Kelompok 1
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2019
Daftar Isi
I.PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
II. PEMBAHASAN ................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Roti Manis ................................................................................... 3
2.2 Jenis Enzim yang Biasa digunakan untuk Produk Bakery ....................... 4
2.2.1 Enzim Amilase .................................................................................. 4
2.2.2 Enzim Xilanase ................................................................................. 5
2.2.3 Enzim Protease .................................................................................. 6
2.2.4 Enzim Glukosidase............................................................................ 7
2.2.5 Enzim Lakase .......................................................................................... 8
2.2.6 Enzim Lipase..................................................................................... 8
2.2.7 Enzim Pentosanase ............................................................................ 9
2.2.8 Enzim Transglutaminase ................................................................... 9
2.3 Aplikasi Enzim Pada Produk Roti Manis ................................................. 9
2.3.1. Proses Produksi Menggunakan Enzim Pada Pembuatan Roti Manis .. 10
2.3.2 Fungsi Enzim yang Terdapat Pada Roti Manis ............................... 12
2.3.3 Mekanisme Enzim Pada Roti Manis ............................................... 14
2.3.4 Keunggulan Penggunaan Enzim dan Hasil Akhir........................... 16
III. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 17
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 17
3.2 Saran ....................................................................................................... 18
i
Daftar Gambar
1
I.PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui fungsi enzim pada produk roti manis
1
2. Untuk mengetahui proses produksi roti manis menggunakan enzim
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja enzim pada roti manis
4. Untuk mengetahui keunggulan dan hasil (output) dari penggunaan
enzim pada roti manis
2
II. PEMBAHASAN
3
jika ditekan roti akan kembali seperti semula, berpori kecil, warna kulit luar
bagian atas kuning kecoklatan sedangkan kulit luar bawah kuning muda atau
coklat muda, remah halus tanpa gumpalan putih dan beraroma harum.
4
CO2 dalam jumlah yang lebih banyak sehingga volume roti yang dihasilkan lebih
besar (Steffolani, 2012).
Selain itu, fungsi utama α – amilase terjadi pada tahap pemanggangan saat
gas di dalam adonan mengembang karena suhu meningkat (oven spring).
Pengembangan adonan dihambat oleh viskositas pati yang terus meningkat karena
adanya proses gelatinisasi parsial pati selama pemanggangan. Enzim α – Amilase
dapat mengurangi viskositas pati sehingga memungkinkan ekspansi yang lebih
besar pada awal proses pemanggangan (Wassermann 2009). Enzim amilase
digunakan dalam proses pengolahan roti apabila produsen produk roti
menginginkan pengembangan volume adonan roti yang lebih besar. Amilase akan
lebih aktif bekerja apabila diterapkan pada proses pengembangan adonan roti
dengan menggunakan baker’s yeast. Apabila digunakan bahan pengembang
seperti baking powder maka keefektifitasan enzim amilase tidak akan memberi
pengaruh yang signifikan untuk memperbaiki mutu produk roti.
Mutu simpan dari produk roti menjadi parameter yang sangat penting hal ini
dikarenakan mutu produk roti yang baik adalah produk roti tersebut tetap segar
walaupun telah disimpan dalam jangka waktu lama. Pengerasan pada roti selama
penyimpanan tidak diinginkan. Penambahan amilase akan mendegradasi pati
menjadi senyawa dextrin sehingga kristalisasi pati yang dapat menyebabkan
proses pengerasan pada produk roti tidak terjadi. Senyawa dextrin dapat
menghambat proses pengerasan produk roti karena adanya dekstrin akan
mencegah terjadinya ikatan silang antara molekul pati-protein. Formasi senyawa
dextrin yang terlarut ini mempunyai hubungan yang erat dengan proses
pengerasan pada produk roti, sehingga semakin tinggi jumlah dextrin yang
terbentuk selam proses degradasi molekul pati tersebut maka laju pengerasan pada
produk roti dapat terhambat secara signifikan
5
yaitu β-xilosidase, eksoxilanase, dan endoxilanase. β-xilosidase, yaitu xilanase
yang mampu menghidrolisis xilooligosa-karida rantai pendek menjadi xilo-sa.
Aktivitas enzim akan menurun dengan meningkatnya rantai xilooligosakarida
(Reilly, 1991). Eksoxilanase mampu memutus rantai polimer xilosa (xilan) pada
ujung reduksi, sehingga menghasilkan xilosa sebagai produk utama dan sejumlah
oligosakarida rantai pendek. Enzim ini dapat mengandung sedikit aktivitas
transferase sehingga potensial dalam industri penghasil xilosa. Endoxilanase
mampu memutus ikatan β 1-4 pada bagian dalam ran-tai xilan secara teratur.
