Anda di halaman 1dari 7

1.

Permasalahan pendidikan di Indonesia

Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang merupakan dasar negara
Indonesia, salah satu cita-cita kemerdekaan Negara Republik Indonesia adalah mengubah
kehidupan bangsa yang cerdas. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan merupakan komponen kunci
pembangunan negara kita. Pendidikan ke depan adalah pemimpin proses pembangunan negara, dan
arah masa depan negara ini tergantung pada arah dan wajah pendidikan kita.Dalam UUD 1945 yaitu
Pasal 31 ayat (1) tertulis bahwa “Pendidikan adalah hak asasi manusia”. Dengan demikian, tanggung
jawab penyelenggaraan pendidikan bagi setiap warga negara Indonesia adalah tanggung jawab
negara. Negara harus menjamin terwujudnya hak, dalam hal ini hak atas pendidikan. Negara harus
menyelenggarakan dan menjamin pendidikan di semua tingkatan, termasuk pendidikan dasar,
menengah, dan tinggi.

Pada dasarnya proses pendidikan adalah suatu proses dimana seseorang dapat membentuk
kepribadiannya dan menciptakan keutuhannya. Melalui kegiatan belajar diharapkan seseorang
memperoleh keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, dan negara, sehingga mampu
memberikan kontribusi nyata sesuai kompetensi yang dimilikinya. Kompetensi individu yang
dihasilkan dari pembelajaran diharapkan dapat menjadi modal dasar yang dapat digunakan untuk
membawa perubahan pada masyarakat secara alami ke arah yang lebih baik. Namun arah pendidikan
kita saat ini nampaknya sudah sangat jauh dari cita-cita para pendahulu kita. Pendidikan sepertinya
hanya menjadi komoditas saat ini. Pasar lembaga pendidikan (sekolah) ibarat pabrik

manusia mesin printer siap kerja tapi kurang inovasi.. Pendidikan kita hanya berorientasi pada hasil
(dinyatakan dalam catatan tertulis) mengabaikan proses menjadikan peserta didik hanya
berorientasi pada hasil dan uang. Demikian pula, karena tingginya biaya pendidikan, orang tua
memperkirakan pengeluaran (investasi) yang mereka gunakan untuk mendidik anak mereka akan
meningkat dua kali lipat, sehingga memaksa anak-anak untuk fokus hanya mencari pekerjaan bergaji
tinggi tanpa memikirkan hakikat sekolah. pendidikan itu sendiri.. Demikian pula, sekolah dan
universitas bersaing dengan institusi mereka sendiri untuk menjadi yang terdepan dalam
mempromosikan diri mereka sebagai "percetakan yang berfungsi"; terbaik Sesuai dengan kebijakan
Kantor Hukum Pendidikan. Biaya pendidikan yang harus dibayar negara ditransfer ke masing-masing
lembaga pendidikan melalui biaya pendidikan yang sangat tinggi.

Secara umum permasalahan pendidikan dari masa lalu hingga yang belum terselesaikan adalah:

- Masalah Pemerataan

Pemerataan pendidikan adalah penyelenggaraan sistem pendidikan yang mampu memberikan


kesempatan pendidikan seluas-luasnya kepada warga negara, sehingga pendidikan menjadi sarana
pengembangan sumber daya manusia guna menunjang pembangunan bangsa. Beberapa data
menunjukkan bahwa permasalahan pemerataan pendidikan di Indonesia tercermin pada (1)
tingginya angka siswa putus sekolah dasar dan menengah, (2) rendahnya jumlah siswa yang
melanjutkan ke perguruan tinggi. Faktor utama yang mempengaruhi ketimpangan pendidikan di
Indonesia adalah kemiskinan; (3) ketimpangan kesempatan pendidikan dan pembelajaran serta
infrastruktur antar sekolah di pusat kota, kabupaten kota, dan perdesaan; (4) distribusi guru yang
tidak merata. Apalagi di daerah terpencil, banyak guru yang terburu-buru ke perkotaan. Persoalan
kesetaraan dalam pendidikan dinilai penting karena pendidikan yang berkualitas dimulai dari
kesetaraan, khususnya pada pendidikan dasar, karena anak-anak usia sekolah dasar mempunyai
kesempatan untuk belajar berupa keterampilan membaca, menulis, dan berhitung sehingga dapat
dilacak perkembangannya. dari berbagai media. dan bahan pelajaran yang tersedia.

