10 TITRASI PENGENDAPAN
1. Pendahuluan
Titrasi-titrasi pengendapan tidak terlampau banyak dipakai dibandingkan dengan titrasi-titrasi redoks atau
asam basa. Hal ini disebabkan karena tidak adanya indikator-indikator yang sesuai untuk menentukan titik
akhir titrasi. Umumnya titrasi-titrasi endapan terjadi pada reaksi-reaksi antara kation Ag+ dengan anion-
anion halida, tiosianat dan sianida. Cara-cara ini yang mana kadang larutan AgNO3 dipergunakan sebagai
larutan standar dinamakan titrasi Argentometri. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut,
Ag+ + X- Ag X(p)
Suatu reaksi pengendapan berlangsung berkesudahan bila endapan yang terbentuk mempunyai kelarutan
yang cukup kecil. Pada titik ekivalensi akan terjadi perubahan besar dari konsentrasi yang dititrasi.
Berat ekivalen suatu zat yang turut serta dalam reaksi pengendapan adalah berat zat tersebut yang dapat
menghasilkan atau bereaksi dengan satu Mol kation yang univalen atau ½ Mol kation yang divalen atau 1/3
Mol kation yang trivalen dan seterusnya.
Contoh:
Berat ekivalen Zn2+ adalah ½ Mol Zn2+ = ½ x 65,38 g = 32,69 g Zn2+
Definisi ini dapat menghasilkan berat ekivalen suatu senyawa yang lebih besar dari berat molekulnya.
Contoh:
Berat ekivalen ion Cd2+ adalah ½ Mol Cd2+ = ½ x 112,4 g = 56,2 g. Karena 1 ekivalen Cd2+ harus bereaksi
dengan 1 ekivalen KCN maka 2 ekivalen KCN adalah sama dengan 4 Mol KCN. Maka 2 Mol KCN adalah
1 gram ekivalen = 2 x 65,11 = 130,22 g.
2. Reaksi Pengendapan
Reaksi pembentukan endapan banyak digunakan dalam analisis kimia baik analisis kualitatif maupun
kuantitatif. Endapan yang terjadi merupakan zat yang memisahkan diri sebagai suatu fasa padat yang keluar
dari sistem larutan yang dapat berupa kristal atau koloid yang selanjutnya dapat dikeluarkan melalui
penyaringan atau pemusingan.
Peristiwa pengendapan terjadi bila suatu larutan terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan sedangkan
kelarutan suatu endapan adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya.
3.1. Temperatur
Pada umumnya kelarutan senyawa-senyawa anorganik bertambah besar, jika temperatur dinaikkan. Dalam
tabel berikut dicantumkan kelarutan dari beberapa garam garam penting yang dipengaruhi oleh perubahan
temperatur.
1
Garam Kelarutan gram/liter
AgCl 0,0007 (0oC), 0,021 (100oC)
BaSO4 0,00115 (0oC), 0,0024 (20oC)
o
CaC2O4.H2O 0,0056 (18 C), 0,0140 (95oC)
MgNH4PO4 0,23 (0oC), 0,52 (20o)
PbCl2 8,5 (15o), 31,0 (100oC)
o
PbSO4 0,041 (20 ), 0,082 (100oC)
Pengerjaan pengendapan, penyaringan dan pencucian sebaiknya dilakukan dengan larutan yang panas. Ini
bisa menghasilkan partikel-partikel yang lebih besar, penyaringan dapat dilakukan dengan cepat, dan zat-zat
pengotor lebih mudah dilarutkan kembali. Penggunaan larutan panas sering dilakukan dalam keadaan di
mana kelarutan garam pada temperatur tinggi masih tetap bisa diabaikan. Jika kelarutan garam cukup besar
seperti pada garam magnesium amonium fosfat haruslah larutan didinginkan dalam air es, sebelum
penyaringan. Dalam keadaan panas, sebagian dari senyawa akan tetap tinggal terlarut. Dalam analisis
kuantitatif misalnya garam PbCl2 dipisahkan dari AgCl dan Hg2Cl2 dengan penambahan air panas. Garam
timbal akan larut, sedangkan garam perak dan merkuro akan tetap tinggal sebagai endapan.
