Anda di halaman 1dari 4

JAWABAN PERTANYAAN

1. Tuliskan senyawa penyusun reagen-reagen yang di gunakan dalam uji pengenalan


karbohidrat!
Jawaban :
1. Reagen Molisch
Reagen Molish terdiri atas alfa-naftol berfungsi sebagai indicator warna untuk
memudahkan saja, sedangkan H2SO4 berfungsi untuk menghidrolisis glukosa (heksosa)
hidroksimetil fufural atau arabinosa (pentosa) furufural
Rumus -naftol

2. Reagen Selliwanof
Reagen selliwanof terdiri atas 0,5% resorsinol dan 5 N HCl .
Rumus Resorsinol

3. Reagen Barfoed
Reagen Barfoed terdiri atas senyawa tembaga asetat.

4. Reagen Benedict
Reagen Benedict terdiri atas CuSO4 yang berfungsi untuk menyediakan Cu2+ ,
Na-sitrat yang berfungsi untuk mencegah terjadinya endapan Cu(OH) 2 atau
CuCO3 , dan Na2CO3 yang berfungsi sebagai alkali yang mengubah gugus
karbonil bebas dari gula menjadi bentuk enol yang reaktif.

5. Reagen Tollens
Reagen ini terdiri atas 1 ml AgNO3 1% , 1 ml NaOH 2 M, dan NH4OH encer

6. Reagen Fehling
Reagen fehling terdiri atas Fehling A dan Fehling B

2. Jelaskan prinsip-prinsip reaksi yang terjadi antara reagen dan karbohidrat yang di uji!
Jawaban :
1. Percobaan Molisch
Prinsip percobaan Molish yaitu kondensasi dari hidroksi metal furfural (heksosa) atau
furfural (pentosa) dengan alfa-naftol membentuk suatu cincin berwarna ungu.

2. Percobaan Seliwanof
Reaksi selliwanof adalah suatu reaksi untuk mengidentifikasi adanya gugus keton
pada suatu sakarida. Prinsip dari reaksi ini adalah reaksi positif apabila terbentuk warna
merah. HCl akan mengubah heksosa menjadi hidroksi metal furfural yang kemudian akan
bereaksi dengan resorsinol membentuk kompleks yang berwarna merah.

3. Percobaan Barfoed
Percobaan Barfoed digunakan untuk uji untuk membedakan monosakarida dan
disakarida dengan mengontrol kondisi pH serta waktu pemanasan. Prinsip percobaan
Barfoed berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+. Pemanasan yang lama akan
menghidrolisa disakarida menghasilkan reaksi positif.

4. Percobaan Benedict
Prinsip reaksi Benedict didasarkan pada terbentuknya endapan merah bata, maka
cuplikan mengandung gula pereduksi. Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu 2+ menjadi
Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata.

5. Percobaan Tollens
Prinsip reaksi percobaan Tollens didasarkan pada terbentuknya cermin perak (Ag) dan
mengoksidasi gugus aldehid menjadi gugus karboksilat. Tetapi, pada fruktosa yang
mengandung gugus ketosa dapat teroksidasi karena dalam larutan basa fruktosa berada
dalam kesetimbangan dengan dua aldehida diasteromik serta penggunaan suatu zat antara
tautomerik enadiol.

6. Percobaan Fehling
Prinsip reaksi percobaan Fehling didasarkan pada ion Cu2+ yang dapat mengoksidasi
gugus aldehid, tetapi tidak dapat mereduksi gugus keton.

3. Glukosa yang berada dalam bentuk asiklik hanya 0,2% selebihnya merupakan siklik.
Jelaskan mengapa terjadi reaksi oksidasi glukosa dengan pereaksi Tollens dan Fehling!
Jawaban :
Glukosa dapat teroksidasi dengan pereaksi Tollens membentuk cermin perak dan dengan
Fehling membentuk endapan merah bata karena glukosa terhidrolisis dengan adanya
pemanasan sahingga rantai siklik dari glukosa (struktur Haworth) yang tidak mengandung
gugus aldosa terurai (desiklikisasi) menjadi struktur Fischer (rantai terbuka) yang
mengandung gugus aldosa. Maka glukosa menghasilkan uji positif terhadap reagen Tollens
dan Fehling.

4. Jelaskan beberapa fakta berikut :


a Sukrosa bersifat bukan pereduksi dengan tes Benedict, sedangkan pada kondisi tersebut
laktosa menunjukkan sebagai gula pereduksi.
Jawaban :
Sukrosa tidak dapat terdeteksi oleh pereaksi Benedict , maka sukrosa tidak mempunyai
sifat dapat mereduksi ion-ion Cu2+ jika struktur Haworth terurai (membentuk rantai
terbuka). Sukrosa mengandung dua monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat
melalui ikatan glikosidik sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid
bebas dan alfa hidroksi keton. Pada sukrosa, walaupun tersusun oleh glukosa dan
fruktosa, namun atom karbon anomerik keduanya saling terikat, sehingga pada setiap
unit monosakarida tidak lagi terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat
bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tak dapat mereduksi
pereaksi benedict. Sehingga sukrosa juga tidak bersifat pereduksi.
b Monosakarida bereaksi dengan pereaksi Barfoed lebih cepat dibandingkan dengan
disakarida pereduksi.
Jawaban :
Hal ini terjadi karena sukrosa mempunyai sifat yang lemah dalam mereduksi ion-ion
Cu2+ dalam larutan tembaga (II) asetat, sehingga dalam uji barfoed sukrosa (disakarida)
mengalami perubahan yang lambat dibandingkan glukosa (monosakarida).

Anda mungkin juga menyukai