Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

PENENTUAN KESADAHAN

Anggota Kelompok:
Rozamela Yulia W

12030234011 KB 12

Via Fitria

12030234024 KB 12

Disca Adelia

12030234203 KA 12

Intan Fitria

12030234212 KA 12

Firdas Aviantri12030234213 KA 12
Cindy Putri A.

12030234215 KA 12

Anandya W.

12030234225 KA 12

Fitria Dewi N.

12030234226 KA 12

Rieska Amilia

12030234228 KB 12

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
PROGRAM STUDI KIMIA
2015

I.
II.
III.

Judul
: Penentuan Kesadahan.
Tujuan Percobaan
: Untuk mengetahui kesadahan dalam air sungai.
Kajian Teori
A. Kesadahan Air
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa
apabila dicampur dengan sabun. Pada air yang memiliki kadar kesadahan rendah,
air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Hal sebaliknya
terjadi pada air yang memiliki kadar kesadahan tinggi. Air dengan kesadahan tinggi
sulit, bahkan tidak akan dapat membentuk busa jika ia dicampur dengan sabun.
Selain itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam kaitannya
dengan usaha untuk memanipulasi nilai pH. Kesadahan dalam air terutama
disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+, juga oleh Mn2+, Fe2+ dan semua kation
yang bermuatan dua. Ion-ion ini terdapat dalam air dalam bentuk sulfat, klorida,
dan hidrogen-karbonat.
Kesadahan air alam biasanya disebabkan oleh garam karbonat atau garam
asamnya. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh limbah industri maupun
terjadi secara alami karena susunan geologi tanah di sekitar sumber air. Misalnya,
air yang kesadahannya tinggi biasanya terdapat pada air tanah di daerah yang
mengandung kapur. Misalnya, pada sungai yang mengalir melalui daerah yang
mengandung gips CaSO4, akan terkandung garam itu pula. Garam CaCl 2 yang
digunakan untuk melawan debu di jalan juga dapat terbawa ke sungai dan
meningkatkan kesadahannya. Kesadahan tidak menguntungkan. Air yang dianggap
bermutu tinggi memiliki kesadahan yang rendah.
Kesadahan yang terlalu tinggi akan menambah nilai pH larutan sehingga
daya kerja aluminat tidak efektif karena ion aluminium yang bersifat amfoter akan
mengikuti lingkungannya dimana akan terbentuk senyawa aluminium yang sukar
mengendap. Apabila kesadahan terlalu rendah, secara simultan alkalinitas juga
cenderung rendah. Ini akan mengganggu penyusunan ikatan antara koloida dengan
aluminat dimana gugus hidrofobik koloida akan tetap melayang dan sukar bereaksi
dengan koagulan mengakibatkan massa atom relatif ringan sehingga sukar
mengendap.
Air sadah juga tidak menguntungkan/mengganggu proses pencucian
menggunakan sabun. Bila sabun digunakan pada air sadah, mula-mula sabun harus
bereaksi terlebih dahulu dengan setiap ion kalsium dan magnesium yang terdapat
dalam air sebelum sabun dapat berfungsi menurunkan tegangan permukaan. Hal ini
bukan saja akan banyak memboroskan pengunaan sabun, tetapi gumpalan-