3.2. Pelarut
Umumnya senyawa-senyawa anorganik lebih mudah larut dalam air, dari pada dalam pelarut organik. Ini
disebabkan air mempunyai momen dwikutub yang besar dan mudah terikat pada baik kation maupun anion
dan membentuk ion-ion yang terhidrasi. Ion H+ dalam air terhidrasi sempurna sebagai H3O+. Dalam larutan
air, semua ion-ion sedikit banyaknya terhidrasi dan energi yang dilepaskan (karena antaraksi ion-ion dengan
pelarut) menolong mengatasi gaya-gaya ikatan dalam kisi padat. Daya tarik ion-ion dalam hablur terhadap
pelarut-pelarut organik tidak terlalu besar, sehingga dengan demikian kelarutannya lebih kecil dari pada
dalam air. Berdasarkan hal ini dapat dicari jalan memisahkan dua senyawa yang agak mudah larut dalam
air. Misalnya campuran kering dari garam-garam nitrat kalsium dan stronsium dapat dipisahkan dari
natrium dengan cara pengendapan K4PtCl6 dalam pelarut campuran air-alkohol.
Dari tabel di atas terlihat bahwa dalam larutan KNO3 0,010M kelarutan perak klorida naik dua belas persen
sedangkan untuk barium sulfat naik tujuh puluh persen.
Pada penurunan hubungan hasil kali kelarutan telah ditunjukkan bahwa dalam larutan yang sangat encer
dapat dibenarkan penggantian keaktifan oleh kemolaran. Ini disebabkan karena koefisien keaktifan pada
larutan encer mendekati harga satu. Dalam larutan elektrolit yang lebih pekat harga koefisien keaktifan
dengan cepat menurun, karena daya tarikan yang lebih besar antara ion-ion yang berlawanan muatan.
Jumlah ion-ion aktif ikut dalam keseimbangan akan berkurang, berarti harus lebih banyak endapan yang
larut.
3
Untuk perak bromida harga Ksp dapat ditulis sebagai:
Kspo = aAg+ x aBr
di mana a menyatakan keaktifan tiap-tiap gugusan atau mengingat a = f x c maka
Kspo = fAg+ x fBr x cAg+ x cBr
di mana f = koefisien keaktifan
c = konsentrasi (Mol/liter)
selanjutnya
Ko
sp
CAg x CBr
f Ag x f Br
Makin kecil harga-harga f, makin besar harga hasil perkalian konsentrasi molar tiap-tiap ion. Bagi ion
divalen, penurunan harga f ini akan lebih besar, dibandingkan terhadap ion monovalen, jika konsentrasi
elektrolit diperbesar. Dalam larutan yang sangat encer harga f mendekati satu sehingga Ksp = Kspo . Pada
umumnya kesalahan yang timbul karena gejala ini tidak begitu besar mengingat bahwa pengendapan
dilakukan pada keadaan konsentrasi yang tidak terlalu besar.
Dalam larutan jenuh suatu elektrolit yang sukar larut, hasil kali kelarutan dari ion pembentuk untuk
setiap suhu tertentu adalah konstan, dengan konsentrasi ion dipangkatkan dengan bilangan yang sama
dengan jumlah masing-masing ion bersangkutan yang dihasilkan oleh dissosiasi/ionisasi dari satu molekul
elektrolit.
Hasil kali kelarutan berbagai endapan pada suhu kamar
Zat Ksp Zat Ksp
AgBr 3,5 x 1013 PbSO4 2,2 x 108
AgSCN 7,1 x 1013 Ag3PO4 1,8 x 1018
AgCl 1,1 x 1010 Ag2SO4 7,7 x 105
Ag2CrO4 1,7 x 1012 AgIO3 2,0 x 108
BaSO4 9,2 x 1011 AgI 1,7 x 1016
4
Hubungan hasil kali kelarutan menjelaskan fakta bahwa terlarutnya suatu zat sangat berkurang jika
ditambahkan reagensia yang mengandung ion sekutu dengan zat itu, maka kelebihan zat itu akan
diendapkan. Jika salah satu ion harus dikeluarkan dari larutan dengan pengendapan, reagensia harus dipakai
berlebihan. Reagensia yang terlalu berlebihan dapat memperbesar kelarutan endapan karena terjadi
pembentukan kompleks.
