Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan manusia tak lepas dari setiap benda di bumi tersusun atas suatu zat
penyusun nya ketika suatu zat dibagi bagi dan terus dibagi maka akan ada suatu
zat yang tidak lagi dapat dibaca atau dibagi zat tersebut ialah zat tunggal dan
sederhana yang biasa disebut dengan unsur unsur dapat kita jumpai dalam
keadaan bebas maupun dari dalam tanah wujud dari suatu zat tidaklah sama
antara satu dengan yang lain ada yang berwujud zat padat ada pula yang ber rupa
zat chair tidak hanya wujud yang berbeda namun juga setiap dan atom yang ber
aneka ragam. Ada yang besar sedang dan kecil.

Unsur di alam terbagi atas beberapa golongan ada golongan Alkali satu yang
terdiri atas Li, Na, K, Be, Cs, Fr. Ada pula golongan Alkali tanah 2A yang terdiri
atas Be, Mg, Ca, Se, Ba, dan Ra. Sesuai namanya sistem golongan Alkali tanah
biasa dijumpai di dalam tanah kedua golongan ini ialah beberapa contoh dari
sistem atau susunan Periodik susunan Periodik sangat dikenal sebagai deretan
unsur yang disusun menurut nomor atom Yang menjadi pedoman dalam
penyelesaian pelajaran kimia terkait seperti mengetahui wujud sihat nomor atom
nomor massa kecenderungan antar unsur dan lain lain di dalam Periodik unsur
terdapat unsur unsur yang dibagi menjadi beberapa golongan golongan yang ada
di dalam susunan Periodik dituliskan dalam bentuk baris unsur yang mempunyai
sifat yang sama akan dimasukkan dalam golongan yang sama. Dari pemaparan di
atas mengenai unsur-unsur golongan IA dan IIA, pengetahuan kita tentang sifat-
sifat unsur sangat penting karena dengan mengetahui sifat-sifat unsur dari
golongan IA dan IIA maka kita dapat memanfaatkan sifat-sifat unsur tersebut
dalam bereksperimen.
Oleh karena itu praktikum tentang sifat sifat unsur perlu dilakukan agar praktikkan
mengetahui sifat - sifat unsur golongan IA dan IIA untuk mengetahui kelarutan
garam hidroksida pada unsur golongan IA ada IIA praktikkan juga dapat mengetahui
perbandingan kelarutan garam sulfat dengan kelarutan garam hidroksida.

1.2 Tujuan Percobaan


a. Untuk mengetahui kelratuan garam hidroksida yang terjadi pada larutan
MgSO4, CaCl2, SrCl2 dan BaCl2 saat diberi NaOH.
b. Untuk mengetahui perbandingan kelarutan garam sulfat dan garam hidroksida.
c. Untuk mengetahui sifat – sifat unsur golongan IIA yaitu logam magnesium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Periodik adalah susunan susunan unsur kimia berdasarkan urutan dari nomor
atom. Penemuan ini diawali dari kimiawan Rusia yang bernama Dimitri Mandaulo
pada pertengahan abad ke-19 sampai dengan dekade dua yaitu abad ke-20. Saat itu
belum diketahui bahwa urutan unsur dari sistem periodik adalah berdasarkan nomor
atom yang setara dengan muatan listrik positif dari inti atom. Pada tahun 1884 J.A.R
Naulands mengusulkan untuk mengklasifikasikan unsur berdasarkan kedudukan
massa atau berat atom unsur unsur dapat dikenali dari nomor urut dan dibagi menjadi
tujuh golongan hubungan ini di istilahkan dengan hukum oktaf (Chang, 2004).

Golongan adalah kolom vertikal dalam periodik unsur. Golongan dianggap sebagai
metode yang paling penting dalam mengklasifikasikan unsur - unsur yang berbeda.
Golongan adalah unsur unsur yang memiliki susunan dari elektron yang teratur dan
terluar yang sama. Unsur - unsur dalam golongan yang sama memiliki sifat - sifat
unsur yang sama pastinya. Sistem periodik dibagi menjadi delapan golongan yang
masing - masing terdiri dari golongan utama yaitu golongan A dan golongan
tambahan yaitu golongan B. Jenis - jenis golongan yang terdapat pada sistem periodik
pada golongan apa berupa golongan IA, IIA, IIIA, IVA,VA,VIA, VIIA dan VIIIA
atau disebut juga sebagai golongan alkali, golongan alkali tanah, golongan halogen
dan golongan gas mulia (Chang,2004).