Ikatan yang diputus ditentukan berdasarkan panjang rantai substrat, derajad
percabangan, ada atau tidaknya gu-gus substitusi, dan pola pemutusan dari enzim
hidrolase tersebut.
Xylanase di dalam roti berfungsi untuk menghilangkan arabinoxylan yang
tidak larut yang mengganggu matriks gluten, sehingga meningkatkan viskositas
dan menambah stabilitas adonan (Courtin dan Delcour, 2001). Tepung terigu juga
mengandung senyawa hemiselulosa tidak larut air yang berasal dari dinding sel
gandum. Dengan menambahkan xylanase, senyawa ini dapat dikonversi menjadi
senyawa yang larut yang mengikat air sehingga meningkatkan kekuatan adonan
serta kemudahan penanganan adonan. Air yang diserap bermigrasi ke dalam pati
selama pemanggangan dan menyebabkan penurunan viskositas dan peningkatan
oven spring serta volume yang lebih tinggi (Wassermann 2009). Efisiensi xilanase
dalam perbaikan kualitas roti yang telah dilakukan, yaitu xilanase yang berasal
dari Aspergillus niger var awamori yang ditambahkan ke dalam adonan roti
menghasilkan kenaikan volume spesifik roti dan untuk lebih meningkatkan
kualitas roti maka perlu dilakukan kombinasi penambahan amilase dan xilanase.
Penambahan enzim xilanase pada roti tidak akan merubah nilai gizi pada roti.
Dimana, enzim xilanase akan mendegradasi penyusun dinding sel gandum, yaitu
xylan. Xylan yang telah terdegradasi akan menghasilkan xilo-oligosakarida, yang
merupakan bahan dasar prebiotik yang baik untuk pencernaan. Sehingga didalam
roti enzim xilanase juga terdapat penambahan protein yang berasal dari enzim.
6
1998). Protease merupakan enzim yang akan memotong polimer pada molekul
protein sehingga dapat dihasilkan molekul-molekul yang lebih sederhana.
Protease akan menghidrolisis ikatan polipeptida sehingga akan dihasilkan produk
dekomposisi berupa senyawa sederhana seperti peptida dan asam amino. Protease
pada pembuatan roti akan mengubah sifat – sifat viskoelastik adonan dengan
menghidrolisis ikatan peptida pada interior gluten sehingga mempersingkat waktu
pengembangan gluten. Penggunaan enzim protease bermanfaat untuk mengatur
kekuatan dari ikatan gluten sehingga adonan roti yang dihasilkan akan sesuai
dengan spesifikasi produk roti yang diinginkan, seperti roti, roll cake, biskuit,
maupun wafer. Sedikit enzim protease dapat memecah beberapa ikatan peptida
menghasilkan penurunan viskositas yang lebih cepat dari dispersi glutenin.
Penggunaan enzim protease dapat digunakan untuk memastikan
pembentukan adonan roti yang seragam, membantu mengendalikan pembentukan
tekstur adonan roti, dan memperbaiki flavor produk roti yang dihasilkan. Enzim
protease juga akan membebaskan asam amino dari gluten yang akan bereaksi
dengan gula selama pembakaran roti sehingga menimbulkan aroma dan warna
yang diinginkan (Suhartono, 1989). Protease pada pembuatan adonan yang
mengandung protein tinggi seperti pizza, kue – kue tertentu dan beberapa jenis
biskuit akan memperbaiki elastisitas adonan sehingga dapat meniadakan
gelembung udara selama pembakaran. Namun, optimasi terhadap aktivitas
protease ini perlu ditingkatkan, karena dapat menyebabkan pecahnya ikatan
peptida terlalu banyak hal ini tentu akan mengakibatkan menurunnya elastisitas
gluten yang terbentuk sehingga produk akhir roti menjadi lebih kaku.
7
oksidatif dari senyawa pentosan larut air (Caballero et al. 2007) sehingga mampu
memperbaiki gluten yang rusak (Bonet et al. 2007).
8
Lipase juga akan bekerja untuk membebaskan beberapa lemak yang terikat pada
tepung terigu oleh protein, dengan melepaskan lemak – lemak tersebut dan
memecah dari ikatan proteinnya, Lemak-lemak tersebut akan bebas dan
selanjutnya akan ikut serta dalam proses pengembangan adonan roti (Hameed et
al., 2006).