Kecepatan reaksi ini yang berlangsung ke kanan dapat diamati dari timbulnya warna merah-oranye dari
ion triiodida, I3- sedangkan zat lainnya tidak berwarna. Misalnya mula-mula ada 1 mmol asam arsenat
dalam 100 mL larutan yang mengandung 3 mmol kalium iodida, maka warna merah dari triiodida mulai
terbentuk hingga suatu waktu intensitas warnanya tidak berubah lagi (konstan) yang berarti bahwa
konsentrasi triiodida sudah konstan. Makna konstan di sini adalah dianggap konsentrasinya sudah tetap,
sebenarnya kecepatan pembentukan dan penguraiannya sama sehingga dianggap konstan.
Posisi kesetimbangan dapat dijelaskan dari azas Le Chetelier (pelajari!)
Perubahan atau pergeseran kesetimbangan karena perubahan jumlah suatu spesies yang terlibat dalam
reksi disebut: efek aksi massa.
Bila huruf besar menyatakan rumus molekul dari spesies kimia yang terlibat dalam reaksi
kesetimbangan, sedang huruf kecil merupakan koefisien reaksi untuk masing-masing molekul yang
menyeimbangkan persamaan reaksi. Pernyataan tetapan kesetimbangan untuk reaksi ini adalah:
5
Tetapan kesetimbangan dari reaksi ini dinyatakan sebagai berikut:
Karena konsentrasi molekul air, [H2O] dalam larutan jauh lebih besar dari pada ion hidronium dan
hidroksida maka dapat dianggap tetap sehingga
Kw merupahan tetapan kesetimbanag air yang pada temperatur 25 oC mempunyai nilai 1,008x10-14.
Namun pada temperatur kamar biasanya dianggap Kw = 1,00x10-14.
Contoh Soal:
1. Hitung konsentrasi ion hidronium dan hidroksida dalam air murni pada temperatur 25o dan 100oC.
2. Hitung konsentrasi ion hidronium dan hidroksida dalam larutan NaOH 0,200M.
Ba(IO3) (s) merupakan zat yang fasanya padat yang terpisah dalam larutan tetapi tetap kontak dengan
larutan jenuh. Konsentrasi padatan ini tetap dengan kata lain bahwa jumlah mol Ba(IO3) (s) dibagi
volume Ba(IO3) (s) adalah konstan sehingga,
Konstanta baru ini disebut tetapan hasil kali kelarutan yang tidak tergantung dari seberapa banyak
Ba(IO3) padat yang ada apakah ada hanya beberapa miligram atau beberapa gram.
Soal:
Berapa gram Ba(IO3)2 (Mr=487) dapat larut dalam 500 mL air pada temperatur 25oC bila tetapan hasil
kali kelarutannya = 1,57 x 10-9.
Tetapan hasil kali kelarutan Ba(IO3) adalah 1,57 x 10-9 (dari tabel). Kesetimbangan antara padatan
dengan ion-ion dalam larutan dapat dituliskan dengan persamaan berikut,
Dari persamaan di atas menunjukkan bahwa setiap mol Ba(IO3)2 yang larut menghasilkan 1 mol ion
Ba2+ sehingga,
Kelarutan molar Ba(IO3)2 = [Ba2+]
6
Sedangkan konsentrasi ion iodat adalah 2 x ion barium maka,
[IO3-] = 2 [Ba2+]
Dengan mensubstitusi persamaan ini ke dalam persamaan hasil kali kelarutan diperoleh,
[Ba2+] (2 [Ba2+])2 = 1,57 x 10-9
Jadi karena setiap mol Ba(IO3)2 menghasilkan 1 mol Ba2+ maka kelarutannya = 7,32x10-4M.
Untuk menghitung banyaknya milimol Ba(IO3)2 yang dapat larut dalam 500 mL dapat dituliskan seperti
berikut,
7
Bab. 10 Titrasi Pengendapan
1. Pendahuluan
2. Reaksi Pengendapan
3. Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan
3.1. Temperatur
3.2. Pelarut
3.3. Pengaruh ion senama
3.4. Pengaruh ion tak senama
4. Hasil Kali Kelarutan
4.1. Keadaan Setimbang
4.2. Menyatakan Tetapan Kesetimbangan
4.3. Jenis Tetapan Kesetimbangan dalam Kimia Analitik
4.3.1. Tetapan Ionisasi air
4.3.2. Tetapan hasil kali kelarutan
4.3.3. Kelarutan endapan dalam air murni
4.3.4. Pengaruh ion sejenis terhadap kelarutan endapan