu untuk menghadapi UNBK?
Pertanyaan ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yang

pertama dan kedua kemudian dipresentasikan dalam bentuk uraian, sebagai

berikut :

1) Balqis Shafa Ramadhanti, siswi SMPIT ‘Alamy

35
Menurut Balqis (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi karena

sangat merepotkan. Dan dia menjadi tidak termotivasi untuk

menghadapi ujian karena dia menjadi memiliki pikiran pesimis.

2) Berliany Neptania Soekarno Putri, siswi SMPIT ‘Alamy

Menurut Berliany (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi

karena memengaruhi hasil belajar dan prestasi di dalam kelas

maupun lingkup sekolah. Dan dia menjadi termotivasi untuk

menghadapi ujian karena dengan UNBK selama semua sistemnya

sudah siap, termasuk operatornya siap, maka ujian akan lebih

mudah.

3) Della Pirla Maulidya, siswi SMPIT ‘Alamy

Menurut Della (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi karena

kita tidak bisa memilih sekolah yang kita inginkan. Dan dia menjadi

tidak termotivasi karena motivasi belajar kita menjadi tidak fokus.

4) Dwike Zaira Nurmila, siswi SMPIT ‘Alamy

Menurut Dwike (2019), dia setuju dengan sistem zonasi karena bisa

masuk ke sekolah yang dekat dengan rumah. Dan dia tidak

termotivasi untuk menghadapi UNBK karena berniat mendaftar

masuk sekolah menggunakan jalur zonasi jadi tidak terlalu fokus.

5) Gita Gunawan, siswi SMPIT ‘Alamy

Menurut Gita (2019), dia setuju dengan sistem zonasi karena

memudahkan pelajar yang rumahnya dekat dengan sekolah tersebut.

36
Dan dia tidak termotivasi untuk menghadapi UNBK karena akan

mendaftar masuk sekolah menggunakan jalur zonasi.

6) Hana Khoirunnisa, siswi SMPIT ‘Alamy

Menurut Hana (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi karena

dapat merugikan sekolah favorit dan para pelajar yang telah

berusaha keras juga dirugikan oleh kuota yang terbatas. Dan dia

termotivasi untuk menghadapi UNBK karena untuk kepentingan

ijazah dan untuk mempermudah memauki Universitas yang

diinginkan dan memudahkan melamar kerja juga.

7) Hilda Aulia Suherman, siswi SMPIT ‘Alamy

Menurut Hilda (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi karena

mempersulit siswa yang jauh dari sekolah favorit yang diinginkan.

Dan dia termotivasi untuk menghadapi UNBK karena lebih

semangat lagi belajar dan terus berjuang lagi untuk nilai yang

memuaskan.

8) Karina Damayanti, siswi SMPIT ‘Alamy

Menurut Damayanti (2019), dia setuju dengan sistem zonasi karena

bisa memudahkan kita untuk masuk tanpa NEM yang harus

sempurna. Dan dia termotivasi untuk menghadapi UNBK karena dia

ingin tetap berusaha untuk mendapatkan NEM yang bagus walaupun

dia bisa menggunakan jalur zonasi.

9) Karina Dhisty Fitria, siswi SMPIT ‘Alamy

37
Menurut Dhisty (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi karena

bagi siswa yang berprestasi jika alamat rumah jauh dengan sekolah

favorit akan mematahkan semangat belajarnya. Dan dia tidak

termotivasi untuk menghadapi UNBK karena dia tidak ada pengaruh

apa-apa terhadap motivasi belajarnya.

10) Kintan Lestari, siswi SMPIT ‘Alamy

Menurut Kintan (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi karena

jadi tidak bisa memilih sekolah yang diinginkan. Dan dia tidak

termotivasi untuk menghadapi UNBK karena dengan adanya sistem

zonasi jadi membuat motivasi belajarnya berkurang.

11) Muharnisa Aulia, siswi SMPIT ‘Alamy

Menurut Muharnisa (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi

karena mempersulit masuk sekolah favorit bagi anak yang rumahnya

jauh. Dan dia termotivasi untuk menghadapi UNBK karena dia

membutuhkan NEM yang tinggi untuk masuk ke sekolah pilihannya.

