Anda di halaman 1dari 14

MASALAH- MASALAH PENDIDIKAN NASIONAL, FAKTOR-FAKTOR DAN SOLUSI

YANG DITAWARKAN

Hakiki Fatkhatur Rizqiyah, Imron Hamzah

Universitas Islam Majapahit


Jl. Jabon Km 0,7 Tambak Rejo, Mojokerto, Jawa Timur
e-mail : hqqrizqi@gmail.com, ihamzah879@gmail.com

ABSTRAK

Artikel ini ditulis untuk membicarakan tentang rendahnya mutu pendidikan nasional
saat ini. Faktanya, semua orang setuju bahwa pendidikan adalah hal terpenting di negara
mana pun. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu bangsa adalah kualitas
pendidikannya. Dengan kata lain, tingkat pendidikan suatu bangsa atau negara dapat memberi
tahu Anda banyak hal tentang kemajuannya. Oleh karena itu, permasalahan yang dihadapi
Indonesia yang dapat menghambat penyelenggaraan pendidikan berkualitas tinggi menjadi
fokus makalah ini. Kemudian, pada saat itu juga digambarkan bagaimana pengaturan yang
dapat dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia.
Penulis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan kajian literatur.
Sesuai dengan pembahasan dalam artikel ini, penulis mengumpulkan data dan informasi dari
jurnal dan buku terpercaya. Tulisan ini diharapkan dapat menyadarkan semua orang akan
perlunya membangun Indonesia yang lebih baik dan lebih maju guna mendidik orang-orang
baik.

Thisarticlewaswrittento talk aboutthelowqualityofnationaleducationatthemoment. In


fact, everyoneagreesthateducationisthemostimportantthing in anycountry. The
natureofschooling in a countryisoneofthedeterminantsofthecountry’sadvancement. To
putitanotherway, a nation’sorcountry’s level ofeducationcantellyou a lot aboutitsprogress. As
a result, theissues Indonesia isfacingthatcouldimpedethedeliveryofhigh-qualityeducation are
thefocusofthispaper. Then,
itisalsoexplainedhowthesolutionsthatcanbeimplementedtoaddressIndonesia’seducationissuesc
anbeachieved. The authorsofthis study employed a qualitativeapproachbyconducting a
literaturereview. In accordancewiththediscussion in thisarticle, theauthorgathers data
andinformationfromreliablejournalsandbooks.
Itishopedthatthiswritingwillmakeeveryonemoreawareoftheneedtobuild a
betterandmoreadvanced Indonesia in order totraingoodpeople.

Keywords: qualityofnationaleducation, nationaleducationproblems

PENDAHULUAN

Dalam rangka membangun diri dan bangsa secara utuh, pendidikan merupakan proses
yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, karakter, kepribadian,
dan semangat gotong royong. Saptono, 2017) Setiap orang harus memiliki akses pendidikan
sebagai kebutuhan dasar. Aktivitas manusia tidak dapat dipisahkan dari pendidikan. Manusia
tidak dapat menghindari dampak dari penerapan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari,
bagaimanapun keadaannya. Pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan
nonformal adalah tiga jenis pendidikan. Sekolah formal terdiri dari dasar hingga perguruan
tinggi. Jenis pendidikan atau pelatihan yang berlangsung dalam keluarga atau komunitas
tanpa organisasi tertentu dikenal sebagai pendidikan informal. Segala bentuk pendidikan
terorganisir yang berlangsung di luar pendidikan formal dianggap sebagai pendidikan
nonformal. Selanjutnya, saat ini akan dibahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan formal.