Sifat - sifat unsur dalam satu golongan, unsur - unsur yang terletak pada satu
golongan, jari - jari atomnya semakin kebawah akan semakin besar. Unsur - unsur
yang terletak pada suatu golongan memiliki energi ionisasi yang semakin ke bawah
akan semakin mengecil. Unsur - unsur yang terletak dalam satu golongan memiliki
keelektronegatifan yang semakin kebawa semakin kecil nilainya. Dari atas ke bawah
dalam satu golongan sifat logam bertambah sedangkan sifat non-logam berkurang
dalam satu golongan. Unsur - unsur golongan IA sampai dengan IVA memiliki titik
leleh dan titik didih yang semakin tinggi. Sifat kreatifan unsur unsur logam
bertambah dari atas ke bawah dalam satu golongan (Basri, 2003).

Periode adalah barisan horizontal unsur unsur yang terdapat dalam tabel periodik.
Terdapat tujuh periode pada tabel periodik. Periodik mewakili tingkat energi atom,
jumLah atom dalam periode mempunyai peningkatan saat unsur diurutkan ke bawah
karena terdapat lebih banyak sub tingkat seiring dengan tingkat atom. Menurut tabel
periodik unsur terdiri dari unsur - unsur kimia yang telah ditemukan atau dibuat.
Unsur - unsur tersebut disusun sesuai urutan nomor atom dalam tubuh periode
horizontal terdapat dalam sistem periodik dari suatu unsur (Basri, 2003).

Golongan-golongan dalam sistem periodik dibagi-bagi seperti golongan IA (alkali),


golongan IIA (alkali tanah), IIIA, IVA, VA, VIIA (halogen). Unsur golongan alkali
sangat eletroforesis dan reaktif, karena reaktifnya tidak terdapat dalam keadaan bebas
dalam. Frasium merupakan unsur golongan aktif penghantar panas dan listrik yang
baik, karena lunaknya golongan logam ini dapat dipotong dengann pisau. Semuanya
merupakan reduktor yang kuat dan mempunyai panas jenis yang rendah (Sukardjo,
1999).

Logam alkali adalah unsur-unsur golongan IA (kecuali halogen) yaitu litium, natrium,
kalium, rubidium, sesium dan fransium. Kata alkali berasal dari bahasa Arab yang
berarti abu, abu berarti basah, karena logam-logam golongan IA –basa membentuk
basa-basa kuat yang larut dalam air, maka disebut logam alkali. Dengan hanya
memiliki satu elektron dikulit terluar dapat disimpulkan bahwa atom logam alkali
sangat mudah melepaskan satu elektron agar mempunyai struktur yang stabil seperti
gas mulia. Logam alkali dengan melepaskan gas hidrogen dapat membentuk oksida,
peroksida bahan superioksida yang ketiganya menghilangkan bentuk
endapanlogamnya. Ksp adalah singkatan dari Solubility Product Constant. Ksp pada
dasarnya merupakan hasil kali dari konsentrasi ion-ion zat elektrolit pada saat
keadaan jenuh (Keenan, 1984).

Sifat penting logam alkali adalah mempunyai spektrum emisi, yang dihasilkan bila
larutan garamnya dipanaskan dalam nyala bunsen, atau mengalirkan muatan listrik
pada uapnya. Warna spektrum itu dapat dipakai dalama analisis kualitatif, yang
disebut tes nyala. Nyala garam litium berwarna merah, garam natrium berwarna
kuning, garam kalium berwarna ungu. Warna kuning nyala natrium banyak dipakai di
jalan raya karena mudah biayanya dibandingkan lampu-lampu pijar. Energi ionisasi
logam alkali relatif rendah sehingga termasuk logam yang sangat reaktif (Syukri,
1999).

Logam alkali yang banyak dikulit bumi adalah natrium dan kalium, sedangkan litium,
rubidium dan cesium jauh lebih kecil. Frasium (Fr) sebagai unsur keenam golongan
alkali tidak stabil (radioaktif) dengan waktu para 21 menit, sehingga sulit dipelajari.
Logam alkali bereaksi dengan gas hidrogen membentuk senyawa putih berbentuk
kristal yang disebut hibrida. Reaksi tejadi dengan lambat pada suhu kamar dan
membutuhkan pemanasan untuk melelehkan logam alkali. Tidak semua logam alkali
bereaksi dengan hidrogen, hanya litium yang membentuk litium nitrit. Logam alkali
bereaksi dengan air membentuk gas hidrogen dan hidroksida logam alkali (Keenan,
1984).

