Anda di halaman 1dari 8

Kelas G Semester 3

MASALAH MASALAH PENDIDIKAN


Abstrak

Pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya memberikan pencerahan kepada masyarakat


melalui nilai dan manfaat pendidikan itu sendiri. Kondisi ini terbukti dari rendahnya kualitas
lulusan, rendahnya relevansi pendidikan dalam hal substansi dengan kebutuhan masyarakat, dan
pendidikan justru dijadikan sebagai kawasan politisasi dari para pejabat. Untuk itu perlu adanya
identifikasi kembali terhadap problematika pendidikan Indonesia dan solusi atas problematika
tersebut.

Kata Kunci: Kualitas, problematika, solusi, pendidikan

A. Pendahuluan

Manusia yang berkualitas merupakan ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Negara-
negara maju seperti Amerika, Inggris, Jerman, dan bahkan Malaysia menempatkan pendidikan
sebagai faktor strategis dalam memajukan bangsanya. Pendidikan yang berkualitas dapat
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif. Keberhasilan suatu bangsa
dalam membangun pendidikan merupakan barometer tingkat kemajuan bangsa tersebut.

Pendidikan sudah kita terima sejak lahir. Pendidikan bias bersifat formal ataupun
informal. Informal maknanya pendidikan bisa kita dapatkan melalui lingkungan, pergaulan, dan
keseharian dirumah. Sedangkan, formal dalam artian pendidikan diperoleh melalui jalur resmi
pendidikan seperti sekolah atau perguruan tinggi.

Di Indonesia, upaya pembangunan pendidikan formal juga dilakukan di berbagai jenjang,


mulai dari pendidikan dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi. Semua jenjang ini
diharapakan memenuhi fungsi dan mencapai tujuan pendidikan nasional, seperti yang terdapat
dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yaitu berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; dan bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index


(HDI) yang dirilis pada tanggal 5 Oktober 2009 Indonesia berada pada kategori Pembangunan
Manusia Menengah dengan Indeks IPM 0,734, dan berada di urutan ke-111 dari 180 negara.
Posisi ini kalah jauh dari negara tetangga kita, Malaysia, yang berada pada kategori
Pembangunan Manusia Tinggi dengan indeks IPM 0,829, dan berada pada urutan ke-66. IPM
merupakan pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar
hidup untuk semua negara

seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara
maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari
kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.

Terlihat jelas bagaiman kondisi pendidikan bangsa kita dewasa ini. Pada kenyataanya
pendidikan belum sepenuhnya memberikan pencerahan kepada masyarakat melalui nilai dan
manfaat pendidikan itu sendiri. Rendahnya kualitas lulusan merupakan salah satu bukti bahwa
pendidikan di Indonesia belum secara optimal dikembangkan. Relevansi pendidikan dalam hal
substansi dengan kebutuhan masyarakat dinilai masih rendah. Parahnya lagi, pendidikan menjadi
kawasan politisasi dari para pejabat. Semakin tertinggalnya pendidikan bangsa Indonesia dengan
bangsa-bangsa lain, harusnya membuat kita lebih termotivasi untuk berbenah diri. Banyaknya
masalah pendidikan yang muncul ke permukaan merupakan gambaran praktek pendidikan kita.

Menyoal problematika yang dihadapi bangsa dalam hal pendidikan, penulis tertarik untuk
membuat uraian permasalahan ini dan mengemukakan solusi-solusi yang kiranya dapat
direnungkan melalui sebuah tulisan yang berjudul “Pendidikan di Indonesiaku (Problematika dan
Solusinya)”.

B. Problema Pendidikan Indonesia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) merupakan
pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup untuk
semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara
adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur
pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Berdasarkan rilis terbaru IPM (5
Oktober 2009) Indonesia berada pada kategori Pembangunan Manusia Menengah dengan Indeks
IPM 0,734, dan berada di urutan ke-111 dari 180 negara. Dari hal ini terlihat jelas bahwa
pendidikan di Indonesia belum Edu-Bio; Vol. 4, Tahun 2013 optimal pelaksanaanya dalam
menunjang pembangunan bangsa (Nuryata, 2010: 45).