12) Nisrina Aufa, siswi SMPIT ‘Alamy

Menurut Aufa (2019), dia setuju dengan sistem zonasi karena jika

orang memiliki rumah yang dekat dengan sekolah jadi gampang

masuknya, biar tidak susah jauh-jauh cari sekolah. Dan dia

termotivasi untuk menghadapi UNBK karena memiliki semangat

belajar untuk menghadapi UNBK.

13) Naufalita Aghna Auliya, siswi SMPIT ‘Alamy

38
Menurut Naufalita (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi

karena membuat harapan-harapan pelajar yang sudah semangat

belajar menjadi hilang karena adanya sistem zonasi. Dan dia tidak

termotivasi untuk menghadapi UNBK karena adanya sistem zonasi,

walaupun dia kecewa dengan sistem tersebut.

14) Pebriani, siswi SMPIT ‘Alamy

Menurut Pebriani (2019), dia setuju dengan sistem zonasi karena

dapat memudahkan pelajar yang sekolahnya dekat dengan rumah.

Dan dia termotivasi untuk menghadapi UNBK karena untuk

mendapatkan nilai di ijazah.

15) Sella Aulia Rahmat, siswi SMPIT ‘Alamy

Menurut Sella (2019), dia setuju dengan sistem zonasi karena

memudahkan pelajar yang sekolahnya dekat dengan rumah. Dan dia

tidak termotivasi untuk menghadapi UNBK karena adanya sistem

zonasi jadi tidak mementingkan nilai UNBK.

16) Selly Aulia Rahmat, siswi SMPIT ‘Alamy

Menurut Selly (2019), dia setuju dengan sistem zonasi karena

memudahkan anak yang NEM-nya kecil tapi ingin memasuki SMA

favorit. Dan dia tidak termotivasi karena sudah ada sistem zonasi.

17) Silvia Adzhani Fadhillah, siswi SMPIT ‘Alamy

Menurut Silvia (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi karena

merasa kasihan yang pintar jadi ditempatin di sekolah yang

39
akreditasnya kurang dan kasihan kepada yang kurang pintar nanti

dia dianggap remeh sama teman-temannya karena masuk sekolah

yang mayoritas orang pintar. Dan dia tidak termotivasi untuk

menghadapi UNBK karena sudah ada sistem zonasi.

18) Tiara Istighfari, siswi SMPIT ‘Alamy

Menurut Tiara (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi karena

memudahkan untuk pelajar yang jauh dari sekolah favorit. Dan dia

tidak termotivasi untuk menghadapi UNBK karena tidak akan

berpengaruh apa-apa bagi dirinya.

19) Tsabita El Azmi, siswi SMPIT ‘Alamy

Menurut Tsabita (2019), dia setuju dengan sistem zonasi karena

anak tidak perlu menempuh jarak yang jauh untuk berangkat ke

sekolah. Dan dia tidak termotivasi untuk menghadapi UNBK karena

sudah ada sistem zonasi.

20) Zalfa Salsabilla, siswi SMPIT ‘Alamy

Menurut Zalfa (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi karena

jika zona rumahnya jauh dari sekolah akan menyulitkan masuk ke

sekolah yang diinginkan. Dan dia termotivasi untuk menghadapi

UNBK karena jika tidak bisa dengan sistem zonasi dia masih

memiliki prestasi untuk jalur pendaftaran.

21) Aldi Rodhibillah, siswa SMPIT ‘Alamy

Menurut Aldi (2019),dia tidak setuju dengan sistem zonasi karena

kawasan rumahnya jauh dari perkotaan. Dan dia tidak termotivasi

40
untuk menghadapi UNBK karena dia beranggapan jika hidupmu

santai tujuanmu akan tercapai.

22) Alfi Adriansyah, siswa SMPIT ‘Alamy

menurut Alfi (2019), dia setuju dengan sistem zonasi karena

memudahkan kita untuk masuk ke SMA yang diinginkan. Dan dia

termotivasi untuk menghadapi UNBK karena berusaha untuk

mendapatkan nilai yang lebih baik lagi.

23) Angga Ridho Abdllah, siswa SMPIT ‘Alamy

Menurut Angga (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi karena

menyusahkan bagi pelajar yang rumahnya jauh. Dan dia tidak

termotivasi untuk menghadapi UNBK karena dengan sistem zonasi

membuat siswa menjadi tidak termotivasi.

24) Arya Raka Wiguna, siswa SMPIT ‘Alamy

Menurut Arya (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi karena

menyusahkan bagi pelajar yang rumahnya jauh. Dan dia tidak

termotivasi untuk menghadapi UNBK karena berniat akan mendaftar

melewati jalur prestasi.