Unsur golongan II A berisi berilium, magnesiun, kalsium, stronsium, barium dan


radium. Unsur ini bersifat logam karena cenderung melepaskan elektron. Unsur ini
disebut logam alkali tanah karena oksidanya bersifat basa (alkalis) dan senyawanya
banyak terdapat pada kerak bumi. Kemiripan sifat logam alkali tanah disebabkan oleh
kecendrungan melepaskan dua elektron valensi, sehingga senyawanya mempunyai
bilangan oksidasi +2 . Alkali tanah juga merupakan unsur yang tak dapat berdiri
sendiri karena harus berikatan dengan unsur lainnya (Syukri, 1999).

Kerapatan bertambah dengan naiknya nomor atom, karena pertambahan massa atom.
Demikian juga jari-jari atom dan ionnya, disebabkan bertambahnya jumLah kulit
elektronnya. Tetapi energi ionisasi, kalor hidrasi, dan potensial reduksinya berkurang
dengan naiknya nomor atom. Titik lebur, titik didih dan energi sublimasi secara
umum terlihat makin kecil dengan naiknya nomor atom. Hal ini disebabkan oleh
makin besar atom akan makin kecil daya tarik antara atom yang berdekatan. Energi
ikatan antara logam dipengaruhi oleh bentuk kristal (Syukri,1999).

Berilium terdapat dalam mineral yang disebut beril, Be3Al2(SiO3)6. Kadang-kadang


mineral ini ditemukan berupa kristal murni yang besar, dan bila digosok akan
menjadi mutiara berwarna biru kulit. Magnesium ditemukan dalam air laut (sebagai
Mg2+) dan berbagai mineral, seperti dolomit (CaCO3.MgCO3) dan kalnalit
(MgCl2.KCl.H2O). Kalsium terdapat dalam air laut dan dalam berbagai mineral
dengan bermacam komposisi, contohnya gipsum (CaSO4.2H2O, batu kapur CaCO3),
dan dolomit. Magnesium dan kalsium juga terdapat dalam organisme. Magnesium
sangat penting dalam tumbuhan untuk membentuk klorofil, yaitu senyawa penangkap
energi cahaya matahari (Syukri, 1999).

Sifat MgSO4 penampilannya kristal padat putih, tidak berbau, densitas 2,66 g / cm3,
kelarutan di dalam air 26,9 g / mL. Berbentuk solid putih. Memiliki titik didih 1670°
C dan titik lebur 772° C. Kalsium Klorida (CaCl2) memiliki sifat yaitu berbentuk
padatan kristal tak berwarna dan memiliki densitas 2,15 g / cm3. Stronsium klorida
(SrCl2) adalah padatan kristal putih dengan titik lebur 8,74 ° C dan titik didihnya
1250 ° C. Stronsium klorida mudah larut dalam etanol, aseton, dan memiliki indeks
batas tanpa hidrat. Baruim klorida (BaCl2) memiliki sifat fisik berupa padatan
berbentuk kristal, berwarna putih, dan tidak berbau (Syukri, 1999).
Unsur-unsur pada golongan IA dalam tabel periodik dikenal juga dengan nama unsur
alkali, karena semua anggotanya bereaksi dengan air membentuk larutan alkali
(larutan yang bersifat basa). Unsur-unsur alkali disebut juga logam alkali secara
umum sifat kimia dari golongan IA (alkali) yaitu sangat reaktif atau mudah bereaksi
dengan unsur lain karena mudah melepaskan elektron terluarnya. Diudara unsur-
unsur ini akan bereaksi dengan oksigen atau air. Oleh karena itu, unsur ini biasanya
disimpan dalam minyak tanah atau hidrokarbon yang inert. Unsur alkali tidak ada
yang terdapat di alam dalam bentuk unsurnya, biasanya bergabung dalam mineral
yang larut dalam air, misal NaCl. Unsur-unsur alkali dapat melarut dalam cairan
ammonia cair berwarna biru. Larutan ini penghantar listrik lebih baik daripada larutan
garam. Daya hantarnya hampir sama dengan daya hantar logam murni (Syukri, 1999).

Istilah kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal zat yang dapat larut
dalam sejumlah pelarut tertentu. Kelarutan (khususnya untuk zat yang sukar larut)
dinyatakan dalam satuan mol.L-1. Jadi kelarutan (s) sama dengan Molaritas (M).
Faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu dan tekanan. Zat yang sukar larut
jika dilarutkan akan mengalami reaksi kesetimbangan. Karena reaksinya berupa
reaksi kesetimbangan maka akan memiliki tetapan kesetimbangan yang disebut hasil
kali kelarutan (Ksp). Jika Qc>Ksp maka ada pengendapan dan sebaliknya Qc<Ksp
tidak terjadi pengendapan (Keenan, 1984).