gumpalan yang terjadi akan mengendap sebagai lapisan tipis pada alat-alat yang
dicuci sehingga mengganggu pembersihan dan pembilasan oleh air.
B. Penggolongan Air Sadah
Kesadahan air dapat digolongkan menjadi dua yaitu kesadahan sementara
dan kesadahan tetap. Kesadahan sementara bersifat sementara sementara
kesadahan tetap bersifat menetap dan sulit untuk dikembalikan ke kondisi awalnya.
Kesadahan sementara disebabkan oleh adanya ion-ion kalsium dan bikarbonat
dalam air. Sedangkan kesadahan tetap disebabkan oleh adanya kalsium atau
magnesium sulfat yang proses pelunakannya melalui proses kapur- soda abu,
proses zeolit dan proses resin organik (Achmad, 2004) Kesadahan sementara dapat
dihilangkan dengan jalan mendidihkan air tersebut karena terjadi reaksi :
Ca2+ + 2 HCO3-(aq) CaCO3(s) + CO2(g) + H2O(l).
Jenis-Jenis Air Sadah
Kesadahan dibagi dalam dua tipe, yaitu: Kesadahan umum (general
hardness atau GH), dan Kesadahan karbonat (carbonate hardness atau KH).
Disamping dua tipe kesadahan tersebut, dikenal pula tipe kesadahan yang lain yaitu
yang disebut sebagai kesadahan total atau total hardness. Kesadahan total
merupakan penjumlahan dari GH dan KH. Kesadahan umum atau General
Hardness merupakan ukuran yang menunjukkan jumlah ion kalsium (Ca 2+) dan ion
magnesium (Mg2+) dalam air. Ion-ion lain sebenarnya ikut pula mempengaruhi nilai
GH, akan tetapi pengaruhnya diketahui sangat kecil dan relatif sulit diukur
sehingga dapat diabaikan. GH pada umumnya dinyatakan dalam satuan ppm (part
per million/satu per-sejuta bagian) kalsium karbonat (CaCO 3), tingkat kekerasan
(dH), atau dengan menggunakan konsentrasi molar CaCO3. Satu satuan kesadahan
Jerman atau dH sama dengan 10 mg CaO (kalsium oksida) per liter air.
Kesadahan pada umumnya menggunakan satuan ppm CaCO3, dengan
demikian satu satuan Jerman (dH) dapat diekspresikan sebagai 17.8 ppm CaCO 3.
Sedangkan satuan konsentrasi molar dari 1 mili ekuivalen = 2.8 dH = 50 ppm.
Berikut adalah kriteria selang kesadahan yang biasa dipakai:

0 4 dH, 0 70 ppm : sangat rendah (sangat lunak)


4 8 dH, 70 140 ppm : rendah (lunak)
8 12 dH, 140 210 ppm : sedang
12 18 dH, 210 320 ppm : agak tinggi (agak keras)
18 30 dH, 320 530 ppm : tinggi (keras)

Untuk air minum, kesadahan dibawah 250 ppm masih dapat diterima,
sementara diatas 500 ppm akan merusak kesehatan. Dalam kaitannya dengan
proses biologi, GH lebih penting peranananya dibandingkan dengan KH ataupun
kesadahan total. Apabila ikan atau tanaman dikatakan memerlukan air dengan
kesadahan tinggi (keras) atau rendah (lunak), hal ini pada dasarnya mengacu
kepada GH. Ketidaksesuaian GH akan mempengaruhi transfer hara/gizi dan hasil
sekresi melalui membran serta dapat mempengaruhi kesuburan, fungsi organ dalam
(seperti ginjal), dan pertumbuhan. Setiap jenis ikan memerlukan kisaran kesadahan
(GH) tertentu untuk hidupnya. Pada umumnya, hampir semua jenis ikan dan
tanaman dapat beradaptasi dengan kondisi GH lokal, namun tidak demikian halnya
dengan proses pemijahan. Pemijahan bisa gagal apabila dilakukan pada nilai GH
yang tidak tepat. Kesadahan karbonat atau KH merupakan besaran yang
menunjukkan kandungan ion bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO3) di dalam air.
KH sering disebut sebagai alkalinitas yaitu suatu ekspresi dari kemampuan air
untuk mengikat kemasaman (ion-ion yang mampu mengikat H+).
Oleh karena itu, dalam sistem air tawar, istilah kesadahan karbonat,
pengikat kemasaman, kapasitas pem-bufferan asam, dan alkalinitas sering
digunakan untuk menunjukkan hal yang sama. Dalam hubungannya dengan
kemampuan air mengikat kemasaman, KH berperan sebagai agen pem-buffer-an
yang berfungsi untuk menjaga kestabilan pH. KH pada umumnya sering
dinyatakan sebagai derajat kekerasan dan diekspresikan dalam CaCO 3 seperti
halnya GH.
Mineral yang merupakan sumber primer ion kalsium dalam air diantara
mineral-mineral yang berperan adalah gips, CaSO4.2H2O; anhidratnya, CaSO4;
dolomite, CaMg (CO3)2; kalsit dan argonite yang merupakan modifikasi yang
berbeda dari CaCO3. Air yang mengandung karbon dioksida mudah melarutkan
kalsium dari mineral-mineral karbonat.
CaCO3(s) + CO2(g) + H2O(l) Ca2+(aq) + 2HCO3-(aq)
Reaksi

