1. PENDAHULUAN
Logam krom(VI) adalah salah satu logam berat yang beracun dan berpotensi sebagai polutan
berbahaya bila limbah industri yang menggunakan bahan baku krom tidak diolah lebih dahulu langsung
dibuang ke lingkungan. Krom(VI) dikenal sebagai zat karsinogenik yang dapat merusak fungsi kerja
DNA dalam sel, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya mutasi genetik pada makhluk hidup.
Krom(VI) juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit, kerusakan pada membran mukosa, ginjal, saluran
pencernaan dan hati. Selain sebagai polutan, logam krom juga bermanfaat bagi manusia baik dalam
kegiatan sehari-hari maupun dalam proses industri, seperti untuk elektroplating. Oleh karena beracun
dan berbahayanya logam ini maka sangat penting dilakukan suatu proses pemisahan ion logam
krom(VI) dari limbah yang mengandung krom. Daur ulang dan penggunaannya kembali merupakan
aspek penting dalam perkembangan industri di masa depan. Krom (Cr) di alam berapa pada valensi 3
(Cr3+) dan valensi 6 (Cr6+). Krom heksavalen (Cr6+) lebih toksik dibandingkan dengan Cr3+, karena
memiliki sifat yang berdaya larut dan mobilitas tinggi di lingkungan (Rahman et al, 2007).
Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah berdasarkan absorpsi cahaya
pada panjang gelombang tertentu melalui suatu larutan yang mangandung kontaminan yang akan
ditentukan konsentrasinya. Proses ini disebut “absorpsi spektrofometri”, dan jika panjang gelombang
yang digunakan adalah gelombang cahaya tampak, maka disebut sebagai “kolorimetri”, karena
memberikan warna. Selain gelombang cahaya tampak, spektrofotometri juga menggunakan panjang
gelombang pada gelombang ultraviolet dan infra merah. Prinsip kerja dari metode ini adalah jumlah
Praktikum Spektrometri TA 2019/2020
DIII Analisis Kimia UII
Kelas : B Shift: 2
cahaya yang di absorpsi oleh larutan sebanding dengan konsentrasi kontaminan dalam larutan
(Lestari, 2010). Metode Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar Tampak telah banyak diterapkan untuk
penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya dipergunakan untuk penentuan senyawa dalam
jumlah yang sangat kecil. Prinsip kerjanya berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi yang
diserap memungkinkan pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara kuantitatif.
Metode Spektrofotometri Ulta-violet dan Sinar Tampak berdasarkan pada hukum Lambert Beer
(Triyati, 1985).
Jenis-jenis Spektrofotometer berdasarkan pada daerah spektrum yang akan dieksporasi terdiri dari
spektrofotometer sinar tampak (visible) serta gabungan spektrofotometer sinar tampak (visible) dan
ultraviolet (UV), sedangkan berdasarkan teknik optika sinar terdiri dari spektrofotometer optika sinar
tunggal (single beam optic) dan spektrofotometer optika sinar ganda (double beam optic).
Spektofotometer Optika Sinar Ganda (double beam optic), cahaya terbagi melewati sel pembanding,
dan cahaya yang lainnya melewati sel sampel/ berkas cahaya kemudian bergabung kembali, masuk ke
detektor, dan detektor merespon cahaya netto dari kedua arah. Double beam digunakan pada panjang
gelombang 190-750 nm (Triyati, 1985).
Verifikasi metode bertujuan untuk memastikan bahwa analis dapat menerapkan metode analisis
dengan baik dan menjamin mutu hasil pengujian. Verifikasi perlu dilakukan oleh suatu laboratorium
analisis apabila terjadi pergantian instrumen yang digunakan untuk analisis rutin. Instrumen dengan
spesifikasi berbeda akan memiliki hasil analisis yang berbeda pula. Metode yang telah digunakan
dalam waktu yang cukup lama juga perlu dilakukan verifikasi. Parameter uji untuk verifikasi metode
hampir sama dengan parameter uji validasi. Namun, pada percobaan hanya sebagian parameter yang
digunakan dalam verifikasi yaitu linearitas, akurasi, presisi, limit deteksi, dan limit kuantitasi (Harmita
2004).
2. METODE
2.1. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan diantaranya, Spektrofotometer UV- VIS, pH meter, Labu ukur 100 mL,
Gelas ukur 100 mL, pipet ukur 1;5;10 mL.