Unsur alkali tanah tergolong reduktor yang kuat. Unsur alkali tanah mudah bereaksi
dengan unsure non-logam membentuk senyawa ion. Sifat fisik, logam alkali tanah
yang lain umumnya berwarna perak dan lebih lunak dari berilium, tetapi lebih keras
jika dibandingkan dengan logam alkali. Titik leleh dan titik didih logam alkali
menurun dari atas ke bawah dalam sistem periodik, disebabkan oleh jari-jari atom
yang bertambah panjang. Pada suhu kamar, berilium tidak bereaksi dengan air,
magnesium bereaksi agak lambat dengan air, tetapi lebih cepat dengan uap air
(Petrucci, 1997).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
a. Rak tabung reaksi
b. Gelas kimia
c. Bunsen
d. Pipet tetes
e. Penjepit tabung reaksi
f. Tabung reaksi
g. Botol semprot
h. Spatula
i. Korek api

3.1.2 Bahan
a. Serbuk logam Mg
b. Indikator PP
c. Larutan MgSO4 0,5 M
d. Larutan CaCl2 0,5 M
e. Larutan SrCl2 0,5 M
f. Larutan BaCl2 0,5 M
g. Larutan H2SO4 0,5 M
h. Larutan NaOH 0,5 M
i. Akuades
3.2 Prosedur percobaan
3.2.1 Uji Kereaktifan Logam Magnesium (golongan II A)
a. Disiapkan tabung reaksi yang berisi ± 2 mL air dan ditambahkan 2 tetes
indikator PP.
b. Diambil serbuk Mg menggunakan spatula.
c. Dimasukkan serbuk Mg ke dalam tabung reaksi.
d. Diamati reaksi yang terjadi.
e. Dipanaskan tabung reaksi di atas nyala api bunsen dibantu dengan penjepit
tabung reaksi.
f. Dicatat perubahan yang terjadi.

3.2.2 Kelarutan Garam Sulfat


a. Disiapkan 4 tabung reaksi.
b. Diisi masing-masing tabung reaksi berturut-turut dengan MgSO4, CaCl2,
SrCl2, dan BaCl2 dengan volume masing-masing ± 1 mL.
c. Ditambahkan ± 1 mL larutan H2SO4 0,5 M ke dalam masing-masing tabung
reaksi.
d. Diperhatikan dan dicatat perubahan yang terjadi.
e. Dibandingkan perubahan yang terjadi pada tiap-tiap tabung reaksi.

3.2.3 Kelarutan Garam Hidroksida


a. Disiapkan 4 tabung reaksi.
b. Diisi masing-masing tabung reaksi berturut-turut dengan MgSO4, CaCl2,
SrCl2, dan BaCl2 dengan volume masing-masing ± 1 mL.
c. Di tambahkan ± 1 mL larutan NaOH 0,5 M ke dalam masing-masing tabung
reaksi.
d. Di perhatikan dan dicatat perubahan yang terjadi.
e. Dibandingkan perubahan yang terjadi pada tiap-tiap tabung reaksi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Reaktifitas Unsur

Tabel 4.1.1 Reaktifitas Unsur


+ akuades dan
Unsur Dipanaskan Pengamatan
indikator pp
Mg Tidak terjadi Timbulnya Berubah warna
perubahan warna gelembung – menjadi ungu.
gelembung saat
di panaskan.

4.1.2 Kelarutan Garam Sulfat

Tabel 4.1.2 Kelarutan Garam Sulfat


Larutan +H2SO4 Pengamatan
MgSO4 Tidak terjadi perubahan warna. Tidak terbentuk
endapan.
CaCl2 Berubah warna menjadi putih Sedikit endapan.
bening.
SrCl2 Berubah warna menjadi putih Terbentuk endapan.
keruh
BaCl2 Berubah warna menjadi putih susu Banyak endapan
4.1.3 Kelarutan Garam Hidroksida

Tabel 4.1.3 Kelarutan Garam Hidroksida


Larutan +NaOH Pengamatan
MgSO4 Berubah warna menjadi ungu Tidak terbentuk endapan
muda.
CaCl2 Berubah warna menjadi ungu Sedikit endapan.
bening.
SrCl2 Berubah warna menjadi ungu. Terbentuk endapan.
BaCl2 Berubah warna menjadi ungu. Banyak endapan.

