Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan hal paling penting untuk mendukung kehidupan yang ada di bumi. Tidak
ada makhluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan air dan tidak mengandung air. Air
digunakan berdasarkan kualitasnya seperti untuk minum, untuk keperluan kebersihan,
bahkan untuk industri. Sumber air yang sering digunakan ialah air tanah karena tidak perlu
melalui proses panjang untuk digunakan serta lebih mudah didapat. Sifat air yang sangat
mudah untuk melarutkan berbagai senyawa sehingga membuatnya sangat mudah
terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Tanah terdiri dari banyak lapisan dan diantaranya
adalah lapisan batuan kapur. Air yang berkontak dengan lapisan batuan tersebut dapat
menyebabakan air mengandung senyawa CaCO3, MgCO3, CaSO4, MgSO4, NaCl, Na2SO4,
SiO2, dan sebagainya. Senyawa tersebut yang menyebabkan kesadahan dalam air.
Kesadahan air dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui kualitas air.

Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral yang terdapat didalam air umumnya
mengandung ion Ca2+ dan Mg2+. Penyebab kesadahan juga dapat berupa kandungan ion
logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode yang paling mudah untuk
mengetahui kesadahan air ialah dengan menggunakan sabun. Jika busa sabun yang
dihasilkan pada air sangat sedikit atau bahkan tidak ada busa maka air tersebut merupakan
air sadah dan mengandung banyak mineral. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan
ppm berat per volume (w/v) dari CaCO 3. Air sadah yang bercampur sabun dapat
membentuk gumpalan (scum) yang sukar dihilangkan. Gumpalan atau endapan tersebut
dapat menganggu kerja keran dan menyumbat sistem perpipaan sehingga mengakibatkan
kerugian. Pada praktikum ini, kesadahan air diukur dengan menggunakan metode titrasi
kompleksometri menggunakan indikator EDTA (etilen diamin tetra asetat) dan EBT
(Eriochrome Black T).
Oleh karena itu, praktikum Kimia Lingkungan tentang Kesadahan dilakukan untuk
mengetahui fungsi digunakannya larutan EDTA pada praktikum. Selain itu, praktikum ini
juga dilakukan untuk fungsi penambahan buffer kedalam titrat pada proses titrasi.
Praktikum ini juga dilakukan untuk mengetahui fungsi ditambahkannya EBT pada proses
titrasi air sampel.

1.2 Tujuan Pratikum

1. Mengetahui fungsi digunakannya larutan EDTA pada penentuan kesadahan air sampel.
2. Mengetahui fungsi penambahan buffer kedalam titran pada proses titrasi.
3. Mengetahui fungsi ditambahkannya EBT pada proses titrasi air sampel serta.

1.3 Prinsip Praktikum

Praktikum Kimia Lingkungan tentang Kesadahan dilakukan untuk mengetahui nilai


kesadahan air sampel yaitu air sungai Karang Mumus. Penentuan kesadahan dilakukan
dengan menggunakan titrasi kompleksometri menggunakan larutan EDTA. Larutan EDTA
terlebih dahulu dibakukan atau distandarisasi dengan larutan baku MgSO 4 0,05 M melalui
proses titrasi. Larutan EDTA yang telah diketahui konsentrasinya kemudian dapat
digunakan sebagai penentu nilai kesadahan air sampel yaitu air sungai Karang Mumus.
Penentuan kesadahan dilakukan melalui titrasi kompleksometri dimana terjadi reaksi
pembentukan senyawa kompleks antara larutan EDTA dengan larutan sampel. Titrasi
dihentikan saat terjadi perubahan warna larutan dari merah anggur menjadi biru. Volume
larutan EDTA yang digunakan untuk mencapai titik akhir titrasi (TAT) digunakan untuk
menghitung nilai kesadahan air sampel yang dinyatakan dalam mgCaCO3/L. Titrasi
dilakukan sebanyak dua kali kemudian dihitung rata-ratanya untuk endapatkan hasil yang
lebih akurat. Pada praktikum ini digunakan indikator EBT yang berfungsi memberi warna
saat titran dan titrat beraksi dan buffer yang berfungsi untuk mempertahankan pH larutan
sehingga proses titrasi dapat dilakukan dengan baik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak bahkan
oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap
dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan
air untuk berbagai kepentingan haruslah dilakukan dengan bijaksana dan dapat
memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek
penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pemakaian
air (Effendi,2003).

