Judul Percobaan : Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah dan
Asam Kuat
II. Tanggal Percobaan : Kamis, 16 Maret 2017 pukul 13:00 WIB
III.Selesai Percobaan : Kamis, 16 Maret 2017 pukul 16:00 WIB
IV. Tujuan Percobaan : Menentukan orde reaksi dan hidrolisis etil asetat dalam
suasana asam lemah dan basa kuat.
V. Dasar Teori :
A. Reaksi Hidrolisis
Hidrolisis adalah jenis reaksi kimia yang terjadi antara air dan senyawa lain. Selama
reaksi, ikatan kimia akan rusak di kedua molekul, menyebabkan mereka menjadi
pecah. Molekul air terpecah untuk membentuk ion hidrogen bermuatan positif (H +) dan
hidroksida bermuatan negatif (OH-), dan molekul lainnya terbagi menjadi dua bagian
sederhana, juga dengan muatan positif dna negatif. Ion H+ dan ion OH- melekat pada
masing-masing bagian ini. Reaksi ini terjadi ketika beberapa senyawa ionic, misalnya
asam tertentu, basa, dan garam, larut dalam air.
Bila garam-garam dilarutkan dalam air, larutan itu tidak selalu bereaksi netral.
Fenomena ini disebabkan karena sebagian dari garam berinteraksi dengan air, karena
itu ini dinamakan hidrolisis. Akibatnya, ion hidrogen atu ion hidroksil tertinggal
dengan berlebihan dalam larutan, dan larutan itu sendiri masing-masingmenjadi asam
atu bersifat basa. Untuk mengerti fenomena hidrolisis dengan baik, ada baiknya kita
memeriksa sifat-sifat dari empat kategori garam sendiri-sendiri. Semua garam yang ada
akan masuk dalam salah satu kategori berikut:
I. Garam-garam yanng berasal dari asam kuat dan basa kuat, misalnya kalsium
klorida.
II. Garam-garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat, misalnya matrium
asetat.
III. Garam-garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah, misalnya amonium
klorida.
IV. Garam-garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah, misalnya amonium
asetat
Garam dari asam kuat dan basa kuat, bila dilarutkan dalam air, menunjukkan reaksi
yang netral, karena baik anion dan kationnya masing-masing tak ada yang bergabung
dengan ion hidrogen ataupun hidroksil untuk membentuk produk yang sangat sedikit
berdisosiasi, karena itu kesetimbangan disosiasi air
H2O H+ + OH-
Tak terganggu. Konsentrasi ion-hidrogen dalam larutan sama dengan konsentrasi ion
hidroksil, maka larutan bereaksi netral.
Garam dari asam lemah dan basa kuat, bila dilarutkan dalam air, menghasilkan
larutan yang bereaksi basa. Sebab-sebabnya adalah, karena anion bergabung dengan ion
hidrogen membentuk asam lemah yang sangat sedikit berdisosiasi, sehingga ion
hidroksil tertinggal dalam larutan. Misalnya dalam larutan natrium asetat, terdapat
kedua kesetimbangan yang berikut
H2O H+ + OH-
CH3COO- + H+ CH3COOH
Jadi, ion hidrogen yang terbentuk dari disosiasi air, sebagianakan bergabung dengan ion
asetat. Karenanya kedua persamaan dapat dijumlahkan, yang menghasilkan
kesetimbangan hidrolisis menyeluruh.
CH3COO- + H2O CH3COOH + OH-
Dalam larutan, banyaknya ion hidroksil akan sangat melebihi ion hidrogen, dan larutan
akan bereaksi basa.