4.2 Reaksi
4.2.1 Reaktifitas Unsur
Mg(s) + 2H2O(l) → Mg(OH)2(aq) + 2H+(g)

4.2.2 Kelarutan Garam Sulfat


a. MgSO4 (aq) + H2SO4(aq) → MgSO4(aq) + H2SO4 (aq)
b. CaCl2(aq) + H2SO4(aq) → CaSO4(aq) + 2HCl(aq)
c. SrCl2(aq) + H2SO4(aq) → SrSO4(aq) + 2HCl(aq)
d. BaCl2(aq) + H2SO4(aq) → BaSO4(aq) + 2HCl(aq)

4.2.3 Kelarutan Garam Hidroksida


a. MgSO4(aq) + 2NaOH(aq) → Mg(OH)2(aq) + Na2SO4(aq)
b. CaCl2(aq) + 2NaOH(aq) → Ca(OH)2(aq) + 2NaCl(aq)
c. SrCl2(aq) + 2NaOH(aq) → Sr(OH)2(aq) + 2NaCl(aq)
d. BaCl2(aq) + 2NaOH(aq) → Ba(OH)2(aq) + 2NaCl(aq)
5.3 Perhitungan
5.3.1 Kelarutan Garam Sulfat
a. MgSO4 + H2SO4 → MgSO4 + H2SO4
0,5 M 0,5 M 0,5 M 0,5 M
MgSO4 → Mg2+ + SO42-
Ksp MgSO4 = 1,5 x 10-4
Qsp MgSO4 = [Mg2+] ∙ [SO42-]
= [s] ∙ [s]
= [0,5] ∙ [0,5]
= 0,25 M
Qsp > Ksp MgSO4 maka larutan lewat jenuh dan terdapat endapan.

b. CaCl2 + H2SO4 → CaSO4 + 2HCl


0,5 M 0,5 M 0,5 M 0,5 M
CaSO4 → Ca2+ + SO42-
Ksp CaSO4 = 3 x 10-5
Qsp CaSO4 = [Ca2+] ∙ [SO42-]
= [s] ∙ [s]
= [0,5] ∙ [0,5]
= 0,25 M
Qsp > Ksp CaSO4 maka larutan lewat jenuh dan terdapat endapan

c. SrCl2 + H2SO4 → SrSO4 + 2HCl


0,5 M 0,5 M 0,5 M 0,5 M
SrSO4 → Sr2+ + SO42-
Ksp SrSO4 = 1,5 x 10-4
Qsp SrSO4 = [Sr2+] ∙ [SO42-]
= [s] ∙ [s]
= [0,5] ∙ [0,5]
= 0,25 M
Qsp > Ksp SrSO4 maka larutan lewat jenuh dan terdapat endapan
d. BaCl2 + H2SO4 → BaSO4 + 2HCl
0,5 M 0,5 M 0,5 M 0,5 M
BaSO4 → Sr2+ + SO42-
KSP BaSO4 = 1,5 x 10-4
Qsp BaSO4 = [Ba2+] ∙ [SO42-]
= [s] ∙ [s]
= [0,5] ∙ [0,5]
= 0,25 M
Qsp > Ksp BaSO4 maka larutan lewat jenuh dan terdapat endapan

4.3.2 Kelarutan Garam Hidroksida


a. MgSO4 + 2NaOH → Mg(OH)2 + Na2SO4
0,5 M 0,5 M 0,5 M 0,5 M
Mg(OH)2 → Mg2+ + 2OH-
Ksp Mg(OH)2 = 1 x 10-11
Qsp Mg(OH)2 = [Mg2+] ∙ [OH-]2
= [s] ∙ [s]2
= [0,5] ∙ [0,5]2
= 0,125 M
Qsp> Ksp Mg(OH)2 maka larutan lewat jenuh dan terdapat endapan

b. CaCl2 + 2NaOH → Ca(OH)2 + 2NaCl


0,5 M 0,5 M 0,5 M 0,5 M
Ca(OH)2 → Ca2+ + 2OH-
Ksp Ca(OH)2 = 1,3 x 10-6
Qsp Ca(OH)2 = [Ca2+] ∙ [OH-]2
= [s] ∙ [s]2
= [0,5] ∙ [0,5]2
= 0,125 M
Qsp > Ksp Ca(OH)2 maka larutan lewat jenuh dan terdapat endapan

