Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan elektrogravimetri

Pada percobaan elektrogravimetri bertujuan untuk memisahkan dan menentukan


kadar ion Cu2+ dalam suatu cuplikan secara elektrogravimetri. Sebelum melakukan
percobaan kami terlebih dahulu membuat atau mempersiapkan alat
elektrogravimetri. Alat ini terbuat dari beberapa komponen seperti transformator,
dioda bridge atau kuprok, resistor, rotary, LED, penjepit buaya yang dirangkai
menjadi satu. Alat elektrogravimetri ini bekerja berdasarkan prinsip elektrolisis,
dengan pemberian arus listrik menyebabkan reaksi kimia reduksi komponen pada
katoda dan sebaliknya proses oksidasi pada anodanya. Dasar pemisahan dari
percobaan ini menggunakan reaksi redoks.

Langkah pertama yang dilakukan adalah menggosok terlebih dahulu kawat Cu


yang berwarna kuning keemasan dengan kertas amplas untuk menghilangkan
oksida yang menempel pada kawat tembaga. Setelah proses penggosokan selesai,
masing – masing kawat tembaga ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui
berat awal kemudian dipasangkan pada elektrogravimetri dimana pada kawat
tembaga yang sebagai katoda dililit untuk membentuk sebuah spiral sedangkan
kawat tembaga pada anoda dibiarkan memanjang. Hal ini dilakukan agar endapan
yang diperoleh saat elektrolisis berlangsung dapat menempel dan tidak mudah
terjatuh kembali ketika proses elektrolisis dihentikan dan katoda ditiriskan.
Setelah itu memasukkan larutan CuSO4 100 mL ke dalam gelas kimia setelah itu
ditambahkan 1 mL H2SO4 dan 1 mL HNO3 kemudian dimasukkan kawat
tembaga kedalam larutan CuSO4, sebelum dimasukkan kawat tembaga terleih
dahulu dijepit dengan penjepit buaya bagian katoda dihubungkan dengan kutub
negatif bagian anoda dihubungkan dengan kutub positif. Arus yang digunakan
pada percobaan ini sebesar 0,5 A dan voltase sebesar 2 Volt. Setelah itu kawat cu
dielektrolisis Proses elektroanalisis menghasilkan endapan seng yang menempel
pada katoda sesuai dengan reaksi :

Katoda : Cu2+(aq) + 2e → Cu (s)

Anoda : 2H2O (l) → 4H+ (aq) +O2 (g) +4e


Pada reaksi ini dihasilkan gas O2 yang ditandai dengan adanya gelembung
gas yang muncul pada bagian anoda. Penambahan HNO3 berfungsi sebagai
depolizer atau buffer potensial dimana mencegah reduksi H+ yang berasal dari
H2O. H+ jika terlalu banyak pada larutan akan mengganggu jalanya reaksi dimana
H+ akan menempel pada katoda sehingga menghalangi Cu2+ yang akan menempel
pada katoda. Sehingga antara H+ dan Cu2+ akan bersaing untuk menempel pada
katoda yang memiliki muatan negatif. Akibat inilah yang menyebabkan rendemen
yang dihasilkan oleh Cu2+ akan berkurang. Seandainya tanpa HNO3, maka yang
tereduksi terlebih dahulu adalah H+ karena H+ lebih cepat tereduksi daripada Cu2+.
NO3- (aq)+ 10H+ (aq)+ 8e- ↔ NH4+ (aq)+ 3H2O (l)
jika dalam larutan ini tidak ditambahkan HNO3 maka H+ akan tereduksi
menjadi H2 dengan persamaan reaksi :
2H+ (aq)+ 2e  H2 (g)

Penambahan H2SO4 yang berfungsi untuk mempercepat reaksi penguraian. Karena


H2SO4 bersifat oksidator Selain itu keasaman larutan juga perlu dijaga, karena
jika dalam
larutan pH terlalu rendah, maka pengendapan Cu akan terganggu, endapan
yang seharusnya melekat sempurna dengan tingginya ion H + ini proses pelekatan
endapan akan terganggu sehingga endapan tidak menempel dengan baik. Selain
itu tingginya ion H+ dalam larutan akan mengganggu pengendapan tembaga. Pada
percobaan ini tegangan yang digunakan sebesar 2 volt apabila tegangan yang
digunakan terlalu besar maka pada kawat Cu akan terbentuk warna hitam karena
terdapat beberapa ion logam yang tereduksi dan menjadi zat pengotor apabila
tegangan yang digunakan sesuai maka akan tidak akan terbentu warna hitam tetapi
akan terlihat seperti warna tembaga yang melekat pada kawat tembaga sedangkan
pada tegangan yang terlalu kecil maka elektrolisis tidak dapat berjalan dengan
baik. Kuat arus yang digunakan sebesar 0,5 Ampere apabila kuat arus yang
digunakan besar maka endapan yang terbentuk akan semakin banyak apabila kuat
arus yang digunakan semakin kecil maka endapan yang terbentuk juga semakin
sedikit.
Proses elektrolisis ini dilakukan selama 5 menit sebanyak 3 x. Setelah 5
menit pada tembaga yang berbentuk spiral maupun lurus dibilas ke dalam aseton
Maksud dari perlakukan tersebut adalah untuk membersihkan larutan yang tersisa
dalam logam pada tembaga serta agar tidak ada zat organik yang tertinggal dalam
logam tembaga dan mempercepat pengeringan. setelah itu kedua tembaga
ditimbang, pada tembaga yang berbentuk spiral beratnya 38,0664 gram jadi pada
tembaga ini mengalami pertambahan berat sebesar 0,0218 gram. Pada tembaga
yang lurus mengalami penurunan berat menjadi 1,7267 gram yang awalnya
beratnya 1,8087 gram. Setelah di elektrolisis kedua warna kawat menjadi pudar
(+) .
Pada elektrolisis kedua tembaga spiral mempunyai berat 38,0886 gram sedang
tembaga yang lurus seberat 1,7171 gram. Pada elektrolisis ketiga tembaga spiral
mempunyai berat 38,1029 gram, sedangkan tembaga lurus 1,7078 gram. Tembaga
yang berbentuk spiral selalu mengalami pertambahan berat sedangkan tembaga
yang berbentuk lurus selalu mengalami penurunan berat .

No waktu Berat tembaga Berat tembaga


spiral (berat) lurus (gram)
1 awal 38,0446 1,8087
2 5 menit 38,0664 1,7267
3 5 menit 38,0886 1,7171
4 5 menit 38,1029 1,7078

e x i xt
Dengan menggunakan rumus : w= kita dapat menentukan berat secara
96500
teoritis, secara teoritis di dapatkan berat 0,04935233 gram. Sedangkan berat ketika
praktikum sebesar

Percobaan Berat (gram)


W1 0,0218 gram
W2 0,0222 gram
W3 0,0143 gram

Sehingga dapat dihitung rendemennya sebesar 28,97 %. Rendemen yang


didapatkan sangat kecil diakibatkan tidak maksimalnya logam Cu yang berasal
dari ion Cu2+ menempel pada bagian katoda, hal ini tampak pada praktikum pada
bagian dasar katoda terdapat beberapa endapan. Endapan ini merupakan logam Cu
yang gagal menempel pada bagian katoda, sehingga saat elektroda pada bagian
katoda ditimbang diperoleh berat Cu yang lebih kecil.

Anda mungkin juga menyukai