Anda di halaman 1dari 8

PRODUKSI GAS HIDROGEN DARI LIMBAH ALUMUNIUM DAN ALUMINIUM FOIL

DAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR HASIL PRODUKSI HIDROGEN UNTUK


PEMBUATAN TAWAS
Oleh:
Ade Irma Rahmawati, Ariani Dwi Putri, Ismi Nurahmawati, Rara Citra Sulistina, Satrio
Nugroho
Jurusan Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013/2014
ABSTRAK
Pada masa sekarang ini, dimana meningkatnya jumlah penduduk maka
meningkat juga penggunaan energi. Salah satu energi yang digunakan masyarakat ini
adalah energi bahan bakar dari fosil. Sebagaimana kita ketahui, bahan bakar fosil
termasuk salah satu jenis energi yang tidak dapat diperbaharui dan menghasilkan
banyak emisi. Gas hidrogen termasuk jenis enegi yang dapat diperbaharui. Oleh karena
itu, gas hidrogen, yang mana kelimpahannya di alam sangat besar, dapat menjadi solusi
sebagai bahan bakar sekunder pengganti bahan bakar fosil. Pada penelitian yang telah
dilakukan selama bulan September 2014 di PLT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dilaksanakan percobaan produksi gas hidrogen dari limbah aluminium dan aluminium
foil, pembuatan tawas dari KOH 20%, dan pembuatan reaktor dan penampung gas
hidrogen. Tujuan dari penelitian ini yang pertama mengetahui bagaimana produksi gas
hidrogen dari aluminium bekas yang mana dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar,
yang kedua untuk mengetahui bagaimana pembuatan tawas dari KOH 20% dan
pembuatan reaktor dan penampung gas hidrogen. Kesimpulan yang didapat dari
penelitian ini adalah produksi gas yang paling banyak didapat dari mereaksikan
alumunium foil 0,4 gram dan NaOH 3 M dengan jari-jari balon 28,5 cm. Berat tawas yang
dihasilkan sebanyak 3,6 gram dari aluminium bekas sebanyak 1 gram.
Kata kunci : Energi, Gas hidrogen, Limbah alumunium, Tawas
I. PENDAHULUAN
1.1 Tujuan:
Mengetahui produksi gas hidrogen dari aluminium bekas dan aluminium foil
Mengetahui pembuatan tawas dari KOH 20%
1.2

Manfaat:

Mahasiswa/i dapat memahami produksi gas hidrogen dari aluminium bekas dan
aluminum foil yang mana dapat dijadikan sember energi yang dapat diperbaharui.
Mahasiswa/i dapat memahami proses pembuatan tawas dari KOH 20% serta
perbandingannya dengan zeolit dan
1.3

Latar Belakang
Permasalahan kebutuhan energi di Indonesia merupakan masalah yang serius
dalam kehidupan manusia. Energi merupakan komponen penting bagi kelangsungan
hidup manusia karena hampir semua aktivitas kehidupan manusia sangat tergantung
terhadap ketersediaan energi. Kebutuhan energi nasional masih dipenuhi minyak bumi
sekitar 53%. Cadangan minyak bumi di Indonesia diprediksi tersisa sekitar 3,9 miliar
barel. Cadangan tersebut diperkirakan akan habis dalam 11 tahun ke depan. Penyebab
masalah tersebut dikarenakan minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui, sehingga untuk mendapatkan kembali memerlukan waktu ratusan
juta tahun lamanya. Terbentuknya minyak bumi sangat lambat, oleh karena itu
diperlukan penelitian untuk menghasilkan sumber energi alternatif. Hasil penelitian