9
bentuk roti tergantung dari formulasi adonan dan cara membuatnya. Menurut US
Wheat Associoates (1983), adonan roti dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu
adonan roti manis, adonan lean / roti tawar dan adonan soft roll. Roti manis
adalah roti dengan kadar gula diatas 15% dari berat tepung terigu. Secara
Internasional rata-rata kadar gulanya sekitar 2,5 hingga 4%. Bentuk roti ini
umumnya kotak persegi panjang, bulat dan setengah lingkaran permukaan atasnya
(Ginand, 2011). Adonan roti manis adalah adonan yang terbuat dari formulasi
yang banyak menggunakan gula, lemak dan telur.
10
Gambar 1 Diagram Alir Pengolahan Roti Manis
(Sumber : Koswara, 2009)
Dari diagram alir pembuatan roti diatas dapat dilihat pada proses
pencampuran dan pengandukan fermentasi. Tujuan fermentasi (peragian) adonan
ialah untuk pematangan adonan sehingga mudah ditangani dan menghasilkan
produk bermutu baik. Selain itu fermentasi berperan dalam pembentukan cita rasa
roti. Selama fermentasi enzim-enzim ragi bereaksi dengan pati dan gula untuk
menghasilkan gas karbondioksida. Perkembangan gas ini menyebabkan adonan
mengembang dan menyebabkan adonan menjadi lebih ringan dan lebih besar. Jika
ingin memperoleh hasil yang seragam, suhu dan kelembaban dalam ruang
11
fermentasi perlu diatur. Suhu formal untuk fermentasi ialah kurang lebih 26 oC
dan kelembabannya 70-75 %. Selama fermentasi, pH akan turun dari 5,3 menjadi
4,5 karena terjadi pembentukan asam-asam seperti asam cuka oleh bakteri asam
asetat dan asam laktat. Penurunan pH ini akan mempengaruhi hidrasi dan
pengembangan gluten dan laju kegiatan enzim.
Penambahan malt dimaksudkan untuk mensuplai enzim amilase dan enzim
proteolitik. Enzim amilase dapat mengubah pati menjadi maltosa yang diperlukan
sebagai sumber makanan (nutrien) bagi ragi roti, sedangkan enzim proteolitik
akan mempengaruhi struktur gluten. Jika enzim proteolitik terlalu sedikit, maka
gluten akan menjadi kaku. Sedangkan jika terlalu banyak maka gluten akan
menjadi sangat elastis. Dengan demikian penambahan malt harus tepat agar dapat
menghasilkan volume roti yang baik.
12
Gambar 2 Pengaruh Penggunaan Enzim Amilase Pada Roti
(Sumber: Whitehurst, R.J. dan Law, B.A, 2002)
13
pengembangan adonan roti (Anonim, 2006). Enzim zimase merupakan bio katalis
yang digunakan dalam proses pembuatan roti. Kompleks enzim zimase ini dapat
mengubah glukosa dan fruktosa menjadi CO2 dan alkohol. Penambahan enzim
zimase dilakukan pada proses peragian pengembangan adonan roti (dough
fermentation/rounding). Ragi/ baker’s yeast di tambahkan ke dalam adonan roti
sehingga glukosa dalam adonan roti akan terurai menjadi etil alkohol dan karbon
dioksida. Enzim invertase bekerja dengan cara mengubah sukrosa menjadi gula
invert (glukosa dan fruktosa) dan enzim maltase berfungsi untuk mengubah malt
sugar atau maltosa yang ada pada malt syrup menjadi dekstrosa. Dekstrosa
difermentasi secara langsung oleh ragi (Anonim, 2006).
14
ragi, sehingga akan meningkatkan rasa, dan warna permukaan roti dengan kualitas
yang baik.
β-amilase (β-1,4 glukan maltohidrolase), memutus dari luar molekul dan
menghasilkan unit-unit maltosa dari ujung nonpereduksi pada rantai polisakarida.
Bila tiba pada ikatan α-1,6 glikosida seperti yang dijumpai pada amilopektin atau
glikogen, aktivitas enzim ini akan terhenti. Enzim ini bekerja pada ikatan α-1,4
dengan menginversi konfigurasi posisi atom C (1) atau atom C nomor 1 molekul
glukosa dari α menjadi β. Enzim β-amilase memiliki pH optimum antara 5-6
(Judoamidjojo dkk., 1989).