Keterangan :
a = konsentrasi awal ( )
Untuk dapat menentukan apakah suatu reaksi orde dua atau bukan dapat diselidiki
seperti pada reaksi tingkat satu, yaitu :
1. Dengan memasukkan hanya a, b, t dan x pada persamaan :
2. Secara grafik
Bila reaksi orde dua maka grafik t terhadap merupakan garis lurus tan /
slope:
y = kx + b
t=0 a b - -
x x x x
B. Alur Percobaan
1. Hidrolisis etil asetat dalam suasana Asam Lemah
50 mL CH3COOH 0,5 M
Dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer A
5 mL etil asetat
Ditambahkan 45 mL aquades
Dituangkan
Diletakkanke dalam
pada suhu ruang
Erlenmeyer A
Diaduk
Larutan CH3COOH encer
Campuran larutan
Sisa larutan dalam Erlenmeyer A
Volume NaOH
2. Hidrolisis Etil Asetat dalam suasana Asam Kuat
50 mL HCl 0,5 M
Dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer A
Ditambahkan 45 mL aquades
5 mL etil asetat
Larutan HCl encer
Dituangkan ke dalam
Erlenmeyer A
Diaduk
Sisa larutan dalam Erlenmeyer A
Campuran larutan
Didiamkan beberapa hari
Volume NaOH
VII. Hasil Pengamatan
Sesudah
Campuran larutan
Volume NaOH
Sisa larutan dalam Erlenmeyer A
Volume NaOH
2. Hidrolisis etil asetat dalam suasana asam kuat Sebelum: Berdasarkan
percobaan ini,
- HCl : larutan tidak berwarna HCl (aq) + H2O(l) → HCl (aq)
data yang kami
50 mL HCl 0,5 M - Aquades : larutan tidak
dapatkan tidak
berwarna dapat digunakan
- Etil asetat : larutan tidak untuk
Dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer A berwarna menentukan orde
- Indikator PP : larutan tidak reaksi, sehingga
Ditambahkan 45 mL aquades
berwarna percobaan kami
Diletakkan pada suhu ruang
- NaOH : larutan tidak berwarna gagal.
Sesudah
5 mL etil asetat
CH3COOC2H5 (aq)+ H2O (l)
Dituangkan ke dalam
Erlenmeyer A
Diaduk
Campuran larutan
- HCl + aquades : larutan tidak C2H5OH (aq) + CH3COOH (aq)
berwarna
- HCl + aquades + etil asetat :
larutan tidak berwarna
- HCl + aquades + etil asetat +
indikator PP : larutan tidak
CH3COOH (aq) + NaOH (aq)
berwarna C2H5OH (aq) +
Campuran larutan - HCl + aquades + etil asetat +
CH3COONa (aq)
indikator PP + NaOH : Larutan
Diambil 10 ml dan dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer B yang berisi berwarna merah muda
50 ml aquades dingin setelah - Volume NaOH yang dibutukan:
selang waktu 5 menit T = 10 menit → 12,9 mL
T = 23:17 menit → 11,3 mL
Ditambahkan indikator PP 2 tetes T = 34:18 menit → 10,6 mL
Dititrasi dengan NaOH 2 M dengan T = 48:58 menit → 11,5 mL
segera T = 80 menit → 11 mL
T = 100 menit → 11 mL
Diulangi langkah tersebut dengan T = 1 hari → 11,6 mL
selang waktu 10, 20, 30, 50, 80
dan 100 menit
Volume NaOH
Volume NaOH
VIII. Analisis Data dan Pembahasan
Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan orde reaksi dan hidrolisis
etil asetat dalam suasana asam lemah dan basa kuat. Langkah pertama adalah
mengencerkan 50 mL larutan CH3COOH 0,5 M (jernih, tidak berwarna) di
dalam Erlenmeyer A lalu menambahkan 45 mL aquades (jernih, tidak
berwarna). Kemudian kedua campuran (jernih, tidak berwarna) tersebut
diaduk agar homogen. Untuk tahap pengujian, menambahkan 5 mL larutan
etil asetat 0,2 M (jernih, tidak berwarna) ke dalam campuran larutan pada
Erlenmeyer A. Dari campuran larutan (jernih, tidak berwarna) tersebut
diambil 10 ml dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer C yang berisi 50 ml