Air tanah merupakan air yang berada dibawah permukaan tanah. Karakteristik utama yang
membedakan air tanah dan air dari permukaan adalah kecepatan pergerakannya. Pergerakan
air tanah sangat lambat dan waktu tinggal atau residence time sangat lama. Air sebagai
kebutuhan dasar dalam kehidupan selalu diperlukan manusia untuk digunakan dalam
kegiatan sehari-hari. Manusia menggunakan air untuk keperluan sehari-hari seperti untuk
minum, mandi, dan sebagainya. Air digunakan untuk menunjang kehidupan antara lain
dalam kondisi yang layak diminum tanpa mengganggu kesehatan (Nyoman,2018).

1.2 Kesadahan Air

Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu didalam air umumnya ion
kalsium dan magnesium dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras ialah air
yang memiliki kadar mineral tinggi sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral
rendah. Penyebab kesadahan air yang lain adalah ion logam, garam bikarbonat, dan sulfat.
Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air
lunak sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah sabun tidak akan
menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks
adalah melalui titrasi. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume
(w/v) dari CaCO3 (Day,1992).

Air sadah digolongkan menjadi dua jenis berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation
(Ca2+ atau Mg2+) yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap. Air sadah sementara adalah
air sadah yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-) atau boleh jadi air tersebut
mengandung senyawa kalsium bikarbonat atau Ca(HCO3)2 dan atom magnesium bikarbonat
atau Mg(NO3)2. Air yang mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah
sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air sehingga air
tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+, dengan jalan pemanasan senyawa-senyawa
tersebut akan mengendap pada dasar ketel. Terbentuknya endapan CaCO 3 atau MgCO3
menandakan bahwa air tersebut telah terbebas dari ion Ca2+atau Mg2+ atau dengan kata lain
air tersebut telah terbebas dari kesadahan. Air sadah tetap mengandung garam sulfat atau
CaSO4 atau MgSO4 terkadang juga mengandung garam klorida CaCl2 atau MgCl2. Air
sadah tetap dapat dihilangkan kesadahannya menggunakan cara mereaksikan dengan soda
Na2CO3 dan kapur Ca(OH)2 supaya terbentuk endapan garam karbonat dan atau hidroksida
(Chang,2003).

Kesadahan dalam air sebagian besar adalah berasal dari kontaknya dengan tanah dan
pembentukan batuan. Air sadah umumnya berasal dari daerah dimana lapisan tanah atas
tebal dan adanya pembentukan kapur. Kesadahan total adalah yang disebabkan oleh adanya
ion Ca dan Mg secara bersama-sama. Kesadahan dapat menyebabkan sabun pembersih
menjadi tidak efektif (Astuti,2016).

Kesadahan pada prinsipnya adalah terkontaminasinya air dengan unsur kation seperti Na,
Ca, dan Mg. Pada air tawar permukaan umumnya kandungan Ca dan Mg dalam kadar yang
tinggi lebih dari 200 ppm CaCO3. Air yang mempunyai tingkat kesadahan tinggi mulai
berakibat pada peralatan rumah tangga apabila jumlah diatas 100 ml pada kesadahan diatas
300 mg/liter dan dalam jangka waktu yang panjang akan berpengaruh pada manusia dengan
ginjal yang lemah sehingga mengalami gangguan pada ginjal (Astuti,2016).

2.3 Titrasi Kompleksometri

Metode titrasi kompleksometri dapat diaplikasikan dalam penentuan kesadahan air.