sebaliknya

berlangsung

bila

CO2

hilang

dari

perairan.

karbondioksida yang masuk keperairan melalui keseimbangan dengan atmosfer


tidak cukup besar konsentrasinya untuk melarutkan kalsium dalam perairan alami,
terutama air tanah. Pernafasan mikroorganisma, penghancur bahan organik dalam
air, dan sediment berperan sangat besar terhadap kadar CO2-dan HCO3- dalam air.
Hal ini merupakan faktor penting dalam proses kimia perairan dan geokimia.

C. Titrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan
memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang
umum

di

indonesia

EDTA

(disodium

ethylendiamintetraasetat/tritiplex/

komplekson, dll). Kestabilan termodinamik (dari) suatu spesi merupakan ukuran


sejauh mana spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi-kondisi
tertentu, jika sistem itu dibiarkan mencapai keseimbanagan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan kompleks, yaitu :
a. Kemampuan mengkompleks logam-logam. Kemampuan mengkompleks relatif
(dari)

logam-logam

digambarkan

dengan

baik

menurut

klarifikasi

Schwarzenbach, yang dalam garis besarnya didasarkan atas pembagian logam


menjadi asam Lewis (penerima pasangan elektron) kelas A dan kelas B.
b. Ciri-ciri khas ligan itu. Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai
mempengaruhi kestabilan kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah :
1. kekuatan basa dari ligan itu.
2. sifat-sifat penyepitan (jika ada), dan
3. efek-efek sterik (ruang).
c. Keinertan atau kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi
pengamatan umum berikut ini merupakan pedoman yang baik akan perilaku
kompleks-kompleks dari berbagai unsur, yaitu diantaranya :
1. Unsur grup utama, biasanya membentuk kompleks-kompleks labil.
2. Dengan kekecualian Cr(III) dan Co(III), kebanyakan unsur transisi barispertama, membentuk kompleks-kompleks labil.
3. Unsur transisi baris kedua dan baris ketiga, cenderung membentuk komplekskompleks inert.
Suatu reaksi kompleks dapat dipakai dalam penitaran apabila: Kompleks cukup
memberikan perbedaan pH yang cukup besar pada daerah titik setara. Beberapa
jenis senyawa Kompleks Ada 2 jenis ligan dilihat dari jumlah atom donor di
dalamnya : 1. Ligan monodentat : terdapat 1 atom di dalamnya 2. Ligan
polidentat : terdapat lebih dari 1 atom donor di dalamnya.
Jenis-jenis titrasi EDTA, yaitu :
1. Titrasi langsung
2. Titrasi balik
3. Titrasi penggantian atautitrasi substitusi
4. Titrasi alkalimetri
5. Macam-macam metode Kurva pada titrasi EDTA dibuat dengan memplot pM