2. Enzim Protease
Protease merupakan enzim yang akan memotong polimer pad molekul
protein sehingga dapat dihasilkan molekul-molekul yang lebih sederhana (Bains,
1998). Protease merupakan enzim yang sangat kompleks, memiliki sifat katalitik
yang sangat bervariasi. Selain itu, enzim protease dihasilkan secara ekstraseluler
oleh mikroorganisme dan memiliki peranan yang sangat penting dalam
metabolism sel dan keteraturan sel (Ward, 1983). Dalam hal ini, protease akan
menghidrolisis ikatan polipeptida sehingga akan dihasilkan produk dekomposisi
berupa senyawa sederhana seperti peptida dan asam amino. Protease juga akan
menghidrolisis molekul protein dalam bentuk yang lebih spesifik. Contohnya
adalah protease dapat menghidrolisis putih telur dalam keadaan mentah namun
protease akan bersifat tidak aktif menghidrolisis putih telur yang telah mengalami
proses denaturasi. Pada industri pengolahan roti, protease dapat mempengaruhi
sifat-sifat dari produk akhir roti.
3. Enzim Lipase
Enzim lipase merupakan salah satu enzim yang dapat menghidrolisis
triasilgliserol menjadi asam lemak dan gliserol. Enzim lipase dapat digunakan
untuk menghasilkan emulsifier, surfaktan, mentega, cocoa butter. Kualitas
pembuatan roti sangat ditentukan oleh stabilitas sel gas. Distribusi gelembung gas
dalam adonan dan juga ukurannya sangat ditentukan oleh kualitas, bahan dan
kondisi pencampuran. Beberapa penelitian telah berfokus pada peran protein
gluten pada kapasitas penahanan gas, tetapi beberapa penelitian menyatakan
bahwa lipid yang mengelilingi sel gas juga berkontribusi terhadap stabilitas sel
15
gas. Bahan permukaan aktif (pengemulsi) mampu menetralkan ketidakstabilan sel
gas. Sebenarnya bahan-bahan ini mencegah koalesensi dan disproporsionalisasi
sel-sel gas dengan menstabilkan antarmuka, tetapi ada juga bukti bahwa film lipid
yang mengelilingi sel gas juga berkontribusi terhadap stabilitas sel gas
(Whitehurst dan Oort, 2010).
Pengaruh positif dari enzim lipase yaitu bahwa lipase akan memecah lipid
non-polar seperti trigliserida, sehingga dapat menghilangkan komponen negatif
dari adonan. Lipid non-polar umumnya memiliki efek negatif pada sifat
pembuatan roti. Trigliserida tidak dapat membentuk struktur yang stabil. Beberapa
enzim lipase tertentu diasumsikan tidak dapat mengganggu lipid polar yang
memiliki pengaruh yang positif/baik pada kualitas roti yang dihasilkan Enzim
lipase dapat menghidrolisis baik lipid polar maupun lipid non-polar. Produk yang
dihasilkan menunjukkan kemiripan struktural dengan bahan pengemulsi seperti
DATEM dan SSL.oleh karena itu, penggunaan enzim lipase pada roti manis dapat
menghasilkan stabilisasi sel-sel gas (Whitehurst dan Oort, 2010).
16
III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Roti manis adalah roti yang mempunyai cita rasa manis yang menonjol,
bertekstur empuk, serta diberi bermacam-macam isi dengan bentuk yang
bervariasi. Roti manis adalah roti dengan kadar gula diatas 15% dari berat tepung
terigu. Proses produksi roti manis dengan menggunakan enzim yaitu dilakukan
pencampuran bahan utama dan bahan tambahan yaitu malt untuk nutrisi ragi
sehingga diproduksi enzim secara maksimal. kemudian dilakukan pengadukan
fermentasi (ragi) lalu dilakukan pengembangan adonan serta dilakukan
pemanggangan dan pendinginan.
Terdapat enam enzim yang berperan pada proses pembuatan roti manis
yaitu, amilase, protease, lipase, zymase, intervase, dan maltase. Tujuan utama dari
penggunaan enzim amilase ini adalah memperbaiki proses fermentasi adonan roti
(dough leavening) dalam proses pembuatan roti dan memperbaiki mutu simpan
dari produk roti tersebut (keeping quality) dengan mempertahankan kesegaran dari
produk roti yang lebih lama. Enzim protease dapat digunakan untuk memastikan
pembentukan adonan roti yang seragam, membantu mengendalikan pembentukan
tekstur adonan roti, memperbaiki flavor produk roti yang dihasilkan, dan
memperpendek waktu proses pencampuran adonan roti (mixing time), serta
mempercepat terbentuknya konsistensi adonan roti. Enzim lipase berfungsi untuk
meningkatkan atau mengembangkan flavouring agent pada produk roti, pengganti
dari emulsifier dan memperbaiki rheologi adonan roti sehingga tekstur pada
produk roti yang dihasilkan menjadi lebih lembut. Penambahan enzim zimase
bertujuan untuk mengembangkan adonan roti. Enzim invertase berfungsi
mengubah sukrosa menjadi gula invert (glukosa dan fruktosa) dan enzim maltase
berfungsi untuk mengubah malt sugar atau maltosa yang ada pada malt syrup
menjadi dekstrosa.