c. SrCl2 + 2NaOH → Sr(OH)2 + 2NaCl


0,5 M 0,5 M 0,5 M 0,5 M
Sr(OH)2 → Sr2+ + 2OH-
Ksp Sr(OH)2 = 3,2 x 10-4
Qsp Sr(OH)2 = [Sr2+] ∙ [OH-]2
= [s] ∙ [s]2
= [0,5] ∙ [0,5]2
= 0,125 M
Qsp > Ksp Sr(OH)2 maka larutan lewat jenuh dan terdapat endapan

d. BaCl2 + 2NaOH → Ba(OH)2 + 2NaCl


0,5 M 0,5 M 0,5 M 0,5 M
Ba(OH)2 → Sr2+ + 2OH-
Ksp Ba(OH)2 = 5,0 x 10-2
Qsp Sr(OH)2 = [Ba2+] ∙ [OH-]2
= [s] ∙ [s]2
= [0,5] ∙ [0,5]2
= 0,125 M
Qsp > Ksp Ba(OH)2 maka larutan lewat jenuh dan terdapat endapan

4.4 Pembahasan
Logam alkali (IA) adalah logam yang paling efektif, yang dibunyikan dengan
rendahnya energi ionisasi dan potensial reduksi yang nilainya besar dan negatif.
Selain itu logam alkali juga merupakan unsur yang mudah membentuk ion positif.
Hal ini disebabkan oleh jumLah elektron yang dilepas sedikit yaitu satu elektron.
Sifat yang mencerminkan hal ini adalah energi ionisasi, dan ukuran jari – jari atom
yang besar. Misalnya dari natrium ke fransium, nomor atom dan jari – jari atom
makin besar, sedangkan energi ionisasinya makin kecil sehingga logam alkali makin
reaktif. Unsur yang termasuk dalam golongan IA ialah L1, Na, K, Rb, Cs, dan Fr.

Pada logam alkali tanah (IIA) juga merupakan unsur yang cukup negatif. Unsur –
unsur yang termasuk dalam golongan IIA adalah Be, Mg, Ca, Sr, Ba, dan Ra. Unsur –
unsur alkali tanah merupakan pereduksi yang kuat. Semakin kebawah sifat pereduksi
maka akan semakin kuat. Kereaktifitasannya bertambah dari Be ke Ba. Be merupakan
unsur alkali tanah yang kurang reaktif, bahkan tidak bereaksi dengan air. Sedangkan
Mg sangat lambat bereaksi dengan air. Ca, Sr, dan Ba bereaksi sangat cepat dengan
air. Hal ini dikarekan Mg termasuk ke dalam golongan IIA.
Bila dibandingkan sifat kereaktifitasan antara logam alkali (IA) dengan logam alkali
tanah (IIA) maka logam alkali lebih reaktif daripada logam alkali tanah hal ini
disebabkan oleh jumLah elektron yang dilepaskan. Semakin sedikit jumLah elektron
yang dilepaskan maka akan semakin reaktif. Golongan IA melepaskan satu elektron
sedangkan golongan IIA melepaskan dua elektron.

Indikator fenolftalein atau yang lebih sering disebut dengan indikator PP ialah
pewarna yang berperan sebagai indikator pH yang sering digunakan sebagai indikator
dalam titrasi asam–basa dengan rentang pH 8-10. Senyawa ini berubah warna dari
yang tidak bewarna dalam larutan asam menjadi merah muda dalam larutan basa.

Garam sulfat adalah senyawa yang bersifat asam, bila unsur–unsur dalam satu
golongan direaksikan dengan garam sulfat yang bersifat asam maka unsur–unsur
itupun bersifat asam. Dalam satu golongan bila seluruh unsur–unsur yang terdapat
didalamnya bersifat asam maka semakin keatas sifat kelarutannya semakin besar
apabila semakin ke bawah sifat kelarutannya semakin kecil.
Garam hidroksida adalah garam yang bersifat basa. Apabila unsur–unsur dalam satu
golongan di reaksikan dengan garam hidroksida maka unsur– unsur itupun akan
bersifat basa, dalam satu golongan apabila seluruh anggotanya bersifat basa maka
apabila dari atas ke bawah (semakin ke bawah) letak unsur maka akan semakin larut,
sebaliknya bila dari bawah ke atas letak unsur maka sifat kelarutannya akan semakin
kecil.