Ada beberapa aspek pendidikan yang bisa kita cermati dan mengemuka akhir-akhir ini
sebagai masalah-masalah penting dalam pendidikan, yaitu :

1. Kurikulum

Kurikulum sering dianggap dokumen sakti yang harus menjadi pegangan. Apa yang
tertuang di dalamnya menjadi satusatunya pegangan. Banyak guru yang masih takut berkreasi
dan berinovasi. Orientasi kurikulum masih dilihat dari ketuntasan materi pelajaran. Guru menjadi
panik begitu menyadari materi yang diajarkan belum terselesaikan. Guru selalu dikejar-kejar
target kurikulum, padahal pelaksanaan pembelajaran mengalami berbagai situasi yang berbeda-
beda setiap semester dan setiap tahunnya. Sehingga pembelajaran di kelas sebagian besar masih
terbatas pada penyelesaian bahan ajar tanpa memedulikan apakah seluruh peserta didik sudah
menguasai pelajaran atau belum. Realitanya hanya sepertiga peserta didik yang menguasai
seluruh pelajaran. Sedangkan duapertiganya akan mengakumulasikan ketidakpahamannya yang
nanti tercermin dalam ketidakmampuannya menjawab tes yang diberikan.

Selain itu, substansi kurikulum dalam hal kepadatan materi tidak signifikan dengan
alokasi waktu tersedia. Ini juga merupakan salah satu sebab bahwa materi yang dibelajarkan di
kelas kurang bermakna dan kurang terlihat relevansinya bagi siswa (Suyanto, 2002: 23).

2. Biaya

Biaya pendidikan mahal? ya, bagi sebagian besar masyarakat biaya pendidikan masih
dianggap mahal. Kita lihat contoh real mengenai program Wajib Belajar Sembilan Tahun, yang
sejatinya masih menjadi pekerjaan rumah bagi kita. Karena pada kenyataannya banyak anak-
anak usia sekolah yang tidak bersekolah atau putus sekolah dengan alasan biaya. Padahal ada
dana bantuan dari pusat, tapi tetap saja ada pungutanpungutan liar yang dilakukan sekolah
berkedok kesepakatan antara sekolah dan orang tua siswa. Tapi serta merta kita tidak bisa
menyalahkan sekolah saja. Praktek di luar, dana bantuan dari pusat tidak utuh sampai di sekolah.
Entah di tingkat mana dana-dana tersebut dipangkas oleh oknum-oknum yang terhormat.

Selain itu, adanya parktek jual-beli kursi. Sungguh miris jika mendengarnya. Hanya
untuk mencari sekolah atau agar anaknya bersekolah di tempat yang diinginkan oleh orang
tuanya (yang notabene belum tentu anaknya nyaman berada di sekolah pilihan orang tuanya),
orang tua siswa rela untuk meronggoh kocek untuk diberikan kepada oknum-oknum yang
menjanjikan kesempatan bersekolah di sekolah yang diinginkan. Dan jangan salah, oknum ini
tidak harus berasal dari sekolah, banyak pejabat-pejabat yang menggunakan kekuasaannya untuk
menekan pihak sekolah agar tentengan (anak yang membeli kursi) diterima. Bukankah ini salah
satu bentuk korupsi? Jika dari sekolah anak-anak kita sudah terbiasa melihat praktek-praktek
curang seperti ini, jangan salahkan banyak koruptor di Indonesia

3. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Harusnya pendidikan


itu menciptakan siswa yang memiliki daya nalar yang tinggi, memiliki kemampuan analisis
tentang apa yang terjadi sehingga bila di terjunkan dalam suatu permasalahan akan dapat
mengambil keputusan yang tepat. Akan tetapi fenomenanya, pendidikan itu dapat pula
menyesatkan. Bisa kita lihat dari kualitas pendidikan kita yang hanya diukur berdasarkan ijazah.
Padahal sekarang ini banyak ijazah yang diperjual-belikan. Dan tidak bisa kita pungkiri banyak
pejabat yang membelinya. Jika kita pikirkan, berarti asalkan memiliki uang kita tidak perlu
bersekolah, ijazah tinggal kita beli saja. Bagaimana kondisi bangsa ini, jika semua orang
berpikiran seperti itu?

4. Ujian Nasional

Kontroversi mengenai pelaksanaan Ujian Nasional (UN) sudah mewacana sejak tahun
pelajaran 2002/2003. Pada tahun tersebut banyak pihak merasakan penyimpangan dari
pelaksanaan UN, yang pertama bahwa yang dinilai dalam UN hanya aspek kognitif peserta didik,
padahal dalam kependidikan, kemampuan peserta didik meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Penyimpangan yang kedua yaitu bahwa penentuan standar pendidikan
dilakukan secara sepihak oleh pemerintah. Hal ini tentunya merampas hak guru dalam
melakukan penilaian. Ketiga, UN mengabaikan unsur penilaian proses. Dan, penyimpangan yang
keempat, yaitu UN memberikan beban sosial dan psikologis kepada siswa. Siswa dipaksa
menghafalkan pelajaran-pelajaran yang di UN-kan. Padahal tujuan pembelajaran adalah untuk
membangun pemahaman siswa, bukannya malah menghafal pelajaran. Walaupun pada dua tahun
pelajaran terakhir penyimpanganpenyimpangan di atas sudah diminimalisir, tapi tetap saja para
pendidik dan siswa belum bisa bernafas lega. Memang penilaian oleh guru selama proses
pendidikan berlangsung sudah ikut dipertimbangkan, namun proporsinya masih kecil, hanya 0,4.
Sedangkan UN yang standarnya masih ditentukan oleh pemerintah pusat memiliki proporsi 0,6.
Ini suatu beban psikologis juga bagi siswa.

5. Fasilitas Pendidikan

Akhir-akhir ini banyak kita mendengar dan melihat di televisi berita tentang sekolah-
sekolah yang hampir roboh, dimana anak-anaknya terpaksa belajar di luar kelas. Miris melihat
ini, bahkan sampai sekolah yang berada di ibukota pun mengalami kejadian seperti ini.
Bukankah negara ini memiliki anggaran pendidikan yang tentunya dapat menanggulangi
permasalahan seperti ini. Para pejabat kita di Senayan saja tiap bulan bisa melakukan tour ke luar
negeri berkedok studi banding, mengapa hanya memperbaiki sekolah yang rusak mesti
berlarutlarut. Yang dirugikan tentunya anak-anak calon penerus bangsa ini. Bagaimana mereka
tidak was-was jika harus belajar di dalam gedung yang hampir roboh (Kasim, 2009).

C. Solusi bagi Problematika Pendidikan Indonesia

Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terkotak-kotak.


Tetapi harus di tempuh dalam suatu tindakan yang menyeluruh. Misalnya jika pemerintah hanya
menaikkan anggaran, tetapi sumber daya dan mutu pendidikan masih rendah, maka apa yang
diharapkan tidak akan tercapai.

Jika kita lihat melalui permasalahan kurikulum, hal yang dapat kita benahi adalah
pelaksanaan dan tuntutan yang diberikan kepada pelaksana kurikulum ini. Contohnya, jika guru
di sekolah diberikan keleluasaan dalam menjalankan kurikulum (asal masih berada pada
koridornya) maka janganlah guru dituntut untuk menghabiskan materi. Bukankah pembelajaran
akan lebih bermakna jika siswa benar-benar memahami materi walaupun sedikit, daripada
banyak tapi yang diketahui hanya permukaannya saja.