Bahan-bahan yang digunakan diantaranya, Kalium dikromat (K2CrO7), Asam Sulfat 0,2 N
(2,8 mL H2SO4 pekat p.a diencerkan ke dalam 500 mL air bebas mineral dalam gelas piala),
asam orto fosfat (H3PO4), Larutan difenilkarbazida (C13H14N40), Larutan 250 mg difenilkarbazida
(1,5- difenilkarbazida) ke dalam 50 mL disimpan dalam botol gelas amber, Natrium Hidroksida
(NaOH) 1 N (40 g NaOH dilarutkan ke dalam 1 L air bebas mineral dalam gelas piala dan disimpan
dalam botol plastik)
2.2. Cara kerja
1) Pembuatan larutan induk logam krom heksavalen 500 mg (Cr –VI)/L
Kalium Dikromat (K2Cr2O7) setelah dikeringkan di oven ditimbang sebanyak 141,4 mg dan
dilarutkan dengan air bebas mineral dalam labu ukur
100 mL.
2) Pembuatan larutan baku logam krom heksavalen 500 mg (Cr – VI)/L
Larutan induk krom heksavalen 500 mg (Cr- VI)/L dipipet 10 mL ke dalam labu ukur 100 mL
Depatkan hingga tanda tera dengan air bebas mineral. Deret larutan kerja dibuat dengan 1 (satu) blanko
dan 5 (lima) ada yang berbeda secara proposional yang berada pada rentang pengukuran yaitu 0;4;6;8
dan 10 mg (Cr-VI)/L. Dimasukan ke gelas piala kimia 50 mL kemudian ditambahkan
0.0625 mL H2PO4 kedalam masing-masing larutan kerja. Larutan kerja diatur hingga pH 2.0 ± 0,5
dengan penambahan asam sulfat 0,2 N. Larutan kerja dipindahkan ke dalam labu ukur 25 mL,
ditepatkan hingga tanda tera dengan air bebas mineral. Ditambahkan 0,5 mL larutan difenilkarbazida,
Praktikum Spektrometri TA 2019/2020
DIII Analisis Kimia UII
Kelas : B Shift: 2
kocok dan didiamkan 5 hingga 10 menit. Larutan kerja siap diukur serapannya pada panjang
gelombang maksimum. Lakukan pembacaan sebanyak 2x.
3) Optimasi instumen spektrofotometer UV-Vis
Alat dioperasikan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat. Lalu ditentukan panjang gelombang
maksimum dengan menghitung absorbansi larutan kerja 6 mg (Cr-VI)/L
3. HASIL PRAKTIKUM
3.1. Lineritas
Linierutas diperoleh dengan dilakukan pengukuran absorbansi larutan seri standar krom
heksavalen 0-1 mg/L. Tujuan dilakukannya pengukuran ini adalah untuk memperoleh persamaan garis
regresi dari kurva kalibrasi yang dibuat. Uji linearitas dinyatakan sebagai koefisien korelasi (r). Hasil
pengukuran bisa dilihat pada Gambar 1.
Kurva Kalibrasi
1 y = 0.8709x + 0.0343
Absorbansi
R² = 0.9882
0.5
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Konsentrasi Larutan Standar Krom Heksavalen (mg/L)
Berdasarkan Gambar 1. dapat diketahui persamaan garis liniear adalah Y =0,8709X + 0,0343 dengan
nilai regresi R2 = 0,9882 dan r= 0,9940. Panggabean (2014) menyatakan bahwa sebagai parameter
terdapatnya kaitan linear digunakan koefisien (r) pada pengujian regresi linier y = a + bx. Persyaratan
yang memenuhi kriteria untuk koefisien korelasi ialah sebesar r≥ 0,995. Nilai r = 0,9940 menyatakan
bahwa hasil data linieritas dinyatakan tidak valid dan tidak terbentuk korelasi antara konsentrasi
dan absorbansi.
3.2. LOD dan LOQ
Untuk uji limit deteksi (LOD) dan limit kuantisasi (LOQ) dilakukan secara statistik menggunakan
kurva standar krom heksavalen yang telah diperoleh pada uji linearitas sebelumnya.
Penentuan LOD dan LOQ dapat ditentukan dengan kurva kalibrasi. Adapun hasil pengukuran dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penentuan LOD dan LOQ
Konsentrasi Absorbansi
yi (y-yi) (y-yi)2
(mg/L) (y)
0 0 0,0343 -0,0343 0,0011
0,4 0,420 0,3826 0,0373 0,0013
0,6 0,575 0,5568 0,0181 0,0003
0,8 0,754 0,7310 0,0229 0,0005
1 0,861 0,9052 -0,0442 0,0019
∑ (y-yi)2 0,0053
slope 0,8709
intersep 0,0343
Sy/x 0,0423
LOD 0,1459
LOQ 0,4863
3.3. Presisi
Presisi atau precision ialah derajat kemiripan antara hasil uji individual yang diukur dengan
penyebaran hasil individual berdasarkan rata-ratabila prosedur dilakukan secara berulang terhadap
sampel yang diperoleh daricampuran yang telah homogen.presisi diukur sebagai simpangan baku atau
simpangan baku relatif (koefisien variansi). Precision dapat dinyatakan sebagai repeatability
(keterulangan) atau reproducibility (kebolehulangan). Untuk uji presisi pada penelitian ini dilakukan
pembacaan sampel sebanyak 6 kali pengulangan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis double
beam.