Kesadahan terutama disebabkan oleh keberadaan ion-ion positif (kation) seperti kalsium
atau Ca2+ dan magnesium atau Mg2+ didalam air. Keberadaannya didalam air
mengakibatkan sabun akan mengendap sebagai garam kalsium dan garam magnesium
sehingga tidak dapat membentuk emulsi secara efektif. Kation-kation polivalen lainnya
juga dapat mengendapkan sabun sehingga sabun sukar berbusa. Endapan tersebut juga
dapat mengakibatkan timbulnya kerak pada alat rumah tangga (Harjadi,1985).

Titrasi kompleksometri merupakan salahsatu jenis titrasi yang didasarkan pada reaksi
pembentukan senyawa kompleks antara ion logam target dengan zat pembentuk kompleks.
Zat pembentuk kompleks yang umum digunakan adalah adalah EDTA yang akan
membentuk kompleks kuat dengan perbandingan 1:1 dengan logam. pH larutan dalam
titrasi kompleksometri harus dikontrol karena akan menentukan selektivitas pembentukan
kompleks antara EDTA dengan logam target (Saputri, 2018).

Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion
kompleks atau pun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.
Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi.
Selain titrasi kompleks seperti diatas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai
titrasi kelatometri seperti yang menyangkut penggunaan EDTA (Harjadi,1985).

EDTA adalah singkatan dari ethylene diamine tetra acid yaitu asam amino yang dibentuk
dari protein makanan. Zat ini sangat kuat menarik logam berat termasuk kalsium dalam
jaringan tubuh dan mengeluarkannya untuk kemudian dibuang melalui urin. EDTA
sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam
lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksilnya atau disebut ligan multidentat yang
mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul misalnya asam 1,2-diamino etana
tetra asetat atau asam etilena diamine tetra asetat yang mempunyai 2 atom nitrogen
penyumbang dan 4 atom oksigen penyumbang dalam molekul (Khopkar,1990).

Menurut Khopkar (1990), faktor-faktor yang menyebabkan EDTA sering digunakan


sebagai pereaksi titrimetri yaitu :
1. Selalu membentuk kompleks ketika direaksikan dengan ion logam.
2. Kestabilannya dalam membentuk kelat sangat konstan dan reaksi berjalan sempurna.
3. Dapat bereaksi cepat dengan banyak jenis ion logam.

2.4 Indikator Titrasi Kompleksometri

Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat kation dan pH dari
larutan, sehingga titrasi harus dilakukan pada pH tertentu. Titik akhir titrasi (TAT)
ditetapkan dengan menggunakan indikator logam yaitu indikator yang dapat membentuk
senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks dengan indikator dan ion logam
harus lebih lemah daripada ikatan kompleks antara larutan titer dan ion logam. Larutan
indikator bebas mempunyai warna yang berbeda dengan larutan kompleks indikator.
Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah kalkon, asam kalkon
karboksilat, hitam eriokrom-T (EBT) dan jingga xilenol (Triwahyuni, 2010)

Eriochrome Black T atau EBT adalah indikator kompleksometri yang merupakan bagian
dari pengompleksian, contohnya proses determinasi kesadahan air. EBT berwarna biru
didalam bentuk protonate lalu berubah menjadi warna merah ketika membentuk kompleks
dengan kalsium, magnesium, dan ion logam lainnya. Nama lain dari eriochrome black T
adalah solochrome black T. Kelemahan EBT adalah larutannya tidak stabil. Bila disimpan
akan terjadi penguraian secara lambat sehingga setelah jangka waktu tertentu indikator
tidak berfungsi lagi. Sebagai gantinya dapat digunakan indikator calmagite. Indikator ini
stabil dan dalam kebanyakan sifatnya sama dengan EBT (Harjadi,1985).
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Pipet
2. Gelas Kimia 250 mL
3. Labu Erlenmeyer
4. Buret 50 ml
5. Gelas Ukur
6. Pipet Ukur 5 ml dan 10 ml
7. Neraca Analitik
8. Statif
9. Corong Kaca
10. Spatula