tersebut diharapkan mampu mengatasi beberapa permasalahan yang berkaitan dengan


penggunaan minyak bumi. Salah satu bentuk energi alternative untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi adalah gas hidrogen.
Usaha para ilmuwan dalam mencari energi alternatif pengganti bahan bakar fosil
terus dilakukan, terutama sejak memasuki abad ke-21 ini. Hingga saat ini persentase
penggunaan energi alternatif masih sangat sedikit dikarenakan efektivitas dan
efisiensinya yang tergolong masih kecil. Hal seperti ini juga tampak pada penggunaan
bahan bakar hidrogen. Meski beberapa perusahaan otomotif seperti Ford dan Honda
telah merilis mobil berbahan bakar hidrogen, pada kenyataannya penggunaannya masih
sedikit. Problema ini tak lepas dari mahalnya hidrogen cair karena biaya produksinya
yang dapat dikatakan tidak murah.
Hidrogen memiliki banyak kelebihan, antara lain memiliki energi pembakaran yang
besar per satuan massa hidrogen dan merupakan bahan bakar yang sangat bersih
karena emisi pembakarannya berupa air (H2O). Baru-baru ini, tim peneliti dari School of
Chemistry Monash University Australia telah menemukan inovasi baru dalam mengubah
air menjadi hidrogen lewat proses elektrofotokatalisis yang terinspirasi dari cara
tumbuhan mengubah air menjadi oksigen.
1.4 Dasar Teori
Hidrogen adalah salah satu sumber energi sekunder yang bersih dan bisa diproduksi
dari berbagai macam bahan baku. Pengembangan fuel cell (sel bahan bakar) yang
menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar telah menarik perhatian akhir-akhir ini
sebagai energi yang ramah lingkungan. Hidrogen adalah unsur yang paling sederhana
dan paling umum yang ada di bumi. Hidrogen merupakan gas yang tidak berwarna, tidak
berasa, dan tidak berbau, yang mempunyai kandungan energi per unit massa terbesar
dibanding bahan bakar yang lain. Hidrogen merupakan unsur yang biasanya terikat
dengan unsur lain dalam suatu senyawa seperti air (hidrogen berikatan dengan oksigen),
gas metana (hidrogen berikatan dengan karbon), dan senyawa organik yang lain.
Dengan demikian, teknologi untuk memproduksi hidrogen bisa bervariasi, tergantung
dari bahan baku yang ada. Sebanyak 95% dari total produksi hidrogen saat ini
menggunakan bahan bakar fosil berupa natural gas reforming, catalytic decomposition of
natural gas, oksidasi parsial minyak bumi, gasifikasi batubara, dan steam coal-iron
gasification.
Gas hidrogen tidak dapat ditambang melainkan harus diproduksi. Di tahun 2008,
muncul konsep pembuatan blue energy yang menggunakan konsep pembuatan bahan
bakar cair dari gas hidrogen dan senyawa karbon (C, CO2, dll.). Gas hidrogen yang
diperlukan diperoleh dari elektrolisis air menggunakan listrik yang dibangkitkan dari
sumber energi terbarukan atau dari energi nuklir, dan senyawa karbonnya diambil dari
udara, gas buang industri, dll. Konsep tersebut saat ini masih relatif sulit untuk
dilaksanakan dan belum layak secara ekonomi. Selain itu, menurut tinjauan
termodinamis, sistem ini secara neto tidak menghasilkan energi, tetapi memerlukan
energi. Jadi, diperlukan energi dari sumber lain. Dengan perkataan lain, sistem ini hanya
memproduksi energi carrier (pembawa energi) yang lebih fleksibel untuk digunakan. Air
tidak dapat dibakar, kecuali air tersebut diuraikan menjadi hidrogen dan oksigen, atau
uap air pada suhu dan tekanan tinggi direaksikan dengan bahan yang mengandung
karbon untuk menghasilkan hidrogen dan karbon monoksida. Hidrogen yang
diperolehnya dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Hidrogen dapat digunakan baik langsung sebagai bahan bakar untuk mesin
(termasuk kendaraan bermotor dan mobil) maupun sebagai bahan bakar untuk fuel cell
(sel bahan bakar) penghasil listrik. Sel bahan bakar adalah alat yang bekerja secara
elektrokimia, menggunakan hidrogen dan oksigen untuk menghasilkan listrik, air dan
sejumlah panas, sehingga sama sekali tidak dihasilkan zat pencemar lingkungan.
Hidrogen diperkirakan akan menjadi pemasok energi utama untuk pembangkitan listrik
dengan sel bahan bakar, sebagai bahan bakar mesin kendaraan, dan untuk penggunaanpenggunaan lainnya di abad ke-21 karena ramah lingkungan dan kemudahannya
dikonversi menjadi energi (Iwasaki dkk., 2006). Kendaraan dengan teknologi sel bahan
bakar hidrogen mempunyai efisiensi 3 (tiga) kali lebih tinggi dibandingkan dengan
kendaraan bermesin menggunakan bahan bakar bensin.
Proses pembuatan gas hidrogen dapat dilakukan dengan cara elektrolisis dan
termokimia. Untuk keperluan komersial, hidrogen harus dibuat dari zat-zat yang