25) Azka Aulia Pratama, siswa SMPIT ‘Alamy

Menurut Azka (2019), dia setuju dengan sistem zonasi karena bisa

membantu pelajar yang tidak memilik nilai bagus atau tidak

memiliki prestasi di sekolah agar bersekolah di sekolah favorit di

sekitarnya. Dan dia tidak termotivasi untuk menghadapi UNBK

41
karena zonasi mengandalkan jarak bukan nilai jadi tidak terpaku

pada nilai UNBK nanti.

26) Didan Wijaya, siswa SMPIT ‘Alamy

Menurut Didan (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi karena

menyusahkan bagi pelajar yang rumahnya jauh. Dan dia termotivasi

untuk menghadapi UNBK karena harus giat belajar.

27) Dzikran Abdur Raafi, siswa SMPIT ‘Alamy

Menurut Dzikran (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi

karena menyusahkan bagi pelajar yang rumahnya jauh. Dan dia

termotivasi untuk menghadapi UNBK karena agar dia bisa belajar

lebih giat lagi.

28) Fadhil Muhammad Sopiyan, siswa SMPIT ‘Alamy

Menurut Fadhil (2019), dia setuju dengan sistem zonasi

menyusahkan bagi pelajar yang rumahnya jauh karena memudahkan

pelajar untuk masuk ke sekolah favorit yang dekat dengan rumah.

Dan dia termotivasi untuk menghadapi UNBK karena agar

mendapatkan nilai yang jauh lebih baik lagi.

29) Fadl Kamal Abdurasyid, siswa SMPIT ‘Alamy

Menurut Fadl (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi karena

menyusahkan bagi pelajar yang rumahnya jauh. Dan dia tidak

termotivasi untuk menghadapi UNBK karena dirinya tidak peduli

dengan sistem zonasi.

42
30) Farhan Maulana, siswa SMPIT ‘Alamy

Menurut Farhan (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi

karena mempersulit pelajar dengan prestasi yang bagus, namun

rumahnya jauh. Dan dia termotivasi untuk menghadapi UNBK

karena dia harus memilik nilai yang lebih baik karena rumahnya

jauh dari sekolah.

31) Ilham Maulana Rustandi, siswa SMPIT ‘Alamy

Menurut Ilham (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi karena

menyusahkan bagi pelajar yang rumahnya jauh. Dan dia tidak

termotivasi untuk menghadapi UNBK karena dia akan mendaftar

lewat jalur zonasi dan jalur prestasi.

32) Jauhar Rifqi Alamsyah, siswa SMPIT ‘Alamy

Menurut Jauhar (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi karena

menyusahkan bagi pelajar yang rumahnya jauh. Dan dia termotivasi

untuk menghadapi UNBK karena berusaha mendapat nilai yang

lebih baik lagi.

33) Klafinova, siswa SMPIT ‘Alamy

Menurut Klafinova (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi

menyusahkan bagi pelajar yang rumahnya jauh. Dan dia termotivasi

untuk menghadapi UNBK karena berusaha mendapat nilai yang

lebih baik lagi.

34) Maajid Nazhirul Adlan, siswa SMPIT ‘Alamy

43
Menurut Majid (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi

menyusahkan bagi pelajar yang rumahnya jauh. Dan dia tidak

termotivasi untuk menghadapai UNBK karena dia merasa biasa saja.

35) Muhammad Ikbal Bayehaqi, siswa SMPIT ‘Alamy

Menurut Ikbal (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi

menyusahkan bagi pelajar yang rumahnya jauh. Dan dia tidak

termotivasi karena dia merasa biasa saja.

36) Muhammad Lukmanul Hakim, siswa SMPIT ‘Alamy

Menurut Lukman (2019), dia setuju dengan sistem zonasi karena

mudah masuk ke sekolah tanpa mengandalkan nilai. Dan dia

termotivasi untuk menghadapi UNBK karena berusaha mendapat

nilai yang lebih baik lagi.

37) Muhammad Rafi Fauzi, siswa SMPIT ‘Alamy

Menurut Rafi (2019), dia setuju dengan sistem zonasi karena tidak

membedakan pelajar pintar dan kurang pintar. Dan dia termotivasi

untuk menghadapi UNBK karena dia beranggapan untuk hidup

harus terus berjalan.