Singkatnya, setiap aktivitas manusia memiliki dampak positif dan negatif. Efek
positifnya tidak diragukan lagi merupakan harapan yang dirindukan setiap manusia. Selain
itu, dampak negatif adalah sesuatu yang berpotensi menghambat kehidupan manusia.
Penyelenggaraan pendidikan yang tidak berjalan dengan baik akan berdampak negatif jika
dikaitkan dengan bidang pendidikan. Proses belajar mengajar tidak dapat berjalan tanpa
hambatan ini. Selain itu, kejadian ini sering terjadi di luar pendidikan formal. Setiap tahun,
isu pendidikan Indonesia terus berkembang. Selain itu, masalah muncul di tingkat input,
proses, dan output. Padahal, ketiga tingkatan ini saling berhubungan satu sama lain.
Keberlanjutan dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh input. Hasil keluaran juga
dipengaruhi oleh proses pembelajaran. Output tersebut kemudian akan terus menjadi input
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau memasuki dunia kerja, dimana teori akan
mulai dipraktekkan. Megawati 2012)
Sekolah adalah sesuatu yang disetujui untuk menjadi hal utama di negara manapun.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu bangsa adalah kualitas pendidikannya.
Dengan kata lain, tingkat pendidikan suatu bangsa atau negara dapat memberi tahu Anda
banyak hal tentang kemajuannya. Bangsa atau negara akan mengalami rasa ketertinggalan
akibat buruknya kualitas pendidikan saat ini. Nandika mengklaim bahwa sejak tahun 1972,
United NationsEducational, Scientific, andCulturalOrganization (UNESCO) telah
menekankan pentingnya pendidikan dalam membuka jalan bagi pembangunan dan
peningkatan suatu bangsa (Nandika: 2007).

Indonesia merupakan bangsa yang sangat memperhatikan penyelenggaraan


pendidikan. Pemerintah telah melakukan sejumlah upaya untuk memastikan bahwa
pendidikan terus berlanjut dan meningkat. Hal ini terlihat dari isi Pasal 31 ayat 3 dan 4 UUD
1945. Paragraf tersebut menegaskan bahwa pemerintah berkewajiban menyelenggarakan
pengajaran nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diamanatkan
undang-undang dengan memberikan prioritas anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20%
dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Republik Indonesia) dan APBD
( Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).

Bagaimanapun, pelatihan tidak pernah lepas dari berbagai masalah. Fajri membagi
tantangan yang dihadapi pendidikan ke dalam dua kategori: microproblems dan
macroproblems. Masalah mikro, seperti masalah kurikulum, adalah masalah yang muncul
dalam sistem pendidikan secara keseluruhan. Sebaliknya, masalah makro adalah masalah
yang muncul ketika pendidikan sebagai suatu sistem berinteraksi dengan sistem lain yang
lebih luas yang mencakup seluruh kehidupan manusia, seperti distribusi pendidikan yang
tidak merata antar wilayah. Mirip dengan Indonesia, pendidikan Indonesia terus bergelut
dengan berbagai persoalan. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia terutama disebabkan
oleh masalah-masalah tersebut. Indonesia menempati peringkat ke-74 dari 79 negara lain
dalam survei yang dilakukan pada tahun 2019 oleh PISA (Program Penilaian Pelajar
Internasional) tentang sistem pendidikan menengah dunia pada tahun 2018. Dengan kata lain,
Indonesia berada di peringkat keenam dibandingkan dengan negara lain. Ini adalah situasi
yang sangat mengkhawatirkan. Hal ini tentu sangat disayangkan karena pendidikan yang
seharusnya mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia, ternyata
tidak demikian.

Karena sistem pendidikan Indonesia dianggap sangat rendah dibandingkan dengan


negara-negara lain di dunia, banyak faktor yang menghambat kemajuan pendidikan
Indonesia. Kurniawan mengatakan bahwa peserta didik, peran seorang guru, kondisi
ekonomi, sarana dan prasarana, lingkungan, dan banyak faktor lainnya juga dapat
mempengaruhi keberhasilan suatu sistem pendidikan (Kurniawan: 2016). Dengan kurikulum
2013, Indonesia saat ini berupaya meningkatkan kualitas pendidikan. Indonesia diharapkan
memiliki peluang yang baik untuk meningkatkan daya saing dan kualitas pendidikannya
sebagai hasil penerapan kurikulum 2013. Tujuan dari artikel ini adalah untuk membahas
rendahnya kualitas pendidikan yang ada di Indonesia saat ini.

Uraian di atas dapat digunakan untuk menarik kesimpulan bahwa program pendidikan
Indonesia menghadapi berbagai macam persoalan sebagai bagian dari Masalah Pendidikan
Nasional. Permasalahan sulit yang muncul di bidang pendidikan, seperti; pemerataan,
relevansi dan kualitas, serta efektifitas dan efisiensi IPTEK, laju pertumbuhan penduduk,
ketidakmampuan tenaga pengajar dalam menangani tugas-tugas yang dihadapinya, dan
kurangnya fokus siswa selama proses pembelajaran menjadi faktor-faktor yang menyebabkan
perkembangan isu-isu tersebut, padahal setiap masalah memiliki faktor pendukung.