mengandung atom hidrogen dalam struktur molekulnya, seperti bahan bakar fosil,
biomassa, alkohol, atau air. Semua metode pembuatan hidrogen memerlukan energi
yang berupa listrik, panas, atau cahaya. Elektrolisis air adalah penguraian air (H2O)
menjadi oksigen (O2) dan hidrogen (H2) dengan cara pengaliran arus listrik melalui
katoda dan anoda yang tercelup di dalam air. Hidrogen akan muncul di katoda, yaitu
elektroda yang terhubung ke arus negatif, dan oksigen di anoda, yaitu elektroda yang
terhubung ke arus positip. Jumlah gas hidrogen yang diperoleh sebanyak 2 kali gas
oksigennya, dan jumlah keduanya proporsional dengan energi listrik yang digunakan.
Elektrolisis air murni berlangsung sangat lambat. Kecepatan elektrolisis air menjadi
hidrogen dan oksigen dapat ditingkatkan secara nyata dengan penambahan zat-zat
elektrolit yang berupa garam, asam, atau basa. Garam natrium dan lithium sering
digunakan dalam proses elektrolisis air karena harganya relatif murah dan mudah larut
dalam air. Asam yang biasa digunakan sebagai elektrolit adalah asam kuat misalnya
H2SO4, sedangkan basanya adalah basa kuat seperti KOH dan NaOH. Cara lain untuk
memproduksi hidrogen dari air dapat dilakukan dengan menguraikan air langsung
menggunakan panas pada suhu sekitar 4.000 K (3.727C). Suhu penguraian air dengan
panas dapat diminimalkan dengan proses termokimia, yaitu proses penguraian air
dengan panas menggunakan bantuan zat kimia. Dalam proses ini, bahan baku yang
diperlukan secara kontinyu hanyalah air, karena bahan kimia yang digunakan dalam
reaksi didaur ulang ke dalam proses.
Sel bahan bakar atau fuel cell adalah sebuah alat elektrokimia yang mirip dengan
baterai, tetapi berbeda karena dia dirancang untuk dapat diisi terus reaktannya yang
terkonsumsi; yaitu dia memproduksi listrik dari penyediaan bahan bakar hidrogen dan
oksigen dari luar. Hal ini berbeda dengan energi internal dari baterai. Sebagai tambahan,
elektrode dalam baterai bereaksi dan berganti pada saat baterai diisi atau dibuang
energinya, sedangkan elektrode sel bahan bakar adalah katalitik dan relatif stabil.
Reaktan yang biasanya digunakan dalam sebuah sel bahan bakar adalah hidrogen
di sisi anode dan oksigen di sisi katode (sebuah sel hidrogen). Biasanya, aliran reaktan
mengalir masuk dan produk dari reaktan mengalir keluar. Sehingga operasi jangka
panjang dapat terus menerus dilakukan selama aliran tersebut dapat dijaga
kelangsungannya.
Media penyimpanan energi adalah suatu metode atau alat untuk menyimpan
beberapa bentuk energi yang bisa diambil pada suatu waktu tertentu untuk berbagai
kepentingan. Alat yang digunakan untuk menyimpan energi kadang-kadang disebut
dengan akumulator. Semua bentuk energi yang termasuk ke dalam energi potensial
(misal: energi kimia,energi listrik, dan sebagainya) atau energi termal dapat disimpan.
Sekarang ini, Hidrogen sedang dikembangkan sebagai media penyimpanan energi.
Hidrogen bukanlah sumber energi utama, namun metode penyimpanan energi yang
portable, karena hidrogen harus dibuat oleh sumber energi lain. Namun, sebagai media
penyimpanan energi, mungkin akan signifikan jika dilihat perannya sebagai energi
terbarukan.
Hidrogen dapat digunakan pada mesin pembakaran internal konvensional atau pada
fuel cell yang mengubah energi kimia secara langsung menjadi energi listrik tanpa
pembakaran.Proses produksi hidrogen membutuhkan proses pengubahan gas alam oleh
uap, atau dengan cara yang mungkin lebih ekologis, elektrolisis air menjadi hidrogen dan
oksigen. Cara yang lama menghasilkan karbon dioksida dalam prosesnya sebagai hasil
sampingan.
Dengan energi terbarukan yang tidak bisa selalu tersedia seperti energi angin dan
matahari, output dari kedua energi itu mungkin dapat menjadi energi listrik untuk
melakukan elektrolisis. Apapun kemungkinannya, apakah kemampuan konversi energi
matahari dan angin menjadi listrik cukup rendah atau energi yang dibutuhkan untuk
mengubah air menjadi hidrogen cukup besar, hidrogen hanya akan menjadi media
penyimpanan energi dan digunakan hanya jika dibutuhkan.
Efisiensi penyimpanan hidrogen umumnya berkisar 50 hingga 60% secara
keseluruhan, yang berarti lebih rendah dibandingkan baterai. Dibutuhkan sekitar 50 kWh
untuk memproduksi satu kilogram hidrogen dengan elektrolisis, sehingga biaya listrik
untuk memproduksinya adalah hal yang penting untuk dibahas. Jika menggunakan harga
standar Rp. 294,00 per kWh, maka akan dibutuhkan biaya sebesar Rp. 14.700,00 per kg
hidrogen, namun itu belum termasuk biaya lainnya seperti alat elektrolisis, kompresor