Hasil presisi dinyatakan baik apabila nilai % RSD harus lebih besar dari CV Horwitz.
Hasil uji presisi menunjukkan bahwa % RSD 6,62% dengan CV horwitz 20,2480, sehingga dapat
disimpulkan bahwa data yang diperoleh memiliki nilai presisi yang baik dan data dapat dinyatakan
valid.
Tabel 2. Penentuan Presisi
3.4. Akurasi
Akurasi ialah nilai yang menunjukkan derajat kemiripan sebuah hasil analisis dibandingkan
dengan keadaan kadar yang sebenarnya dari analit. Akurasi juga dijelaskan sebagai % recovery
(persen perolehan kembali) dari analit yang dilakukan penambahan di dalamnya. Dalam penelitian ini
uji akurasi dilakukan dengan mengukur sampel yang kemudian ditambahkan dengan standar, diperoleh
% recovery sebesar 209,05%. Hasil akurasi dinyatakan baik apabila diperoleh nilai dengan rentang
85-115%. Maka pada penelitian ini hasil uji akurasi tidak bisa masuk dalam rentang yang ditetapkan,
sehingga data dapat dinyatakan tidak valid.
Tabel 3. Penentuan Akurasi
abs spike abs sampel kadar sampel kadar spike c target %R
0,572 0,211 0,4139 1,2595 0,3921 209,05
0,561 0,235 0,4701 1,2337
0,223 0,4420
0,217 0,4279
0,199 0,3857
0,214 0,4209
rata-rata 0,4267 1,2466
slope 0,8709
intersep 0,0343
Sy/x 0,0423
Slope 0,8709
Intersep 0,0343
SD 0,0138
P 6
N 5
x sampel 0,4267
x standar 0,5599
4. KESIMPULAN
Penentuan kadar krom heksavalen dapat dilakukan dengan instrumen spektrofotometer UV-Vis
double beam. Panjang gelombang maksimal yang digunakan adalah 542,5 nm. Didapatkan hasil dari
analisis yang telah dilakukan bahwa kadar krom heksavalen pada sampel sebesar 0,4263 mg/L
dengan kadar spike sebesar 1,2466 mg/L. Verifikasi metode percobaan ini meliputi parameter
linieritas, LOD, LOQ, presisi, akurasi, dan estimasi ketidakpastian. Nilai masing-masing parameter
verifikasi tersebut yaitu: untuk linieritas, koefisien korelasi (r) yang diperoleh sebesar 0,994; untuk
LOD sebesar 0,1459 mg/L; untuk LOQ sebesar 0,4863 mg/L; untuk presisi, persentase RSD sebesar
6,62% dengan CV Horwitz sebesar 20,2480; untuk akurasi, persentase recovery sebesar 209,05%; dan
untuk estimasi ketidakpastian, diperoleh nilai ketidakpastian kurva sebesar 0,0306, ketidakpastian
presisi sebesar 0,0061, ketidakpastian gabungan sebesar 0,0720, dan ketidakpastian diperluas sebesar
0,1440. Parameter verifikasi pada aspek linieritas, LOQ, dan akurasi dari percobaan ini tidak
memenuhi kriteria yang ditetapkan (tidak memenuhi syarat keberterimaan).
Daftar Pustaka
Jurnal :
Rahman, M,U., Gul S., Ulhaq, M.Z. (2007) : Reduction Pf Chromium (VI) by Locally Isolated Pseudomonas sp.
C171, Turkey Journal Biol 31, 161-166.
Triyati, E. (1985) : Spektrometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak Serta Aplikasinya dalam Oseanologi.
Jurnal Oseanologi. 1, 39-47.
Buku :
Lestari, F. (2010) : Bahaya Kimia: Sampling & Pengukuran Kontaminan Kimia di Udara.
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Harvey, D. (2000) : Modern Analytical Chemistry. New York (USA) : McGraw Hill
Harmita, (2004) : Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya,Majalah Ilmu Kefarmasian,
1(3), 117-135