- Masalah Relevansi

Tirtarahardja (2005) menyatakan bahwa makna pendidikan dapat dilihat dari beberapa faktor
berikut: (1) Status lembaga pendidikan terus berubah-ubah. Jenjang pendidikan yang berbeda-beda
menimbulkan perbedaan model pendidikan sehingga tidak terfokus pada tujuan lembaga
pendidikan, apalagi tidak adanya standar pendidikan yang harus dihasilkan oleh lembaga pendidikan.
(2) Sistem yang diterapkan oleh lembaga pendidikan belum menghasilkan tenaga kerja yang siap
pakai di masyarakat, karena output yang dihasilkan belum memenuhi kebutuhan masyarakat.
Misalnya pada bidang pertanian (agriculture), diperlukan tambahan materi tentang pertanian.
Sementara itu, di wilayah pesisir perlu ditambahkan materi mengenai isu kelautan atau
pengembangan perikanan; (3) Belum adanya program yang relevan dalam kegiatan lembaga
pendidikan. Tujuan dari kerja sistem pendidikan saat ini adalah untuk menjamin bahwa hasil belajar
sesuai dengan kebutuhan siswa dalam arti dapat mempengaruhi keberhasilan siswa baik dalam
kehidupan kerja, kehidupan sosial, dan perolehan. lebih tinggi pendidikan tingkat yang lebih tinggi.
Peningkatan kepentingan ini harus disesuaikan dengan tujuan masing-masing tingkat. jenis dan
program pelatihan.

- Kualitas pendidikan/masalah mutu

Pokok bahasan pendidikan yang bermutu tinggi merupakan kebutuhan pokok negara, karena
keberhasilan pembangunan bangsa dan negara ditentukan oleh keberadaan sumber daya manusia
yang berkualitas, yang antara lain dihasilkan oleh isu-isu maju. . kualitas pendidikan. . Perkembangan
pendidikan selalu menimbulkan permasalahan baik kualitatif maupun kuantitatif. Pendidikan terus
berkembang dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masyarakat.
Oleh karena itu, dalam pengembangan mutu pendidikan, mutu pendidikan selalu menjadi
permasalahan. Survei yang dilakukan oleh Political and Economic Risk Consultants (PERC)
menemukan bahwa kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat ke-12 dari 12 negara di
Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Selain itu, menurut The World Economic Forum
Swedia (2000), daya saing Indonesia di bidang pendidikan tergolong rendah, yakni hanya menempati
peringkat ke-37 dari 57 negara di dunia. Berbicara mengenai mutu pendidikan erat kaitannya dengan
lembaga pendidikan yaitu sekolah yang pada hakikatnya merupakan lembaga yang mengembangkan
sumber daya manusia. Di sekolah, sistem umumnya memiliki komponen "input", "proses" dan
"output"; Masukan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena diperlukan untuk
melaksanakan proses. Masukan yang dipertimbangkan tidak harus berupa barang, namun bisa juga
berupa alat dan harapan yang menjadi pedoman berlangsungnya proses.Secara umum masukan
tersebut meliputi: visi, misi, tujuan, sasaran, pengelolaan dan alat. Visi adalah gambaran kemana
sekolah akan dituju, atau gambaran masa depan sekolah yang diinginkan. Kabut adalah tindakan
menghidupkan visi. Tujuan adalah deskripsi tugas, yaitu. apa yang akan dihasilkan sekolah dalam 1-3
tahun ke depan. Tujuan adalah gambaran suatu tujuan, yaitu sesuatu yang ingin diciptakan dalam
waktu satu bulan, satu bulan, atau satu tahun. Agar tujuan dapat tercapai secara efektif. Oleh karena
itu, tujuan harus tepat, terukur, mempunyai kriteria yang jelas dan mencakup indikator yang rinci.