atau pengembunan, penyimpanan, dan transportasi yang besarnya tidak dapat


diabaikan.
II.
2.1

METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Percobaan dilakukan di Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 11,18, dan 25 September 2014.
2.2 Peralatan yang digunakan
2.2.1 Membuat Gas Hidrogen
Alat yang digunakan dalam untuk membuat gas hydrogen
adalah
Gelas Beaker, Batang Pengaduk, Timbangan Analitik, Kaca
Arloji, Spatula, Botol
Semprot, Labu Ukur, Erlenmeyer, Balon Gas, dan
Cawan Petri.
2.2.2 Membuat tawas
Alat yang digunakan dalam untuk membuat tawas adalah erlenmeyer, gelas
ukur, gelas beaker, kertas saring, batang pengaduk, neraca analitik, hot plate, Corong,
hair dryer, crystalisasi
disk, labu ukur.
2.2.3 Membuat gas hydrogen sekaligus reactor dan penampung gas
hidrogen
Alat yang digunakan untuk membuat gas hydrogen dan membuat reactor dan
penampungnya adalah gelas beaker, batang pengaduk, timbangan analitik, kaca arloji,
spatula, botol semprot, labu ukur, botol sirup bekas, tutup botol, pentil ban, klep pompa
2 buah, selang kecil 1 meter, dan cawan petri.
2.3 Bahan yang digunakan
2.3.1 Membuat Gas Hidrogen
Bahan yang digunakan untuk membuat gas hydrogen adalah larutan NaOH
dengan berbagai konsentrasi yang berasal dari NaOH padat (Soda api), aqauades,
aluminium foil, dan kaleng bekas.
2.3.2 Membuat Tawas
Bahan yang digunakan untuk membuat tawas adalah alumunium foil, KOH 20%,
H2SO4 (air aki), dan etanol 70%.
2.3.3 Membuat reactor dan penampung gas hydrogen
Bahan yang digunakan untuk membuat reactor dan penampung gas hydrogen
adalah.50 mL larutan NaOH 3M dan Aluminium foil.
2.4 Langkah Kerja
2.4.1 Membuat Gas Hidrogen
Untuk membuat gas hydrogen terlebih dahulu dibuat larutan NaOH dengan
berbagai konsentrasi yaitu 4M, 3M, dan 2M, Larutan NaOH dibuat dari NaOH padat yang
ditimbang sesuai dengan perhitungan. Kemudian NaOH dimasukan ke dalam gelas
beaker dan dilarutkan dengan aquades. Disipakan labu ukur 50 mL dan aquades
dimasukan kedalam labu ukur kurang-lebih 1/3 labu ukur. Campuran NaOH dan Aquades
dalam beaker dimasukan ke dalam labu ukur tadi. Lalu Aquades ditambahkan sampai
batas tera. Setelah larutan NaOH siap untuk digunakan, timbang Alumium foil, kaleng
bekas dengan warna, dan tanpa warna dengan berbagai variasi berat yaitu; 0.1, 0,2, 0,6,
dan 0,8. Larutan NaOH dimasukan kedalam Erlenmeyer sebanyak 50 mL kemudian
dimasukkan potongan alumunium foil, Kaleng bekas yang masih berwarna, dan tanpa
warna ke dalam Erlenmeyer tadi dan segera tutup Erlenmeyer dengan balon. Diamati
reaksi yang terjadi. Setelah reaksi selesai hingga balon mengembang sempurna, Ukur
volume balon dengan tali kemudian dilepaskan balon dan usahakan tidak ada gas yang
lepas. gas yang di peroleh diuji dengan menyulutkanya dengan api.
2.4.2

