KECERDASAN EMOSIONAL
DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI INDONESIA
Disusun Oleh:
Rakyan Widhowati Tanjung
B1J014106
B1J014108
Toni Kusumawardana
B1J014109
B1J014110
PRODI BIOLOGI
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan rahmatNyalah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah berjudul Kecerdasan emosional
dalam Proses Belajar Mengajar di Indonesia ini disajikan sesederhana mungkin untuk
memudahkan pembaca dalam memahami isi makalah ini. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih
kepada dosen pengampu Mata Kuliah Umum Dasar Jati Diri Unsoed sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Dengan adanya makalah ini mahasiswa diharapkan
dapat melestarikan dan menerapkan nilai-nilai luhur pendidikan yang berkarakter seperti kecerdasan
emosional untuk memajukan Indonesia dengan terciptanya generasi penerus bangsa yang unggul
dan berkarakter. Sehingga kita mahasiswa akan mampu menjadi pribadi yang cerdas, intensif,
mandiri, dan berbudi luhur. Diharapkan Mahasiswa bisa menjadi generasi penerus bangsa yang
akan membawa bangsa ini menjadi lebih baik dan lebih maju. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
a. Kondisi Pendidikan di Indonesia
Pendidikan merupakan tiang pancang kebudayaan dan pondasi utama untuk membangun
peradaban bangsa. Kesadaran akan arti penting pendidikan akan menentukan kualitas
kesejahteraan lahir batin dan masa depan warganya. Oleh karena itu substansi pendidikan,
materi pengajaran dan metodologi pembelajaran, serta manajemen pendidikan yang akuntabel
sudah seharusnya menjadi perhatian bagi para penyelenggara Negara. Terbukti bahwa seluruh
bangsa yang berhasil mencapai tingkat kemajuan kebudayaan dan teknologi tinggi mesti
disangga oleh kualitas pendidikan yang sangat kokoh.
Namun eksistensi pendidikan yang ada di Indonesia pada saat ini masih menjadi
permasalahan karena masih banyak anak bangsa yang belum mendapatkan pendidikan yang
sebagaimana mestinya dan ada juga yang sama sekalipun belum pernah mencicipi bangku
sekolah sama sekali contoh kecilnya saja anak yang terlantar hal ini sangat memperihatinkan.
Sebenarnya mereka juga mempunyai hak yang sama seperti anak-anak yang sudah mendapat
pendidikan yang layak seperti contoh anak orang kaya. Arah bangsa nantinya ada pada tangan
mereka karena merekalah nantinya yang akan menjadi penerus perjuangan bangsa.
Pendidikan merupakan hak setiap warga negara, namun masih ada beberapa dari mereka
yang belum mendapatkan hak tersebut. Hingga saat ini, peluang terbesar untuk memperoleh
akses pendidikan yang baik hanya anak orang kaya dan pintar. Dengan bermodalkan
kemampuan ekonomi yang lebih dari cukup, didukung dengan kemampuan berpikir tinggi,
menjadi faktor pendukung untuk memperoleh akses pendidikan yang lebih baik. Mereka
berpeluang besar memasuki sekolah-sekolah elit, berkualitas, berstandar nasional, bahkan
internasional. Hal ini menciptakan lingkungan belajar-mengajar yang kondusif, karena
ditunjang dengan kualitas anak didik yang punya daya pikir tinggi. Selain itu, tersedianya
sarana prasarana yang lengkap membantu untuk mewujudkan pendidikan yang mapan. Pada
saat sekarang pendidikan yang ada di Indonesia berbentuk sistem pasar yaitu bagi mereka
yang memiliki uang banyak maka mereka akan mendapatkan pendidikan yang
layak.sebenarnya hal tersebut tidak boleh terjadi.
Ada beberapa hal yang membuat pendidikan di Indonesia semakin melenceng dari cita-cita
bangsa. Pertama, kecenderungan pendidikan Indonesia yang semakin elitis dan tak terjangkau
rakyat miskin. Dalam hal ini, pemerintah dituding membuat kebijakan yang diskriminatif
sehingga menyulitkan rakyat kecil mengakses pendidikan. Kedua, lahirnya sistem pendidikan
yang tidak memberdayakan. Dalam konteks ini, kebijakan yang dibentuk semata-mata untuk
Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:
1. Rendahnya sarana fisik,
2. Rendahnya kualitas guru,
3. Rendahnya kesejahteraan guru,
4. Rendahnya prestasi siswa,
5. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
6. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
7. Mahalnya biaya pendidikan.
b. Jenjang Pendidikan di Indonesia
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Bab VI Pasal 13 Ayat 1 jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah
jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
(UU No. 20 Tahun 2003 Bab I, Pasal 1 Ayat 8). Jenjang pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
1. Jenjang Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)
atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
2. Jenjang Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas
pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah
berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan
pendidikan dasar, dan dalam hubungan ke atas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti
pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja.