A . Kurikulum adalah rencana atau desain yang disediakan lembaga pendidikan


kepada siswanya. Sejak Indonesia merdeka, antara sepuluh hingga sebelas pergantian
kurikulum telah terjadi di sana. Tentu saja, perubahan kurikulum baru mungkin sulit
dipahami, terutama bagi guru, siswa, bahkan orang tua. Menurut Nasution, mengubah
kurikulum juga dapat diartikan sebagai mengubah individu, khususnya pendidik,
penyelenggara pendidikan, dan semua orang yang terlibat dalam pendidikan. Oleh karena itu,
perubahan rencana pendidikan ini seringkali dianggap sebagai perubahan yang ramah.
(Nasution: 2009: 252). Kurikulum yang diterapkan di Indonesia tidak hanya diubah tetapi
juga cukup rumit. Akibatnya, baik siswa maupun guru sangat menderita. Akan ada banyak
materi yang perlu dipelajari siswa. Akibatnya, siswa ditantang untuk memilih dan
mengembangkan potensi diri sesuai dengan kemampuan dan keinginannya. Guru, serta siswa,
terkena dampaknya. Guru harus berurusan dengan banyak tugas yang berkaitan dengan
mempelajari materi dan mengajar siswa mereka banyak materi. Oleh karena itu, tidak
menutup kemungkinan bagi guru untuk kurang tepat dalam menampilkan siswanya.

Indonesia saat ini menerapkan kurikulum 2013 yang dianggap sebagai tambahan dari
kurikulum sebelumnya. Pelaksanaan program pendidikan tahun 2013 diharapkan menjadi
kesempatan yang baik bagi Indonesia untuk memperbaiki kualitas pendidikannya dan
meningkatkan keseriusannya agar bisa bersaing dengan negara lain.

B . Bahkan di daerah terpencil, kurangnya koordinasi yang terkoordinasi antara


pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat menimbulkan masalah pemerataan.
Pemerintah pusat dan daerah kehilangan kontak akibat hal ini. Selain itu, kurangnya otoritas
lembaga pendidikan atas proses pendidikan berkontribusi pada masalah akses pendidikan
yang tidak merata. Jika kontrol pendidikan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau
pelosok, hal ini bisa saja terjadi.

Indonesia merupakan negara non-industri yang masih mengalami berbagai proses


perbaikan, mengingat bidang pengajaran. Akibatnya, penyelenggaraan pendidikan
menghadapi sejumlah tantangan di negara-negara berkembang, terutama di negara-negara
terbelakang, seperti kurangnya pemerataan pendidikan. Eselon masyarakat yang lebih rendah
sering menghadapi ketidaksetaraan ini. Kami menyadari bahwa biaya meningkat dengan
pencapaian pendidikan. Jadi, jika dibandingkan harus mengeluarkan banyak uang, banyak
orang yang memilih untuk tidak sekolah.
Akibatnya, mayoritas penduduk Indonesia yang saat ini berada dalam usia sekolah
tidak akan dapat mengenyam pendidikan yang diharapkan. Di sisi ini, sekilas terlihat bahwa
belum semua orang Indonesia merasakan manisnya pendidikan. Jika diperhatikan dengan
seksama, perbedaan status sosial ekonomi masyarakat setidaknya menjadi salah satu faktor
yang berkontribusi terhadap persoalan pemerataan pendidikan. 2) Disparitas dalam lembaga
pendidikan; 3) Adanya persebaran sekolah yang tidak merata; (4) Standar nilai masuk
sekolah yang tinggi; Lima) Rayonisasi Idrus, 2016)

Situasi ekonomi adalah masalah yang paling mendesak di Indonesia. Kemungkinan


menerima pendidikan dari instruktur yang berkualitas menurun dengan status sosial ekonomi.
Biaya fasilitas pendidikan juga dapat diukur. Fasilitas biasanya cenderung lebih memadai di
sekolah-sekolah dengan harga lebih tinggi. Iklan untuk “pendidikan gratis” telah
menyesatkan orang untuk berpikir bahwa mereka tidak perlu membayar apa pun, padahal
sebenarnya mereka harus membayar. Mujahidun, 2017) Anggapan tersebut tidak benar
karena pada kenyataannya pendidikan membutuhkan biaya, termasuk biaya seragam,
sumbangan untuk pembangunan, dan sebagainya. Karena mereka yang tidak mampu atau
tinggal di daerah tertinggal akan memilih untuk tidak melanjutkan pendidikannya, sehingga
terjadi ketimpangan akses di Indonesia. Dengan menyediakan fasilitas dan sumber daya
pendidikan kepada seluruh lapisan masyarakat yang membutuhkan pendidikan, maka
persoalan pemerataan pendidikan dapat teratasi. Agar tidak ada pihak yang memanipulasi
program yang sedang dilaksanakan, pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarana
pendidikan secara transparan.

