Anda di halaman 1dari 8

Akuntansi pendidikan dan otonomi daerah.

Era pasca reformasi melahirkan kembali semangat demokratisasi, akuntabilitas


dan tranparansi dalam setiap aspek kehidupan manusia. Otonomi telah membawa jiwa dan
semangat dalam desentralisasi. Dengan di berlakukannya otonomi daerah, secara otomatis
masing-masing daerah berlomba-lomba meningkatkan pendapatan daerahnya dengan
berbagai usaha termasuk dibidang pendidikan.
Namun semenjak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia, belum terlihat perubahan
dan dampak yang signifikan bagi perkembangan serta peningkatan kesejahteraan
danpelayanan kepada masyarakat di bidang pendidikan. Pemerintah daerah pada umumnya
terpakupada pembangunan secara fisik semata dan keuntungan jangka pendek. Padahal,
pemerintah daerah memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Jika kita perhatikan desentralisasi dalam otonomi daerah berarti ada pelimpahan wewenang
dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk menangani beberapa sector, seperti
system birokrasi pemerintah, kesehatan, pendidikan, pariwisata, industri dan sektorlainnya.
Salah satu sektor yang perlu mendapat perhatian serius adalah sektor
pendidikan, mengingat pengelolaan sektor ini memerlukan perspektif jangka panjang. Sektor
pendidikan merupakan investasi dalam pengelolaan dan pembinaan sumber daya manusia
agar mampu mengolah sumber daya alam secara optimal untuk kemajuan daerah. Dalam era
otonomi daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki wewenang seluas-luasnya untuk
mengembangkan sektor pendidikan. Oleh karena itu, warna dan corak pendidikan di daerah
tergantung pada komitmendan kepedulian Bupati/Walikota sebagai Kepala
Pemerintah Kabupaten/Kota.
Selanjutnya dalam pelayanan dan penyediaan pendidikan, terjadi persaingan antarasekolah
swasta dan publik. Persaingan ini sering tidak diiringi dengan peningkatan kualitas sekolah
yang bersangkutan, baik pengajar, sarana dan prasarana, maupun lulusan sekolahtersebut.
Terbatasnya alokasi dana dari pemerintah adalah suatu kendala yang tak urungmembuat
kualitas pendidikan sekolah belum juga beranjak. Namun, hal itu tidak dapat
dijadikan sebagai tolok ukur atas kualitas suatu sekolah. Sekolah harus menggunakan dana
seefektif dan seefisien mungkin demi peningkatan dan pelayanan dan kualitas pendidikan
sekolah. Apabila dana dari pemerintah tidak mencukupi, sekolah dapat mengupayakan
melalui danan darimasyarakat. Pengelolaan dana harus dilandasi semangat akuntabilitas dan
transparansi. Dengan pengelolaan dana yang transparan, masyarakat dapat mengetahui ke
mana saja dana sekolah tersebut dibelanjakan.
Seiring dengan berjalannya otonomi daerah, berlangsung pula globalisasi di mana
tantanganyang dihadapi oleh bangsa ini ke depan akan semakin berat. Dalam menghadapi
tantangantersebut, pendidikan menjadi pijakan dan arah roda perjalanan bangsa ini. Dalam
pelayanan danpenyediaan pendidikan, terjadi persaingan antara sekolah swasta dan publik.
Persaingan inisering tidak diiringi dengan peningkatan kualitas sekolah yang bersangkutan,
baik pengajar,sarana dan prasarana, maupun lulusan sekolah tersebut. Terbatasnya alokasi
dana daripemerintah adalah suatu kendala yang tak urung membuat kualitas pendidikan
sekolah belum juga beranjak. Namun, hal itu tidak dapat dijadikan sebagai tolok ukur atas
kualitas suatusekolah. Sekolah harus menggunakan dana seefektif dan seefisien mungkin
demi peningkatandan pelayanan dan kualitas pendidikan sekolah. Apabila dana dari
pemerintah tidak mencukupi,sekolah dapat mengupayakan melalui dana dari masyarakat.
Pengelolaan dana harus dilandasisemangat akuntabilitas dan transparansi. Dengan
pengelolaan dana yang transparan, masyarakatdapat mengetahui ke mana saja dana sekolah
tersebut dibelanjakan.
Kondisi sektor pendidikan di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat selama dua
dekade terakhir. Pada tahun 1998, tingkat anak yang mendaftar ke sekolah dasar mencapai
lebih dari 90%. Namun sektor ini juga diwarnai oleh tingkatnya angka anak putus sekolah
dan rendahnya angka siswa yang melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi. Adanya krisis
ekonomi turut mempeparah kondisi ini, terutama bagi keluarga miskin.
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain
dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human
Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan
penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia
makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996),
ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di
Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah
Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia
memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang
disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya
berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.
Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut
bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan
karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Perasan ini
disebabkan karena beberapa hal yang mendasar.
Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan
terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa
Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia
terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.
Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik
pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya
dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan
sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya
dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan
sumber daya manusia di negara-negara lain.
Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan,
baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu
pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian
dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa
dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan
dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia
ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The
Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang
mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
Dari sisi kualitas pendidikan, Indonesia menduduki peringkat terburuk di antara 12 negara
Asia dan ASEAN. Hal ini antara lain ditandai dengan rendahnya kualitas dan relevansi
pendidikan di banyak sekolah dasar, ketimbang akses menuju pendidikan tingkat menegah,
pengelolahan pendidikan tidak efesien, metode pengajaran yangsudah ketinggalan zaman,
dan kurangnya peran serta orang tuadalam pendidikan anak-anaknya. Kondisi ini merupakan
dampak dari pendekatan sentralistk, di mana pemerintah pusat menentukan kulikurum, ujian,
prosedur kepegawaian, dan alokasi guru secara nasiaonal ke sekolah di seluruh Indonesia.
Di era desentralisasi seperti saat ini, pihak pemerintah kota/kabupatenlah yang menghadapi
semua tantangan di atas. Ironisnya, pengetahuan, kemampuan, dan kapasitas pejabat
pemerintah daerah dalam menentukan perencanan dan manajemen pendidikn masih perlu di
tingkatkan.
Pendidikan merupakan kunci utama bagi bangsa yang ingin maju dan unggul dalam
persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang paling penting dan sangat strategis.
Sumber manusia yang berkualitas merupakan prasyarat dasar bagi terbentuknya peradaban
yang lebih baik dan sebaliknya, sumber manusia yang buruk akan menghasilkan peradaban
yang buruk. Melihat realitas pendidikan pendidikan di negeri ini masih banyak masalah dan
jauh dari harapan. Bahkan jauh tertinggal dari Negara-negara lain.
Masalah pendidikan di Indonesia ibarat enang kusut. Banyak permasalahan yang terjadi di
dalam pendidikan Indonesia bukan hanya sistem pendidikannya tetapi pelaku yang ada
didalamnya. Lihat saja, banyak pelanggaran yang terjadi seperti banyak pelajar melakukan
tawuran, narkoba, free sex , bahkan ada oknum guru yang harus jadi panutan melakukan
pelanggaran yaitu membiarkan kecurangan yang terjadi saat UN dengan alasan agar para
siswanya lulus 100% . sungguh, ini merupkan keadaan yang sangat ironis.
Mirisnya lagi yang bisa mengenyam pendidikan kebanyakan orang-orang golongan atas ,
yang memiliki uang lebih dan sementara orang-orang dari golongan bawah hanya bisa diam
dan tak tahu harus berbuat apa. Lihatlah pada realitanya banyak calon calon generasi penerus
bangsa tidak bersekolah dan alasannya terkait biaya pendidikan terlalu mahal. Akibat kondisi
seperti ini, terjadi pengganguran dimana-mana, kriminalitas menjadi hal yang utama menjadi
pekerjaan mereka, kemiskinan pun menjadi lingkaran setan yang sulit diputuskan.
• AKUNTANSI UNTUK SEKTOR PENDIDIKAN
Akuntansi sektor publik identik dengan akuntansi pemerintahan dalam suatu Negara. Hal
tersebut memang tidak salah, tetapi akuntansi sektor publik sebenarnya lebih luas
daripada sekedar akuntansi pemerintah. Sektor-sektor yang tidak difokuskan untuk
meraih profit dan melayani kepentingan publik termasuk dalam cakupan akuntansi sektor
publik. Sektor-sektor tersebut diantaranya adalah akuntansi rumah sakit, akuntansi
yayasan, dan akuntansi sektor pendidikan.
Pengelolaan akuntansi di sektor pendidikan atau sekolah memiliki peran penting dalam
pembangunan Negara jangka panjang. Pengelolaan akuntansi yang tepat dan akurat akan
memberikan informasi keuangan yang benar sehingga dapat menunjang proses
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pembiayaan sekolah. Selain itu,
pengelolaan sektor pendidikan dengan akuntansi akan menghasilkan efisiensi dalam sisi