Membuat tawas
Dibuat larutan KOH 20% dari KOH Kristal dengan cara sama seperti pembuatan
NaOH. KOH 20% yang telah dibuat dimasukan kedalam Erlenmeyer sebanyak 50 mL.
kemudian Alumunium foil ditimbang sebanyak 0,8 gr. Aluminium foil yang telah ditimbah
tersebut Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi 50 mL KOH 20% kemudian
dipanaskan di atas hot plate. Campuran diaduk sambil dipanaskan di atas hot plate
(lakukan di lemari asam agar gas hydrogen yang dihasilkan tidak mencemari ruangan
Lab). Proses pemanasan dihentikan sampai gelembung-gelembung gas yang terbentuk

hilang. Dinginkan campuran pada crystalisasi disk yang berisi air sejuk. Campuran
tersebut disaring dengan kertas saring. Hasil penyaringan ditambahkan dengan 30 mL
H2SO4 (air aki) sambil diaduk dengan batang pengaduk. Campuran Aluminium, KOH, dan
H_2 SO_4 kemudian disaring dan didinginkan di dalam es. Kristal tawas yang terbentuk
dipisahkan dengan corong dan dicuci dengan 20 mL etanol 70%. Endapan dikeringkan,
setelah kering kemudian ditimbang sampai beratnya konstan. Kemudian tawas diuji
dengan beberapa larutan seperti Brom timol blue dan FeCl.
2.4.3 Membuat gas hydrogen sekaligus reactor dan penampung gas
hydrogen
Alat- alat seperti botol bekas beserta tutupnya, selang kecil sepanjang 1 meter, 2
buah klep pompa, 1 buah pentil ban, dan ban dalam sepeda disiapkan. Tutup botol
dilubangi sesuai dengan ukuran pentil, kemudian pentil diletakan di dalam lubang
tersebut, rekatkan dengan menggunakan lem power, agar tidak kendor dan
mengakibatkan gas hydrogen keluar dan bocor. Selang kecil disiapkan kemudian di kedua
sisi ujungnya di pasang klep pompa, sisi yang satu untuk di tempelkan pentil pada ban
sebagi penampung, dan sisi lainnya diletakan pada pentil yang terdapat pada tutup
botol. Reactor dan penampung siap untuk digunakan untuk mereaksikan NaOH dengan
Aluminium foil untuk mengasilkan gas hydrogen yang kemudian ditampung pada ban
bekas yang terhubung dengan reactor melalui selang sepanjang 1 meter.
III.
HASIL PENGAMATAN
3.1
Pembuatan Gas Hidrogen
No. NaOH
Alumunium
Keliling Balon (cm) Jari-jari balon (Cm) Volume
Balon (mL)
1
4M
Foil 0,2 gram
21
2.986167687
62.70952142
4 M Kaleng berwarna 0,2 gram
19
2.840412039
53.96782874
2
4M
Foil 0,2 gram
21
2.986167687
62.70952142
3M
Foil 0,2 gram
24.5
3.225429743
79.02302871
3
2 M Kaleng tdk berwarna 0,2 gram 19
2.840412039
53.96782874
2 M Kaleng berwarna 0,2 gram
13
2.349504171
30.54355423
4
3M
Foil 0,4 gram
28.5
3.478780078
99.14523221
3M
Foil 0,2 gram
24.5
3.225429743
79.02302871
3.2