Pada praktikum kali ini, dilakukan sebanyak tiga kali percobaan yaitu, menguji
kereaktifan unsur magnesium, menguji kelarutan garam sulfat, dan menguji kelarutan
garam hidroksida pada larutan MgSO4, CaCl2, SrCl2, dan BaCl2. Pada percobaan
pertama yaitu menguji kereaktifan unsur magnesium (Mg), dimasukkan air aquades
dan indikator PP kedalam tabung reaksi, kemudian dimasukkan pula serbuk Mg. Lalu
setelah itu dipanaskan. Saat serbuk Mg dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
dipanaskan, seketika campuran tersebut bergelembung disertai dengan adanya
perubahan warna menjadi warna ungu. Hal ini membuktikan bahwa serbuk Mg yang
direaksikan dengan unsur H2O akan membentuk basa Mg(OH)2. Untuk mampu
bereaksi dengan air, serbuk Mg harus terlebih dulu dipanaskan, hal ini dilakukan
untuk mempercepat reaksi karena Mg sukar bereaksi dengan air. Setelah serbuk Mg
berhasil direaksikan, untuk mengetahui tingkat basa dari larutan tersebut, maka
ditambahkan indikator PP. Saat ditambahkan warna larutan berubah menjadi merah
lembayung (ungu cerah) hal ini menunjukkan bahwa larutan Mg yang direaksikan
dengan air merupakan basa lemah. Sehingga dapat diketahui semakin ke kiri maka
basanya akan semakin kuat.

Pada percobaan kedua yaitu, kelarutan garam sulfat. Larutan MgCl2, CaCl2, SrCl2,
dan BaCl2 dimasukkan kedalam tabung reaksi yang kemudian ditambahkan H2SO4
pada masing–masing tabung reaksi. Setelah diamati beberapa saat didapatkan hasil
pada larutan MgCl2 tidak terjadi perubahan warna dan tidak terdapat endapan. Pada
larutan CaCl2 tidak ditemukan pula perubahan warna dan endapan sehingga warna
tetap terlihat bening. Pada larutan SrCl2, larutan barubah menjadi lebih keruh dari
awalnya, dan muncul sedikit endapan. Sedangkan pada larutan BaCl2 terlihat jelas
perubahan warnanya menjadi warna putih susu. Namun tidak ditemukan endapan.
Larutan SrCl2 dan larutan BaCl2 dapat berubah warna itu dikarenakan adanya
endapan yang terbentuk sebenarnya dan endapan tersebut muncul karena nilai
Q>Ksp, maka terbentuklah endapan. Fungsi digunakannya H2SO4 dalam percobaan
ini adalah untuk mengetahui kelarutan satu golongan dalam asam dan basa. Dalam
percobaan ini H2SO4 berperan sebagai indikator dalam sifat asam.

Pada percobaan terakhir yaitu, kelarutan garam hidroksida. Larutan MgCl2, CaCl2,
SrCl2, dan BaCl2 dimasukkan kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan
NaOH pada masing–masing tabung reaksi. Setelah dilakukan penambahan NaOH
pada larutan MgCl2, larutan seketika berubah warna menjadi ungu muda tetapi tidak
terbentuk endapan. Pada larutan CaCl2 larutan berubah warna menjadi ungu bening
dan disertai dengan adanya endapan. Pada larutan SrCl2 seketika berubah warna
menjadi putih keruh tetapi tidak ada endapan. Sedangkan pada BaCl2 berubah warna
menjadi ungu tetapi tidak adanya endapan. Pada percobaan ini penggunaan NaOH
dimaksudkan sebagai indikator yang berperan dalam sifat basa.

Endapan yang terjadi pada percobaan kelarutan garam sulfat dan kelarutan garam
hidroksida dikarenakan nilai Qc lebih besar dibandingkan dengan nilai KSP-nnya. Qc
merupakan hasil kali ion sedangkan Ksp merupakan hasil kali kelarutannya. Untuk
mengetahui ada atau tidaknya endapan yang terbentuk maka, Qc harus lebih besar
dari Ksp. Tetapi bila dikaitkan dengan hasil percobaan maka akan terdapat sedikit
ketidaksesuaian. Dimana pada beberapa larutan harusnya akan muncul endapan. Hal
ini dapat terjadi karena kesalahan praktikan seperti ketidakcermatan praktikan dalam
mengamati ada atau tidaknya endapan, bisa jadi karena kurang sterilnya mencuci
tabung reaksi sehingga dapat mempengaruhi hasil percobaan, pemakaian volume
larutan yang tidak sesuai dengan aturan yang diperintahkan, dan bahkan karena
kelalaian praktikan saat meletakkan larutan sehingga ada larutan yang tertukar
namanya. Karena pada percobaan kelarutan garam sulfat larutan CaCl2 bila dilihat
dari perhitungan Kspnya larutan tersebut muncul endapan karena nilai Qc lebih besar
dibandingkan Kspnya. Tetapi pada saat percobaan praktikan tidak melihat adanya
endapan.