pembiayaan.
Istilah akuntansi mulai dikenal pada awal tahun 60-an, ketika ilmu akuntansi Amerika
Serikat mulai masuk ke Indonesia. Kata akuntansi berasal dari kata to account yang
berarti memperhitungkan atau mempertanggungjawabkan. Akuntansi sangat erat
kaitannya dengan informasi keuangan.
Definisi akuntansi dapat dirumuskan dari dua sudut pandang, yaitu definisi dari sudut
pandang pemakai jasa akuntansi dan dari proses kegiatannya. Berikut merupakan
penjelasan dari masing-masing sudut pandang :
a. Sudut pandang pemakai; akuntansi didefinisikan sebagai suatu disiplin ilmu yang
menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien
dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Informasi yang dihasilkan
akuntansi diperlukan untuk membuat rencana yang efektif, pengawasan dan
pengambilan keputusan oleh manajemen, pertanggungjawaban organisasi kepada
investor, kreditor, badan pemerintah dan sebagainya.
b. Sudut pandang proses kegiatan; akuntansi merupakan proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan suatu
organisasi. Definisi ini menunjukkan bahwa akuntansi merupakan tugas yang
kompleks dan menyangkut berbagai kegiatan.
Era pasca reformasi melahirkan kembali semangat demokratisasi, akuntabilitas, dan
transparansi dalam setiap aspek kehidupan manusia. Otonomi daerah telah membawa
jiwa dan semangat tersebut dalam desentralisasi daerah. Dengan diberlakukannya
otonomi daerah di Indonesia, secara otomatis, masing-masing daerah akan berlomba-
lomba untuk meningkatkan pendapatan daerahnya melalui berbagai usaha, seperti
menggali potensi daerah seoptimal mungkin serta menggunakan sumber daya seefisien
mungkin. Namun semenjak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia, belum terlihat
perubahan dan dampak yang signifikan bagi perkembangan serta peningkatan
kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah daerah pada umumnya
terpaku pada pembangunan secara fisik semata dan keuntungan jangka pendek. Padahal,
pemerintah daerah memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Desentralisasi dalam otonomi daerah berarti ada pelimpahan wewenang dari Pemerintah
Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk menangani beberapa sector, seperti system
birokrasi pemerintah, kesehatan, pendidikan, pariwisata, industri dan sektor lainnya.
Salah satu sektor yang perlu mendapat perhatian serius adalah sektor pendidikan,
mengingat pengelolaan sektor ini memerlukan perspektif jangka panjang. Sektor
pendidikan merupakan investasi dalam pengelolaan dan pembinaan sumber daya manusia
agar mampu mengolah sumber daya alam secara optimal untuk kemajuan daerah. Dalam
era otonomi daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki wewenang seluas-luasnya
untuk mengembangkan sektor pendidikan. Oleh karena itu, warna dan corak pendidikan
di daerah tergantung pada komitmen dan kepedulian Bupati/Walikota sebagai Kepala
Pemerintah Kabupaten/Kota.
Seiring dengan berjalannya otonomi daerah, berlangsung pula globalisasi di mana
tantangan yang dihadapi oleh bangsa ini ke depan akan semakin berat. Dalam
menghadapi tantangan tersebut, pendidikan menjadi pijakan dan arah roda perjalanan
bangsa ini. Dalam pelayanan dan penyediaan pendidikan, terjadi persaingan antara
sekolah swasta dan publik. Persaingan ini sering tidak diiringi dengan peningkatan
kualitas sekolah yang bersangkutan, baik pengajar, sarana dan prasarana, maupun lulusan
sekolah tersebut. Terbatasnya alokasi dana dari pemerintah adalah suatu kendala yang tak
urung membuat kualitas pendidikan sekolah belum juga beranjak. Namun, hal itu tidak
dapat dijadikan sebagai tolok ukur atas kualitas suatu sekolah. Sekolah harus
menggunakan dana seefektif dan seefisien mungkin demi peningkatan dan pelayanan dan
kualitas pendidikan sekolah. Apabila dana dari pemerintah tidak mencukupi, sekolah
dapat mengupayakan melalui danan dari masyarakat. Pengelolaan dana harus dilandasi
semangat akuntabilitas dan transparansi. Dengan pengelolaan dana yang transparan,
masyarakat dapat mengetahui ke mana saja dana sekolah tersebut dibelanjakan.
Selama ini sekolah hanya memiliki laporan-laporan dan surat-surat pertanggungjawaban
sebagai bentuk transparansi pengelolaan keuangan sekolah. Saat ini, sekolah diharapkan
memiliki laporan pertanggungjawaban, termasuk laporan keuangan sekolah yang terdiri
dari neraca, laporan surplus defisit, laporan arus kas, serta perhitungan biaya yang
dihabiskan oleh tiap siswa. Jadi, pemerintah maupun masyarakat dapat mengetahui
dengan mudah berapa besar kebutuhan tiap murid dalam setiap bulan, semester, atau
tahunnya. Sehingga pemerintah dapat mengambil kebijakan dan tindakan terkait dengan
pembangunan sektor pendidikan.