- Masalah Efisiensi

Efisiensi mengacu pada rasio energi. waktu, suara dan biaya dari hasil yang dicapai. Efisiensi erat
kaitannya dengan bagaimana suatu proses yang lebih murah mencapai target efisiensi. Masalah
efisiensi dalam pendidikan berkaitan dengan sistem pendidikan dalam penggunaan sumber daya
yang tersedia untuk tujuan pendidikan. penggunaannya ekonomis dan tepat sasaran, efisiensinya
tinggi, sedangkan yang terjadi sebaliknya efisiensinya rendah. Pendidikan dikatakan efektif apabila
hasil yang dicapai maksimal dan dengan biaya yang wajar, karena biaya menjadi tolak ukur dari
proses pendidikan, apalagi jika proses pendidikan tersebut dapat menghasilkan keluaran pendidikan
dengan biaya yang efektif. Tantangan pendidikan saat ini di Indonesia antara lain:

a) Pendidikan dasar dan menengah

Pendidikan nasional kita, khususnya pendidikan dasar dan menengah, mengalami kemunduran
selama sepuluh tahun terakhir. Kurva Pembelajaran 2014 yang dirilis Pearson baru-baru ini
mencantumkan Indonesia sebagai negara dengan sistem pendidikan terburuk, peringkat terakhir di
antara 40 negara (Data Komite Pendidikan Nasional 2014). Selain itu Berdasarkan penilaian
internasional, tes PISA (membaca) dan TIMMS (penalaran), status pelajar Indonesia selalu rendah
(2003, 2006, 2009 dan 2012). sehingga dapat dikatakan kualitas siswa Indonesia kurang berkembang
jika dilihat dari hasil penilaiannya. Pemerintah telah resmi menyetujui kurikulum 2013 yang disebut
“kedokteran”. untuk memecahkan permasalahan pendidikan yang timbul. Namun diketahui bahwa
kesalahan dalam pemilihan obat dapat mengakibatkan kehancuran bangsa Indonesia, ditambah lagi
kurikulum 2013 sangat kacau dalam penerapannya. Sudah hampir 4 tahun diberlakukannya
kurikulum ini, namun pendistribusian buku pelajaran masih belum berjalan lancar, melimpahnya
kelas bagi siswa tentu akan membebani siswa, bukan membebaskannya. Di sisi lain, kemampuan
guru dan sekolah dalam mengembangkan kurikulum 2013 belum berjalan sesuai harapan, dan
masih banyak sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013. Masalah lain yang tak kalah penting
adalah mata pelajaran ujian negara. (PBB) yang dijadikan patokan. Angka kelulusan justru berujung
pada keruntuhan moral siswa, karena kecurangan dalam ujian negara semakin sistematis dan masif.
Ujian nasional juga hanya sekedar membuang-buang uang pemerintah karena hasilnya tidak
mengukur apapun terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. karena tentu saja curang lebih dari
90% siswanya lulus, namun ini membuktikan lagi bahwa tidak ada yang bisa diukur dalam ujian
negara. Pemerintah kita selalu memperhitungkan penolakan.

b) faktor penting dalam inovasi pendidikan

Keberhasilan suatu inovasi pendidikan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a) Guru Guru harus memimpin siswanya dengan baik menuju tujuan yang ingin dicapainya.
Kewibawaan seorang guru dapat dibentuk oleh beberapa hal, antara lain penguasaan materi yang
diajarkan, metode pengajaran yang sesuai dengan situasi dan keadaan siswa, hubungan antara siswa
dengan guru lainnya, dan unsur-unsur lain yang berkaitan dengan pendidikan. proses, seperti
pengawas seperti kepala sekolah, sekolah dan administrasi serta masyarakat sekitar, pengalaman dan
keterampilan guru itu sendiri.

b) Siswa Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur lainnya,
karena siswa dapat menjadi penerima pelajaran, penyalur bahan pembelajaran kepada sesama
siswa, pengajar bahkan guru. Oleh karena itu, dalam melaksanakan inovasi pendidikan, peserta didik
harus diajak atau dilibatkan dalam penerapannya, sehingga mereka tidak hanya menerima dan
menerapkan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi yang telah dijelaskan di atas. c)
Kurikulum Kurikulum mempunyai peranan yang sama dengan unsur pendidikan lainnya. Tanpa
adanya kurikulum dan mengikuti program yang ada maka inovasi pendidikan tidak akan berjalan
sesuai dengan tujuan dari inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, perubahan reformasi pendidikan harus
sesuai dengan kurikulum atau perubahan kurikulum pasca reformasi pendidikan, dan tidak mungkin
perubahan keduanya berjalan searah.

d) Tempat. Tanpa adanya fasilitas maka implementasi inovasi pendidikan tentu tidak akan berjalan
dengan baik. Ruang, khususnya pendidikan dan sekolah, sangat penting untuk melakukan perubahan
dan reformasi pendidikan. Oleh karena itu, jika inovasi pendidikan tersebut diterapkan. Kamar
memerlukan perhatian. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, meja, dan lain-lain.