3.1.2 Bahan

1. Larutan EDTA 0,05 M


2. Buffer 0,05 M
3. Indikator EBT
4. Larutan MgSO4 0,05 M
5. Akuades
6. Air Sampel
3.2 Cara Kerja

3.2.1 Pembakuan Larutan EDTA dengan Larutan Baku MgSO4 0,05 M

1. Dipipet 10 ml larutan baku MgSO4 0,05 M, dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 250
ml, ditambah 30 ml akuades, 2 ml buffer, dan sedikit indikator EBT.
2. Dititrasi dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah anggur
menjadi biru.

3.2.2 Pembakuan Kesadahan Larutan Cuplikan dengan Larutan EDTA

1. Dipipet 10 ml larutan cuplikan, dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 250 ml, ditambah
30 ml akuades, 2 ml buffer pH = 10, dan sedikit indikator EBT.
2. Dititrasi dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah anggur
menjadi biru.
3.3 Bagan Alir

Modul 4
Kesadahan

Pembakuan Larutan EDTA Pembakuan Larutan Cuplikan


dengan Larutan MgSO4 0,05 M dengan larutan EDTA

1. Dipipet 10 ml larutan baku 1. Dipipet 10 ml larutan


MgSO4 0,05 M, cuplikan, dimasukkan
dimasukkan kedalam labu kedalam labu erlenmeyer
erlenmeyer 250 ml, 250 ml, ditambah 30 ml
ditambah 30 ml akuades, 2 akuades, 2 ml buffer pH =
ml buffer, dan sedikit 10, dan sedikit indikator
indikator EBT. EBT.

2. Dititrasi dengan larutan 2. Dititrasi dengan larutan


EDTA hingga terjadi EDTA hingga terjadi
perubahan warna dari perubahan warna dari
merah anggur menjadi merah anggur menjadi
biru. biru.

Gambar 3.1 Bagan Alir


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Kesadahan


No Perlakuan Pengamatan
Pembakuan Larutan EDTA dengan Larutan MgSO4 0,05 M
1. Dimasukkan 50 ml larutan EDTA Terdapat larutan EDTA didalam buret.
kedalam buret.
2. Dipipet 10 ml larutan MgSO4 0,05 M. Larutan berada didalam pipet ukur.
3. Dimasukkan kedalam labu erlenmeyer Larutan berada didalam labu erlenmeyer 250
250 ml. ml.
4. Ditambahkan 30 ml akuades kedalam labu Akuades bercampur dengan larutan.
erlenmeyer 250 ml.
5. Ditambahkan 2 ml buffer. Buffer tercampur dengan larutan.
6. Ditambahkan sedikit indikator EBT. Warna larutan berubah menjadi menjadi ungu
tetapi warna belum menyebar.
7. Dihomogenkan larutan yang telah Warna berubah menjadi merah anggur merata
ditambahkan sedikit indikator EBT. pada seluruh larutan.
8. Dititrasi dengan larutan EDTA secara Larutan berubah warna dari merah anggur
perlahan-lahan. menjadi warna biru dengan 11,8 ml dan 12 ml
di dua kali percobaan dan rata-rata ml EDTA
11,9 ml dan konsentrasinya 0,04 M.
Penentuan Kesadahan Larutan Cuplikan dengan EDTA
1. Dimasukkan 50 ml larutan EDTA Terdapat larutan EDTA didalam buret
kedalam buret.
2. Dipipet 10 ml larutan cuplikan. Larutan berada didalam pipet ukur
3. Dimasukkan kedalam labu erlenmeyer Larutan berada didalam labu erlenmeyer 250
250 ml. ml.
4. Ditambahkan 30 ml akuades kedalam labu Akuades bercampur dengan larutan.
erlenmeyer 250 ml.
5. Ditambahkan 2 ml buffer. Buffer tercampur dengan larutan.
6. Ditambahkan sedikit indikator EBT. Warna larutan menjadi ungu namun belum
menyebar secara merata.
7. Dihomogenkan larutan yang telah diberi Warna larutan menjadi merah anggur secara
indikator EBT. merata pada larutan.
8. Dititrasi dengan lautan EDTA secara Larutan berubah warna menjadi biru dengan
perlahan-lahan. volume titran 0,3 ml dan 2 ml, dan rata-rata
1,15 ml dan rata-rata kesadahan 460 mg
CaCO3/L.
Tabel 4.2 Pembakuan Larutan EDTA dengan Larutan MgSO4 0,05 M
No Volume MgSO4 0,05 M (ml) Volume EDTA Konsentrasi EDTA
1. 10 ml 11,8 ml 0,04 M
2. 10 ml 12 ml 0,04 M
Rata-Rata 11,9 ml 0,04 M