C . Isu penempatan guru ini masih ada di sejumlah lembaga pendidikan di Indonesia.
Khususnya penempatan guru pada bidang studi yang tidak terkait dengan penempatan atau
keahliannya. Akibatnya, guru mungkin tidak dalam kondisi terbaiknya. Jakaria menegaskan,
ada berbagai faktor yang menyebabkan ketidakcukupan guru, salah satunya adalah
ketidaksesuaian antara mata pelajaran yang diajarkan dan latar belakang pendidikan guru.
2014). Sering terjadi kekurangan guru di daerah tertentu yang menyebabkan masalah
penempatan guru. Untuk memenuhi kebutuhan siswanya, guru yang ada harus dapat
mengajar mata pelajaran lain. Karena distribusi guru yang tidak merata ke daerah-daerah
tersebut, kekurangan guru ini biasa terjadi di daerah-daerah terpencil.
D. Guru memberikan ilmu kepada murid-muridnya. Tugas seorang pendidik sangat
penting dalam membuat kemajuan instruktif. Sebagai seorang guru, Anda memiliki banyak
tugas karena hidup itu sulit. Namun, masih banyak guru yang memandang pekerjaan mereka
sebagai hal yang mudah dan hanya melakukannya demi uang. Herlambang mengklaim bahwa
pemahaman profesi guru saat ini didasarkan pada paradigma yang cacat yang meliputi: 1)
Mengembangkan individu siap kerja; (2) Karena pendidikan merupakan pekerjaan sederhana
yang dapat dilakukan oleh siapa saja; (3) Terutama berkaitan dengan menghasilkan uang
(Herlambang: 2018).

Padahal, Indonesia membutuhkan guru yang berpengalaman dan berkualitas. Menurut


Suparno (2004), guru-guru di Indonesia saat ini memandang pekerjaan mereka sebagai
sebuah panggilan daripada sebuah tuntutan pekerjaan. Ia harus dapat menunaikan tugasnya
sebagai guru sebagaimana mestinya; guru berkewajiban untuk mendidik, mengajar,
membimbing, melatih, dan mengevaluasi peserta didiknya. Menurut Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003, guru bertanggung jawab merencanakan dan menyusun pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran, mengarahkan, melatih,
melakukan penelitian, dan melayani masyarakat. Diharapkan guru mampu mendidik dan
membimbing siswanya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dengan menjalankan
tanggung jawabnya sebagai seorang guru.

E . Rendahnya kualitas guru juga berkontribusi pada rendahnya kualitas pendidikan


dan kurangnya relevansi. Kredensial pembelajaran instruktur dan dosen dapat digunakan
untuk menilai tingkat penilaian. Kualitas staf pengajar perguruan tinggi di Indonesia memiliki
kelemahan mendasar dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Proses dimana guru
melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tanggung jawab dan fungsi utamanya tercermin
dalam kinerjanya. Kapasitas seorang pendidik untuk membuat model pembelajaran baru atau
memunculkan manifestasi baru akan memisahkannya dari pengajar yang berbeda. ( Saptono,
2017) Oleh karena itu, pendidik harus menjunjung tinggi kreativitas agar dapat menghasilkan
materi yang berkualitas yang juga akan berdampak positif pada rangkaian pembelajaran. Hal
ini juga akan berdampak pada kecepatan siswa dalam menyerap informasi ilmiah selama
proses pembelajaran.