Pembuatan Penampung Gas Hidrogen


3 gram alumunium foil dengan NaOH 3 M 50 mL menghasilkan gas hidrogen
dengan tekanan yang hebat, sehingga ban sebagai hydrogen storage mengembang
sempurna ketika reaksi berlangsung.
3.3.
Pembuatan Tawas
Hasil pembentukan tawas
Reaksi
Hasil Pengamatan
Alumunium foil+KOH 20%
Terbentuk tawas serbuk putih
Pengujian Tawas dengan Larutan BTB
Larutan BTB
Tawas
Hasil Pengamatan
5 mL
0,25 gram
Homogen , Berwarna kuning
5 mL
0,75 gram
Homogen, Agak jernih
5 mL
1 gram
Homogen, Sangat jernih
Pengujian zeolit dengan larutan BTB
Larutan BTB
Tawas

Hasil Pengamatan

Berat Tawas
3.6444 gram

5 mL
5 mL
5 mL

III.

0,25 gram
0,75 gram
1 gram

Heterogen , Berwarna kuning sangat keruh


Heterogen , keruh
Heterogen , agak hilang kekeruhannya

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini,bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari cara
pembuatan gas hidrogen dari limbah alumunium serta sifat-sifat hydrogen, dimana
hydrogen merupakan suatu molekul gas diatomic paling ringan di dunia, yang pada suhu
dan tekanan standar tidak berwarna, tidak berbau dan tidak dapat dirasakan. Aluminium
merupakan logam yang berwarna putih abu-abu (silver) yang melebur pada 659 oC, dan
bila terkena udara akan teroksidasi pada permukaannya. Pada praktikum kali ini,
pembuatan gas hydrogen dilakukan dengan menggunakan NaOH dan limbah alumunium
foil, dimana NaOH bertindak sebagai katalis yang dapat mempercepat reaksi.
Percobaan pertaman yakni ketika sepotong aluminium foil dicelupkan ke dalam
larutan natrium hidroksida, terbentuk gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Gas
inilah yang dinamakan gas hidrogen. Hal ini terjadi karena logam aluminium yang
bersifat amfoter. Reaksi yang dihasilkan dari pencampuran antara NaOH dan alumunium
akan menghasilkan 3 mol gas hydrogen.
2Al(s)+6H2O(l)2Al(OH)3(aq)+3H2(g)
Partikel-partikel gas hidrogen melayang-layang sehingga menimbulkan adanya
tumbukan antara partikel gas hidrogen dan dinding balon. Tumbukan ini mengakibatkan
adanya dorongan yang kemudian menghasilkan tekanan. Partikel-partikel ini menyebar
ke segala arah, menekan dinding balon menyebabkan gas tersebut mengisi semua ruang
dalam balon sehingga balon dapat mengembang. Mengembangnya balon membuktikan
adanya gas sebagai hasil reaksi.
Reaksi antara aluminium dengan NaOH merupakan jenis reaksi eksoterm. Hal ini
dapat dibuktikan dengan memegang erlenmeyer yang terasa panas pada saat terjadinya
reaksi jika dibandingkan dengan sebelum bereaksi.
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dlihat bahwa pada perbandingan pertama
yakni alumunium foil 0,2 gram dengan NaOH 4 M menghasilkan keliling balon sebesar 21
cm, sedangkan pada kaleng berwarna 0,2 gram dengan NaOH 4 M menghasilkan keliling
balon sebesar 19 cm. Hal ini menunjukkan bahwa alumunium foil dapat menghasilkan
keliling balon yg lebih besar dibanding alumunium pada kaleng. Sebenernya perbedaan
produksi hidrogen dengan menggunakan limbah alumunium bersal dari alumunium foil
dan minuman kaleng adalah waktu berlangsungnya reaksi. Waktu yang digunakan
alumunium foil lebih sedikit daripada waktu yang dibutuhkan oleh limbah alumunium
berasal dari kaleng minuman. Perbandingan kedua yakni alumunium foil 0,2 gram
dengan NaOH 4 M menghasilkan keliling 21 cm dan dengan alumunium foil 0,3 gram dan
NaOH 3 M menghasilkan keliling balon 24,5 cm. Dalam perbandingan ini yang bervariasi
adalah konsentrasi NaOH. Hal ini memperlihatkan tidak begitu besar perbedaan jumlah
keliling pada balon yang dihasilkan. Hal ini disebabkan tidak adanya hubungan antara
meningkatnya konsentrasi NaOH dengan jumlah gas hidrogen yang dihasilkan. Tetapi
menunjukkan adanya hubungan antara meningkatnya konsentrasi NaOH dengan
peningkatan laju pembentukan gas hidrogen. Meningkatnya konsentrasi ini
mempengaruhi kecepatan limbah alumunium yang bereaksi untuk menghasilkan
hidrogen. Semakin besar konsentrasi yang dipakai maka semakin cepat waktu yang
diperlukan untuk produksi gas hidrogen.
Pada perbandingan ketiga yakni dengan alumunium kaleng tidak berwarna 0,2 gram
dan NaOH 2 M menghasilkan keliling balon sebesar 19 cm dengan alumunium berwarna
0,2 gram dan NaOH 2 M menghasilkan keliling balon sebesar 13 cm. Hal ini disebabkan
pada kaleng berwarna, banyak unsur-unsur yang terkandung didalamnya yang
merupakan faktor dari pewarna tersebut, dimana alumunium menjadi tidak murni,
sehingga menyebabkan keliling balon tidak sebesar pada kaleng tidak berwarna.
Pada perbandingan terakhir yakni dengan alumunium foil 0,4 gram dan NaOH 3 M
menghasilkan keliling balon 28,5 cm sedangkan dengan alumunium foil 0,2 gram dan
NaOH 3 M menghasilkan keliling balon 24,5 cm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
banyak jumlah alumunium yang digunakan, maka semakin besar keliling balon yang