38) Nabil Hilmy, siswa SMPIT ‘Alamy

Menurut Nabil (2019), dia setuju dengan sistem zonasi karena agar

masyarakat yang kurang mampu dan kawasan rumahnya jalur zonasi

kemungkinan besar bisa masuk. Dan dia tidak termotivasi karena dia

beranggapan lebih baik lagi membeli rumah di dekat SMA yang

diinginkan.

39) Naufal Alfiqran, siswa SMPIT ‘Alamy

44
Menurut Naufal (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi karena

menyusahkan bagi pelajar yang rumahnya jauh. Dan dia termotivasi

karena berusaha mendapat nilai yang lebih baik lagi.

40) Raissa Zaky Fadilah, siswa SMPIT ‘Alamy

Menurut Raissa (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi karena

menyusahkan bagi pelajar yang rumahnya jauh dan bisa membuat

siswa frustasi. Dan dia termotivasi untuk menghadapi UNBK karena

tempat tinggalnya jauh dari sekolah yang diinginkan jadi harus

mendapatkan nilai yang bagus.

41) Yoga Prasetyo Nurdzakkii, siswa SMPIT ‘Alamy

Menurut Yoga (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi karena

rumahnya jauh dari sekolah yang diinginkan. Dan dia tidak

termotivasi untuk menghadapi UNBK karena dia sudah malas

belajar dengan sistem zonasi.

42) Zidane Qodrat Khoerul, siswa SMPIT ‘Alamy

Menurut Zidane (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi

karena menyusahkan bagi pelajar yang rumahnya jauh. Dan dia

termotivasi untuk menghadapi UNBK karena harus memiliki nilai

yang lebih baik lagi.

43) Agustian I.W, siswa SMPN 1 Pagaden

Menurut Agustian (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi

karena pelajar yang jauh dari sekolah memiliki peluang yang lebih

45
kecil. Dan dia termotivasi untuk menghadapi UNBK karena takut

adanya perubahan dadakan dari pemerintah akan sistem zonasi .

44) Annisa Al Fitri Yeni, siswi SMPN 1 Pagaden

Menurut Annisa (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi

karena mempersulit pelajar dengan prestasi yang bagus, namun

rumahnya jauh. Dan dia tidak termotivasi untuk menghadapi UNBK

karena sudah ada sistem zonasi.

45) Dina Fitriawati, siswi SMPN 1 Pagaden

Menurut Dina (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi karena

dia beranggapan hanya yang rumahnya dekat yang bisa diterima.

Dan dia tidak termotivasi untuk menghadapi UNBK karena

rumahnya jauh dari sekolah tujuan jadi sudah beranggapan tidak

akan diterima.

46) Krisna Wibowo, siswa SMPN 1 Pagaden

Menurut Krisna (2019), dia tidak setuju dengan sistem zonasi karena

merugikan bagi pelajar sebab pelajar ingin melanjutkan sekolah

sesuai dengan tujuannya sendiri. Dan dia tidak termotivasi untuk

menghadapi UNBK karena tidak sesuai dengan tujuan sekolah

masing-masing.

5.2 Pembahasan penelitian

46
Dari hasil temuan penelitian di atas diperoleh hasil jumlah

responden untuk pertanyaan 1 dan 2

Jumlah
No. Pertanyaan
Responden
1 Tidak Setuju 32
  Setuju 14
2 Termotivasi 26
  Tidak Termotivasi 20

Dan juga dari hasil temuan penelitian di atas diperoleh hasil jumlah

responden untuk pertanyaan 1 dan 2 dalam bentuk persentase.

Jumlah Hasil persentase


No. Pertanyaan
Responden
1 Tidak Setuju 32 69,6%
  Setuju 14 30,4%
Jumlah keseluruhan 100 %
2 Termotivasi 26 56,5%
  Tidak Termotivasi 20 43,4%
Jumlah keseluruhan 100%

5.2.1 Pembahasan pendapat pelajar pada sistem zonasi.

Dari hasil responden diatas dapat disimpulkan bahwa untuk

pertanyaan nomor satu, sebagian besar mereka menjawab tidak setuju

karena merasa menyusahkan dan merugikan bagi pelajar.

Dan ada beberapa yang menjawab setuju dengan adanya sistem

zonasi karena sistem zonasi memudahkan bagi mereka yang rumahnya

dekat dengan sekolah.