Mekanisme kerja enzim amilase adalah mengubah pati (baik amilosa
maupun amilopektin) menjadi gula sederhana seperti glukosa dan fruktosa.
Mekanisme kerja enzim α-amilase pada amilosa dibagi dalam dua tahap, pertama
degradasi secara cepat molekul amilosa menjadi maltosa dan maltotriosa yang
17
terjadi secara acak. Tahap kedua, degradasi α-amilase pada amilosa menghasilkan
glukosa dan maltosa dengan laju lebih lambat dan tidak secara acak. Mekanisme
kerja enzim protease yaitu menghidrolisis ikatan polipeptida sehingga dihasilkan
produk dekomposisi berupa senyawa sederhana seperti peptida dan asam amino.
Mekanisme kerja enzim lipase adalah memecah lemak menjadi asam lemak dan
gliserol yang dapat berfungsi sebagai emulsifier pada pembuatan roti manis.
Penggunaan enzim pada pembuatan roti manis akan menghasilkan roti manis
dengan beberapa keunggulan seperti dapat mengembangkan dengan sempurna,
tekstur lebih lembut, mudah dicerna, dan lebih roti yang dihasilkan lebih sehat.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada penulisan makalah ini adalah dilakukan
kajian lebih lanjut mengenai peranan enzim pada produk bakery lainnya selain roti
manis.
18
DAFTAR PUSTAKA
Goesaert, H., Brijs, K., Veraverbeke, W. S., Courtin, C. M., Gebruers, K., dan
Delcour, J. A. 2005. Wheat Flour Constituents: How They Impact Bread
19
Quality, and How to Impact Their Functionality. Trends in Food Science
and Technology 16 (1-3): 12 – 30.
Jaekel, L. Z., Silva, C. B. da, Steel, C. J., dan Chang, Y. K. 2012. Influence of
Xylanase Addition on The Characteristics of Loaf Bread Prepared
With White Flour or Whole Grain Wheat Flour. Food Science and
Technology (Campinas), 32(4): 844 - 849.
Joye, I. J., Lagrain, B., dan Delcour, J. A. 2009. Use of Chemical Redox Agents
and Exogenous Enzymes to Modify The Protein Network During
Breadmaking – A review. Journal of Cereal Science 50 (1): 11 – 21.
Kim JH, Maeda T, Morita N. 2006. Effect of fungal α-amilase on the dough
properties and bread quality of wheat flour substituted with polished flours.
J. Foodres. 39(1): 117 –126.
Kuraishi, C., Yamazaki, K., dan Susa, Y. 2001. Transglutaminase : Its Utilization
in The Food. Food Reviews International.
Mudjajanto, E.S., dan Yulianti, L.N. 2004. Membuat Aneka Roti. Penebar
Swadaya. Jakarta.
20
Reinhammar, B. 1984. Laccase. In: Lontie R. (Ed.). Copper proteins and copper
enzymes, Vol. III. CRC Press, Boca Raton.
Steffolani ME, Ribotta PD, Perez GT, Leon AE. 2012. Combinations of glucose
oxidase, α amilase and xylanase affect dough properties and bread
quality. JFST. 47(3): 525-534.
Steffolani, M. E., Pérez, G. T., Ribotta, P. D., Puppo, M. C., dan León, A. E.
2008. Effect of Transglutaminase on Properties of Glutenin Macropolymer
and Dough Rheology Effect of Transglutaminase on Properties of
Glutenin Macropolymer and Dough Rheology. Cereal Chemistry.
Winarno, F.G. 1995. Enzim Pangan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
21
Yu, J., Y. Park, D. Yum, J. Kim, I. Kong, and D. Bai. 1991. Nucleotide sequence
and analysis of a xylanase ge (xynS) from alkali-tolerant Bacillus sp.
YA-14 and comparison with other xylanase. Apll. Environ. Microbiol.
3:139-145.
Zhou, W., and Y.H. Hui (Eds). 2014. Bakery Products Science and Technology
Second Edition (p.575). Wiley Blackwell, West Sussex.
22