dihasilkan.
Adanya ledakan pada balon yang diuji dengan api membuktikan bahwa gas tersebut
adalah gas hidrogen, karena sifatnya sangat mudah terbakar dan akan terbakar pada
konsentrasi serendah 4% H2 di udara bebas. Hidrogen terbakar menurut persamaan
kimia:
2 H2(g) + O2(g) 2 H2O(l)
Ketika dicampur dengan oksigen dalam berbagai perbandingan, hidrogen meledak
seketika disulut dengan api.
Percobaan kedua yaitu proses awal pembuatan tawas, yang dilakukan dengan
melarutkan potongan potongan aluminium foil yang sudah dipotong kecil kecil dalam
larutan KOH 20% sambil dipanaskan. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat
kelarutannya, karena semakin tinggi suhu dan semakin luas permukaan zat maka
kelarutannya semakin besar. Pada penambahan KOH 20% dan dipanaskan dengan api
sedang, reaksi berjalan cepat dan bersifat eksoterm karena menghasilkan kalor. Dalam
reaksi ini terbentuk gas H2 yang ditandai dengan munculnya gelembung- gelembung
gas. Tujuan dari pemanasan dengan api sedang yaitu untuk mempercepat reaksi
sehingga gelembung-gelembung gas hilang setelah aluminium bereaksi sempurna.
Setelah Al larut, dihasilkan larutan berwarna hitam. Reaksi antara Al dan KOH
berlangsung melalui persamaan berikut
2Al (s) + 2KOH (aq) + 6H2O (l)
2K[Al(OH)4] (aq) + 3H2 (g)
Setelah proses pelarutan selesai, dilakukan proses penyaringan, proses penyaringan
ini bertujuan untuk menyaring ion-ion pengganggu, dan yang tersisa hanya tinggal
filtratnya. filtrat ini kemudian diambil, dan ditetesi dengan H2SO4 6M. Proses
penambahan asam sulfat ini dilakukan secara perlahan sambil diaduk, hal ini bertujuan
agar semua Al yang berada di dalamnya dapat bereaksi sempurna dengan pembentukan
endapan yang sempurna secara teratur. Reaksi yang terjadi melalui persamaan berikut
2K[Al(OH)4] (aq) + H2SO4(aq) 2Al(OH)3 (aq) + K2SO4(aq) +H2O(aq)
Penambahan H2SO4 membentuk Al(OH)3. Namun, penambahan H2SO4 berlebih
melarutkan Al(OH)3 menjadi Al2 (SO4)3 berupa larutan bening tak berwarna.
Penambahan larutan H2SO4 dilakukan agar seluruh senyawa K[Al(OH)4] dapat bereaksi
sempurna. Reaksi yang terjadi yaitu
2 Al(OH)3(aq) + 3H2SO4(aq) Al2 (SO4)3 (aq) +6H2O(aq)
Senyawa Al2 (SO4)3 yang terbentuk bereaksi kembali dengan K2SO4 membentuk kristal
yang diperkirakan adalah KAl(SO4)2.12H2O berwarna putih. Reaksinya adalah
K2SO4(aq) + Al2 (SO4)3 (aq) + 12H2O(aq) KAl(SO4)2.12H2O
Untuk mempercepat terbentuknya kristal, larutan didinginkan dalam es. Setelah
kristal sudah terbentuk maka dicuci dengan 20 ml etanol yang bertujuan untuk
menyerap kelebihan air dan mempercepat pengeringan. Setelah itu tawas dikeringkan
dalam oven kemudian ditimbang dan berat tawas yang diperoleh yaitu 3,6444 gram.
Percobaan ketiga adalah merancang alat untuk penyimpanan gas hidrogen. Pada
percobaan ini, menggunakan 3 gram alumunium foil dengan NaOH 3 M 50 mL dan
menghasilkan gas hidrogen dengan tekanan yang hebat. Gas hidrogen yang terbentuk
kemudian disimpan di dalam hydrogen storage. Harus dipastikan bahwa hydrogen
storage yang digunakan harus rapat sehingga tidak ada celah bagi gas hidrogen untuk
keluar (adanya kebocoran). Wadah pereaksi dihubungkan dengan tutup pentil ban yang
ujungnya telah dipasang tutup pompa yang disambung dengan selang, lalu ujung selang
yang lain ditutup dengan tutup pompa yang telah terdapat ban yang dihubungkan
dengan pentil ban tersebut, sehingga apabila gas hidrogen telah dihasilkan dari reaksi
ban akan mengembang.
Penggunaan pentil ban ini dapat menjaga keadaan gas agar tetap konstant. Tempat
penampungan gas menggunakan ban karena sifat ban yang elastis yang dapat
menegecil dan membesar dan dapat mendorong gas kembali keluar, sehingga tidak
perlu bantuan pendorong untuk mengeluarkan gas H2 keluar dari ban tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan, hydrogen storage yang digunakan berhasil
menampung seluruh gas hidrogen hasil reaksi. Hal ini dapat diketahui dari ban sebagai
hydrogen storage mengembang sempurna ketika reaksi berlangsung.

