Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Pada percobaan “Destilasi Fraksinasi” pada tahap yang paling awal, Kami
mengisi labu distilasi dengan 100 mL spirtus, spirtus berwarna biru, kemudian
merangkai alat destilasi , seperti dibawah ini:

Pada bagian-bagian sambungan atau pembatas ditutup rapat dengan Isolasi.


Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kebocoran zat yang diinginkan.
Zat yang akan didestilasi dalam percobaan ini adalah spiritus. Spiritus
merupakan zat cair yang komponennya terdiri dari etanol dan metanol. Etanol
memiliki titik didih 70oC dan metanol sebesar 64,5oC. Zat yang ingin diperoleh dalam
spiritus adalah metanol. Metanol memiliki titik didih 64,5oC, sehingga kondisi pada
labu penampungan harus dikontrol suhunya sebesar titik didih tersebut dengan
melakukan penambahan air pada bak penampungan. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh tingkat kemurnian yang tinggi dengan tercegahnya etanol masuk dalam
destilat.
Saat temperatur telah konstan yaitu mencapai 64,5oC destilat mulai dihasilkan.
Sehingga dari pendidihan yang dilakukan menghasilkan zat dalam fasa uap yang akan
melewati kondensor. Kondensor berfungsi untuk mendinginkan uap tersebut,
sehingga fasa uap destilat berubah menjadi fasa cair. Dengan adanya pendinginan
akan terjadi kondensasi. sehingga uap berubah kembali menjadi cair dan ditampung
dalam tempat penampung distilat .
Dalam proses pendidihan juga ditambahkan batu didih. Hal ini bertujuan
untuk mempercepat pendidihan. Pada percobaan yang telah dilakukan, diambil 3
sampel destilat.Destilat yang dihasilkan jernih., Untuk mengetahui kemurnian
destilat ,destilat yang dihasilkan ditampung dalam Erlenmeyer dan diukur indeks
biasnya menggunakan refraktometer. 2 mL destilat pertama indeks biasnya 1,330247;
2 mL kedua indeks biasnya 1,330246 ;dan 2 mL ketiga indeks biasnya 1,330245
dengan dijaga suhu konstan 64,50C diperoleh rata-rata 1,330246. Pengukuran indeks
bias menggunakan refraktometer. Indeks bias rata-rata yang diperoleh digunakan
sebagai indeks bias sampel yang kemudian dibandingkan dengan indeks bias metanol
standart di bawah ini:

No
Kadar Indeks Bias
.
1. 30% 1,330449
2. 40% 1,330348
3. 50% 1,330347
4. 60% 1,330345
5. 70% 1,330342
6. 80% 1,330241
7. 95% 1,330040
8 99,9 % 1,330039

Setelah dibandingkan, didapatkan bahwa indeks bias destilat 1 terletak antara


indeks bias metanol 70% dan 80%, destilat 2 terletak antara indeks bias metanol 70% dan
80% sedangkan destilat 3 terletak antara indeks bias metanol 70% dan 80%. Dari data
hasil perbandingan tersebut dapat ditentukan persentase kemurnian destilat dengan rumus
di bawah ini:

ndestilat −nbatas bawah


% kemurnian destilat = x (%batas atas − % batas bawah)+%batas bawah
nbatas atas−n batas bawah

Dari rumus di atas didapatkan persentase kemurnian destilat sebagai berikut:


destilat 1 : 79,994%
destilat 2 : 79,995%
destilat 3 : 79,996%
Bila masing-masing persentase kemurnian destilat tersebut dibandingkan dengan
persentase metanol 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 95%, dan 99,9% dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi indeks bias, maka semakin rendah persen kemurniannya. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa hubungan antara indeks bias dan persen kemurnian adalah
berbanding terbalik, yaitu semakin tinggi indeks bias, maka semakin rendah persen
kemurniannya.

Anda mungkin juga menyukai