• PERAN DAN FUNGSI AKUNTANSI DALAM DUNIA PENDIDIKAN


Peran dan fungsi akuntansi dalam dunia pendidikan adalah menyediakan informasi
kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan agar berguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi dalam entitas pendidikan.
1. Kepala sekolah mengunakan akuntansi untuk menyusun perecanaan sekolh yang di
pimpinnya, mengevaluasi kemajuan yang dicapai dalam usaha mencapai tujuan dan
melakukan tindakan-tindakan koreksi yang di perlukan.
2. Guru dan karyawan mengunaka akuntansi untuk mengetahui stabilitas dan
profitabilitas di sekolah.
3. Kreditor mengunakan akuntansi untuk mengetahui informasi keuangan yang
memungkinkan untuk memutuskan apakah pinjaman dan bunga dapat dibayar pada
saat jatu tempo.
4. Orang tua siswa mengunakan akuntansi untuk mengetahui kelangsungan hidup instusi
pendidikan.
5. Pemasok, mengunakan akuntansi untuk mengetahuiinformasi tentang kemungkinan
jumlah terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
6. Pemerintah, membutuhkanya sebagai kepentingan alokasi sumber dana untuk
aktivitas sekolah.
7. Masyarakat, menguna akuntansi untuk mengetahui informasi keuangan dan
aktivitasnya.

• SIKLUS AKUNTANSI PENDIDIKAN


Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses akuntansi, yaitu aktivitas
pengumpulan dan penglahan data keuangan untuk disajikan dalam bentuk laporan
keuangan atau ikhtisar-ikhtisar lainnya yang dapat digunakan untuk membantu para
pemakainya dalam membuat atau mengambil keputusan. Dalam menyusun suatu laporan
keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan dapat diterima secara umum, prinsip-
prinsip akuntansi, prosedur-prosedur, metode-metode, serta teknik-teknik dari segala
sesuatu yang dicakup dalam ruang lingkup akuntansi dinamakan siklus akuntansi.
Siklus akuntansi adalah proses penyediaan laporan keuangan organisasi selama suatu
periode tertentu. Siklus akuntansi dapat dibagi menjadi pekerjaan yang dilakukan selama
periode berjalan, yaitu penjurnalan tarnsaksi dan pemindahbukuan ke dalam buku besar,
dan penyiapan laporan keuangan pada akhir periode. Pekerjaan yang dilakukan di akhir
periode termasuk juga mempersiapkan akun untuk mencatat transaksi-transaksi pada
periode selanjutnya. Banyaknya langkah yang harus ditempuh pada akhir periode secara
tidak langsung menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan dilakukan pada bagian
akhir. Walaupun demikian, pencatatan, dan pemindahbukuan selama periode berjalan
membutuhkan waktu lebih banyak dibandingkan pekerjaan di akhir periode.
Alur proses akuntansi pendidikan dimulai dengan pencatatan transaksi pertama sampai
dengan penyusunan laporan keuangan dan penutupan pembukuan secara keseluruhan,
serta persiapan untuk pencatatan transaksi berikutnya.
Siklus akuntansi dapat dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu :
Tahap pencatatan; kegiatan pengidentifikasian dan pengukuran bukti transaksi serta bukti
pencatatan. Kegiatan ini dilakukan dengan sarana buku harian atau jurnal untuk kemudian
diposting berdasarkan kelompok ke dalam akun buku besar.
Tahap pengikhtisaran; kegiatan dalam tahap ini adalah sebagai berikut; penyusunan
neraca saldo berdasarkan akun-akun buku besar, pembuatan ayat jurnal penyesuaian,
penyusunan kertas kerja, pembuatan ayat jurnal penutup, pembuatan neraca saldo setelah
penutupan, dan membuat ayat jurnal pembalik.
Tahap pelaporan; dalam tahap ini, dilakukan penyusunan Laporan Surplus Defisit,
Laporan Arus Kas, Neraca, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