3. Jenjang Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk menyiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau
profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau
menciptakan
ilmu
negatif antara lain mulai lunturnya nilai-nilai kebangsaa yang dianggap sempit seperti
patriotisme dan nasionalisme yangdianggap tidak cocok dengan nilai-nilai globalisasi dan
universalisasi.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pentingnya kecerdasan emosional dalam proses belajar mengajar di Indonesia?
b. Bagaimana kecerdasan emosional dalam proses belajar mengajar di Indonesia?
c.Apa saja faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter di Indonesia?
C. Tujuan
a. Mengetahui pentingnya kecerdasan emosional dalam proses belajar mengajar di Indonesia.
b. Mengetahui kecerdasan emosional dalam proses belajar mengajar di Indonesia.
c.Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
seseorang
untuk
berhasil
dalam
mengatasi
tuntutan
dan
tekanan
perasaan kita dan orang lain yang menuntun kepada kemampuan untuk mengatur perasaanperasaan tersebut. Jadi orang yang cerdas secara emosi bukan hanya memiliki emosi atau
perasaan tetapi juga mampu memahami apa makna dari rasa tersebut. Dapat melihat diri sendiri
seperti orang lain melihat,serta mampu memahami orang lain seolah-olah apa yang dirasakan
oleh orang lain dapat kita rasakan juga.
B. Pentingnya Kecerdasan Emosional
Menurut Alan Mortiboys Peter Salovey dan Jack Mayer (1990) Kecerdasan emosional (EQ)
meliputi:
1. Kemampuan untuk merasakan secara akurat, menilai dan mengekspresikan emosi;
2. Kemampuan untuk mengakses dan/atau menghasilkan perasaan ketika ia bersedia berpikir;
3. Kemampuan untuk memahami emosi dan pengetahuan emosional;
4. Memampuan untuk mengatur emosi untuk mempromosikan pertumbuhan emosi dan
intelektual.
Kecerdasan emosi merupakan kecerdasan vital manusia yang sudahsemestinya terus dilatih,
dikelola dan dikembangkan secara intens. Karena kecerdasan emosi memiliki kesinambungan
yang cukup erat dengan kualitashidup manusia, di mana kecerdasan emosi berkait erat dengan
adanya jiwa yang sehat. Sehingga dari jiwa yang sehat tersebut manusia sebagai spesies yang
rentan mengalami ketidakbahagiaan akan memiliki peluang jauh lebih besar di dalam
memperoleh hidup bahagia. Orang yang mampu mengendalikan kecerdasan emosional yang
dimilikinya akan memiliki peluang yang lebih baik untuk bisa sukses dan dipastikan lebih tenang
dalam menyelesaikan permasalahan yang tergolong rumit.
a. Peran Kecerdasan Emosional dalam Perkembangan Peserta Didik
Masa remaja atau masa adolensia merupakan masa peralihan atau masa transisi antara masa
anak ke masa dewasa.Pada masa ini individu mengalami perkembangan yang pesat mencapai
kematangan fisik, sosial, dan emosi.Pada masa ini dipercaya merupakan masa yang sulit, baik
bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga dan lingkungannya.
Perubahan-perubahan fisik yang dialami remaja juga menyebabkan adanya perubahan
psikologis. Hurlock (1973: 17) disebut sebagai periode heightened emotionality, yaitu suatu
keadaan dimana kondisi emosi tampak lebih tinggi atau tampak lebih intens dibandingkan
dengan keadaan normal. Emosi yang tinggi dapat termanifestasikan dalam berbagai bentuk
tingkah laku seperti bingung, emosi berkobar-kobar atau mudah meledak, bertengkar, tak
bergairah, pemalas, membentuk mekanisme pertahanan diri. Emosi yang tinggi ini tidak
berlangsung terus-menerus selama masa remaja. Dengan bertambahnya umur maka emosi yang
tinggi akan mulai mereda atau menuju kondisi yang stabil. Kecerdasan emosional juga berkaitan
dengan arah yang positif jika remaja dapat mengendalikannya, memang dibutuhkan proses agar
seseorang dapat mencapai tingkat kecerdasan emosional yang mantap.
b. Hubungan serta Penerapan Kecerdasan Emosional dalam Pembelajaran Peserta Didik
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja .Faktor tersebut antara lain
kepribadian, lingkungan, pengalaman, kebudayaan, dan pendidikan. Pendidikan, merupakan
variabel yang sangat berperan dalam perkembangan emosi individu. Perbedaan individu juga
dapat dipengaruhi oleh adanya perbedaan kondisi atau keadaan individu yang bersangkutan.