F. Saat ini anggapan bahwa “semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi biaya
yang dikeluarkan” sudah menjadi rahasia umum. Karena mahalnya biaya pendidikan
mempengaruhi begitu banyak orang, pemerintah perlu memperhatikan hal ini. Masyarakat
Indonesia dibebani oleh mahalnya biaya pendidikan yang mayoritas adalah pelajar kelas
menengah ke bawah. Dibandingkan dengan harus membayar banyak uang untuk sekolah,
tidak banyak orang yang lebih suka tidak hadir. Ada juga anak yang ingin sekolah tapi tidak
bisa karena tidak punya cukup uang. Akibatnya, mereka tidak bisa. Perlu diketahui bahwa
mahalnya biaya pendidikan akan menimbulkan ketimpangan pendidikan di Indonesia dan
akan berdampak negatif pada berbagai aspek kehidupan. Seperti yang ditunjukkan oleh Idris,
persoalan instruktif ini akan berdampak pada semua lini kehidupan, akan meluasnya
pengangguran, zalim liar, meluasnya kemelaratan, dll (Idris: 2010).

G. Ketika sumber daya seperti waktu, tenaga, dan uang digunakan secara efektif,
lulusan dan produktivitas pendidikan dimaksimalkan dan proses pendidikan yang efektif
dilaksanakan. Sistem pendidikan Indonesia saat ini jauh dari efektif, dan meskipun telah
menggunakan semua sumber daya yang tersedia, lulusannya tidak memenuhi harapan.
Tingginya kualitas pendidikan mereka menjadi faktor utama tingginya angka pengangguran
di Indonesia. Terlepas dari tingkat pendidikan mereka, mereka tidak akan dijamin
mendapatkan pekerjaan. Pelaksanaan pendidikan yang hasilnya sesuai dengan rencana atau
program yang telah ditetapkan disebut pendidikan efektif. Penyelenggaraan pendidikan tidak
efektif jika rencana pembelajaran dosen dan guru tidak terlaksana dengan sempurna.
Kegagalan dalam melaksanakan pendidikan secara efektif tidak akan menghasilkan lulusan
yang berkualitas. Namun, akan menghasilkan lulusan yang tidak terduga. Masalah lain,
seperti pengangguran, akan muncul dari keadaan ini.

2.
a. Teknik pembelajaran yang suram ini mengandung arti tidak ada perubahan dan
kemajuan, pada akhirnya strategi ini dilakukan sangat mirip sehingga tidak ada perbedaan
saat menyampaikan materi. Padahal, cara belajar siswa memiliki dampak yang signifikan
terhadap hasil belajar mereka. Hal ini disebabkan siswa dan guru berinteraksi selama proses
pembelajaran yang merupakan kegiatan pendidikan. Nilai interaksi edukatif dalam kegiatan
pembelajaran bermula dari kenyataan bahwa siswa dituntut untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu menuntut siswa untuk memahami
materi yang disampaikan (Kartiani: 2015). Oleh karena itu, untuk mendapatkan perhatian
siswa dan memungkinkan mereka mencapai hasil belajar yang diharapkan, pendidik atau
guru harus menggunakan pendekatan inventif dan baru dalam kegiatan pembelajaran.

b. Wajar saja, Indonesia masih menjadi negara berkembang dengan banyak hal yang
harus dibangun dan disempurnakan. Termasuk dalam peningkatan sarana dan prasarana
pendidikan. Sampai saat ini, sekolah di beberapa daerah masih sering kekurangan fasilitas
yang memadai atau bahkan memadai. Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan masalah
sarana dan prasarana pendidikan yang kurang berkualitas, seperti keterlambatan penyaluran
dana, penyelewengan dana sekolah, pemeliharaan sarana dan prasarana yang tidak memadai,
pengawasan oleh sekolah yang tidak berkepentingan. Sarana dan prasarana, dan faktor
lainnya. Akibatnya, banyak siswa yang tidak dapat memanfaatkan fasilitas sekolah secara
maksimal.

Padahal sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Yustikia menegaskan bahwa pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sarana dan
prasarana. Proses pembelajaran akan berdampak buruk jika sarana dan prasarana yang
digunakan tidak memadai. Pembelajaran dianggap kurang bermakna (Yustikia: 2019).

C . Proses pembelajaran itu sendiri merupakan hakikat dari sebuah pendidikan.