• LAPORAN KEUANGAN DALAM AKUNTANSI PENDIDIKAN


Laporan Keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang menyajikan informasi
yang berguna bagi pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
Laporan keuangan menggambarkan pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan
realisasi pencapaian target pendapatan, realisasi penyerapan belanja, dan realisasi
pembelanjaan. Berikut merupakan komponen-komponen Laporan Keuangan :
1. Neraca; ibarat sebuah foto, neraca hanya menampilkan gambaran institudi pendidikan
pada saat tanggal neraca saja. Jadi, neraca merupakan sebuah gambaran posisi
keungan dari suatu lembaga pada waktu tertentu. Pada umumnya, komponen neraca
meliputi Aset yang terbagi menjadi Aset Lancar dan Aset Tetap, Kewajiban yang
terbagi atas Kewajiban Lancar dan Kewajiban Jangka Panjang, dan Modal.
2. Laporan Surplus Defisit; merupakan laporan yang menggambarkan kinerja keuangan
suatu entitas. Dalam konteks ini, kinerja adalah kemampuan suatu lembaga dalam
menciptakan pendapatan.
3. Laporan Arus Kas; laporan yang menggambarkan perubahan posisi kas dalam satu
periode akuntansi. Di dalam laporan ini, perubahan posisi kas dilihat dari 3 (tiga) sisi,
yakni dari kegiatan operasi, pembiayaan, dan investasi. Sesuai dengan namanya,
laporan ini akan memberikan informasi tentang arus kas masuk maupun keluar dari
institusi pendidikan yang berguna untuk memberikan gambaran mengenai alokasi kas
ke dalam berbagai kegiatan institusi pendidikan.

• KLASIFIKASI BIAYA
Biaya diidentifikasikan dan diklasifikasi menurut sifatnya. Klasifikasi biaya-biaya di
entitas sekolah menurut sifatnya akan digunakan untuk mempertegas batasan,
mempermudah perhitungan, dan menambah keakuratan pelaporan. Menurut sifatnya,
biaya dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Biaya langsung, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai proses
pencapaian hasil dan tujuan seuatu organisasi. Di sekolah dasar dan menengah negeri,
biaya langsung adalah biaya proses peningkatan kualitas siswa dan pencapaian tujuan
utama sekolah yang tidak terpisahkan dari diri siswa serta berdampak terhadap siswa
secara keseluruhan. Contoh biaya langsung adalah biaya praktikum, biaya ujian, biaya
pemakaian laboratorium, dan sejenisnya.
2. Biaya tidak langsung, adalah komponen biaya penunjang atau pelengkap dari
komponen biaya langsung. Dalam dunia pendidikan biaya tidak langsung merupakan
komponen penunjang atau katalisator dalam proses belajar mengajar. Jadi, tujuan
akhir sekolah dalam peningkatan kualitas lulusan dapat lebih sepat dicapai. Contoh
biaya tidak langsung antara lain biaya kebersihan, bantuan dana kegiatan siswa, biaya
kegiatan sosial, dan sejenisnya.
Pada awalnya, komponen penyusun anggaran terdiri dari berbagai aktivitas yang terjadi
dalam proses belajar mengajar. Dari berbagai aktivitas tersebut, biaya pelaksanaannya
terdiri dari dua komponen, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Dalam
pembahasan bab ini, digunakan alat bantu penyusunan laporan biaya aktivitas,
yaitu Activity Costing System (ACS), yang merupakan salah satu alat penghitungan biaya
dalam pendekatan ekonomi. Menurut pendekatan ekonomi tersebut, biaya merupakan
cerminan aktivitas yang dilakukan entitas bersangkutan, sehingga rincian biaya
merupakan rincian aktivitas dan prasarana pendukung aktivitas yang dibutuhkan. Dengan
penjabaran jenis biaya dan aktivitas secara bersamaan, anggaran tahunan dapat dirinci
secara lebih akurat.
Kelebihan metode tersebut adalah kemudahannya dalam merinci biaya yang perlu
diperhitungkan. Metode tersebut tidak mengindahkan pengaruh tingkat teknologi, kondisi
internal, dan tingkat efisiensi aktivitas organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi.

• PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
Otonomi daerah yang dilaksanakan sejak tahun 2001 membawa perubahan besar dalam
pengelolaan pendidikan. Di era otonomi daerah, Pemerintah Daerah bertanggung jawab
atas pengelolaan sektor pendidikan pada semua jenjang diluar pendidikan tinggi. Dari sisi
substansi, Pemda bertanggung jawab atas hamper segala bidang yang terkait dengan
sektor pendidikan. Namun, ada indikasi bahwa pelimpahan wewenang di sektor
pendidikan tersebut tidak diikuti oleh pelimpahan sumber-sumber keuangan yang
memadai. Akibatnya muncul persoalan ketidakseimbangan antara kewenangan dengan
sumber daya yang dimiliki oleh Pemda untuk mengelola pendidikan.
Ditinjau dari sudut human capital, pendidikan diperhitungkan sebagai faktor penentu
keberhasilan seseorang, baik secara sosial maupun ekonomi. Nilai pendidikan merupakan
asset moral, di mana pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam pendidikan
dianggap sebagai investasi. Pengertian pembiayaan pendidikan adalah upaya
pengumpulan dana untuk membiayai operasional dan pengembangan sektor pendidikan.
Pendidikan merupakan unsur utama pengembangan SDM. SDM dianggap lebih bernilai
apabila sikap, perilaku, wawasan, kemampuan, keahlian, serta keterampilannya sesuai
dengan kebutuhan berbagai bidang dan sektor. Pendidikan merupakan salah satu alat
pengubah karakter manusia. Dengan pendidikan, manusia dapat mengetahui segala
sesuatu yang tidak atau belum diketahui sebelumnya. Pendidikan merupakan hak seluruh
umat manusia. Hak untuk memperoleh pendidikan harus diikuti oleh kesempatan dan
kemampuan serta kemauannya. Dengan demikian, peranan pembiayaan pendidikan
terlihat jelas dalam peningkatan kualitas SDM agar sejajar dengan manusia lain, baik
secara regional, nasional, maupun inernasional.
Dalam situasi bagaimana pun, Negara tidak boleh melepaskan tanggung jawabnya
terhadap pembiayaan pendidikan. Pada sisi lain, Negara melalui pemerintah harus terus
menyosialisasikan pembiayaan pendidkan dengan mengacu pada standar baku, terutama
tentang komponen pendidikan, proses belajar-mengajar, kurikulum, dan target kompetensi
lulusan.
Konvensi Nasional Pendidikan merupakan konvensi empat tahunan bagi komunitas
pendidikan. Inti dari konvensi ini adalah pembiayaan pendidikan harus ditata
penggunaannya, karena selain dari dana APBN/APBD, dana pendidikan juga bisa
dipungut dari masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan. Dana yang bersumber
dariAPBN dan masyarakat harus diatur tentang pemungutannya, bagaimana
menggunakannya, kemudian bagaimana mempertanggung jawabkannya. Pengaturan
tentang pengelolaan pembiayaan pendidikan agar memiliki dasar hokum yang kuat perlu
diatur setingkat Peraturan Pemerintah (PP).
Berdasarkan UUD 1945 dan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dana
pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan mendapat alokasi
minimal 20% dari total APBN/APBD. Pembiayaan pendidikan sebesar 20% itu memang
seharusnya dipenuhi dari anggaran belanja dan bukan dari anggaran pendapatan.
Selanjutnya, hal yang perlu dilakukan adalah menjabarkan anggaran pendidikan 20%
tersebut pada jalurnya.

Akuntansi sektor pendidikan (online).http://saung-elmu.blogspot.com.

Sumarta,dewa. Akuntansi pendidikan (online). http://www.scribd.com.

Kasim, meilani. Akuntansi pendidikan (online). http://meilanikasim.wordpress.com.

Sbastian, indra. (2007) “akuntansi pendidikan”, UGM yogyarkata,erlangga.

Anda mungkin juga menyukai