IV.

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum Kimia Organik I yang telah dilaksanakan selama bulan
September 2014 di PLT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat disimpulan bahwa:
Gas hidrogen yang dihasilkan dengan jumah paling banyak yakni reaksi antara
alumunium foil 0,4 gram dengan NaOH 3 M yang menghasilkan keliling balon sebesar
28,5 cm.
Gas hidrogen dapat ditampung dan diuji adanya gas dengan menggunakan api sehingga
menimbulkan ledakan.
Pembuatan tawas dengan merekasikan aluminium foil dengan larutan KOH 20% tawas
yang dihasilkan adalah 8,749 gr
Tawas hasil percobaan dapat digunakan sebagai penjernih air, dengan perbandingan
massa tawas:volume air adalah 1:5.
Uji daya serap zat dengan menggunakan adsorben berupa tawas dan zeolit dihasilkan
keduanya dapat menjernihkan larutan BB.
V.

DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Cotton dan Wilkinson. 2013. Kimia
Anorganik Dasar. Jakarta : UI Press
Mulyono, Panut. 2009. Prospek dan Potensi Hidrogen Sebagai Energi Terbarukan.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Anonim. 2013. Cara Kerja dan Aplikasi Sel Bahan Bakar Hidrogen, Bahan, Prinsip,
Pengertian,Contoh.
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/03/cara-kerja-danaplikasi-selbahan-bakar-hidrogen-bahan-prinsip-contoh.html(diakses pada senin,
29
September 2014 pukul 22.30 WIB )
http://elisaadianorganic3b2013.blogspot.com/2013/12/review-jurnal-anorganikkelompok.html (Diakses pada 29 september 2014 19:57 WIB)

Anda mungkin juga menyukai