Prestasi belajar siswa tentunya sangat dipengaruhi oleh proses pembelajaran. Pengalaman
yang berkembang dilakukan untuk menciptakan dan menemukan kemungkinan-kemungkinan
yang ada dalam diri siswa dan menghasilkan prestasi siswa yang normal. Putri dan Neviarni
menegaskan bahwa prestasi merupakan puncak dari proses pembelajaran dan tanda
keberhasilan belajar siswa (Putri dan Neviarni: 2013).
Namun sayangnya, pencapaian tujuan pendidikan Indonesia masih terhambat oleh
rendahnya prestasi siswa. Rendahnya kualitas prestasi siswa dapat dikaitkan dengan berbagai
faktor. Secara umum rendahnya prestasi belajar siswa dapat disebabkan oleh dua hal: 1)
Faktor sifat: penyakit fisik dan kurangnya perhatian terhadap asupan makanan; 2) Ciri-ciri
kepribadian: kurangnya motivasi diri atau orang lain; 3) Rasa kantuk Selain itu ada juga
variabel luar seperti: 1) Kualitas pendidik yang buruk; 2) Prasarana dan sarana yang belum
memadai; 3) Aspek keluarga, seperti perbedaan pendapat dalam keluarga; 4) Faktor
lingkungan, seperti kurangnya minat masyarakat terhadap pendidikan, pergaulan negatif, dan
lain-lain

Solusiiiii

Jika dibandingkan dengan negara lain, kualitas pendidikan Indonesia masih rendah.
Padahal, pendidikan sangat penting bagi kehidupan. Kemajuan negara Indonesia sangat
dinantikan oleh para pelajar bangsa. Namun, penting untuk dicatat bahwa pendidikan sangat
penting untuk menciptakan masyarakat yang berkualitas tinggi. Oleh karena itu, untuk
mencapai pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan menghasilkan
individu yang berkualitas diperlukan upaya dan solusi. Berikut adalah beberapa solusi untuk
masalah ini:

Pertama, teknologi dan sains. Peningkatan dan penciptaan SDM dan inovasi dalam
menata masa depan suatu negara terbantu melalui pembelajaran di sekolah. ( Saptono, 2016)
Terungkapnya inovasi baru di bidang pelatihan mengharapkan Indonesia melakukan
perubahan di bidang persekolahan. Implementasi reformasi sulit dan membutuhkan kesiapan
sumber daya manusia Indonesia.

Kedua, laju pertambahan penduduk. Masalah pemerataan, serta relevansi dan kualitas
pendidikan, akan dipengaruhi oleh laju pertumbuhan yang cepat. Jumlah siswa akan
dipengaruhi oleh perluasan populasi. Untuk menampung jumlah penduduk yang terus
bertambah, diperlukan jumlah sekolah yang lebih banyak. Banyak siswa akan terlantar atau
tidak bersekolah jika sekolah kekurangan daya tampung. Isu pemerataan pendidikan akan
diangkat sebagai hasilnya. Namun, akan terjadi ketimpangan antara tenaga pengajar dan
siswa jika sekolah dipaksakan memiliki jumlah siswa dan kapasitas tertentu. Relevansi dan
kualitas pendidikan akan menurun jika keadaan ini terus berlanjut.

Ketiga, Masalah Pembelajaran Pada saat ini, kegiatan pembelajaran cenderung pasif,
dan seorang pendidik selalu menganggap dirinya mengetahui segalanya. Ini akan membuat
siswa malu. Sehingga pembelajaran selesai menjadi membosankan dan umumnya akan
melelahkan. Kegiatan pembelajaran terpusat semacam ini merupakan masalah besar bagi
dunia pendidikan.

Keempat, menjamin pemerataan pendidikan. Kita tidak asing lagi dengan isu
ketimpangan pendidikan di Indonesia. Sampai saat ini masih sering dijumpai beberapa daerah
tertentu yang kurang mendapatkan perhatian yang cukup dalam hal pendidikannya. Masalah
kesenjangan pendidikan dapat diselesaikan dengan berbagai cara. Kurniawan menegaskan
bahwa pilihan tradisional untuk mengatasi masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1)
Pembangunan gedung atau tempat belajar bagi mahasiswa masing-masing daerah; 2)
Melakukan kerjasama bersama antar penghuni agar benar-benar fokus dan mengikuti
perkembangan yang diberikan oleh pihak sekolah; (3) pengiriman tenaga pendidik
profesional ke daerah terpencil atau tertinggal; 4) Adanya program untuk mengedukasi warga
tentang pentingnya pendidikan dengan mendatangi rumah-rumah warga. 5) Adanya
Universitas Terbuka yang saat ini tersebar luas di sejumlah lokasi (Kurniawan: 2016).