(logaritma negatif dari konsentrasi ion logam bebas : pM = - log[M n + ]) pada


sumbu y dan volume larutan EDTA yang ditambahkan pada sumbu x. Kesalahan
titrasi kompleksometri tergantung pada cara yang dipakai untuk mengetahui titik
akhir. Pada prinsipnya ada dua cara, yaitu kelebihan titran yang pertama
ditunjukkam atau berkurangnya konsentrasi komponen tertentu sampai batas
yang ditentukan, dideteksi. 1. Kesalahan titrasi dihitung dengan cara yang sama
pada titrasi pengendapan. 2. Digunakan senyawa yang membentuk senyawa
kompleks yang berwarna tajam dengan logam yang ditetapkan.
Warna ini hilang atau berubah sewaktu logam telah diikat menjadi
kompleks yang lebih stabil. Misalnya EDTA. Titrasi Kompleksometri Banyak ion
logam dapat ditentukan dengan titrasi menggunakan suatu pereaksi (sebagai titran)
yang dapat membentuk kompleks dengan logam tersebut. Salah satu senyawa
komplek yang biasa digunakan sebagai penitrasi dan larutan standar adalah
ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA ). EDTA merupakan asam lemah dengan
empat proton. Bentuk asam dari EDTA dituliskan sebagai H4Y dan reaksi
netralisasinya.
Sebagai penitrasi/pengomplek logam, biasanya yang digunakan yaitu garam
Na2EDTA (Na2H2Y), karena EDTA dalam bentuk H4Y dan NaH3Y tidak larut
dalam air. EDTA dapat mengomplekkan hampir semua ion logam dengan
perbandingan mol 1 : 1 berapapun bilangan oksidasi logam tersebut. Kestabilan
senyawa komplek dengan EDTA, berbeda antara satu logam dengan logam yang
lain. Reaksi pembentukan komplek logam (M) dengan EDTA (Y) adalah : M + Y
MY Konstanta pembentukan/kestabilan senyawa komplek.
Besarnya harga konstante pembentukan komplek menyatakan tingkat
kestabilan suatu senyawa komplek. Makin besar harga konstante pembentukan
senyawa komplek, maka senyawa komplek tersebut makin stabil dan sebaliknya
makin kecil harga konstante kestabilan senyawa komplek, maka senyawa komplek
tersebut makin tidak (kurang) stabil. Harga konstante kestabilan komplek logam
dengan EDTA (KMY) (Fritz dan Schenk, 1979). Karena selama titrasi terjadi
reaksi pelepasan ion H+ maka larutan yang akan dititrasi perlu ditambah larutan
bufer. Untuk menentukan titik akhir titrasi ini digunakan indikator, diantaranya
Calmagite, Arsenazo, Eriochrome Black T (EBT). Sebagai contoh titrasi antara
Mg2+ dengan EDTA sebagai penitrasi, menggunakan indikator calmagite. Reaksi

antara ion Mg2+ dengan EDTA tanpa adanya penambahan indikator adalah : Mg2+ +
H2Y2- MgY 2- + 2H+
Jika sebelum titrasi ditambahkan indikator maka indikator akan membentuk
kompleks dengan Mg2+ (berwarna merah) kemudian Mg2+ pada komplek akan
bereaksi dengan EDTA yang ditambahkan. Jika semua Mg2+ sudah bereaksi dengan
EDTA maka warna merah akan hilang selanjutnya kelebihan sedikit EDTA akan
menyebabkan terjadinya titik akhir titrasi yaitu terbentuknya warna biru.
IV.

Alat dan Bahan


Alat
Buret
Statif dan klem
Erlenmeyer 100 ml
Gelas ukur 25 ml
Labu ukur 100 ml
Gelas kimia 100 ml
Pipet volume

(1 buah)
(1 set)
(3 buah)
(1 buah)
(1 buah)
(1 buah)
(1 buah)

Bahan
Larutan Na-EDTA 0,01 M
Sampel air limbah
Larutan HCl
Larutan NaOH 0,1 N
Larutan penyangga pH 10
Aquades
Indikator EBT (Eriochrom Black T)

Ball pipet

(1 buah)

Indikator murexid

Pipet tetes

(5 buah)

25mL air sampel

25mL air sampel

Dimasukkan erlenmeyer
Dimasukkan erlenmeyer
Ditambah 1mLNaOH 0,1 N
Ditambah 1mLlar. bufferpH 10
Ditambah serbuk murexid sedikit Ditambah
mungkin 1 tetes indikator EBT (Erichrom Black Tea)

V.