aquades dingin (jernih, tidak berwarna) setelah selang waktu 10 menit,
kemudian ditambahkan indikator Phenolftalein (jernih, tidak berwarna)
sebanyak 2 tetes, setelah itu dititrasi dengan NaOH 0,2 M (jernih, tidak
berwarna) segera hingga terjadi perubahan warna dari yang tidak berwarna
menjadi berwarna soft pink. Diulangi langkah tersebut dengan selang waktu
20, 30, 50, dan 80. Kemudian sisa larutan pada Erlenmeyer A disimpan 1 hari
pada suhu kamar, kemudian setelah disimpan, diambil 10 mL dan
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer C, ditambahkan dengan indikator
phenolftalein (jernih, tidak berwarna) sebanyak 2 tetes. Lalu dititrasi dengan
larutan NaOH 0,2 M (jernih, tidak berwarna) hingga terjadi perubahan warna
dari yang tidak berwarna menjadi berwarna soft pink. Dari hasil titrasi diperoleh
volume NaOH seperti pada tabel di bawah ini :
H+ katalis = 10/20 x 10 mL = 5 mL
Dari perhitungan tersebut, diperoleh dalam 10 mL larutan yang akan
dititrasi dengan NaOH, mengandung 0,5 mL etil asetat; 4,5 mL aquades dan 5
mL asam asetat sebagai katalis. Kemudian diguncang-guncang agar semua
larutan terhomogenkan, lalu ditambahkan 3 tetes indikator PP dan segera
dititrasi dengan larutan NaOH 0,2 M karena indikator PP terbuat dari
phenolftalein yang dilarutkan ke dalam etanol. Etanol termasuk golongan
gugus alkohol yang dimana sifat dari larutan tersebut mudah menguap, jika
tidak segera dilakukan titrasi maka indikator PP akan menguap dan lama
kelamaan akan menghilang sehingga tidak akan bereaksi dengan NaOH.
Pemberian indikator PP dikarenakan larutan akhir titrasi nantinya akan
berada dalam suasana basa sebab larutan titrannya bersifat basa kuat. Selain
itu, untuk menentukan titik ekivalen dan titik akhir titrasi juga tepat apabila
menggunakan indikator PP karena memiliki rentang pH 8,0 – 9,6. Warna titik
akhir titrasi ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi berwarna merah. Hal ini terjadi karena adanya kelebihan
ion OH- yang bereaksi dengan indikator PP. Persamaan reaksinya :
Atau
Diulangi percobaan ini dengan selang waktu 20, 30, 50, 80, 100
menit dan 1 hari. Didiamkan sampai 1 hari bertujuan agar kesetimbangan
reaksi hidrolisis dapat berjalan sempurna. Erlemmeyer yang telah ditutup
rapat disimpan selama ± 1 minggu karena reaksi esterifikasi berjalan sangat
lambat meskipun telah diberi katalis berupa larutan asam begitupun
sebaliknya yang disebut dengan reaksi hidrolisis.
Setelah percobaan dilakukan, diperoleh data pada reaksi dengan
katalis asam lemah dan asam kuat. Dari kedua data tersebut terdapat
perbedaan jumlah volume NaOH yang dibutuhkan. Jumlah NaOH untuk
reaksi dengan katalis asam kuat lebih banyak dibutuhkan daripada reaksi
dengan katalis asam lemah. Hal ini dikarenakan pembawa sifat asam adalah
H+, oleh karena itu tingkat keasaman larutan tergantung pada konsentrasi ion
H+ dalam larutan. HCl adalah asam kuat, sedangkan asam asetat adalah asam
lemah. Jadi, walaupun konsentrasi kedua asam tersebut sama, tetapi HCl
mengandung ion H+ lebih banyak, sehingga HCl 0,5 M lebih asam daripada
asam asetat 0,5 M. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan, semakin kuat
keasaamannya, maka semakin banyak pula jumlah volume NaOH yang
dibutuhkan, karena jumlah H+ pada larutan asam akan berikatan dengan
jumlah OH- pada larutan basa.
