Anda di halaman 1dari 4

X.

JAWABAN PERTANYAAN

1. Tulislah senyawa penyusun reagen-reagen yang digunakan dalam uji pengenalan


karbohidrat !
Reagen Molisch

Terdiri atas Alfa-naftol berfungsi sebagai indicator warna untuk memudahkan saja,
sedangkan H2SO4 berfungsi untuk menghidrolisis glukosa (heksosa) hidroksimetil
fufural atau arabinosa (pentosa) furufural. Reaksi Molisch ini positif untuk semua
karbohidrat.

Rumus -naftol

Reagen Seliwanoff

Reaksi selliwanof adalah suatu reaksi untuk mengidentifikasi adanya gugus keton
pada suatu sakarida. Reagen selliwanof terdiri atas 0,5% resorsinol dan 5 N HCl .

Rumus resorsinol

Reagen Barfoed

Terdiri atas senyawa tembaga asetat. Reagen Barfoed merupakan asam lemah dan
hanya direduksi oleh monosakarida.

Reagen Tollens
Terdiri atas 1 ml AgNO3 1% , 1 ml NaOH 2 M, dan NH4OH encer

Reagen Fehling Terdiri atas fehling A dan Fehling B

Reagen Benedict

Terdiri atas :

1. CuSO4 : menyediakan Cu2+

2. Na-sitrat : mencegah terjadinya endapan Cu(OH)2 atau CuCO3

3. Na2CO3 : sebagai alkali yang mengubah gugus karbonil bebas dari gula
menjadi bentuk enol yang reaktif.

2. Jelaskan prinsip-prinsip reaksi yang terjadi antara reagen dan karbohidrat yang
diuji !

Percobaan Molisch

Prinsip : kondensasi dari hidroksi metal furfural (heksosa) atau furfural (pentosa) dengan
alfa-naftol membentuk suatu cincin berwarna ungu.

Percobaan Seliwanof

Reaksi selliwanof adalah suatu reaksi untuk mengidentifikasi adanya gugus keton pada
suatu disakarida. Reaksi positif apabila terbentuk warna merah. HCl akan mengubah
heksosa menjadi hidroksi metal furfural yang kemudian akan bereaksi dengan resorsinol
membentuk kompleks yang berwarna merah.

Percobaan Barfoed

uji untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan mengontrol kondisi pH serta
waktu pemanasan. Prinsipnya berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ . Pemanasan yang
lama akan menghidrolisa disakarida menghasilkan reaksi positif palsu.

Percobaan Benedict

Prinsip reaksi ini didasarkan pada terbentuknya endapan merah bata, maka cuplikan
mengandung gula pereduksi. Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+
yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata

Percobaan Tollens

Prinsip reaksi ini didasarkan pada terbentuknya cermin perak (Ag) dan mengoksidasi
gugus aldehid menjadi gugus karboksilat. Akan tetapi, pada fruktosa yang mengandung
gugus ketosa dapat teroksidasi karena dalam larutan basa fruktosa berada dalam
kesetimbangan dengan dua aldehida diasteromik serta penggunaan suatu zat antara
tautomerik enadiol.

Percobaan Fehling

Pinsip reaksi ini didasarkan pada ion Cu2+ yang dapat mengoksidasi gugus aldehid, tetapi
tidak dapat mereduksi gugus keton.

3. Glukosa yang berada dalam bentuk asiklik hanya 0,2% selebihnya merupakan
siklis. Jelaskan mengapa terjadi reaksi oksidasi glukosa dengan pereaksi tollens dan
fehling !

Glukosa dapat teroksidasi dengan pereaksi Tollens yaitu membentuk cermin perak dan
dengan Fehling membentuk endapan merah bata karena glukosa terhidrolisis dengan
adanya pemanasan sahingga rantai siklik dari glukosa (struktur Haworth) yang tidak
mengandung gugus aldosa terurai (desiklikisasi) menjadi struktur Fischer (rantai terbuka)
yang mengandung gugus aldosa. Olehkarena itu, glukosa menghasilkan uji positif
terhadap reagen Tollens dan Fehling.

4. Jelaskan beberapa fakta berikut :

a. Sukrosa bersifat bukan pereduksi dengan tes benedict, sedangkan pada kondisi
tersebut laktosa menunjukkan sebagai gula pereduksi

Sukrosa glukosa + fruktosa


Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict , maka sukrosa
tidak mempunyai sifat dapat mereduksi ion-ion Cu2+ jika struktur Haworth terurai
(membentuk rantai terbuka), Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi
Benedict. Sukrosa mengandung dua monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat
melalui ikatan glikosidic sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid
bebas dan alpha hidroksi keton. Pada sukrosa, walaupun tersusun oleh glukosa dan
fruktosa, namun atom karbon anomerik keduanya saling terikat, sehingga pada setiap
unit monosakarida tidak lagi terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat
bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tak dapat
mereduksi pereaksi benedict. Sehingga sukrosa juga tidak bersifat pereduksi.

b. Monosakarida bereaksi dengan pereaksi barfoed lebih cepat dibandingkan dengan


disakarida pereduksi

Hal ini terjadi karena sukrosa (disakarida) mempunyai sifat yang lemah dalam
mereduksi ion-ion Cu2+ dalam larutan tembaga (II) asetat, sehingga dalam uji
barfoed sukrosa (disakarida) mengalami perubahan yang lambat dibandingkan
glukosa (monosakarida).

Anda mungkin juga menyukai