Hal ini sejalan dengan pendapat Ledia Hanifa Amaliah Ketua DPP

PKS yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada larangan adanya sistem

zonasi tetapi peraturannya lebih longgar.

47
5.2.2 Pembahasan pengaruh sistem zonasi terhadap motivasi belajar.

Dari hasil responden di atas dapat disimpulkan bahwa untuk pertanyaan

nomor dua, sebagian besar mereka menjawab termotivasi karena mereka

harus berusaha untuk mendapatkan nilai yang tinggi agar bisa mendaftar

melewati jalur prestasi.

Ada juga yang tidak termotivasi alasannya karena karena motivasi

mereka sudah turun karena adanya sistem zonasi, jadi mereka pesimis. Juga

ada yang berniat akan mendaftar lewat jalur zonasi jadi merasa nilai NEM

tidak penting.

Hal ini sejalan dengan pendapat dari Komisioner KPAI Bidang

Pendidikan Retno Listyarti yang dapat disimpulkan yaitu, tujuan dari sistem

zonasi adalah untuk memberi layanan akses yang berkeadilan bagi

masyarakat. Melalui pemerataan mutu pada semua satuan pendidikan dan

partisipasi masyarakat. Jadi, jika pendidikan sudah rata maka motivasi

belajar siswa pun meningkat karena siswa tidak merasa dibanding-

bandingkan.

48
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Dapat disimpulkan bahwa sistem zonasi dapat mempengaruhi

motivasi belajar siswa. Dan juga kebanyakan orang kecewa karena

pemerataannya yang belum terpenuhi tetapi sudah diberlakukan.

6.2 Saran

Sistem zonasi boleh diadakan tetapi sebelumnya harus dimantapkan

dulu prasyaratnya atau pemerataannya.

49
DAFTAR PUSTAKA

Seftiawan, Dhita. (2019, 5 September). KPAI: Sistem Zonasi Terbaik bagi


Anak. Pikiran Rakyat [Online]. Halaman 2. Tersedia: https://www.
[pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-01318695/kpai-sistem-zonasi-
terbaik-bagi-anak] [5 Oktober 2019]

Damarjati, Danu. (2019, 21 Juni). Sekolah Berdasarkan Sistem Zonasi,


Setuju atau Tidak?. Detik News [Online]. Halaman 1. Tersedia:
https://news.detik.com/pro-kontra/d-4594558/sekolah-berdasarkan-
sistem-zonasi-setuju-atau-tidak [8 Oktober 2019]

Wicaksono, Tities. (2018, 11 Juli). Dampak Sistem Zonasi PPDB Yang


Diterapkan Kemendikbud. Tribunners [Online]. Halaman 1.
Tersedia:
https://www.tribunnews.com/tribunners/2018/07/11/dampak-sistem-
zonasi-ppdb-yang-diterapkan-kemendikbud. [8 Oktober 2019]

Harususilo, Enggar, Yohanes. (2018, 06 Juni). Ini Aturan Mengenai Sistem


Zonasi. Kompas.com [Online]. Halaman 1. Tersedia:
https://edukasi.kompas.com/read/2018/06/05/16092291/ini-aturan-
mengenai-sistem-zonasi. [15 Desember 2019]

Dinillah, Mukhlis. (2019, 14 Mei). Ini Aturan PPDB SMA di Jawa Barat.
detikNews [Online]. Halaman 1. Tersedia:
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-4548861/ini-aturan-ppdb-
sma-di-jawa-barat. [15 Desember 2019]

50
Lampiran-lampiran

51
RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Subang, 18 April 2005 dan bernama Argia Nurul

Jannah Permana Putri. Penulis merupakan anak semata wayang dari

pasangan suami-istri Bapak Budi Permana dan Ibu Dewi Ratna. Penulis

bertempat tinggal di Jalan Stasiun RT 25/07 Desa Kamarung, Kecamatan

Pagaden. Penulis pernah bersekolah TK, di TK IT ‘Al-Ukhuwah dan R.A

Darul Huda. Melanjutkan pendidikan SD, di MI Tawakkal Denpasar dan

SD IT Al-Ukhuwah dan saat ini penulis sedang menempuh pendidikan

SMP, di SMP IT ‘Alamy Subang yang insha allah akan lulus pada tahun

2020. Penulis bercita-cita ingin menjadi Diplomat atau Dokter Anak.

52

Anda mungkin juga menyukai