Selain itu, ada beberapa alasan umum mengapa inovasi sering ditolak atau tidak dapat diterima oleh
para pelaksana inovasi di industri atau sekolah, yaitu:

1) Sekolah atau guru tidak dilibatkan dalam perencanaan, penciptaan bahkan pelaksanaan inovasi
tersebut sehingga ide atau inovasi baru tersebut bukan milik guru atau sekolah tersebut, melainkan
milik orang lain dan tidak boleh menjadi milik orang lain. dilaksanakan, karena tidak sesuai dengan
keinginan atau kondisi sekolah.

2) Guru ingin mempertahankan sistem atau metode yang ada. karena mereka sudah menerapkan
sistem atau metode ini selama bertahun-tahun dan tidak ingin mengubahnya. Selain itu, mereka
mempertimbangkan suatu sistem yang memberikan rasa aman atau kepuasan dan baik menurut
pemikiran mereka.

3) Inovasi-inovasi baru yang dilakukan pihak lain, khususnya pusat (khususnya Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan), belum sepenuhnya mempertimbangkan kebutuhan dan keadaan guru
dan siswa.

4) Inovasi yang diperkenalkan dan dilaksanakan oleh pusat merupakan arah proyek, dimana segala
sesuatunya ditentukan oleh pencipta inovasi pusat. Pembaruan ini mungkin berhenti ketika proyek
berakhir atau pendanaan tidak lagi tersedia. Dengan demikian, sekolah atau guru terpaksa
melakukan perubahan hanya sesuai keinginan pencipta pusat dan tidak mempunyai kewenangan
untuk mengubahnya. 5) Kekuasaan dan kewenangan pusat begitu besar sehingga dapat menekan
sekolah atau guru untuk melaksanakan keinginan pusat, yang mungkin tidak sesuai dengan keinginan
mereka dan situasi sekolah.

Untuk menghindari permasalahan-permasalahan tersebut di atas dan siap untuk mengubah sikap
dan perilaku terhadap perubahan pendidikan yang sedang dikembangkan dan dikembangkan, untuk
menciptakan keberhasilan perubahan dan reformasi tersebut, guru, penyelenggara, orang tua.
mahasiswa dan masyarakat luas harus dilibatkan

2. Inovasi pendidikan

Inovasi adalah suatu gagasan, benda, peristiwa, cara yang dialami atau dirasakan baru oleh
seseorang atau sekelompok orang. . dalam inovasi adalah penerapannya. Percuma jika banyak ide
inovatif namun tidak ada satupun yang menjadi kenyataan. Inovasi yang dilaksanakan dengan pilihan
strategi yang tepat dapat berjalan dengan lancar. Strategi merupakan bagian terpenting dalam
implementasi inovasi. Banyak orang gagal dalam suatu hal karena tidak mempunyai strategi yang
baik. Agar sesuatu yang diinginkan dapat terwujud, penting bagi setiap orang untuk mendapatkan
strategi yang tepat, termasuk inovasi pendidikan. Namun kenyataannya implementasi inovasi tidak
selalu berjalan mulus. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor lemahnya
dukungan inovasi. a) Jenis inovasi pendidikan
Berdasarkan permasalahan pendidikan Indonesia dari masa lalu hingga saat ini, baik pemerintah
maupun swasta telah menerapkan berbagai inovasi pendidikan untuk mengatasi permasalahan
pendidikan tersebut. Jenis inovasi pendidikan tersebut antara lain:

a) Model bottom-up, yaitu. inovasi pendidikan yang diciptakan oleh beberapa pihak
penyelenggara/guru, yang dilakukan pada kinerja bawahannya, seperti yang dilakukan pada inovasi
pendidikan yang dilakukan Kementerian Pendidikan hingga saat ini. Banyak contoh inovasi yang
dilakukan departemen pendidikan nasional dalam beberapa dekade terakhir, seperti Pendekatan
Pembelajaran Siswa Aktif (CBSA). Guru PNS, guru sekolah, guru PNS di sekolah kecil. Sistem
pembelajaran modular. Sistem pembelajaran jarak jauh dan inovasi lain yang diciptakan Kementerian
Pendidikan bekerja sama dengan lembaga luar negeri seperti British Council