Menyoal masalah biaya, jika semua pemangku pendidikan menjalakan program dengan
benar, anggaran pendidikan di Negara ini tidaklah kurang. Sayangnya dengan adanya permainan
oknumoknum, segala hal menjadi kurang, pemerataan penerimaan dana pendidikan pun tidak
seimbang.Pendidikan yang berkualitas memang tidak murah, atau tepatnya bisa kita katakan
tidak harus murah atau gratis. Pemerintah seharusnya menjamin bahwa setiap warga negaranya
memperoleh pendidikan. Menjamin pula bahwa masyarakat bawah bisa mengakses pendidikan
yang bermutu. Idealnya pendidikan di Indonesia harus dapat dikenyam oleh anak usia sekolah
minimal SMA sederajat, tanpa memandang anak tersebut berasal dari keluarga kaya ataupun
miskin.

Mengenai permasalahan pendidikan yang hanya didasarkan pada ijazah dan kelulusan
UN. Ijazah memang penting untuk menunjukkan legalitas kemampuan kita, akan tetapi
hendaknya yang memerlukan ijazah ini lebih menekankan proses perolehan ijazah. Tidak ada
bedanya dengan UN, sebenarnya pelaksanaan UN masih relevan, tetapi dalam prosesnya masih
ada yang perlu diperhatikan dan dibenahi. Contohnya, standar kelulusan lebih baik disesuaikan
dengan kondisi dan lingkungan masing-masing siswa. Jika menyangkut masalah sarana
prasarana tentunya akan berpulang lagi pada komitmen pemerintah dan pemangku pendidikan
terkait. Dan tidak terlepas pula yang sudah dibahas di atas bahwa semuanya harus dikembalikan
ke pribadi pemangku kepentingan, apakah mereka berniat untuk benar-benar berguna bagi
negara atau sekedar mencari keuntungan ditengah kondisi pendidikan bangsa ini. Jika semua
pemangku kepentingan memiliki rasa kejujuran dan keinginan untuk memajukan bangsa, tidak
mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan bisa bersifat tegas terhadap hal-hal yang dapat
merugikan sistem pendidikan kita, niscaya pendidikan yang berkualitas akan dimiliki oleh
bangsa ini. Mulai dari pejabat pusat dan sampai guru yang bersentuhan langsung dengan siswa,
harus memiliki komitmen yang sama dalam memajukan pendidikan bangsa ini.

D. Penutup
Kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Padahal pendidikan memiliki peranan
penting dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan bangsa ini. Ada beberapa
aspek pendidikan yang akhir-akhir ini mengemuka dalam beberapa wacana yang berkaitan
dengan problematika pendidikan di Indonesia, yaitu :

a. kurikulum yang pelaksanaanya belum relevan dengan tuntutan masyarakat,

b. biaya pendidikan yang mahal,

c. tujuan pendidikan yang dalam prosesnya pencapaiannya menyimpang,

d. kontroversi pelaksanaan Ujian nasional, dan

e. banyak fasilitas pendidikan yang tidak memadai. Semua hal tersebut pada dasarnya
berpulang pada kejujuran pelaksana pendidikan dalam menjalankan pendidikan bangsa
ini. ika semua pelaksana pendidikan memiliki kejujuran dan komitmen yang sama yaitu
untuk memajukan pendidikan yang berkualitas akan diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

Nuryata, Made. 2010. Pembelajaran Masa Kini. Jakarta : Sekarmita

Suyanto, 2002. Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru.

Tantangan Global Pendidikan Nasional. Jakarta : Grasindo

http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Pembangunan_Manusia#Indonesia

http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_Indeks_Pembangun

an_Manusia#endnote_2

http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalahpendidikan-

di-indonesia/
http://sim.ormawa.uns.ac.id/2009/01/05/masalah-pendidikan-diindonesia

Anda mungkin juga menyukai