Konsentrasi HCl
Konsentrasi CH3COOH
Mol CH3COOH = mol NaOH
MxV =MxV
M x 5 mL = 0,2 M x 10,9 mL
5xM = 2,18
MCH3COOH = 0,436 M
Volume NaOH minimum pada suasana asam lemah adalah pada saat
waktu ke-0 (t = 0) dan pada saat reaksi hidrolisis etil asetat belum
membentuk produk H+ asam asetat. Sehingga NaOH hanya menetralkan H +
dari katalis yang terdapat pada larutan saja. Perhitungannya adalah sebagai
berikut :
IX. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan ini, data yang kami dapatkan tidak dapat
digunakan untuk menentukan orde reaksi, sehingga percobaan kami tidak
sesuai dengan hasil ored sesuai teori yakni merupakan orde dua.
X. Jawaban Pertanyaan
1. Jika dilihat dari hasil percobaan, apa yang membedakan antara
percobaan 5A dan percobaan 5B? Berikan penjelasan dan kaitkan
dengan kajian pustaka Anda!
Jawab :
Yang membedakan antara percobaan 5A dan 5B adalah terletak
pada jenis katalis asamnya. Pada percobaan 5A menggnakan katalis
asam lemah (CH3COOH) sedangkan pada percobaan 5B menggunakan
katalis asam kuat (HCl). Hal ini berpengaruh kepada volume NaOH
yang digunakan. Menurut literature yang kami dapatkan, dalam
percobaan ini ketika menghidrolisis dengan menggunakan asam kuat
(HCl) volume NaOH yang digunakan lebih banyak dibandingkan
menghidrolisis dengan menggunakan asam lemah (CH3COOH), sebab
untuk menetralkan HCl, membutuhkan NaOH yang lebih banyak.
Pembawa sifat asam adalah H+ , oleh karena itu tingkat keasaman
larutan tergantung pada konsentrasi ion H+ dalam larutan. HCl adalah
asam kuat, sedangkan asam asetat adalah asam lemah. Jadi, walaupun
konsentrasi kedua asam tersebut sama, tetapi HCl mengandung ion H +
lebih banyak, sehingga HCl 0,5 M lebih asam daripada asam asetat 0,5
M. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan, semakin kuat
keasaamannya, maka semakin banyak pula jumlah volume NaOH yang
dibutuhkan, karena jumlah H+ pada larutan asam akan berikatan
dengan jumlah OH- pada larutan basa.
Berdasarkan literatur juga dijelaskan bahwa saat titrasi terjadi
reaksi hidrolisis pembentukan garam, dimana pada percobaan 5A akan
terbentuk garam dari asam lemah dan basa kuat. Apabila jenis garam
ini dilarutkan dalam air, menunjukkan larutan yang bereaksi basa.
Sebab-sebabnya adalah karena anion akan bergabung dengan ion
hidrogen membentuk asam lemah yang sangat sedikit berdisosiasi,
sehingga ion hidroksil tertinggal dalam larutan. Dalam larutan,
banyaknya ion hidroksil akan sangat melebihi ion hidrogen, dan
larutan akan bereaksi basa. Dari penjelasan ini sudah jelas bahwa
larutan yang akan dititrasi sudah dalam keadaan basa sehingga hanya
membutuhkan sedikit volume NaOH untuk mencapai titik ekivalen
karena trayek pH indikator PP adalah 8,0 – 9,6. Sedangkan pada
percobaan 5B akan terbentuk garam dari asam kuat dan basa kuat.
Garam ini apabila dilarutkan dalam air, menunjukkan reaksi yang
netral, karena baik anionnya maupun kationnya masing-masing tidak
ada yang bergabung dengan ion hidrogen ataupun hidroksil untuk
membentuk produk yang sangat sedikit berdisosiasi. Konsentrasi ion-
hidrogen dalam larutan sama dengan konsentrasi ion-hidroksil, maka
larutan bereaksi netral (pH = 7). Dari penjelasan ini sudah jelas bahwa
larutan yang akan dititrasi masih dalam keadaan netral sehingga harus
membutuhkan volume NaOH yang banyak untuk dapat mencapai titik
ekivalen.
Mengetahui,
(.............................................) (................................................)