b) model bottom-up, yaitu. suatu model inovasi yang lahir dan diciptakan dari bawah, yang
dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan, suatu
model inovasi yang diciptakan atas dasar gagasan, pemikiran, kreasi dan prakarsa Estonia. sekolah,
guru. atau kepada masyarakat

c) Rasional Empiris (empiris rasional) Asumsi dasar dari strategi ini adalah seseorang dapat
menggunakan pemikiran logis atau nalarnya untuk bertindak secara rasional. untuk memberikan
manfaat bagi penggunanya. Selain itu, strategi ini didasarkan pada pandangan optimis, dimana guru
membuat strategi atau metode pengajaran di sekolah yang menurut mereka relevan dengan situasi
dan keadaan dengan alasan yang baik, bukan berdasarkan pengalaman guru. Dalam berbagai bidang,
para inovator melakukan perubahan dan inovasi pada bidang yang digelutinya, berdasarkan
pemikiran, gagasan, dan pengalaman di bidang yang digelutinya selama berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun. Inovasi ini mempunyai efek yang lebih baik dibandingkan model inovasi pertama.
Hal ini disebabkan adanya kesesuaian dengan kondisi nyata tempat inovasi tersebut diterapkan.

d) Normative-Re-Educational (pelatihan ulang normatif). Strategi inovasi jenis ini merupakan strategi
inovasi yang didasarkan pada gagasan para ahli pendidikan seperti Sigmund Freud, John Dewey, Kurt
Lewis dan banyak lainnya yang menekankan pada pemahaman pelanggan terhadap isu-isu reformasi
seperti perubahan sikap, keterampilan dan nilai. Jika dalam pendidikan strateginya difokuskan pada
pemahaman pelaksana dan penerima inovasi, maka implementasi inovasi dapat dilakukan beberapa
kali. Misalnya saja ketika melaksanakan perbaikan sistem belajar mengajar di sekolah. belajar
mengajar di sekolah, guru sebagai pelaksana inovasi

Penerapan berulang-ulang perubahan tersebut sesuai prinsip pendidikan. Kecenderungan


penerapan model seperti ini nampaknya lebih menekankan pada proses pelatihan dibandingkan
hasil perubahan itu sendiri. Pelatihan yang dilaksanakan mendapatkan mayoritas sesuai dengan
pelatihannya. tujuan menurut pemikiran dan rasionalitas diterapkan secara berulang-ulang, sehingga
seluruh tujuan menurut pemikiran dan keinginan pencipta dan pelaksana terpenuhi.

e) Setiap sekolah mengembangkan Kurikulum Tingkat Tunggal (KTSP) berdasarkan Standar


Kompetensi (SKL) dan Standar Isi (SI) bagi lulusan jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Pengembangan kurikulum tingkat jurusan pada setiap sekolah dengan standar isi dan Standar
Kompetensi Lulusan bertujuan untuk memastikan bahwa kurikulum dapat disesuaikan dengan sifat
dan tingkat keterampilan masing-masing sekolah.

f) Quantum Learning Quantum Learning merupakan kiat-kiat, pedoman, strategi dan keseluruhan
proses pembelajaran yang dapat mempertajam pemahaman dan ingatan serta menjadikan proses
belajar menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang disajikan merupakan teknik efikasi diri
yang populer dan umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik dengan tujuan
akhir membantu siswa menjadi responsif dan bersemangat menghadapi tantangan dan perubahan
realitas (yang melekat dalam sifat jurnalisme).

g) Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual merupakan


konsep pembelajaran yang membantu guru menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi
nyata siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuannya dengan
dirinya. penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat.
Dengan konsep ini hasil belajar menjadi lebih bermakna bagi siswa, proses pembelajaran secara
alami berlangsung dalam bentuk karya siswa dan kegiatan pengalaman, bukan sekedar transfer ilmu
dari guru kepada siswa.

h) Pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi belajar mengajar


yang menekankan pada sikap atau perilaku umum dalam bekerja atau membantu orang lain dalam
suatu struktur kooperatif yang terorganisir dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang berlandaskan ideologi konstruktivis.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dimana beberapa siswa menjadi anggota
kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Dalam mengerjakan tugas
kelompok, setiap siswa anggota kelompok harus bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif dikatakan pembelajaran tidak lengkap
apabila salah satu teman dalam kelompok belum melakukannya.