Tabel 4.3 Pembakuan Kesadahan Air dengan Larutan EDTA


No Volume Sampel (ml) Volume EDTA Kesadahan
1. 10 ml 0,3 ml 120 mgCaCO3/L
2. 10 ml 2 ml 800 mgCaCO3/L
Rata-Rata 1,15 ml 460 mgCaCO3/L

4.2 Reaksi

4.2.1 Reaksi MgSO4 dengan Indikator EBT

4.2.2 Reaksi (MgSO4 + EBT) dengan EDTA


4.2.3 Reaksi CaCO3 (sampel) dengan indikator EBT

4.2.4 Reaksi (Sampel + EBT) dengan EDTA


4.3 Perhitungan

4.3.1 Pembakuan Larutan EDTA dengan Larutan Baku MgSO4 0,05 M

4.3.1.1 Percobaan 1

Dik : Volume MgSO4 (V1) = 10 ml


Volume EDTA (V2) = 11,9 ml
Konsentrasi MgSO4 (M1) = 0,05 M
Dit : Konsentrasi EDTA (M2)
Jawab : M1 . V1 = M2 . V2
10 . 0,05 = M2 . 11,8
0,5 = M2 . 11,8
0,05
= M2
11,8
0,04 M = M2

4.3.1.2 Percobaan 2

Dik : Volume MgSO4 (V1) = 10 ml


Volume EDTA (V2) = 12 ml
Konsentrasi MgSO4 (M1) = 0,05 M
Dit : Konsentrasi EDTA (M2)
Jawab : M1 . V1 = M2 . V2
10 . 0,05 = M2 . 12
0,5 = M2 . 12
0,05
= M2
12
0,04 M = M2
4.3.1.3 Rata-Rata

Dik : Percobaan 1 = 0,04 M


Percobaan 2 = 0,04 M
Dit : Rata-Rata
percobaan 1 + percobaan 2
Jawab : Rata-Rata =
2
0,04 + 0,04
=
2
0,08
=2

4.3.2 Pembakuan Kesadahan Larutan Cuplikan dengan Larutan EDTA

4.3.2.1 Percobaan 1

Dik : Volume Sampel = 10 ml


Volume EDTA = 0,3 ml
Konsentrasi EDTA = 0,04 M
Dit : Kesadahan Total
1000
Jawab : Kesadahan Total = x VEDTA x MEDTA x
volume sampel

1000
100 = x 0,3 x 0,04 x 100
10
= 120 mgCaCO3/L

4.3.2.2 Percobaan 2

Dik : Volume Sampel = 10 ml


Volume EDTA = 2 ml
Konsentrasi EDTA = 0,04 M
Dit : Kesadahan Total
1000
Jawab : Kesadahan Total = x VEDTA x MEDTA x
volume sampel

1000
100 = x 2 x 0,04 x 100
10
= 800 mgCaCO3/L

4.3.1.3 Rata-Rata

Dik : Percobaan 1 = 120 mgCaCO3/L


Percobaan 2 = 800 mgCaCO3/L
Dit : Rata-Rata
percobaan 1 + percobaan 2
Jawab : Rata-Rata =
2
120 + 800
=
2
920
=2