Masalah biaya juga menjadi kendala dalam penyelenggaraan pendidikan. Akibatnya,


pemerintah perlu fokus pada penyediaan dana bagi orang-orang yang kurang mampu untuk
bersekolah. Selain pemerintah, masyarakat dapat bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan
pendidikan bagi mereka yang membutuhkan.

Kelima, meningkatkan kesejahteraan guru. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20


Tahun 2003, guru yang mampu mengemban tanggung jawab dan melaksanakan tugasnya
dengan baik mutlak diperlukan bagi pendidikan Indonesia. Semua itu harus dibarengi dengan
jaminan kesejahteraan guru agar tercapai. Profesionalisme guru dan kesejahteraan guru
diduga saling terkait. Kulla mengatakan fakta bahwa banyak guru yang terus bekerja
sampingan seperti berdagang atau beternak menunjukkan betapa kecilnya dampak
kesejahteraan guru. 2017). Kinerja guru di kelas akan terpengaruh oleh hal ini. Guru sering
kali terlalu menekankan pada pekerjaan sampingan mereka, yang berdampak negatif pada
proses pengajaran.

Keenam, Meningkatkan Mutu Pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang


diharapkan, mutu pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan lagi. Seperti yang ditunjukkan
oleh Aziz, pengajaran berkualitas adalah persekolahan yang dapat memenuhi asumsi,
kebutuhan dan keinginan masyarakat (Aziz: 2017). Tindakan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan standar pendidikan adalah: 1) menetapkan kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan (menyesuaikan dengan peserta didik, masyarakat, dan negara); 2) Memenuhi
persyaratan sarana dan prasarana; 3) Mengorganisir kegiatan langsung seperti kelas, program
literasi, dan menjalin hubungan dengan wali siswa, antara lain

Ketujuh, Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Saat ini, pendidikan Indonesia


menghadapi tantangan rendahnya prestasi. Ini adalah fakta yang sangat disesalkan karena
menunjukkan kegagalan pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, perlu diambil langkah-
langkah yang dapat mengarah pada solusi atas permasalahan tersebut, seperti: 1) Alih-alih
membuat pembelajaran menjadi membosankan, instruktur membuatnya lebih menyenangkan
dan efektif. 2) Agar siswa menjadi pusat belajar, mereka harus ikut serta dalam kegiatan
belajar bukan hanya mendengarkan. 3) Orang tua perlu berperan lebih besar dalam
menyekolahkan anaknya, dan 4) masyarakat membantu siswa belajar dengan menyediakan
lingkungan yang baik dan nyaman.

Demikian gambaran kondisi Pendidikan Nasional saat ini. Kualitas pendidikan


nasional sangat buruk. Banyak masalah pendidikan di Indonesia yang menjadi penyebab
buruknya kualitas pendidikan di sana. Masalah-masalah ini terbagi dalam dua kategori:
masalah pendidikan tingkat makro dan masalah pendidikan tingkat mikro. Diharapkan
Indonesia mampu meningkatkan kualitas pendidikannya hingga sebanding, bahkan lebih baik
dari negara lain dengan bantuan beberapa solusi yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kesimpulan

Semua orang setuju bahwa hal terpenting di negara mana pun adalah pendidikan.
Indonesia merupakan bangsa yang sangat memperhatikan penyelenggaraan pendidikan.
Namun, selalu ada sejumlah persoalan yang menghalangi pendidikan Indonesia untuk
mencapai tujuan dan harapannya. Ada 2 macam soal instruktif, yaitu soal khusus dalam
lingkup skala penuh dan soal tingkat mini. Ini adalah masalah makro: a) kurikulum terlalu
rumit dan membingungkan; b) Ketimpangan pendidikan; c) Masalah penempatan guru; d)
Guru berkualitas rendah; e) Pendidikan sangat mahal.

Sebaliknya, penjelasan mikroskopis tentang pendidikan mencakup: a) Pendekatan


monolitik terhadap pendidikan; b) Prasarana dan sarana yang tidak memadai; c) Nilai rendah
di kalangan siswa. Di antara solusi yang disarankan untuk menyelesaikan masalah ini dalam
pendidikan adalah: a) Menjamin keadilan pendidikan; b) Menjamin kesejahteraan guru; c)
Meningkatkan kualitas pendidikan; dan d) Meningkatkan kinerja siswa.

Daftar pustaka

Arfani, L. (2016). Mengurai Hakikat Pendidikan, Belajar dan Pembelajaran.