Garam sulfat adalah senyawa yang bersifat asam, bila unsur–unsur dalam satu
golongan direaksikan dengan garam sulfat yang bersifat asam maka unsur–unsur
itupun bersifat asam. Dalam satu golongan bila seluruh unsur–unsur yang terdapat
didalamnya bersifat asam maka semakin keatas sifat kelarutannya semakin besar
apabila semakin ke bawah sifat kelarutannya semakin kecil.
Garam hidroksida adalah garam yang bersifat basa. Apabila unsur–unsur dalam satu
golongan di reaksikan dengan garam hidroksida maka unsur– unsur itupun akan
bersifat basa, dalam satu golongan apabila seluruh anggotanya bersifat basa maka
apabila dari atas ke bawah (semakin ke bawah) letak unsur maka akan semakin larut,
sebaliknya bila dari bawah ke atas letak unsur maka sifat kelarutannya akan semakin
kecil.

Adapun fungsi ditambahkannya indikator PP pada percobaan ini adalah untuk


mengetahui sifat dari unsur Mg. Dimana pada percobaan ini larutan Mg yang
dicampurkan dengan akuades dan beberapa tetes indikator PP berubah warna menjadi
merah ke–unguan, yang berarti Mg bersifat basa. Kemudian saat melakukan
pemanasan nyala api di bunsen, tabung reaksi harus dimiringkan agar menghindari
terjadi percikan.

Adapun fungsi ditambahkannya indikator PP pada percobaan ini adalah untuk


mengetahui sifat dari unsur Mg. Dimana pada percobaan ini larutan Mg yang
dicampurkan dengan akuades dan beberapa tetes indikator PP berubah warna
menjadikeunguan, yang berarti Mg bersifat basa. Kemudian saat melakukan
pemanasan nyala api di bunsen tabung reaksi harus dimiringkan agar menghindari
terjadi percikan.

Faktor kesalahan pada percobaan kali ini asalah pada percobaan kelarutan Garam
Hidroksida, pada saat menuangkan larutan NaOH 0,1 M ke dalam tabung reaksi,
warna yang timbul menjadi ungu pada saat dicampurkan dengan larutan Mg2SO4
yang seharusnya tidak terjadi perubahan warna. Hal ini disebabkan oleh larutan
NaOH 0,1 M terkontaminasi dengan indikator PP.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :
a. Pada percobaan kelarutan garam hidroksida didapat hasil MgSO4 , ungu keruh
dan endapan banyak. Pada CaCl2 warna menjadi ungu agak keruh dan endapan
sedang. Pada SrCl2 warna ungu agak bening dan endapan sedikit, serta BaCl2,
warna ungu bening dengan sangat sedikit endapan. Hal ini karena nilai Q >
KSP, makin kecil KSP makin banyak endapan. Warna ungu didapat karena
kontaminasi alat yang digunakan.
b. Perbandingan antara dua kelarutan faram hidroksida dan sulfat ialah
berkebalikan. Jika pada kelarutan garam sulfat earna bening-keruh dan endapan
sedikit – banyak dilalui oleh MgSO4 – BaCl2, maka akan sebaliknya pada
garam hidroksida.
c. Magnesium adalah unsur kimia dalam tabel periodik dengan simbol Mg.
Magnesium adalah logam ringan dengan titik cair rendah. Unsur air dan garam
pada kelembaban udara akan pengaruhi ketahanan lapisan oxid. Pada titik didih
tertentu akan menghasilkan gelembung gas.

5.2 Saran
Sebaiknya untuk praktikum selanjutnya bisa menggunakan unsur dari golongan
lainnya, seperti Na dari golongan IA untuk memperbanyak variasi data yang
diambil dan untuk menambah wawasan lagi mengenai sifat-sifat unsur dari setiap
golongan.
DAFTAR PUSTAKA

Basri, Sarjoni. 2003. Kamus Kimia. Jakarta : Erlangga.

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Keenan. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Sukardjo. 1999. Kimia Fisika. Yogyakarta : Rinerka Cipta.

Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung : ITB Press.

Anda mungkin juga menyukai