= 460 mgCaCO3/L

4.4 Pembahasan

Kesadahan air adalah tingkat mineral yang terkandung dalam air. Air dengan kandungan
mineral tinggi disebut dengan air sadah. Penyebab terjadinya air sadah ialah ketika air
merembes melalui sela-sela kapur yang sebagian besar terdiri dari kalsium karbonat dan
magnesium karbonat. Kesadahan air ditentukan oleh konsentrasi dari kation multivalent
dalam air. Kation multivalen adalah kompleks logam bermuatan positif dengan muatan
yang lebih besar dari 1+. Kation biasanya memiliki muatan 2+ dan paling umum ditemukan
ialah Ca2+ dan Mg2+. Kalsium mineral umumnya mengandung kalsit dan gypsum,
sedangkan mineral magnesium biasa ditemukan mengandung dolomit. Kesadahan dapat
dibagi menjadi dua yaitu kesadahan sementara dan kesadahan tetap. Kesadahan sementara
ialah kesadahan yang disebabkan oleh adanya mineral bikarbonat terlarut (kalsium
bikarbonat dan magnesium bikarbonat), kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan
dengan jalan pemanasan air ataudengan penambahan kapur. Kesadahan tetap merupakan
kesadahan yang disebabkan oleh ion sulfat dan klorida. Kesadahan tetap tidak dapat
dihilangkan dengan cara pemanasan namun dapat dihilangkan dengan pengguanaan resin
penukar ion. Metode paling mudah untuk mengetahui adanya kesadahan air yaitu dengan
sabun, apabila tidak terbentuk atau terbentuk sedikit busa maka air tersebut merupakan air
sadah.

Pada praktikum ini digunakan alat dan bahan yang memiliki fungsinya masing masing.
Pipet berfungsi untuk mengambil dan memindahkan sejumlah kecil larutan yang digunakan
dalam praktikum. Gelas kimia berfungsi sebagai wadah larutan EDTA sebelum
dimasukkan kedalam buret. Labu erlenmeyer berfungsi sebagai wadah titrat pada proses
titrasi. Titrat pada pembakuan larutan EDTA yaitu larutan MgSO4 0,05 M, sedangkan pada
pembakuan kesadahan larutan cuplikan titratnya yaitu larutan cuplikan. Buret berfungsi
sebagai wadah titran yaitu larutan EDTA untuk menitrasi titrat. Gelas ukur berfungsi untuk
mengukur volume larutan sesuai yang dibutuhkan. Pipet ukur 5 ml digunakan untuk
mengambil 2 ml larutan buffer dan pipet ukur 10 ml untuk mengambil 10 ml larutan baku
MgSO4. Neraca analitik digunakan untuk menimbang padatan MgSO4. Statif berfungsi
untuk menegakkan buret. Corong kaca digunakan untuk membantu memindahkan larutan
EDTA kedalam buret agar tidak tumpah. Spatula berfungsi untuk mengambil padatan
MgSO4. Larutan EDTA 0,05 M berfungsi sebagai titran untuk menentukan kesadahan air
sampel. Buffer 0,05 ml berfungsi untuk menjaga pH titrat. Indikator EBT berfungsi untuk
menandakan titik akhir titrasi melalui perubahan warna. Larutan MgSO4 0,05 M berfungsi
sebagai larutan baku primer untuk membuat larutan baku EDTA. Akuades berfungsi untuk
membuat larutan MgSO4 dan untuk membilas alat. Air sampel berfungsi sebagai larutan
yang ditentukan kesadahannya.