JurnalPPKNdan Hukum, 11 (2), 4 – 7.Aziz, A. (2015). Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal
Studi Islam, 10 (2), 2 – 12.Herlambang, Y. T. (2018). Pedagogik: Telaah Kritis Ilmu
PendidikanDalamMultiperspektif. Jakarta: Bumi Aksara.Idris, R. (2010). Apbn Pendidikan
Dan Mahalnya Biaya Pendidikan. Jurnal LenteraPendidikan, 13 (1), 3 – 10.Idrus, M. (2016).
Mutu Pendidikan Dan Pemerataan Pendidikan Di Daerah. PSIKOPEDAGOGIA Jurnal
Bimbingan Dan Konseling, 1(2). https://doi.org/10.12928/psikopedagogia.v1i2.4603Isa, K.,
Rosni, N., &Palpanadan, S. (2021). MalaysianUniversityStudents’PerceptionsandKnowledge
Level of Industrial Revolution 4.0. AcademyofEducationJournal, 12 (2), 169-178.
https://doi.org/ 10.47200 /aoej. V12i2. 571Jakaria, Y. (2014). Analisis Kelayakan Dan
Kesesuaian Antara Latar Belakang PendidikanGuru Sekolah Dasar Dengan Mata Pelajaran
Yang Diampu. Jurnal Pendidikan DanKebudayaan, 20 (4), 3 – 8.Kartiani, B. S. (2015).
Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Motivasi Belajar TerhadapHasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Ips Kelas V Kabupaten Lombok BaratNtb. Jurnal Pendidikan Dasar, 6 (2), 3 –
8.Kulla, S. K. (2017). Pengaruh Kesejahteraan Guru, Motivasi Kerja Dan Kompetensi
GuruTerhadap Kinerja Guru Smk Di Kabupaten Sumba Barat. Jurnal DinamikaManajemen
Pendidikan, 1 (2), 2 – 9.Kurniawan, R. Y. (2016). Identifikasi Permasalahan Pendidikan Di
Indonesia UntukMeningkatkan Mutu Dan Profesionalisme Guru. Konvensi Nasional
PendidikanIndonesia (Konaspi) (Pp. 2 – 5). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.Megawanti,
P. (2012). Permasalahan Pendidikan Dasar Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA,
2(3), 227–234. https://doi.org/10.30998/formatif.v2i3.105Mujahidun. (2017). Pemerataan
Pendidikan Anak Bangsa: Pendidikan Gratis Versus Kapitalisme Pendidikan Mujahidun.
Tarbiyatuna, 8(1), 1–8.136Musanna, A. (2017). Indigenisasi Pendidikan: Rasionalitas
Revitalisasi Praksis PendidikanKiHadjar Dewantara. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 2
(1), 2 – 9.Nandika, D. (2007). Pendidikan Di Tengah . Jakarta: Pt. Remaja
RosdaKarya.Nasution. (2009). Asas – Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.Neviyarni, S.
D. (2013). Aktor-Faktor Penyebab Rendahnya Prestasi Belajar Siswa (StudiDeskriptif
Terhadap Siswa Smp N 12 Padang). Jurnal Ilmiah Konseling, 2(1), 2 – 5.Nurkholis. (2013).
Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi. Jurnal Kependidikan,1 (1), 2 – 8.Saptono,
A. (2016). Lingkungan Belajar , Sikap Terhadap Profesi Guru terhadap Intensi Menjadi Guru
(Studi pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta) Ari Saptono,
14(1).Saptono, A. (2017). Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Dan Kecerdasan
Emosional Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas X Di Sma Negeri 89
Jakarta. Econosains Jurnal Online Ekonomi Dan Pendidikan, 14(1), 105–112.
https://doi.org/10.21009/econosains.0141.08Suparno, P. (2004). Pendidikan Dan Peran Guru.
Jakarta: Buku Kompas.Prihastuti, E., & Daud, S. (2019). Pengaruh Kualitas Layanan
Pendidikan TerhadapKepuasan Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
PadaUniversitas Swasta di Bandar Lampung. AcademyofEducationJournal, 10 (01), 76-99.
https://doi.org/10.47200/aoej.v10i01.273Yustikia, N. W. (2017). Pentingnya Sarana
Pendidikan Dalam Menunjang KualitasPendidikan Di Sekolah. Jurnal Pendidikan Hindu, 4
(2), 2 – 11.

Anda mungkin juga menyukai