Sehubungan dengan hal tersebut orang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik
diharapkan dapat menampilkan sikap berpikir yang tercermin dari cara berpikir yang logis, cepat,
mempunyai kemampuan abstraksi yang baik, mampu mendeteksi, menafsirkan, menyimpulkan,
mengevaluasi, dan mengingat, menyelesaikan masalah dengan baik, bertindak terarah sesui
dengan tujuan, serta tingkat kematangan yang baik ketenangan. Hal tersebut berkaitan juga
dengan kemampuan inteljensia yang baik (IQ).
Apabila dikaitkan dengan prestasi belajar, maka kecerdasan emosional merupakan salah satu
faktor yang juga turut menentukan prestasi. Individu yang memiliki IQ yang tinggi diharapkan
akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi, karena IQ seringkali dianggap modal potensial
yang memudahkan seseorang dalam belajar. Maka seringkali muncul anggapan bahwa IQ
merupakan faktor yang menunjang prestasi belajar yang baik.Bahkan ada sebagian masyarakat
yang menempatkan IQ melebihi porsi yang seharusnya. Mereka menganggap hasil tes IQ yang
tinggi merupakan jaminian kesuksesan belajar seseorang sebaliknya IQ yang rendah merupakan
vonis akhir bagi individu bahwa dirinya tidak mungkin mencapai prestasi belajar yang baik
anggapan semacam ini tidaklah tepat, karena masih banyak faktor yang ikut menentukan
prestasi,terutama EQ serta SQ (Spiritual quotient). Anggapan yang tidak tepat tersebut bisa
berdampak tidak baik bagi individu karena dapat melemahkan motivasi siswa dalam belajar yang
justru dapat menjadi awal dari kegagalan yang seharusnya tidak perlu terjadi. Untuk itu, perlu
ditanamkan dalam benak siswa bahwa kesuksesan belajar tidak hanya ditentukan dengan
kecerdasan yang dimiliki, tetapi juga bagaimana mengendalikan diri sendiri.
Penerapan kecerdasan emosional dalam pembelajaran peserta didik dalam penting untuk
dilakukan. Di mana peserta didik diarahkan secara perlahan untuk mengembangkan, mengasah
serta mengendalikan emosi yang di miliki, sehingga berdampak baik bagi kehidupan siswa
tersebut, baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, dalam bidang akademis
maupun non akademis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pemerintah telah berusaha
untuk meningkatkan kualitas pendidikan karakter. Peningkatan kualitas tersebut melalui
pencapaian kecerdasan emosional yang efektif dalam dunia belajar mengajar sejak taman kanakkanak hingga perguruan tinggi. Hal ini ditujukan untuk memberi pemahaman bahwa kecerdasan
emosional memiliki peranan dan korelasi yang penting dengan pendidikan karakter untuk bangsa
Indonesia.
Guru adalah orangtua bagi siswa. Karenanya, pengimplementasian pendidikan karakter
melalui pencapaian kecerdasan emosional dalam hal belajar mengajar sangat ditekankan kepada
guru yang mengajarkannya kepada siswa. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan
mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Bila
pendidikan karakter telah mencapai keberhasilan, tidak diragukan lagi kalau masa depan bangsa
Indonesia ini akan mengalami perubahan menuju kejayaan. Dan bila pendidikan karakter ini
mengalami kegagalan sudah pasti dampaknya akan sangat besar bagi bangsa ini, negara kita
akan semakin ketinggalan.
B. Saran
Di sini, pemerintah memiliki peranan selain menggalakkan upaya peningkatan kualitas
pendidikan karakter. Pemerintah haruslah memantau dan mengawasi dunia pendidikan di
berbagai daerah di Indonesia. Tanpa pantauan dan pengawasan yang stabil dari pemerintah,
dunia pendidikan di Indonesia akan menurun dan disalahgunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. Maswardi. 2011. Pendidikan Karakter Anak Bangsa. Jakarta : Badouse Media.
Goleman, Daniel. 2005. Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hidayat, Tatang. 2009. Inspiring Word. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Wijanarko, Jarot. 2008. Mendidik Anak: untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional dan Spiritual.
Jakarta: BIP