Praktikum ini dilakukan dengan dua prosedur yaitu pembakuan larutan EDTA dengan
larutan baku MgSO4 dan pembakuan kesadahan larutan cuplikan dengan larutan EDTA.
Pembakuan larutan EDTA dilakukan dengan memasukkan 50 ml larutan EDTA kedalam
buret terlebih dahulu. Larutan MgSO4 sebanyak 10 ml kemudian dimasukkan kedalam labu
erlenmeyer. Setelah itu ditambahkan 30 ml akuades, 2 ml buffer, dan sedikit indikator EBT
kedalam labu erlenmeyer. Buffer berfungsi untuk mempertahankan pH larutan sekitar 10
agar indikator EBT yang berfungsi menandakan titik akhir titrasi dapat bekerja dengan
baik. Proses titrasi kemudian dilakukan hingga terjadi perubahan warna titran dari merah
anggur menjadi biru. Titrasi dilakukan sebanyak dua kali dan hasilnya dirata-ratakan. Pada
titrasi pertama digunakan 11,8 larutan EDTA sehingga didapat konsentrasinya sebesar 0,04
M. Titrasi kedua menggunakan 12 ml EDTA sehingga didapat konsentrasinya sebesar 0,04
M. Rata-rata konsentrasi EDTA kemudian dihitung dan diapatkan hasil 0,04 M.
Pembakuan kesadahan larutan cuplikan dengan larutan EDTA dilakukan dengan
memasukkan 50 ml larutan EDTA kedalam buret terlebih dahulu. Larutan cuplikan
sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam labu erlenmeyer. Setelah itu ditambahkan 30 ml
akuades, 2 ml buffer dengan pH 10, dan sedikit indikator EBT. Buffer berfungsi untuk
mempertahankan pH larutan cuplikan sekitar 10 agar indikator EBT yang berfungsi
menandakan titik akhir titrasi dapat dapat bekerja dengan baik. Proses titrasi dilakukan
sebanyak dua kali dan kemudian dihitung kesadahan total serta rata-ratanya. Titrasi pertama
menggunakan 0,3 ml EDTA sehingga dapat dihitung kesadahannya sebesar 120
mgCaCO3/L. Pada titrasi kedua digunakan 2 ml EDTA sehingga didapat kesadahannya
sebesar 800 mgCaCO3/L. Berdasarkan kedua data tersebut dapatdihitung kesadahan rata-
ratanya sebesar 460 mgCaCO3/L.

Hasil yang didapatkan kelompok sembilan kemudian dibandingkan dengan hasil yang
didapat oleh kelompok sepuluh. Pada proses pembakuan larutan EDTA dengan larutan
baku MgSO4 kelompok 10 menggunakan 11,3 ml pada titrasi pertama sehingga didapat
konsentrasinya sebesar 0,044 M dan 11,7 ml pada titrasi kedua sehingga konsentrasinya
0,042 M. berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata konsentrasi EDTA ialah
0.043. perbedaan hasil konsentrasi antara kelompok sembilan dengan kelompok sepuluh
dapat terjadi akibat perbedaan penentuan titik akhir titrasi sehingga volume titran yang
digunakan sedikit berbeda dan mempengaruhi nilai konsentrasi. Pada proses pembakuan
larutan cuplikan dengan larutan EDTA, kelompok sepuluh menggunakan 1,5 ml EDTA
sehingga kesadahannya sebesar 600 mgCaCO3/L pada titrasi pertama dan 0,5 ml EDTA
sehingga kesadahannya sebesar 220 mgCaCO3/L. berdasarkan data tersebut diketahui rata-
rata kesadahan air sampel ialah 440 mgCaCO 3/L. Terdapat perbedaan antara hasil nilai
kesadahan air sampel kelompok Sembilan dan kelompok sepuluh terjadi karena titik
pengambilan air sampel yang berbeda.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2017


tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Air untuk Keperluan Hygiene Sanitasi, Kolam
Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum, air sampel yang merupakan air sungai
Karang Mumus layak digunakan untuk keperluan hygiene sanitasi karena memiliki nilai
kesadahan 460 mgCaCO3/L. Nilai kesadahan air yang digunakan untuk keperluan hygiene
sanitasi maksimum sebesar 500 mgCaCO3/L. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui
bahwa nilai kesadahan air sungai Karang Mumus telah mendekati batas maksimum. Oleh
karena itu, sebaiknya sungai lebih dijaga dengan cara tidak membuang limbah ke sungai
secara langsung tanpa diolah terlebih dahulu.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Larutan EDTA digunakan dalam praktikum sebagai titran dalam proses titrasi. Larutan
EDTA berfungsi untuk membentuk senyawa kompleks dengan cara berikatan dengan
senyawa yang memiliki kation polivalen pembentuk kesadahan dalam air sampel.
Senyawa kompleks yang terbentuk dapat menyebabkan perubahan warna larutan karena
ditambahkannya indikator EBT pada air sampel. Volume EDTA yang digunakan dalam
proses titrasi kemudian digunakan untuk menentukan nilai kesadahan total air sampel
2. Pada praktikum ini digunakan buffer kedalam titran pada proses titrasi. Buffer atau
larutan penyangga merupakan suatu jenis larutan yang dapat menyangga atau
mempertahankan Ph suatu larutan apabila ditambahkan dengan senyawa asam atau basa.
Penggunaan buffer pada praktikum ini ialah untuk mempertahankan pH titran sekitar 10.
Hal tersebut dilakukan karena indikator yang digunakan yaitu indikator EBT dapat
bekerja dengan baik pada pH 10. Kenaikan atau penurunan pH yang besar dapat
mengganggu kerja indikator EBT sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam
penentuan titik akhir titrasi dan nilai kesadahan yang dihasilkan tidak akurat.
3. EBT merupakan indikator yang digunakan dalam titrasi kompleksometri. Indikator EBT
berfungsi menandakan adanya kation polivalen yang membentuk kesadahan air sampel
dengan perubahan warna air sampel menjadi merah anggur setelah ditambahkan
indikator EBT. Indikator EBT juga berfungsi untuk menetukan volume titran yaitu
larutan EDTA yang dibutuhkan untuk tepat beraksi dengan titrat melalui perubahan
warna larutan sampel menjadi biru. Data volume tersebut kemudian dapat digunakan
untuk mengetahui nilai kesadahan pada air sampel.
5.2 Saran

Sebaiknya pada praktikum selanjutnya digunakan indikator yang lebih bervariasi. Indikator
yang dapat digunakan ialah murexide, calmagite, dan jingga xylenol. Hal tersebut dilakukan
agar praktikan lebih mengerti prinsip penentuan kesadahan dengan metode titrasi
kompleksometri.
DAFTAR PUSTAKA

1. Astuti, Dian Wuri., 2016, Analisis Kadar Kesadahan Total Pada Air Sumur Di
Padukuhan Bandung Playen Gunung Kidul Yogyakarta, Jurnal Analit, STIKes Guna
Bangsa, Yogyakarta, diakses pada tanggal 25 Maret pukul 11.37 WITA.

2. Chang, Raymond., 2003, Kimia Dasar, Erlangga, Jakarta.

3. Day., 1992, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.

4. Effendi, Hefni., 2003, Telaah Kualitas Air, EGC, Jakarta.

5. Harjadi., 1985, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia, Jakarta.

6. Khopkar., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta.

7. Nyoman, Regina Ni., 2018, Perbandingan Kadar Kesadahan Air PDAM Dan Air Sumur
Suntik Kelurahan Tondo Kota Palu Tahun 2017, Medika Tadulako, Universitas
Tadulako, Palu, diakses pada tanggal 3 April pukul 14.03 WITA.

8. Saputri, Emilia Ratih., 2018, Validasi Metode Analisis Kadar Kalsium Pada Susu Segar
Secara Titrasi Kompleksometri, Agritech, Universitas Trilogi, Jakarta, diakses pada
tanggal 25 Maret pukul 11.43 WITA.

9. Triwahyuni, Endang., 2010, Penggunaan Metode Kompleksometri Pada Penetapan


Kadar Sulfat Dalam Campuran Seng Sulfat Dengan Vitamin C, Jurnal Unimus,
Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang, diakses pada tanggal 25 Maret pukul
11.58 WITA.

Anda mungkin juga menyukai