Marah
muda
Prosedur
Percobaan
1. Kesadahan Ca2+

Dititrasi dengan lar. EDTA 0,01 M


Ungu
Dicatat VEDTA yang digunakan
Dihitung kadar kesadahan Ca2+

Kadar kesadahan Ca2+

Kemerah-merahan

2. Kesadahan Mg2+

Dititrasi dengan lar. EDTA 0,01 M


Biru
Dicatat VEDTA yang digunakan
Dihitung kadar kesadahanMg2+
Kadar kesadahan Mg2+

VI.

Hasil Pengamatan
KEL

Sampel
Pabrik Cat PT. Tunggal
Djaja Indah, Waru
Sidoarjo
Pabrik Tahu Wage

Pabrik AJG Beton dan

Pabrik Minyak, Gresik.


PT. Japfa Comfeed
Sidoarjo

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

16
17
18
VII.

Tempat Pengambilan

Pabrik Kertas daerah


Balongbendo
Pabrik Penyedap
Makanan
Pabrik Gula Prambon
PT. Manau Gresik
Pabrik Gula

PT Charoen Pokphand
Indonesia Tbk (pabrik
pakan ternak)
PG Candi Sidoarjo
PT. Surya Sari Sukodono

Analisis dan Pembahasan

Hasil Kesadahan (mg/L)


Ca2+
Mg2+

KESADAHAN
TOTAL (mg/L)

657,28

61,897

359,5885

18240

119,929

9179,965

4,267

40, 8408

22, 539

9,6

47

28,3

1015,36

46,3511

530,8555

213,33

194,48

203, 905

40

178,27

109,135

160,32
160
213,33
74,82
5183,68
9120
1285,3

226,893
162,06
226,89
404,36
226,912
59,96
42,12

193,6065
161,03
220,11
239,59
2705,296
4589,98
1306,36

16

126,36

71,8

6,93
21,3
213,76

421,2
90,76
713,093

214.065
112,057
463,42

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kesadahan dalam sampel air


sungai. Kesadahan adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air, Ca 2+ dan
Mg2+ merupakan salah satu penyebab terjadinya kesadahan. Keberadaan Ca 2+ dan
Mg2+ di air mengakibatkan sabun akan mengendap sebagai garam, sehingga tidak
dapat membentuk emulsi secara efektif. Sedangkan pada kation polivalen juga
mengendapkan sabun tetapi berada dalam bentuk kompleks yang lebih stabil
dengan zat organik yang ada. Oleh karena itu uji kesadahan dilakukan pada
kesadahan ion Ca2+dan kesadahan ion Mg2+. Sedangkan, kesadahan total yaitu ion
Ca2+ dan Mg2+ ditentukan melalui titrasi dengan menggunakan EDTA (ethylene
diamin tetra acetic) sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka terhadap
kation tersebut.
1. Kesadahan ion Ca2+
Pada penentuan kesadahan Ca2+, sampel air sungai yang keruh diencerkan
100x terlebih dahulu. Sampel yang telah diencerkan diambil 25 mL dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 1-2 mL NaOH 0,1 N.
Fungsi penambahan NaOH yaitu untuk memberi suasana basa (meningkatkan pH
sampel) karena perubahan warna dapat terjadi pada suasana basa serta mencegah
terbentuknya

kalsium

hidroksida

[Ca(OH)2].

Langkah

selanjutnya

yaitu

ditambahkan sedikit mungkin serbuk murexid yang berwarna hitam. Penambahan


serbuk murexid pada larutan sampel menyebabkan perubahan warna larutan
menjadi merah muda. Murexide berfungsi sebagai indikator ketika titik akhir
titrasi. Murexid mempunyai range kerja 12 - 13. Berdasarkan teori, pada pH yang
lebih tinggi dari 12, Ca akan mengendap, sehingga EDTA hanya dapat diikat oleh
Ca2+ dengan indikator murexid. Reaksi Ca2+ dengan serbuk murexid adalah sebagai
berikut:

Langkah selanjutnya, larutan dititrasi dengan EDTA 0,01 N sampai warna larutan
berubah menjadi ungu. Reaksi yang terjadi ketika larutan dititrasi dengan EDTA
adalah sebagai berikut:

Pada percobaan ini dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.