i)PAKEM adalah kependekan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktivitas
artinya guru harus menciptakan suasana dalam proses pembelajaran sehingga siswa aktif bertanya,
bertanya dan mengemukakan gagasan. Belajar sebenarnya merupakan proses aktif dimana
pembelajar membangun pengetahuannya sendiri, bukan proses pasif yang sekedar menerima
ceramah guru tentang pengetahuan. Ruang yang aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses
pembelajaran tidak efektif, misalnya tidak efektif. tidak menghasilkan apa yang perlu dipelajari siswa
setelah proses pembelajaran, karena pembelajaran mempunyai beberapa tujuan pembelajaran yang
harus dicapai. Jika belajar hanya bersifat aktif dan menyenangkan, tetapi tidak efektif, maka belajar
tidak ada bedanya dengan bermain pada umumnya

C. Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus


Inklusif artinya "fiosofi yang menyatakan bahwa ruang kelas dan warga tak lengkap tanpa anak-anak
dengan semua kebutuhan serta tanpa keramahan buat mereka Pendidikan yg inklusif diatur dalam
kebijakan pemerintah, baik maupun daerah, sesuat menggunakan amanat Undang-Undang Republik
Indonesia angka 20 Tahun 2003 wacana Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan inklusif merupakan sistem layanan pendidikan yg mensyaratkan anak berkebutuhan
khusus belajar di sekolahsekolah terdekat, di pada kelas awam bersama sahabat-teman seusianya.
Inklusi artinya suatu proses merespon keragaman kebutuhan seluruh siswa melalui peningkatan
partisipasi pembelajaran, budaya, serta warga , dan mengurangi dispensasi dalam dan asal
pendidikan. Hal ini melibatkan perubahan serta modifiasi dalam isi, pendekatan, struktur, dan seni
manajemen, dengan visi bersama yang mencakup semua anak berasal rentang usia yg sempurna
serta pentingnya jawab tanggung dan pengaturan buat mendidik semua anak Penyelenggaraan
pendidikan inklusif berarti menciptakan sebuah lingkungan agar peserta didik berkebutuhan spesifik
bisa belajar, bermain serta berinteraksi dengan seluruh anak. Setiap peserta didik berkebutuhan
khusus memiliki program belajar secara individu yg memungkinkan dia berbagi seluruh potensi yg
dimiliki sinkron menggunakan kemampuan setiap anak tidak sinkron dan perbedaan tadi menjadi
kekuatan buat membuatkan potensinya Kunci utama yang prinsip penyelenggaraan pendidikan
inklusi ialah bahwa seluruh anak tanpa terkecuali bisa belajar. Belajar merupakan kolaborasi antara
pengajar. orang tua, serta warga . sebab itu, buat melaksanakan pendidikan inklusif dibutuhkan
perubahan pola pikir (mindset), penataan secara teknis, kebijakan, budaya, pengelolaan kelas, dan
dilakukannya prinsip adaptasi. Prinsip adaptasi pada pendidikan inklusif menghasilkan sekolah wajib
memperhatikan tiga (3) dimensi yang meliputi kurikuler, instruksional, serta lingkungan belajar
(ekologis) Adaptasi kurikuler terkait menggunakan penyesuaian isi, materi atau kompetensi yg
dipelajari peserta didik Adaptasi instruksional mengacu di cara, metode, dan strategi yang bisa
digunakan siswa buat menguasai materi atau kompetensi yang ditargetkan.
Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif wajib bisa:
1) flksibel serta inovatif.
dua) memastikan perkembangan kebijakan sekolah inklusif.
3) membentuk penyesuaian kurikulum, membuat perencanaan buat semua kelas, memutuskan
tujuan pedagogi yg terbuka dan jelas. menggunakan alternative metode pengajaran, menggunakan
teknologi yg sempurna, serta membentuk persiapan terlebih dahulu,
4) adaptasi kurikulum menggunakan memastikan kemudahan lingkungan fisik dan membuatkan
lingkungan sekolah yg mendukung serta
5) membuatkan kerja sama dengan bekerja bersama pada tim

Anda mungkin juga menyukai