Kadar Ca2+ dalam sampel diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
2+ ( mg/ L )=

A x C x 1000 x Mr Ca
x pengenceran
Volume Sampel(mL)
Ca

Keterangan :
A = mL EDTA untuk Ca2+
C = Konsentrasi EDTA
Ambang batas untuk kalsium (Ca) yaitu 30 mg/L (Standar Baku Mutu/SNI tahun
2010
Dari hasil pengamatan yang di peroleh, berdasarkan tempat pengambilan
sampel air sungai dari beberapa pabrik, kesadahan ion Ca2+ tertinggi terdapat pada
Pabrik Tahu Wage sebesar 18240 mg/L dan kesadahan ion Ca2+ yang terkecil yaitu
Pabrik AJG Beton dan Pabrik Minyak, Gresik sebesar 4,267 mg/L. Hal tersebut
dikarenakan produk yang dihasilkan oleh masing-masing pabrik berbeda, pabrik
tahu lebih banyak mengandung material organik dalam proses produksinya.
Sedangkan pabrik beton, tidak membutuhkan material organic dalam jumlah yang
banyak.
2. Kesadahan ion Mg2+
Pada percobaan kedua yaitu penentuan kesadahan Mg2+, langkah percobaan
yang dilakukan yaitu 25 mL sampel air sungai yang telah diencerkan 100x,
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian, larutan sampel ditambahkan larutan
buffer pH 10 karena indikator yang digunakan adalah EBT yang mempunyai range

kerja pH 10. Kemudian ditambahkan 1 tetes indikator EBT. Indikator EBT


berfungsi sebagai indikator pada titik akhir titrasi. Penambahan indikator EBT
menyebabkan perubahan warna larutan sampel menjadi merah keunguan. Reaksi
antara ion Mg2+ dengan indikator EBT adalah
Mg2+(aq) + EBT(aq) (Mg EBT)2+(aq)
Lalu, sampel dititrasi dengan EDTA 0, 01 M sampai larutan berwarna biru.
Ketika EDTA ditambahkan, magnesium akan menjadi suatu kompleks dan setelah
semuanya menjadi kompleks maka warna larutan berubah dari warna merah
keunguan menjadi biru yang menandakan titik akhir dari titrasi dimana Mg telah
habis diikat oleh EDTA. Reaksi dengan EDTA sebagai berikut:

Pada percobaan ini dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.


Kadar Mg2+ dalam sampel diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
2+ ( mg/ L )=

B x C x 1000 x Mr Ca
x pengenceran
Volume Sampel (mL)
Mg

Keterangan :
B = mL EDTA untuk Mg2+
C = Konsentrasi EDTA
Ambang batas untuk Magnesium (Mg) yaitu 70 mg/L (Standar Baku Mutu/SNI
tahun 2010).
Dari hasil pengamatan terhadap air sungai yang diambil di dekat beberapa
pabrik. Kesadahan Mg2+ tertinggi tetap dimiliki oleh Pabrik Tahu Wage yaitu
sebesar 119,929 mg/L dan yang terendah yaitu Pabrik AJG Beton dan Pabrik
Minyak, Gresik sebesar 40, 8408 mg/L.

Kesadahan total didefinisikan sebagai jumlah miliekivalen (mek) ion Ca2+


dan Mg2+ tiap liter sampel air. Kesadahan total diperoleh dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
KesadahanTotal=

( A +B) x C x 1000 x Mr CaCo3


x pengenceran
Volume Sampel (mL)

Maka kesadahan total tertinggi dalam sampel air sungai yang di ambil dari
beberapa perusahaan adalah Pabrik Tahu, karena tingkat kesadahan ion Ca2+ dan
Mg2+ juga tinggi.
VIII. Kesimpulan
-

Anda mungkin juga menyukai